Anda di halaman 1dari 20

INKAR SUNNAH

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

DISUSUN OLEH:

Kelompok : 11

1 Maharani Harahap (20120019)


2 Nur Fifiyani (20120025)
3 Rizka Nayla (20120032)
4 Rahmat Syafii (20120029)

SEMESTER : II

DOSEN PENGAMPU:

TAUHID M.A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu


yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah yang
berjudul Inkar Sunnah Modern.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Panyabungan, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I    PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan 2

BAB II   PEMBAHASAN

A. Pengertian Ingkar al- Sunnah 3


B. Sejarah Ingkar al- Sunnah 4
C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap
Ingkar al- Sunnah 5
D. Kriteria Ingkar al- Sunnah 8
E. Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah 8
F. Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah 8
G. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Sesat Ingkar As-Sunnah 9
H. Sebab Peng-ingkaran Terhadap Sunnah Nabi SAW 10
I. Dalil-Dalil Inkar Sunnah 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 13
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci al-Qur’an. Berbeda dengan
al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya disampaikan oleh Nabi saw secara mutawatir
dan telah ditulis serta dikumpulkan sejak zaman Nabi saw masih hidup, serta
dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, sebagian
besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan
pengkodifikasiannya pun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul
Azis, salah seorang khalifah Bani Umayyah. Hal yang disebutkan terakhir,
didukung oleh beberapa faktor lainnya, oleh sekelompok kecil (minoritas) umat
Islam dijadikan sebagai alasan untuk menolak otoritas hadis-hadis Nabi saw
sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan.
Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok inkar al-sunnah.
Secara paradigma pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar Sunnah memang
sangat erat dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah . Dan dari segi
benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar
tentang akan adanya orang yang mengingkari Sunnah sudah pernah disampaikan
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Untuk mempermudah, dalam
makalah ini akan dibahas satu persatu, yaitu dari Pengertian Ingkar al- Sunnah,
Sejarah ingkar al- Sunnah, Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap
Ingkar al- Sunnah, Kriteria Ingkar al- Sunnah, Upaya mengantisipasi Ingkar al-
Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Pengertian Ingkar al- Sunnah ?
2 Bagaimana Sejarah ingkar al- Sunnah ?
3 Bagaimana Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah ?
4 Bagaimana Kriteria Ingkar al- Sunnah ?

1
5 Bagimana Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah ?

2
2

6 Bagaiamana Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah?


7 Apa saja Pokok-Pokok Ajaran Aliran Sesat Ingkar As-Sunnah?
8 Bagaiamana Sebab Peng-ingkaran Terhadap Sunnah Nabi SAW?
9 Apa saja Dalil-Dalil Inkar Sunnah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Ingkar al- Sunnah
2. Untuk mengetahui Sejarah ingkar al- Sunnah
3. Untuk mengetahui Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah
4. Untuk mengetahui Kriteria Ingkar al- Sunnah
5. Untuk mengetahui Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah
6. Untuk mengetahui Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah
7. Untuk mengetahui Pokok-Pokok Ajaran Aliran Sesat Ingkar As-Sunnah
8. Untuk mengetahui Sebab Peng-ingkaran Terhadap Sunnah Nabi SAW
9. Untuk mengetahui Dalil-Dalil Inkar Sunnah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inkar al- Sunnah


1 Arti menurut bahasa
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”.
Kata “inkar” secara etimologis  diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah” adalah hadits-hadits Rosulullah
SAW.
2. Arti menurut istilah
a. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau
sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-qur’an.
b. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang
menolak dasar hukum Islam dari sunnah shohih baik sunnah praktis atau
yang secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas
mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat
diterima.
Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik
sunnah muttawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja.
Demikian juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan
alasan yang dapat diterima oleh akal yang sehat, seperti seorang muktahid yang
menemukan dalil yang lebih kuat dar pada hadis yang ia dapatkan, atau hadis itu
tidak sampaikepadanya, atau karena kedhaifannya, atau karena ada tujuan syar’i
yang lain, maka tidak digolongkan Ingkar Sunnah.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul,
baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu
dalam menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik
sebagian maupun keseluruhannya. Penyebutan Ingkar as-sunnah tidak semata-
mata berarti penolakan total terhadap sunnah. Penolakan terhadap sebagian
sunnah pun termasuk dalam kategori ingkar as-sunnah, termasuk di dalamnya
penolakan yang berawal dari sebuah konsep berpikir yang janggal atau

