Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok

INKAR AS-SUNNAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Ulum al- Hadits
Bimbingan : Munib, M.Ag

Disusun oleh
Malik Aminatus Sariroh

NIM: 1102110364

Wahyu Fadhilatul Hikmah


NIM: 1102110376

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH
1433 H/2012 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nyalah kami dimudahkan untuk menyusun dan menyelesaikan makalah kami ini. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Pembina mata kuliah Ulum Al-Hadits dan juga
pada teman-teman yang sudah mendukung dalam penyelesaian makalah kami.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulisan kami
kedepannya. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.

Palangka Raya, Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………… i
Daftar isi……………………………………………………………………………. .
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. .. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….. 1
D. Metode Penulisan……………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi inkar sunnah………………………………............................................ 2
B. Sejarah kemunculan serta siapa inkar sunnah……………………………….. 3
C. Klasifikasi inkar sunah……………………………………………………….. 6
D. Ajaran pokok dalam inkar sunah……………………………………………... 6

E. Argumen dalam membela ajaran……………………………………………… 7


F. Kelemahan faham (ajaran) inkar sunnah dari argumen………………………. 9
G. Sebab mengingkari sunnah……………………………………………………. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 11
B. Saran…………………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman Nabi umat Islam sepakat bahwa sunnah merupakan salah satu sumber
Islam di samping al-Qur’an. Belium ada bukti sejarah yang menjelaskan bahwa pada zaman
Nabi ada kalangan yang menolak sunnah sebagai sumber ajaran Islam. Barulah pada awal
masa Abasiyah muncul sejarah jelas orang yang berpaham inkar sunnah. Sesudah zaman
Syafi’I hingga saat ini, baik secara terselubung maupun terang-terangan, merka yang
berpaham inkar sunnah secara keseluruhan maupun sebagian saja dan muncul di Mesir,
Malaysia, dan Indonesia. Makalah ini berisi sekitar paham inkar sunnah dengan menelaah
argumentasinya, kemudian diikuti pembahasan ulamahadits serta ajarannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini adalah:
1. Apa pengertian dari inkar sunnah?
2. Bagaimana sejarah kemunculan serta siapa tokoh inkar sunnah?
3. Apa saja klasifikasi inkar sunah?
4. Apa ajaran pokok dalam inkar sunah?
5. Apa argumen mereka dalam membela ajarannya?
6. Apa kelemahan faham (ajaran) inkar sunnah dari argumen mereka?
7. Apa penyebab mereka mengingkari as-Sunnah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah kami ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari inkar sunnah.
2. Untuk mengetahui sejarah kemunculan dan tokoh-tokoh dalam inkar sunnah.
3. Untuk mengetahui klasifikasi inkar sunnah.
4. Untuk mengetahui pokok ajaran inkar sunnah.
5. Untuk mengetahui argumen yang digunakannya dalam membela ajarannya.
6. Untuk mengetahui kelemahan dasar faham inkar sunnah dari argumen mereka..
7. Untuk mengetahui penyebab mereka mengingkari as-sunnah

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah kami ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Library Research,
2. Metode Web search.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ingkar Sunnah


Secara bahasa kata inkar sunnah terdiri dari dua kata, inkar dan sunnah. Ahmad
Warson Munawwir (1984-1569) dalam Ulumul Hadits yang dikiutip oleh Sohari Sahrani,
menurutnya inkar berasal dari kata ankara-yunkiru-inkâran, artinya sulit, tidak mengakui

