Anda di halaman 1dari 11

INKARUL HADIS

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ulumul hadis

Di Susun Oleh:

Kelompok 11

YOGHY(1904020160)

AINUN WARDAH(1904020153)

NURUL HUSNA(1904020024)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALOPO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmatnya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa pula kami kami ucapkan kepada junjungan kami nabi
Muhammad Saw. Yang telah memberikan pelajaran kepada kita semua sebagai umat Islam.

Kepada dosen pembimbing kami ucapkan banyak terimakasih atas bimbingannya sehingga kami dapat
belajar Ulumul Hadits. Dan trimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat akhir yang cukup memuaskan.

Inilah usaha keras kami, kami harap dapat bemanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
bermanfaat. Amiiin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Malangke Barat, Mei 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan Penulisan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ingkar Sunnah................................................................

B. Sejarah Ingkar Sunnah.....................................................................

C. Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah...............................................

D. Argumentasi Ingkar As-Sunnah......................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits Nabi SAW telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam sebagai sumber kedua ajaran
Islam setelah kitab suci Al-Qur’an. Berbeda dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan
oleh Nabi SAW secara mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW masih
hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian besar
haditsNabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan pengkodifikasiannyapun baru dilakukan
pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah.

Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh sekelompok kecil (minoritas)
umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak otoritas hadis-haditsNabi saw sebagai hujjah atau
sumber ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan. Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan
kelompok ingkar as-sunnah.

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun
keseluruhannya. Bahkan Dari argumennya bahwa Nabi Muhammad tidak berhak sama sekali untuk
menjelaskan Al-Qu’ran kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya, di luar hal tersebut nabi Muhammad tidak memiliki
wewenang.

Mengesampingkan, apalagi menafikan kedudukan Sunnah sebagai wahyu, berarti memenggal pilar
utama yang menyangga tegaknya ajaran Islam itu sendiri dan sekaligus menolak fungsi ke-Nabi-an
Muhammad SAW.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Ingkar Sunnah?

2. Bagaimana Sejarah Ingkar Sunnah?

3. Apa Saja Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah?

4. Bagaimana Argumentasi Ingkar As-Sunnah?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Ingkar Sunnah.

2. Untuk Memahami Sejarah Ingkar Sunnah.

3. Untuk Mengetahui Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah.


4. Untuk Mengetahui Argument Para Pengingkar Sunnah.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INGKAR SUNNAH

1) Secara Bahasa

Kata inkarussunnah terdiri dari dua kata, yaitu inkar dan sunnah. Kata inkar berasal dari akar bahasa
Arab yaitu: ‫ اَ ْن َك َر يُ ْن ِك ُر اِ ْن َك ارًا‬yang mempunyai beberapa arti di antaranya : “Tidak mengakui dan tidak
menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengakui sesuatu dan menolak apa yang tidak
tergambarkan dari hati”.[1]

Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun
keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal ini
mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya.[2]

2) Secara Istilah

Definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya masih sangat sederhana pembatasannya adalah sebagai berikut:

1. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak haditsatau sunnah sebagai sumber
ajaran Islam setelah Alquran.

2. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar hukum
Islam dari sunnah shahih baik sunnah praktis atau yang secara formal dikodifikasikan para ulama, baik
secara totalitas mutawâtir maupun âhâd atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.

Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan
atau paham kelompok, bukan gerakan dan aliran. Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan
sunnah baik sunnah mutawâtirah dan âhâd atau menolak yang âhâd saja dan atau sebagian.

Demikian pula penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan alasan yang dapat diterima
oleh akal sehat, seperti seorang mujtahid yang menemukan dalil yang lebih kuat daripada haditsyang ia
dapatkan, atau haditsitu tidak sampai kepadanya, atau karena ke dhaifannya, atau karena ada tujuan
syar’i yang lain,maka tidak digolongkan Ingkar Sunnah.

3) Pengertian sunnah menurut muhaditsin

Sunnah menurut muhaditsin ialah: segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu
sebelum Nabi Saw, maupun sesudahnya.
B. SEJARAH INGKAR SUNNAH

Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi pada dua masa yaitu masa klasik dan masa modern.
Sedangkan pada masa pertengahan Ingkar Sunnah tidak muncul kembali, kecuali Barat mulai
meluasakan kolonialismenya ke negara-negara Islam dengan menaburkan fitnah dan mencoreng citra
agama Islam.