3
4

metodologi khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu
maupun sekarang sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama
hadis dan fiqh.1

B. Sejarah Ingkar al- Sunnah


Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa
klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut:
1. Ingkar Sunnah klasik
Terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak
kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam
baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-
Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai
ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,
baik muttawatir maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan
Asy-Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan.
Namun, semua argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis
oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional
sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima sunnah Nabi.
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga
kelompok pengingkar sunah yang berhadapan denga Asy-Syafi’i, yaitu sebagai
berikut:
a. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui
Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah.
b. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
c. Hanya menerima sunnah muttawatir seja dan menolak
selain muttawatir yakni sunnah ahad.
Kesimpulannya, ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat
Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-
sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling
mencari para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara

1 Majid Khon, Abdul, 2010, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 27-29


5

keseluruhan bukan karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima


kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam memberikan kriteria
peresyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di Bahrah Irak
karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi
setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima kehujahannya.2
2. Ingkar Sunnah Modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di
Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern
di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang
lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M). Sebab
utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam,
terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris
1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu
agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam
dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi
hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad
Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan
pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak
umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi,
dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman
mereka kurang mendalam.3

C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah


1. Argumentasi Ingkar al- Sunnah
Argumen-argumen naqli :
a. Agama Bersifat Konkret dan Pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada suatu hal yang
pasti. Apabila kita mengambil dan memakai Sunnah, berarti landasan agama itu

2 Ibid, hlm 30-32


3 Ibid, hlm 33-35
6

tidak pasti. Sementara apabila agama Islam itu bersumber dari hadis –khususnya
hadis Ahad- bersifat dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada peringkat
pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan hadis di samping Al-Quran
Islam akan bersifat ketidak pastian.
b. Al-Quran Sudah Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain, kecuali Al-Quran. Jika kita
berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan berarti kita secara tegas
mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang membahas segala hal
secara tuntas. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah tidak mungkin diambil
pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai oleh Taufiq Sidqi dan Abu
Rayyah.4
c. Al-Quran  Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Quran
merupakan penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman: Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-
Nahl [16]: 89). Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran)
kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114). Ayat-ayat ini dipakai dalil
oleh para pengingat Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-
Quran sudah cukup karena memberikan penjelasan terhadap segala masalah.
Mereka adalah orang-p\orang yang menolak hadis secara keseluruhan, seperti
Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
Argumen-argumen Non Naqli :
Argumen yang tidak berupa ayat Al-Qur’an dan atau hadis-hadis
diantaranya:
a. Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui
malaikat Jibril) dalam bahasa Arab. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-Qur’an secara langsung,
tanpa bantuan penjelasan dari hadis Nabi.

4 Solahudin, Agus, 2009,  Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, hlm 219-220


7

b. Dalam sejarah, umat Islam mengalami kemunduran. Umat Islam mundur


karena umat Islam terpecah-pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat
Islam berpegang kepada hadis Nabi.
c. Asal mula hadis Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab hadis adalah
dongeng-dongeng semata.
d. Menurut dokter Tauqif Sidqi, tiada satupun hadis nabi yang dicatat pada
zaman Nabi. Pencatatan hadis terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak
tertulisnya hadis itu, manusia berpeluang untuk mempermainkan dan
merusak hadis sebagaimana yang telah terjadi5
2. Bantahan Ulama
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang
menghindari sunnah tidak termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini
sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,
sebagai berikut:
“Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan
masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti
kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91).
Allah SWT telah menetapkan untuk mentaati Rsul, dan tidak ada alasan
dari siapa pun untuk menentang perintah yang diketahui bearsal dari Rasul. Allah
telah membuat semua manusia (beriman) merasa butuh kepadanya dalam segala
persoalan agama dan memberikan bukti bahwa sunnah menjelaskan setiap makna
dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah dalam kitabnya. Sunnah Rasul
mempunyai tugas yang amat besar, yakni untuk memberikan pemahaman
tentang Kitabullah, baik dari segi ayat maupun hukumnya. Orang yang ingin
mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus mengetahui hal-hal yang ada
dalam sunnah , baik dalam maknanya, penafsiran bentuknya, maupun dalam
pelaksanaan hukum-hukumnya. Contoh yang paling baik dalam hal ini adalah
masalah ibadah shalat.