atau mengingkari. Anton Maulana Muhammad mendefenisikan kata inkar berarti


memyangkal, tidak membenarkan, tidak memberikan, tidak menepati.1
Pengertian as-sunnah menurut bahasa, dikemukakan oleh Ahmad Wardson
Munawwir (1984: 716) dalam buku Ulumul Hadits sebagai mana dikiutip oleh Sohari
Sahrani yaitu :
1. As-sunnah dengan makna jalan
2. As-sunnah dengan makna tabiat (watak)
3. As-sunnah dengan makna al-hadis.
M.M. Azami (1993:14) mengutip bahwa menurut ahli hadits, as-sunnah adalah
sabda, pekerjaan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani), atau tingkah laku Nabi Saw
baik sebelum menjadi Nabi maupun sesudahnya, menurut ‘ulamâ’as-sunnah merupakan
sinonim dengan hadits. Sedangkan Masyfuk Zuhdi (1993:14) memberikan defenisi
sunnah menurut istilah, yaitu:
ِ ِ
َ ‫ص َّل اهللُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم ِم ْن َق ْو ٍل اَْو ف ْع ٍل اَْو َت ْق ِريْ ٍر اَْو َغْي ُر َذال‬
‫ك‬ َ ‫ماَ َن َق َل َع ِن الْنَّيِب‬
“Sunnah ialah segala yang dinukilkan nabi Saw baik berupa perkataan, perbuatan,
takririnya atu lainnya”.2
Menurut istilah ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya masih sangat
sederhana pembatasannya di antaranya sebagai berikut:
1. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah
sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Alqur’an.
2. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak
dasar hukum Islam dari sunnah shaḫih baik sunnah praktis atau secara formal

1
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010, h. 141.
2
Ibid.
dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas muttawatir maupun ahad atau
sebagian saja, tanpa ada alasaan yang dapat diterima.3
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa inkar as-sunnah adalah
sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul sebagian maupun keseluruhannya sebagai
sumber hukum Islam. Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik
sunnah muttawatir dan aḫad atau menolak aḫad yang saja dan atau sebagian saja.

B. Sejarah kemunculan dan perkembangan serta tokoh inkar sunnah


Sejak Imam Syafi’i, mereka yang menolak sunnah baik secara absolut maupun
terhadap sebagiannya, telah menjadi momok bagi dunia Isla m tidak terkecuali di Indonesia.
Menjelang akhir abad kedua, menurut Muhammad Mushtafa Azmi (1993-42),
muncullah golongan yang mengingkari sunnah yang tidak dimutawatirkan saja. 4
Lanjutnya setelah kemunculan perdananya di akhir abad II atau awal abad III (pada masa
Imam Syafi’i), gerakan ini menjadi mandek dan tidak diketahui lagi jejaknya sampai sebelas
abad lamanya. Baru pada abad XIV H atau peralihan abad XIX H ke abad XX H gerakan ini
muncul kembali8. Untuk itu para analis dari muḫadditsȋn, membagi periode inkar as-Sunnah
menjadi dua bagian, kelompok tempo dulu (klasik) yang hidup pada masa Imam Syafi’i,
kedua kelompok modern yang hidup di abad peralihan. 5
1. Inkar Sunnah Klasik (Masa Dulu)
Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang
menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukum Islam baik
muttawatir atau aḫad. Ketika Yahudi berhasil memecahkan persatuan umat, lahirlah
kelompok yang menolak sebagian sisi sunnah karena kepentingan tak
terakomodasikan, atau memilah kaidah yang tak sesuai dengan prinsip muhadditsin
Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah hanya untuk men-shahih-kan hadits dan melemahkan
hadits. Kelompok ini antara lain:
a. Sikap Khawarij terhadap sunnah

3
Faris Achmad Ibrahim, Naily Hidayati, dan Marita Fadhilah, Inkarussunnah, posted on: 11Desember 2011,
(lihat:http://blog.elearning.unesa.ac.id/marita-fadhilah/inkar-assunnah), online: 18 April 2012, pukul : 17.30 WIB.
4
Sohari Sahrani, Ulumul, h. 145.
5
Moh.Natsir Nur, Inkar Sunnah di Zaman Modern, UIN Sultan SYarif Kasim Pekan Baru. (lihat: http://fush.uin-
suska.ac.id/attachments/_Nasir Nur M. NATSIR INKAR SUNNAH DI ZAMAN MODERN.pdf ). online : 18 April 2012,
pukul: 17.30 WIB.
Awalnya golongan ini pendukung Ali. Setelah peristiwa tahkim
mereka menentang sahabat yang menghukumi sesuatu dengan landasan kitab
Allah. Kemudian terpecah menjadi dua, di antaranya “Ibadhiyah” mereka
adalah orang Arab yang membaca al-Qur’an tapi tidak banyak mengetahui
sunnah (menurut Imam Ibnu Hazm). Meskipun beda kelompok mereka
menilai sahabat adil sebelum terjadi fitnah. As-Saba’I berkata:

Dengan demikian mereka menolak hadits Jumhur sahabat sesudah


fitnah itu, karena menurut mereka sahabat ini menyetujui tahkim dan
mengikuti imam yang zhalim sehinnga mereka bukan merupakan
orang yang terpercaya (tsiqah).6

Namun Al-A’zhami menimpali pernyataan di atas dengan perlunya


ditinjau kembali pernyataan itu. Yang tidak diragukan lagi kitab mereka
lenyap seiring lenyapnya golongan ini. Dengan merujuk pada kitab mereka
ditemukan mereka menerima hadits Nabawiyah meriwayatkan dari Ali,
Utsman, Aisyah, Abu Hurairah, Anas bin Malik dan lainnya. 7 Sedang
pendapat bahwa seluruh Khawarij menolak Sunnah yang diriwayatkan sahabat
sesudah atau sebelum tahkim berdasarkan kecenderungan mereka
menggunakan hadits Ahad terbukti dengan buku ushul fiqh yang mereka tulis.

b. Sikap Syi’ah terhadap sunnah


Mereka adalah orang yang setia pada Ali. Yang mengakui imamah dan
kekhalifahannya, serta wasiatnya baik yang terang-terangan ataupun
sembunyi-sembunyi. Keyakinannya imamah tidak keluar dari garis keturunan.
Menurut mereka imamah bukan masalah mashlahah yang biasa dengan
pemilihan umum, akan tetapi masalah ushuliyah, masalah rukun agama.
Berdasarkan inilah mereka membangun mazhab sendiri dan menolak hadits
jumhur sahabat, kecuali yang diriwayatkan pengikut Ali. Jalur riwayatnya
bersumber dari jalur imam karena yakin dengan kemaksuman imam.

c. Sikap Mu’tazilah terhadap sunnah


As-Siba’I menyatakan dikutip oleh Shalahuddin Maqbul Ahmad
bahwa setelah mendengar pernyataan Manshur Abdul Qadir Al-Baghdadi:
Dari situ kami melihat Mu’tazilah berada di antara orang yang ragu
terhadap keadilan sahabat sejak terjadinya “fitnah”, misalnya Washil.
Juga berada di antara orang yang meyakini kefasikan mereka seperti
halnya Amr bin Ubaid.8

6
Shalahuddin Maqbul Ahmad, Bahaya Mengingkari Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, h. 49-50.
7
Ibid., h. 50. (lihat : Semisal Musnadur Rabi’ Ibn Habib al-Farahidi).
8
Shalahuddin M, Bahaya, h. 57.
Hal ini mengimplikasikan penolakan mereka terhadap hadits yang
diriwayatkan sahabat. Menurut Abdul Hudzail, khabar ahad tidak dapat
menetapkan hukum, kecuali diriwayatkan oleh 20 orang yang salah seorang di
antara mereka adalah ahli surga. An-Nazham juga menolak ijma’ dan qiyas
sebagai dasar hukum, serta qath’iyah (kepastian keadilan) hadits mutawatir.

Namun demikian ada teks dalam buku Mu’tazilah yang menunjukkan


diterimanya khabar ahad meskipun disertai syarat tertentu. Seperti Abu Hasan
Muhammad bin Ali Al-Mu’tazili Al-Bashri dalam bukunya al-Mu’tamad fi
Ushul al-Fiqh menulis beberapa bab yang menunjukkan hal itu, misalnya
“Bab khabar perorangan (Khabar al-Wahid) tidak menghasilkan ilmu”dan
lain sebagainya, sebagaimana dikutip oleh Shalahuddin.9 Setelah
menyebutkan beberapa teks buku Mu’tazilah, Al A’zhami bependapat bahwa
pernyataan di atas jelas mengenai mazhab ini bahwa mereka sebenarnya
hadits Nabawiyah.
Setelah melihat bukti ini, kami cenderung berpendapat bahwa
Mu’tazilah sejalan dengan jumhur umat Islam dalam hal menerima hadits
Nabawiyah, namun mungkin saja mereka mencela atau menolak sebagian
hadits yang bertolak belakang dengan pandangan mereka. Namun secara
prinsip mazhab ini tidak menolak secara keseluruhan.