1) Ingkar Sunnah Klasik

Pada masa sahabat, seperti dituturkan oleh Al-Hasan Al-Basri (w. 110 H), ada sahabat yang kurang
begitu memperhatikan kedudukan sunnah Nabi SAW., yaitu ketika sahabat Nabi SAW ‘Imran bin Husain
(w. 52 H) sedang mengajarkan hadits. Tiba-tiba ada seorang yang meminta agar ia tidak usah
mengajarkan hadits, tetapi cukup mengajarkan Al-Qu’ran saja. Jawab ‘Imran,”tahukah anda, seandainya
anda dan kawan-kawan anda hanya memakai Al-Qu’ran, apakah anda dapat menemukan dalam Al-
Qu’ran bahwa salat dhuhur itu empat rakaat, salat ashar empat rakaat, dan salat magrib tiga rakaat?”

Apabila anda hanya memakai Al-Qu’ran, dari mana anda tahu tawaf (mengelilingi kabah) dan sa’i antara
safa dan marwa itu tujuh kali?

Jawaban itu, orang tersebut berkata, anda telah menyadarkan saya. Mudah-mudahan, Allah selalu
menyadarkan anda. Akhirnya sebelum wafat, orang itu menjadi ahli Fiqh.

Gejala-gejala ingkar as-sunnah seperti diatas, masih merupakan sikap-sikap individual, bukan merupakan
sikap kelompok atau mahzab, meskipun jumlah mereka dikemudian hari semakin bertambah. Suatu hal
yang patut dicatat, bahwa gejala-gejala itu tidak terdapat di negeri Islam secara keseluruhan, melainkan
secara umum terdapat di Irak. Karena ‘Imran bin Hushain dan Ayyub As-Sakhtiyani, tinggal di Basrah
Irak. Demikian pula, orang-orang yang disebutkan oleh imam Syafi’i sebagai pengingkar sunnah juga
tinggal di Basrah. Karena itu, pada masa itu di Irak terdapat faktor-faktor yang menunjang timbulnya
faham ingkar as-sunnah.[3]

Dan itulah gejala-gejala ingkar as-sunnah yang timbul dikalangan para sahabat. Sementara menjelang
akhir abat kedua hijriah muncul pula kelompok yang menolak sunnah sebagai salah satu sumber syariat
Islam, disamping ada pula yang menolak sunnah yang bukan mutawatir saja.

Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok pengingkar sunnah yang berhadapan
dengan Asy-Syafi’i, yaitu:

1) Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran saja yang dapat
dijadikan hujjah.

2) Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.

3) Hanya menerima sunnahmutawâtir saja dan menolak selain mutawâtir yakni sunnah âhâd.
Ingkar Sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum
Zindik yang berkedok pada sekte-sekte Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya dengan
mencaci para sahabat dan melemparkan hadits palsu. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di Bashrah
Irak karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan
penjelasan akhirnya menerima kehujahannya.

2) Ingkar Sunnah Modern

Ingkar Sunnah modern muncul di Mesir pada abad 20 M. Penyebab utamanya adalah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah
terjadi pemberontakan melawan colonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial
untuk pendangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat
Islam dan tergiutnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakekat Islam.

Pada abad keempat belas Hijriah, pemikiran seperti itu muncul kembali kepermukaan, dan kali ini
dengan bentuk dan penampilan yang berbeda dari Ingkar As-Sunnah klasik. Apabila Ingkar As-Sunnah
klasik muncul di Basrah, Irak akibat ketidaktahuan sementara orang terhadap fungsi dan kedudukan
Sunnah, Ingkar As-Sunnah modern muncul di Kairo Mesir akibat pengaruh pemikiran kolonialisme yang
ingin melumpuhkan dunia Islam.

Apabila ingkar As-Sunnah klasik masih banyak yang bersifat perorangan dan tidak menamakannya
mujtahid atau pembaharu, ingkar As-Sunnah modern banyak yang bersifat kelompok yang terorgnisasi,
dan tokoh-tokohnya banyak yang meng klaim dirinya sebagai mujtahid dan pembaharu.