5 Solahudin, Agus, 2009, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, hlm 220-221


8

D. Kriteria Inkar al-Sunnah


1. Mendahulukan ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai
keyakinan bahwa Sunnah tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun.
2. Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya maupun sebagian.
3. Menyalahi faham mayoritas ulama dan umat.
4. Hanya mengambil dasar hukum dari Al-Quran saja.
5. Berbeda dalam cara pelaksanaan ibadah tertentu.6

E. Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi paham inkar
as-sunnah diantaranya:
1. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.
4. Meyakini bahwa sunnah dan hadits adalah sumber kedua hukum Islam.
5. Menjauhi aliran-aliran yang menganggap bahwa sunnah dan hadits tidak
benar.
6. Pihak berwajib melarang penyebaran paham inkar al-sunnah di
wilayahnya.7

F. Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah


Ternyata argumen yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi para
pengingkar sunnah memiliki banyak kelemahan, misalnya :
1. Pada umumnya pemahaman ayat tersebut diselewengkan maksudnya
sesuai dengan kepentingan mereka. Surat an-Nahl ayat 89 yang
merupakan salah satu landasan bagi kelompok ingkar sunnah untuk
maenolak sunnah secara keseluruhan. Menurut Asy-Syafi’i ayat
tersebut menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang sifatnya global,

6 Sulaiman, M. Noor, 2008,  Antologi Ilmu Hadits, Gaung Persada Press, Jakarta, hlm 206-211
7 Ibid, hlm 212-213
9

seperti dalam kewajiban shalat, dalam hal ini fungsi hadits adalah
menerangkan secara tehnis tata cara pelaksanaannya.Dengan demikian
surat an-Nahl sama sekali tidak menolak hadits sebagai salah satu
sumber ajaran. Bahkan ayat tersebut menekankan pentingnya hadits.
[35]
2. Surat Yunus ayat 36 yang dijadikan sebagai dalil mereka menolak
hadits ahad sebagai hujjan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan istilah zhanni adalah tentang keyakinan yang menyekutukan
Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan khayalan belaka dan tidak dapat
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Keyakinan yang dinyatakan
sebagai zhanni pada ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungannya
dan tidak ada kesamaannya dengan tingkat kebenaran hasil penelitian
kualitas hadits.
3. Keshahihan hadits ahad bukan didasarkan pada khayalan melainkan
didasarkan pada metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan.

G. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Sesat Ingkar As-Sunnah


1. Tentang Dua Kalimat Sahadat
Mereka tidak mengaku 2 kalimat syahadat karena tidak ada dalam Al-
Qur’an.8
2. Tentang Shalat Cara mereka mengerjakan shalat bermacam-macam, yaitu :
a. Ada yang mengerjakan shalat tiga kali sehari masing masing boleh
empat rakaat atau dua rakaat.
b. Ada yang shalatnya rata-rata dua rakaat, tetapi bacaannya berbeda-
beda ada yang seperti biasa, bagian shalat yang tidak tertera dalam al-
qur’an boleh dig anti.
c. Ada yang shalatnya sebanyak-banyaknya, selagi mampu dan tidak
berlebihan
d. Shalat diwajibkan bagi yang faham al-qur’an.

8 Abdul Majid Khon,2011,  Pemikiran Modern Dalam Sunnah, pendekatan Ilmu Hadits,
(Jakarta : Kencana.
10

3. Tentang Puasa Di Bulan Ramadhan. mereka hanya mengikuti wajibnya


puasa saja. Adapun hari dan bulannya meraka mengingkari dengan alasan
tidak ditentukan dalam al-Qur’an makanya mereka tidak mengakui puasa
Ramadhan karena tidak ada keterangan ayat al-Qur’an.
4. Tentang Zakat Pada umumnya mareka tidak memunaikan zakat. Yang
mereka akui adalah perintah member kepada fakir miskin.
5. Rukun islam yang 5 tidak berfungsi apa-apa, yang terpenting adalah
pemahaman al-qur’an

