DISUSUN OLEH:
Kelompok : 11
SEMESTER : II
DOSEN PENGAMPU:
TAUHID M.A
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Panyabungan, 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci al-Qur’an. Berbeda dengan
al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi saw secara mutawatir
dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi saw masih hidup, serta
dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian
besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan
pengkodifikasiannya pun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul
Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah. Hal yang disebutkan terakhir,
didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh sekelompok kecil (minoritas) umat
Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak otoritas hadis-hadis Nabi saw
sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan.
Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok inkar al-sunnah.
Secara paradigma pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar Sunnah memang
sangat erat dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah . Dan dari segi
benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar
tentang akan adanya orang yang mengingkari Sunnah sudah pernah disampaikan
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Untuk mempermudah, dalam
makalah ini akan dibahas satu persatu, yaitu dari Pengertian Ingkar al- Sunnah,
Sejarah ingkar al- Sunnah, Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap
Ingkar al- Sunnah, Kriteria Ingkar al- Sunnah, Upaya mengantisipasi Ingkar al-
Sunnah.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Pengertian Ingkar al- Sunnah ?
2 Bagaimana Sejarah ingkar al- Sunnah ?
3 Bagaimana Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah ?
4 Bagaimana Kriteria Ingkar al- Sunnah ?
1
5 Bagimana Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah ?
2
2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Ingkar al- Sunnah
2. Untuk mengetahui Sejarah ingkar al- Sunnah
3. Untuk mengetahui Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah
4. Untuk mengetahui Kriteria Ingkar al- Sunnah
5. Untuk mengetahui Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah
6. Untuk mengetahui Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah
7. Untuk mengetahui Pokok-Pokok Ajaran Aliran Sesat Ingkar As-Sunnah
8. Untuk mengetahui Sebab Peng-ingkaran Terhadap Sunnah Nabi SAW
9. Untuk mengetahui Dalil-Dalil Inkar Sunnah
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu
maupun sekarang sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama
hadis dan fiqh.1
tidak pasti. Sementara apabila agama Islam itu bersumber dari hadis –khususnya
hadis Ahad- bersifat dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada peringkat
pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan hadis di samping Al-Quran
Islam akan bersifat ketidak pastian.
b. Al-Quran Sudah Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain, kecuali Al-Quran. Jika kita
berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan berarti kita secara tegas
mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang membahas segala hal
secara tuntas. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah tidak mungkin diambil
pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai oleh Taufiq Sidqi dan Abu
Rayyah.4
c. Al-Quran Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Quran
merupakan penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman: Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-
Nahl [16]: 89). Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran)
kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114). Ayat-ayat ini dipakai dalil
oleh para pengingat Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-
Quran sudah cukup karena memberikan penjelasan terhadap segala masalah.
Mereka adalah orang-p\orang yang menolak hadis secara keseluruhan, seperti
Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
Argumen-argumen Non Naqli :
Argumen yang tidak berupa ayat Al-Qur’an dan atau hadis-hadis
diantaranya:
a. Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui
malaikat Jibril) dalam bahasa Arab. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-Qur’an secara langsung,
tanpa bantuan penjelasan dari hadis Nabi.
6 Sulaiman, M. Noor, 2008, Antologi Ilmu Hadits, Gaung Persada Press, Jakarta, hlm 206-211
7 Ibid, hlm 212-213
9
seperti dalam kewajiban shalat, dalam hal ini fungsi hadits adalah
menerangkan secara tehnis tata cara pelaksanaannya.Dengan demikian
surat an-Nahl sama sekali tidak menolak hadits sebagai salah satu
sumber ajaran. Bahkan ayat tersebut menekankan pentingnya hadits.
[35]
2. Surat Yunus ayat 36 yang dijadikan sebagai dalil mereka menolak
hadits ahad sebagai hujjan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan istilah zhanni adalah tentang keyakinan yang menyekutukan
Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan khayalan belaka dan tidak dapat
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Keyakinan yang dinyatakan
sebagai zhanni pada ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungannya
dan tidak ada kesamaannya dengan tingkat kebenaran hasil penelitian
kualitas hadits.
3. Keshahihan hadits ahad bukan didasarkan pada khayalan melainkan
didasarkan pada metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
8 Abdul Majid Khon,2011, Pemikiran Modern Dalam Sunnah, pendekatan Ilmu Hadits,
(Jakarta : Kencana.
10
Terjemahnya : “ Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yakni Al-
Qur’an itulah yang benar (haq)….. ”
5. Al-Qur’an surat Yunus ayat 36
Terjemahnya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali ahli
persangkaan belaka. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran….”9
Jadi hadits itu hanyalah persangkaan yang tidak layak untuk dijadikan
hujjah.
Adapun dalil akal diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an dalam bahasa arab yang jelas, maka orang yang faham
bahasa arab maka faham terhadap Al-Qur’an.
b. Perpecahan umat islam karena berpegang pada hadits yang berbeda-
beda.
c. Hadits hanyalah dongeng karena baru muncul pada zaman tabi’in dan
tabi’ittabi’in.
d. Tidak satu haditspun dicatat di zaman Nabi. Dalam periode sebelumnya
pencatatan hadits, manusia berpeluang berbohong.
e. Kritik sanad baru muncul setelah satu setengah abad wafatnya Nabi.
f. Konsep tentang seluruh sahabat adil, muncul setelah abad ketiga
Hijriyah.
Analisis terhadap argumen inkar sunnah dalil-dalil naqli dan argumen aqli
inkar sunnah itu seluruhnya lemah. Hal ini dapat diperkuat dengan argumen-
argumen tokoh ikar sunnah dari Malaysia, Kassim Ahmad mengatakan bahwa
buku ini secara saintifik membuktikan ketulenan Al-Qur’an sebagai perutusan
Tuhan kepada manusia yang sepenuhnya terpelihara dan menarik perhatian
pembaca kepada kesempurnaannya, kelengkapannya, dan keterperinciannya,
menyebabkan manusia tidak memerlukan buku-buku lain sebagai sumber
bimbingan.
9 Departemen Haji dan Wakaf Kerajaan Saudi Arabia, Alqur’an dan Terjemah, (Madinah:
Komplek Percetakan Al Qur’an Khadim Al Haramain asy Syarifaian Raja Fadh, 1412 H)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”.
Kata “inkar” secara etimologis diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah” adalah hadits-hadits Rosulullah
SAW. Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H)
yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum
Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir
As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut
sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,
baik muttawatir maupun ahad.
Ingkar al- Sunnah modern Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar
Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas
kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah
hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di
Mesir (pada abad 20 M). Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah
modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal
abad 19 M di dunia Islam.
Argumen-argumen naqli : Agama Bersifat Konkret dan Pasti, Al-Quran
Sudah Lengkap, Al-Quran Tidak Memerlukan Penjelas. Bantahan Ulama : Abd
Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak
termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai
dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai
berikut: “Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan
masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti
kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91). Kriteria Inkar al-Sunnah Mendahulukan
ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai keyakinan bahwa Sunnah
tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun, Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya
maupun sebagian.
13
14
B. Saran
Demikianlah uraian yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan dengan
uraian yang ini dapat menambah pengetahuan kita dan berguna dalam kehidupan
kita. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA