DIBUAT OLEH :
MADINATUZZAHRA
MUHAMMAD ALIF
MUHAMMAD BAHRAN
NABILATUN HUWAIDA
A.Latar Belakang
Ushul fiqih sebagai ilmu metodologi penggalian hukum
mempunyaiperanan penting dalam ranah keilmuan agama Islam
khususnya dalam ilmu hukum islam atau ilmu fiqih. Pembahasan dari
segi kebahasaan atau kajian lughawiyah, sangat penting sekali ditelaah
karena sumber hukum islam yaitu al-Qur‟an dan al-Hadist menggunakan
bahasa arab yang mempunyai banyakmakna yang terkandung
didalamnya. Ilmu Ushul Fiqih adalah ilmu yang sangat diperlukan bagi
setiap muslim yang ingin mengetahui dan mengistimbathkan hukum dari
dalil-dalil syar‟i, terutama untuk mengetahui hukum-hukum dari
peristiwa atau hal baru yang tidak terjadi pada masaRasulullah SAW.
Karena zaman selalu berkembang, sedangkan Al-Qur‟an dan Hadits
sudah tidak akan ada penambahan dan perubahan karena memang
segalanya sudah tercakup di dalam Al-Qur‟an.
B.Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian Amar, dan jelaskan yang berkaitan dengan Amar?
2.Apakah pengertian Nahi, dan jelaskan yang berkaitan dengan Nahi ?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian Amar dan jelaskan yang berkaitan
denganAmar ?
2.Untuk mengetahui pengertian Nahi dan jelaskan yang berkaitan
denganNahi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.AMAR
1.Pengertian Amar
Menurut bahasa arab, Amar artinya perintah, menurut istilah Amar
adalah suatu lafadz yang didalamnya menunjukkan tuntutan untuk
megerjakan suatu perkerjaan dari atasan kepada bawahan. Dari definisi
tersebut dapat dipahami bahwa Amar itu tidak hanya ditunjukkan pada
lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata) Amar saja, tetapi
ditunjukkan pula oleh semua bentuk kata yang didalamnya
mengandungarti perintah. Jadi Amar merupakan suatu permintaan
untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya mewajibkan/mengharuskan.
‘ Jagalah dirimu”.
(QS. Al Maidah: 105)
perbuatan yang diminta, seperti berdiri, duduk. Apabila disatukan kedua sisi
tersebut dalam amar, maka maksudnya tidak lebih dari padahanya menuntut
perbuatan yang disebutnya, dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
berulang-ulanya perbuatan itu. Memenuhi tuntunan suruhan tersebut cukup
dengan dikerjakan sekali saja, karena
menurut qaidah “tidak ada kewajiban lebih dari pada tanggungan
yangsebenarnya (sesuai kemampuan seorang hamba)”.
B.NAHI
1.Pengertian Nahi
Nahi menurut bahasa artinya mencegah, melarang (al-man‟u),sedangkan
Menurut istilah adalah lafadz yang meminta untuk meninggalkan sesuatu
perbuatan kepada orang lain dengan menggunakan ucapan yang sifatnya
mengharuskan, atau lafadz yang menyuruh kita untuk meninggalkan suatu
pekerjaan yang diperintahkan oleh orang yanglebih tinggi dari kita. Akal juga
disebut nuhyah (nahyu), karena dia dapat mencegah orang yang berakal itu
untuk tidak berbuat salah.
“Memerintah meninggalkan sesuatu dari yang lebih tinggi tingkatannya
kepada orang yang lebih rendah tingkatannya”
Menurut Abdul Hamid Hakim menyebutkan bahwa nahi adalah perintah untuk
meninggalkan sesuatu dari atasan kepada bawahan. JadiNahi adalah suatu
larangan yang harus ditaati yang datangnya dari atasankepada bawahan, yakni
dari Allah SWT kepada hamba-Nya.
Adapun maksud nahi yang sebenarnya adalah menunjukkan haram,seperti
dalam firman Allah:
“dan janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda”.