H. Sebab Peng-ingkaran Terhadap Sunnah Nabi SAW


Melihat dari beberapa permasalahan di atas yang berhubungan dengan
adanya pengingkaran sunnah dikalangan umat Islam, dapatlah kiranya dilihat
sebab adanya pengingkaran tersebut, diantaranya:
1. Pemahaman yang tidak terlalu mendalam tentang Hadits Nabi saw.
Dan kedangkalan mereka dalam memahami Islam, juga ajarannya
secara keseluruhan, demikian menurut Imam Syafi’i.
2. Kepemilikan pengetahuan yang kurang tentang bahasa arab, sejarah
Islam, sejarah periwayatan, pembinaan hadits, metodologi penelitian
hadits, dan sebagainya.
3. Keraguan yang berhubungan dengan metodologi kodifikasi hadits,
seperti keraguan akan adanya perawi yang melakukan kesalahan atau
muncul dari kalangan mereka para pemalsu dan pembohong.
4. Keyakinan dan kepercayaan mereka yang mendalam kepada al-Qur’an
sebagai kitab yang memuat segala perkara.
5. Keinginan untuk memahami Islam secara langsung dari al-Qur’an
berdasarkan kemampuan rasio semata dan merasa enggan melibatkan
diri pada pengkajian hadits, metodologi penelitian hadits yang
memiliki karakteristik tersendiri. Sikap yang demikian ini, disebabkan
oleh keinginan untuk berfikir bebas tanpa terikat oleh norma-norma
tertentu, khususnya yang berkaitan dengan hadits Nabi SAW.
11

6. Adanya statement al-Qur’an yang menyatakan bahwa al-Qur’an telah


menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran Islam (QS.
Al-Nahl: 89), juga terdapatnya tenggang waktu yang relatif lama
antara masa kodifikasi hadits dengan masa hidupnya Nabi SAW
(wafatnya beliau).
7. Pengaruh pemikiran Orientalis Barat

I. Dalil-Dalil Inkar Sunnah


Dalil-dalil atau alasan-alasan inkar sunnah dibagi menjadi dua macam,
yaitu dalil Al-Qur’an dan alasan akal. Yang berupa dalil Al-Qur’an diantaranya:
 Al-Qur’an surat An-nahl ayat 89
Terjemahnya : “…..Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an untuk menjelaskan
sesuatu…..”.
1. Al-Qur’an surat al An’am ayat 38
Terjemahnya : “Tidak kami alfakan sesuatupun didalam Al-Qur’an”.[49]
2. Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3
Terjemahnya : “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu
dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku ridloi Islam itu sebagai
agamamu.”
 Dari ketiga ayat diatas menunjukan bahwa Al-Qur’an telah menunjukan
semuanya (segala sesuatu). Al-Qur’an tidak membutuhkan keterangan tambahan
lagi karena penjelasannya tentang islam sebagai agama yang telah sempurna.
3. Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4
Terjemahnya : Dan tidaklah ia (Muhammad) bertutur benurut hawa
nafsunya. Ucapan itu tiada lain wahyu yang diwahyukan kepadanya.
 Menurut mereka yang diwahyukan itu sudah tertuliskan dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 20, Al-Maidah ayat 92, Ar-Ra’d ayat 40, An-Nahl
ayat 35 dan 82, An-Nur ayat 45, Al-‘Angkabut ayat 18, Asy-Syura ayat 48.
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa tugas nabi Muhammad hanyalah
menyampaikan pesan Allah dan tidak berhak memberikan penjelasan apapun.
4. Al-Qur’an surat Al-Fathir ayat 31
12