2. Inkar Sunnah Modern (Masa Kini)


Inkar sunnah abad modern muncul pada abad 14 H. Kemunculannya erat
dengan pengaruh pemikiran kolonialisme Barat, pernyataan ini didukung oleh Azami
dengan menyatakan bahwa setelah negara Barat menjajah negeri-negeri Islam,
mereka mulai menyebarka benih busuk untuk melumpuhkan kekuatan Islam.
Para pengingkar sunnah di zaman modern ini tidak hanya di jazirah Arab,
melainkan di beberapa Negara seperti Mesir dengan tokoh Taufiq Shidqi (W. 1920),
tokoh lainnya yang menetap di Amerika ialah Rasyad Khalifa. Di India ada Ghulam
Ahmad Fahwes pengikut Taufiq Shidiq. Dari Malaysia pengagum Rasyad Khalifa
adalah Kassim Ahmad (mantan Ketua Partai Sosialis Rakyat Malaysia), dan di
Indonesia antara lain Muhammad Ircham Sutarto.10
Kesimpulan dari Abu Royyah yang dikutip oleh Azami bahwa Muhammad
Abduh menngatakan manusia saat ini tidak memiliki pimpinan lain selain al-Qur’an.
Islam yang benar adalah islam tempo dulu sebelum muncul perpecahan dalam tubuh
muslim. Dalam hal ini Azami meragukan kebenarannya (tidak mencap langsung M.

9
Ibid.
10
Luqmanul Hakim, Fenomena Inkar Sunnah Dalam Perkembangan Sejarah, posted on:Desember 2008,
(lihat: http://i-epistemology.net/attachments/Fenomena Inkar Sunnah Dalam Perkembangan Sejarah-Luqmanul
Hakim.pdf), (online: 18 April 2012, pukul 20.05 WIB).
Abduh sebagai pengingkr sunnah). Namun al-Saba’I terus terang menuduhnya
sebagai pengingkar sunnah, sebab Muhammad Abduh berprinsip bahwa senjata
paling ampuh untuk membela Islam adalah logika yang rasional. Dari sini
Muhammad Abduh mempunyai penilaian lain terhadap sunnah dan rawi-nya.11
Sangat sulit untuk menilai bagaiman sebenarnya Muhammad Abduh dengan
sunnah, tapi menurut Yaqub (1995:48) bahwa Muh. Abduh menolak hadits ahad
untuk dijadikan dalil dalam aqidah. Menurutnya masalah aqidah hanya dapat dipakai
hadits-hadits mutawatir saja.

C. Klasifikasi inkar sunnah


Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan dari kitab Imam
Syafi’i al-Umm bahwa ada tiga kelompok pengingkar sunah yang berhadapan dengan
Asy-Syafi’i, yaitu sebagai berikut:
1. Golongan yang menolak seluruh sunnah Nabi Saw.
2. Golongan yang menolak sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan
dengan petunjuk atau semakna al-Qur’an. Ini berarti hadits-hadits tidak punya
otoritas untuk menentukan hukum baru di luar yang disinggung al-Qur'an.
Argumentasi yang dikemukakan oleh kelompok ini sama dengan yang
diajukan oleh kelompok pertama, yakni bahwa al-Qur'an telah menjelaskan
segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.
3. Golongan yang menolak sunnah yang berstatus mutawatir sebagai hujjah dan
menolak ke-hujjahan hadits-hadits ahad, sekalipun ada di antara hadits-hadits
ahad itu yang memenuhi syarat-syarat hadits shahih.
Dilihat dari penolakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
pertama dan kedua pada hakekatnya memiliki kesamaan pandangan bahwa mereka tidak
menjadikan sunnah sebagai hujjah. Para ahli hadits menyebut kelompok ini sebagai
kelompok Inkar Sunnah.