(QS. AliImran: 130)
Karena Lata’kulu berbentuk nahi sedangkan ketentuan nahi adalah haram,
maka makan harta riba hukumnya haram, karena tidak diridhai Allah swt. Inilah
hukum asli dari nahi.Kecuali apabila ada qarinah yang memengaruhinya, maka
nahi tersebut tidak lagi menunjukkan hukum haram, tetapi menunjukkan
hukum makruh, mubah,dan sebagainya. Sesuai dengan qarinah yang
memengaruhinya itu. Ada ulama yang berpendapat bahwa nahi yang masih asli
itu menunjukkan hukum makruh.Namun, pendapat yang lebihkuat, bahwa
nahi adalah haram.
2.Bentuk-bentuk Nahi (Larangan)
Kalimat larangan yang tidak memiliki qarinah menunjukkan hakikat larangan
yang mutlak. Seperti firman Allah:
“hai orang -orang yang beriman, jangan kamu kerjakan shalat dalam keadaan
mabuk”. (QS.An Nisa : 43)
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahi (larangan) itu ada beberapa bentuk
diantaranya:
a.Fi‟il Mudhari‟ yang disertai dengan la nahi, seperti:
“ janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”.
(QS. AlBaqarah: 11).
b.Lafadz-lafadz yang member pengertian haram atau perintah meninggalkan
sesuatu perbuatan, seperti:
“dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
(QS. AlBaqarah: 275).
4.Syarat-syarat Nahi
a.Menunjukkan haramAlasannya, apabila ada kata-kata larangan yang tidak
disertaiqarinah, akal kita dapat mengerti keharusan yang diminta larangan
itu,yang segera dapat dimengerti menunjukkan pengertian yangsebenarnya.
Demikian pula pemahaman lama salaf.Qarinah ialah kata-kata yang
menyerupai larangan, yangmenyebabkan larangan itu tidak menyebabkan
haram.
b.Menunjukan makruh Alasannya, larangan itu hanya menunjukkan buruknya
(tidak baiknya) perbuatan yang dilarang. Keburukan ini tidak berarti haram
atau larangan menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Amr (perintah) adalah lafaz yang dikehendaki supaya orang mengerjakan apa
yang dimaksudkan. Bentuk lafaz amar bermacam-macam diantaranya, fiil
amar, fiil mudhari‟ yang diawali lam amar, masdar pengganti fiil, dan beberapa
lafaz yang mengandung makna perintah seperti, kutiba,amara, faradha.
Kaidah-kaidah amar dalam Al-Qur‟an yaitu seperti kaidah pertama seperti
pada dasarnya amar (perintah) itu menunjukkan kepada wajibdan tidak
menunjukkan kepada selain wajib kecuali dengan qarinah-qarinah tersebut.
Qarinah-qarinah tersebut seperti ibahah, nadb, irsyad, tahdid, ta‟jizyang
memalingkan makna asalnya yaitu wajib.Kaidah kedua amar adalah Amr atau
perintah terhadap sesuatu berartilarangan akan kebalikannya. Kaidah ketiga
amar yaitu perintah itu menghendaki segera dilaksanakan kecuali ada qarinah-
qarinah tertentu yang menyatakan jika suatu perbuatan tersebut tidak segera
dilaksanakan. Kaidah keempat adalah Pada dasarnya perintah itu tidak
menghendaki pengulangan (berkali-kali mengerjakan perintah), kecuali adanya
qarinah atau kalimat yangmenunjukkan kepada pengulangan. Para ulama
mengelompokkan menjadi 3 perintah tersebut dikaitkan dengan syarat,
perintah dikaitkan dengan illat,perintah dikaitkan dengan sifat atau keadaan
yang bersifat illat.Sedangkan Nahi adalah suatu lafaz yang mengandung makna
tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih tinggi
tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya. Bentuknya yaitu
fiil yang didahului oleh lanahiyah, beberapa lafaz yang mengandung
maknanahi. Kaidah nahi yaitu pada dasarnya larangan itu menunjukkan kepada
haram kecuali ada qarinah-qarinah tertentu. Pada dasarnya larangan
itumenghendaki fasad ( rusak) secara mutlak. Pada dasarnya larangan yang
mutlak menghendaki pengulangan larangan dalam setiap waktu. Bagi
paramufassir sangat penting untuk mengetahui kaidah-kaidah tersebut karena
memudahkan dalam menafsirkan Al-Quran terutama ayat-ayat yang
berhubungan dengn penggalian suatu hukum.