Terjemahnya : “ Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yakni Al-
Qur’an itulah yang benar (haq)….. ”
5. Al-Qur’an surat Yunus ayat 36
Terjemahnya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali ahli
persangkaan belaka. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran….”9
   Jadi hadits itu hanyalah persangkaan yang tidak layak untuk dijadikan
hujjah.
 Adapun dalil akal diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an dalam bahasa arab yang jelas, maka orang yang faham
bahasa arab maka faham terhadap Al-Qur’an.
b. Perpecahan umat islam karena berpegang pada hadits yang berbeda-
beda.
c. Hadits hanyalah dongeng karena baru muncul pada zaman tabi’in dan
tabi’ittabi’in.
d. Tidak satu haditspun dicatat di zaman Nabi. Dalam periode sebelumnya
pencatatan hadits, manusia berpeluang berbohong.
e. Kritik sanad baru muncul setelah satu setengah abad wafatnya Nabi.
f. Konsep tentang seluruh sahabat adil, muncul setelah abad ketiga
Hijriyah.
 Analisis terhadap argumen inkar sunnah dalil-dalil naqli dan argumen aqli
inkar sunnah itu seluruhnya lemah. Hal ini dapat diperkuat dengan argumen-
argumen tokoh ikar sunnah dari Malaysia, Kassim Ahmad mengatakan bahwa
buku ini secara saintifik membuktikan ketulenan Al-Qur’an sebagai perutusan
Tuhan kepada manusia yang sepenuhnya terpelihara dan menarik perhatian
pembaca kepada kesempurnaannya, kelengkapannya, dan keterperinciannya,
menyebabkan manusia tidak memerlukan buku-buku lain sebagai sumber
bimbingan.

9  Departemen Haji dan Wakaf Kerajaan Saudi Arabia, Alqur’an dan Terjemah, (Madinah:
Komplek Percetakan Al Qur’an Khadim Al Haramain asy Syarifaian Raja Fadh, 1412 H)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”.
Kata “inkar” secara etimologis  diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak
menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah” adalah hadits-hadits Rosulullah
SAW. Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H)
yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum
Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir
As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut
sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,
baik muttawatir maupun ahad.
Ingkar al- Sunnah modern Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar
Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas
kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah
hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di
Mesir (pada abad 20 M). Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah
modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal
abad 19 M di dunia Islam.
Argumen-argumen naqli : Agama Bersifat Konkret dan Pasti, Al-Quran
Sudah Lengkap, Al-Quran  Tidak Memerlukan Penjelas. Bantahan Ulama : Abd
Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak
termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai
dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai
berikut: “Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan
masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti
kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91). Kriteria Inkar al-Sunnah Mendahulukan
ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai keyakinan bahwa Sunnah
tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun, Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya
maupun sebagian.

13
14

Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah, Lebih mendalami ilmu agama


agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat, Memahami isi kandungan Al-Qur’an
dan Hadits, Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Sebab peng-ingkaran mereka terhadap sunnah Nabi SAW diantaranya:
Pemahaman yang tidak terlalu mendalam tentang Hadits Nabi saw. Dan
kedangkalan mereka dalam memahami Islam, juga ajarannya secara keseluruhan.,
Kepemilikan pengetahuan yang kurang tentang bahasa arab, sejarah Islam, sejarah
periwayatan, pembinaan hadits, metodologi penelitian hadits, dan sebagainya,
Keraguan yang berhubungan dengan metodologi kodifikasi hadits, seperti
keraguan akan adanya perawi yang melakukan kesalahan atau muncul dari
kalangan mereka para pemalsu dan pembohong, Keyakinan dan kepercayaan
mereka yang mendalam kepada al-Qur’an sebagai kitab yang memuat segala
perkara, Keinginan untuk memahami Islam secara langsung dari al-Qur’an
berdasarkan kemampuan rasio semata dan merasa enggan melibatkan diri pada
pengkajian hadits, metodologi penelitian hadits yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Alasan mendasar yang mereka kemukakan untuk menolak keberadaan
hadis Nabi saw. sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an adalah
statement al-Qur’an yang menyatakan bahwa al-Qur’an telah menjelaskan segala
sesuatu yang berkaitan dengan ajaran Islam (QS. al-Nahl [16]: 89).

B. Saran
Demikianlah uraian yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan dengan
uraian yang ini dapat menambah pengetahuan kita dan berguna dalam kehidupan
kita. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon. 2010. Ulumul Hadis. Jakarta: Bumi Aksara.


Agus Solahudin. 2009. Ulumul Hadis. Bandung: Pusataka Setia.
 Departemen Haji dan Wakaf Kerajaan Saudi Arabia, Alqur’an dan Terjemah,
(Madinah: Komplek Percetakan Al Qur’an Khadim Al Haramain asy
Syarifaian Raja Fadh, 1412 H)
Khon, Abdul Majid, Pemikiran Modern Dalam Sunnah, pendekatan Ilmu Hadits,
(Jakarta : Kencana, 2011)
M. Noor. Sulaiman.2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta: Gaung Persada Press.

Anda mungkin juga menyukai