Apabila para pengingkar Sunnah pada masa klasik mencabut pendapatnya setelah mereka menyadari
kekeliruannya, para pengingkar sunnah pada masa modern banyak yang bertahan pada pendiriannya,
meskipun pada meraka yang telah yang diterangkan urgesi Sunnah dalam Islam. Bahkan, diantara
mereka, ada yang tetap menyebarkan pemikiran secara diam-diam, meskipun penguasa setempat telah
mengeluarkan larangan resmi terhadap aliran tersebut.

Kapan aliran Ingkar As-Sunnah modern itu lahir? Muhammad Mustafa Azami menuturkan bahwa ingkar
As-Sunnah modern lahir di Kairo Mesir pada masa Syekh Muhammad Abduh (1266-1323 H/ 1849-1905
M). Dengan kata lain, Syekh Muhammad Abduh adalah orang yang pertama kali melontarkan gagasan
ingkar As-Sunnah pada masa modern. Pendapat Azami ini masih diberi catatan, apabila kesimpulan Abu
Rayyah dalam kitab nya Adhwa ‘ala As-Sunnah al-Muhammadiyah itu benar.

C. POKOK POKOK AJARAN INGKAR SUNNAH

1) Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah. Menurut mereka hadits itu karangan Yahudi
untuk menghancurkan Islam dari dalam.
2) Dasar Hukum Islam hanya Al Qur’an saja.

3) Syahadat mereka :Isyhadu bi anna muslimun.

4) Shalat mereka bermacam macam ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada yang
hanya eling saja.

5) Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram yaitu Muharram, Rajab, Zulqa’idah, dan
Zulhijah.

6) Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu waktu mengerjakan
haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa.

7) Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

8) Orang yang meninggal tidak dishalati karena tidak ada perintah dalam Al Qur’an.[4]

D. ARGUMENTASI INGKAR AS-SUNNAH

1. Agama Bersifat Kongkret dan Pasti

Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada suatu hal yang pasti. Apabila kita
memanggil dan memakai Sunnah, berarti landasan agama itu tidak pasti.

Sementara apabila agama Islam itu bersumber dari hadits, ia tidak akan memiliki kepastian sebab
keberadaan hadits –khususnya hadits ahad- bersifat dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada
paringkat pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan hadits –disamping Al-Qur’an- Islam akan
bersifat ketidak pastian.

2. Al-Qu’ran Sudah Lengkap

Dalam syariat Islam, tidak ada dalil lain, kecuali Al-Quran.

Jika kita berpendapat Al-Qu’ran masih memerlukan penjelasan, berarti kita secara tegas mendustakan
Al-Qu’ran dan kedudukan Al-Qu’ran yang membahas segala hal secara tutas. Padahal, ayat diatas
membantah Al-Qu’ran masih mengandung kekurangan. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah di ambil
pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai oleh Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[5]

3. Al-Qur’an Tidak Memerlukan Penjelas


Al-Qu’ran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Qu’ran merupakan penjelasan terhadap
segala hal.

Ayat-ayat ini dipakai dalil oleh para pengingkar Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-
Qu’ran sudah cukup karena memberikan penjelasan terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-
orang yang menolak hadits secara keseluruhan, seperti Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[6]

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Faham inkar sunnah adalah paham yang mengingkari keberadaan hadits-hadits Rasulullah SAW
.

2. Inkar sunnah mulai muncul pada zaman sahabat usai perang sahabat setelah wafatnya Nabi
SAW, Tokoh-tokoh inkar sunah zaman dahulu diantaranya adalah golongan Khawarij, golongan
Mu'tajilah serta golongan Syi’ah, sedang pada zaman modern tokoh inkar sunnah yang muncul
diantaranya adalah Rasyad Khalifa dari Mesir, Ghulam Ahmad Parwes dari India, Taufiq Shidqi dari
Mesir,Kasim Ahmad dari Malaysia dan empat orang dari Indonesia yaitu Abdul Rahman, Moh. Irham,
Sutarto, dan Lukman Saad.

B. SARAN

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa kedudukan As-sunnah Rasul merupakan sumber dan dasar
hukum Islam setelah Al-quran, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana diwajibkan
mengikuti Al-quran.Dalam hubungannya dengan Al-quran, As-sunnah berfungsi sebagai penafsir,
dan penjelas dari ayat ayat Al-quran tersebut. Oleh sebab itu, mengikuti sunnah nabi merupakan suatu
yang harus diikuti. Karena As-sunnah merupakan penafsir serta penjelasan dari ayat-ayat Al-quran.

Anda mungkin juga menyukai