D. Ajaran pokok dalam inkar sunnah


Di antara ajaran-ajaran pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Dasar hukum Islam hanya Al-quran saja karena sudah lengkap dan sempurna.
2. Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah. Menurut mereka hadis itu
karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
3. Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin
4. Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan
ada hanya elling saja (ingat).
5. Puasa wajib hanya bagi yang melihat bulan saja, kalau seorang saja yang melihat
bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.

11
Sohari, Ulumul, h. 146.
6. Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah
Sya’ban), dan Dzulhijjah.
7. Pakaian ihram boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai
jas/dasi, sebab pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot.
8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
9. Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan ajaran Alquran (kandungan isi
Alquran).
10. Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah Al-quran.12

Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran
sunnah yang dibawa Rasulullah dan hanya menerima Alquran saja secara terpotong-
potong.

E. Argumen sebagai dasar hukum inkar sunnah


Cukup banyak argumen yang dikemukakan oleh penginkar sunah, baik di zaman
Syafi’I ataupun sesudahnya. Dari berbagai argumen banyak, ada berupa naqli dan non
naqli.
1. Argumen-argumen naqli
Yaitu alasan digunakan berupa dalil al-qur’an maupun hadits nabi Saw.
Memang agak ironis, mereka yang mengingkari sunnah menggunakan hadits atau
sunnah sebagai argumen membela paham mereka.13 Argumen dari ayat al-qur’an
yang mereka gunakan antara lain:
a. Q.S. An-Nahl: 89
         

Dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.
b. Q.S. Al-An’am: 38
      
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab.

Menurut pengikar sunnah, ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an


telah cukup mencakup segala yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan
agama. Maka tidak diperlukan adanya keterangan lain, seperti dari as-Sunnah.
12
Ramli Abdul Wahid, Ingkar Sunnah-Telaah Terhadap Paham dan Argumen Ingkar Sunnah, posted on:
Jum’at, 22 Februari 2008. (lihat : http://riwayat.wordpress.com/2007/11/18/inkar-sunah/) online: 18 April 2012,
pukul: 20. 15 WIB.
13
M.Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan Pemalsu, Jakarta: Gema Insani Press,
1995, h. 16.
Misalnya saja salat, bagi mereka kewajiban yang wajib didirikan lima waktu
sehari semalam dasrnya bukanlah sunnah melainkan ayat al-qur’an misalnya
surat al-Baqarah: 238, Hud: 144, al-Isra: 78 dan lainnya.14

c. Sejumlah riwayat hadis sebagai alasan argumen mereka adalah :


ِ ‫اهلل فَِإ ْن وا فَق كِتَاب‬
.ُ‫اهلل َفلَ ْم َأُق ْله‬ ِ ‫ب‬ ِ َ‫ضوهُ َعلَي كِت‬ ِ ْ َ‫ماَ اَتَا ُك ْم َعيِّن ف‬
َ َ َ ْ ْ ُ ‫اَأعر‬
Apa yang datang kepadamu dari saya, maka konfirmasikanlah dengan
kitabullah, jika sesuai dengan kitabullah maka hal itu berarti aku telah
mengatakannya, dan suatu yang menyalahi al-Qur’an, berarti aku tidak
mengatakannya.
d. Ayat-ayat al-qur’an antara lain:
(1) Q.S. Faathir : 31
           
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu al-kitab (Al Quran)
Itulah yang benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya.
(2) Q.S. Yunus : 36
            
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran.

2. Argumen non aqli


Ialah argumen yang tidak berupa al-Qur’an atau hadits Nabi. Walaupun
sebagian argumen itu ada yang menyinggung sisi tertentu dari ayat al-Qur’an ataupun
hadits, tetapi karena yang dibahas bukanlah ayat ataupun hadits (matan) secara
khusus, maka dinamakan argumen non aqli. 15
Di antara argumen non aqli yang diungkapkan pengingkar sunnah ialah:
1. Al-qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui malaikat
jibril) dalam bahasa Arab. Orang yang tahu bahasa Arab akan mengerti
langsung tanpa bantuan penjelasan dari hadits Nabi. Maka, hadits Nabi tidak
diperlukan untuk memahami petunjuk al-Qur’an.
2. Dalam sejarahnya umaat Islam telah mengalami kemundurannya. Umat islam
mundur karena terpecah-pecah yang disebabkan berpegang pada hadits Nabi.
Menurutnya hadits Nabi merupakan sumber dari kemunduran umat Islam.
3. Asal mula hadits Nabi dihimpun dalam kitab adalah dongeng semata, sebab
hadits lahir setelah Nabi Muhammad wafat.16

14
Ibid.
15
Sohari Sahrani, Ulumul, h. 144.
16
Ibid.
4. Hadits Rasul sampai pada kita melalui riwayat yang tidak terjamin dari
kekeliruan, kesalahan dan kedustaan terhadap Rasul, sehingga nilai
kebenarannya tidak meyakinkan (zhanny). Bagi mereka sesuatu yang zhan
tidak dapat dijadikan hujjah.17

F. Kelemahan Argumen Pengingkar Sunnah


Meskipun faham inkar sunnah memiliki dasar tersendiri dalam menguatkan
argumennya tentang penolakan sunnah, namun alasan mereka lemah sekali. Bukti
kelemahannya sebagai berikut:
1. Kelemahan Argumen naqli
a. Q.S. an-Nahl: 89 sama sekali tidak memberikan petunjuk bahwa sunnah
tidak diperlukan, melainkan menunjukkan kewajiban dan larangan serta
teknis beribadah. Ayat al-Qur’an menjelaskan perintah kewajiban secara
global dan hadits menerangkan teknis beribadah. Nabi menetapkan
ketentuan yang tidak ditemukan dalam al-Qur’an secara tegas dan wajib
ditaati, sebab Allah memerintahkan orang beriman untuk mematuhi Nabi.
Sebagaimana dinyatakan oleh Asy-Syafi’i.
b. Q.S. al-An’am: 38 yang dinyatakan oleh mereka tidak benar, dengan
alasan maksud dari al-kitab dalam ayat adalah al-Qur’an yag termuat
semua ketentuan agama dan bersifat global atau rinci. Ayat menilai
kedudukan hadits dalam kesumberan ajaran Islam. Ayat yang disebut oleh
pengingkar sunnah sebagai petunjuk ibadaha masih besifat global dan
sangat sulit diketahui pelaksanaan dan rinciannya tanpa hadits Nabi.18

2. Kelemahan Argumen non naqli


a. Al-Qur’an memang dari bahasa Arab. Dalam bahasa al-Qur’an ada ayat
yang global dan rinci. Untuk mengetahuinya diperlukan hadits Nabi.
Faktanya banyak yang mendalam pengetahuan bahasa Arabnya namun
masih tetap menghajatkan bantuan pada hadits Nabi.
b. Memang benar umat Islam mengalami kemunduran, namun bukan
disebabkan berpegang pada hadits. Justru hadits ikut mendorong
memajukan umat Islam, sebagaimana al-Qur’an memerintahkan mukmin
untuk menuntut ilmu19 serta hadits Nabi seperti al-Qur’an memerintahkan
orang mukmin untuk bersatu dan menjauhi perpecahan.20

G. Sebab mereka mengingkari As sunnah

17
M.Syuhudi Ismail, Hadits Nabi, h. 19.
18
Ibid., h. 22-25.
19
Lihat Q.S. Faathir :28, al-Zumar: 9.
20
Lihat Q.S. Ali Imran : 103.
Melihat dari beberapa permasalahan di atas yang berhubungan dengan adanya
pengingkaran sunnah di kalangan umat Islam, dapat dilihat sebab adanya ingkar sunnah
tersebut, di antaranya :
1. Salah paham pada penafsiran al-Qur’an, dalam memahami surat al-An’am,
serta terlalu sempit dalam meneliti al-Qur’an yang terbukti dengan pemikiran
yang terlalu parsial, artinya mengambil ayat al-Qur’an hanya sebgaian saja.
2. Faktor lainnya adalah terkait adanya larangan Nabi, yang nota benenya adalah
sabda Nabi. Jadi dapat dikatan mereka orang yang bingung, di satu sisi
mereka menolak sunnah namun di sisi lain mereka menggunakannya sebagai
argumen.
3. Merasa angkuh dan gengsi, sebab pada prinsipnya mereka tidak mengakui
ayat atau hadits yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu. Mka mereka tidak
memiliki pendirian.21
4. Kurangnya pengetahuan bahasa Arab, sejarah Islam, sejarah periwayatan,
pembinaan hadits, metodologi kodifikasi hadits, dan sebgainya.
5. Keinginan untuk memahami Islam secara langsung dari al-Qur’an berdasarkan
kemampuan rasio semata dan merasa enggan melibatkan diri pada pengkajian
hadits. Sikap seperti ini disebabkan oleh keinginan untuk berpikir bebas tanpa
terikat oleh norma tertentu.22

21
Sohari Sahrani, Ulumul, h. 146-147.
22
Nglawak Kertosono Nganjuk, Inkar Sunnah, posted on: Jum’at 25 April 2011.
(lihat:http://sartikahinata.wordpress.com/2011/10/14/inkar-sunnah/) online: 20 April 2012, pukul : 21.10 WIB.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul sebagian
maupun keseluruhannya sebagai sumber hukum Islam. Paham Ingkar Sunnah bisa
jadi menolak keseluruhan sunnah baik sunnah muttawatir dan aḫad atau menolak
aḫad yang saja dan atau sebagian saja.
Menjelang akhir abad kedua, menurut Muhammad Mushtafa Azmi (1993-42),
muncullah golongan yang mengingkari sunnah yang tidak dimutawatirkan saja.
Lanjutnya setelah kemunculan perdananya di akhir abad II atau awal abad III (pada masa
Imam Syafi’i), gerakan ini menjadi mandek dan tidak diketahui lagi jejaknya sampai
sebelas abad lamanya. Baru pada abad XIV H atau peralihan abad XIX H ke abad XX H
gerakan ini muncul kembali8. Untuk itu para analis dari muḫadditsȋn, membagi periode
inkar as-Sunnah menjadi dua bagian, kelompok tempo dulu (klasik) di antaranya
kelompok Mu’tazilah, Syi’ah, dan Khawarij yang hidup pada masa Imam Syafi’i, kedua
kelompok modern yang hidup di abad peralihan.
Asy-Syafi’i, membagi kelompok ini dengan beberapa kelompok,yaitu sebagai
berikut:
1. Golongan yang menolak seluruh sunnah Nabi Saw.
2. Golongan yang menolak sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan
dengan petunjuk atau semakna al-Qur’an.
3. Golongan yang menolak sunnah yang berstatus mutawatir sebagai hujjah dan
menolak ke-hujjahan hadits-hadits ahad, sekalipun ada di antara hadits-
hadits ahad itu yang memenuhi syarat-syarat hadits shahih.

Mereka memiliki argumen atau alasan dalam membela paham mereka, ialah
sebagai berikut:
1. Argumen-argumen naqli yaitu alasan digunakan berupa dalil al-qur’an
maupun hadits nabi Saw.
2. Argumen non aqli ialah argumen yang tidak berupa al-Qur’an atau hadits
Nabi. Walaupun sebagian argumen itu ada yang menyinggung sisi tertentu
dari ayat al-Qur’an ataupun hadits, tetapi karena yang dibahas bukanlah ayat
ataupun hadits (matan).

B. Saran
Dalam makalah ini banyak dijelaskan tentang orang-orang yang ingkar
dengan Hadist dan sunnah Nabi Muhammad Saw., kami sebagai penulis menghimbau
kepada teman-teman semua agar menelaah kembali lebih jauh tentang inkarussunnah
tersebut dengan mencari sumber informasi yang lebih lengkap lagi, kerana kami
menyadari makalah ini hanyalah sedikit dari pembahasan yang seharusnya kami
jelaskan. Dan kami meminta kritik dan saran guna menunjang dan perbaikan makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Pengantar ilmu hadits , Drs. M. Syuhudi Ismail, Penerbit Angkasa Bandung, Bandung, 1985.

Ulum al-Hadits, Dr. Badri Khaeruman, M.Ag, Bandung, Pustaka Setia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai