Anda di halaman 1dari 15

COVER

MAKALAH
TAFSIR
(Syurah As Syura Ayat 11)

Di susun oleh :

M. Ali Wafa 20170101825

SEKOLAH TINGGI ISLAM AL AZHAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MENGANTI – GRESIK
2018

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, tuhan
semesta alam yang tidak tanggung tanggung mencurahkan banyak sekali nikmat
kepada seluruh hamba-Nya di dunia ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Rasul Muhammad SAW yang telah berjuang mati
matian memperjuangkan agama islam yang rahmatan lil ‘alamin (menjadi rahmat
bagi seluruh alam ).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pertama Allah SWT yang


dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Juga
kedua kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan berupa material, non material, maupun motivasi dalam
penyelesaian penulisan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang tafsir surah As
Syuraa ayat 11 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Gresik, 28 Oktober 2018

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR....................................................................................................... II
DAFTAR ISI .................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Tidak Ada Satu Makhluk yang Serupa Dengan-Nya ........................................ 3
B. Dalil Naqli Bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat....................... 5
C. Manfaat dari Binatang yang Diciptakan untuk Kehidupan Manusia ............. 7
D. Perbedaan Manusia dengan Hewan .................................................................... 9
E. Manusia Dinyatakan dengan Hewan yang Berfikir .......................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11
Kesimpulan .................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 12

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1Aqidah berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya.
Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid.
Tauhid menjadi inti rukun iman.
Keseluruhan ajaran Islam berasaskan tauhid. Keseluruhan kandungan al-
Quran berlegar di atas tauhid. Kandungan ayat-ayat al-Quran meliputi ke-Esaan
Allah, Allah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya, Allah Maha mendengar, Allah
Maha melihat, dan hewan ciptaan Allah yang boleh dibunuh dan tidak boleh
dibunuh, serta perbedaan penciptaan manusia dengan hewan.
Menyembah atau beribadah kepada Allah dapat dilaksanakan apabila
tercetus rasa cinta yang suci kepada Allah dan rela (ikhlas) menundukkan diri
serendah-rendahnya kepada-Nya. Seseorang hamba itu disifatkan sedang
menyembah Allah apabila dia menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Allah,
bertawakkal kepada Allah, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Allah, berpaut
kepada ketentuan Allah, meminta (mengharap) serta memulang (menyerah)
sesuatu hanya kepada Allah, berjinak-jinak dengan Allah dengan cara sentiasa
mengingati-Nya, melaksanakan segala syariat Allah dan memelihara segala
perlakuan (akhlak, perkataan dan sebagainya) menurut cara-cara yang diridhai.

B. Rumusan masalah
1. Berikan dalil aqli dan naqli bahwa tidak ada satu makhluk yang serupa
dengan-Nya?
2. Berikan kurang lebih tiga dalil naqli bahwa allah maha mendengar dan
maha melihat!
3. Manfaat apa saja dari binatang-binatang yang diciptakan untuk
dikehidupan manusia, sebagian binatang boleh dibunuh dan sebagian

1
dilarang membunuhnya. Tuliskan dalil aqli dan dalil naqli dalam hal
tersebut!
4. Penciptaan manusia dan eksistensinya sangat berbeda dengan hewan.
Jelaskan secara rinci perbedaan jenis makhluk tersebut!
5. Manusia dinyatakan pula dengan hewan yang berfikir. Mengapa, jelaskan!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tidak Ada Satu Makhluk yang Serupa Dengan-Nya


Allah pasti berbeda dengan makhlukNya. Dia memiliki nama-nama yang
indah dan gelar “Maha” Maha Kuasa, Maha sempurna dan sebagainya. Sedang
Makhluk-Nya memiliki sangat banyak kelemahan dan keterbatasan yang tidak
mungkin dimiliki oleh Allah. Sungguh tidak pantas makhluk yang banyak
kelemahannya disejajarkan dengan Allah. Apalagi disamakan tentulah itu sangat
tidak mungkin.
Jika Tuhan pencipta alam semesta ini sama dengan makhluk-Nya pasti Dia
bukan Allah. Tapi dia adalah makhluk-Nya yang memiliki sifat Rusak, hancur
binasa. Padahal Allah yang sebenar–benarnya dan patut kita sembah adalah yang
wujud tidak diketahui oleh sesuatu, berbeda dengan makhlukNya lagi kekal
selama–lamanya tegaslah Allah itu wajib bersifat berbeda dengan makhluk-Nya.
Disebutkan dalam dalil naqli allah berfirman :

ِ َ ‫ُۖو ه َو ُال سَّ ِم يع ُالْ ب‬


ُ‫صُير‬ ْ َ‫ْس ُ كَ ِم ث ْ لِ ِه ُ ش‬
َ ُ ‫ي ٌء‬ َ ‫لَي‬
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Melihat”. (As-Syura : 11)

ٌُ‫َو ل َ ْم ُ ي َ ك ْن ُ ل َ ه ُك ف ًو اُأ َ َح د‬
Artinya: “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al-ikhlas : 4)

ُ ُ‫ك ُ إ ِ ََّل‬ َٰ َ ُ ‫َُّللا ِ ُ إ َٰل َ هً اُآ َخ ر‬


ْ َُ‫َُۘل ُ إ ِ ل َ ه َ ُ إُِ ََّلُ ُه َوُ ُ ُۚك ُّل ُ ش‬
ٌ ِ‫ي ٍء ُ هَا ل‬ َ ِ َّ ‫َو ََل ُ ت َدْ ع ُ َم َع‬
َ ‫َو ْج َه ه ُ ُۚ ل َ ه ُالْ ح ْك م‬
َُ‫ُو إ ِ ل َ يْ ِه ُت ْر َج ع و ن‬
Artinya: “Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun
yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.(Al-Qasas :
88).

Dan disebutkan pula dalam dalil aqli dalam kitab Al-Husunu al-hamidiyyah :

3
ُ,ُ‫ُيجبُهللُتعالىُالمخالفةُللحوادث‬.ُ‫ُالمخلفةُللحوادث‬:ُ‫الصفةُالربعة‬
ُ‫ُبأنُيكونُتعالى‬,ُ‫ُالمماثلةُللحوادث‬:ُ‫ويستحيلُعليهُضدهاُوهو‬
ُ‫مشبهاُلهذهُالموجوداتُالحادثةُالحادثةُفيُخاصةُمنُخواصها‬
ُ‫الخ‬....ُ‫التىُمنُطبيعةُنفسها‬
Artinya: “Sifat ke-empat yaitu Mukhalafatuhu Lilhawadits (Allah berbeda dengan
sesuatu), mustahil sebaliknya yakni Mumatsalah Lil Hawadits (Allah
sama dengan sesuatu). Misalnya Allah Ta’ala menyerupai alam, baik
ketentuan ataupun tabi’atnya, seperti bertubuh, sifat-sifatnya,
keadaannya, berubah-ubahnya, bersusun atau berpecah-pecahnya,
keluar dari yang lain atau mengeluarkan yang lainnya pula, bersambung
atau berpisah, menyerupai binatang, tanaman, logam, atau berpindah
dari satu tempat ketempat lain, tertawa, atau merasa heran pada sesuatu
dan sebagainya. Jadi, Allah Ta’ala tidak menyerupai sesuatu pun, kalau
Allah Ta’ala itu menyamai sesuatu dari ‘alam wujud yang bersifat
baharu (ada permulaan dan ada akhirnya), maka Allah Ta’ala akan
menjadi seperti itu pula, karena yang menyamai sesuatu itu dalam salah
satu ketentuan-ketentuannya adalah termasuk golongannya”.

Disebutkan didalam kitab Tanwiru al-Qulub :

ُ‫ُفمعناهاُانهُتعالىُليسُمماثالُلشيءُمن‬:ُ‫واماُالمخالفةُللحوادث‬
ُ,ُ‫الحوادثُفيُالحدوثُولوازمهُفيُذاتهُوَلفيُصفاتهُوَلفيُافعاله‬
ُ‫ُوليسُفوقُشيءُوَلتحته‬,ُ‫فليسُجسماُوليسُقائماُبجسمُاوُمحاذياله‬
ُ‫وَلُخلفهُوَلُعنُيمنهُوَلُعنُيسارهُوَلُيوصفُبحركةُوَلسكون‬
.ُ‫الخ‬....ُ‫وليسُبذىُاجزاءُفليسُلهُيدُوَلُعين‬
Artinya : “Dan adapun al-Mukhalafatu Lil Hawadits artinya Allah Ta’ala tidak
serupa dengan sesuatupun selain Dia, tidak dalam Dzat-Nya, tidak
dalam Shifat-Nya, dan tidak juga dalam Af’al (perbuatan-perbuatan-
Nya). Dzat Allah bukan Jisim, tidak pula menempati atau bersandar
pada Jisim. Allah tidak diatas atau dibawah sesuatu, tidak dibelakang
atau disamping kiri dan kanan sesuatu. Tidak diseifati dengan gerak
dan diam dan bagian-bagian yang dimiliki oleh makhluk. Allah tidak

4
mempunyai tangan, mata, telinga atau ciri-ciri makhluk lainnya.
Adapun keterangan yang ada didalam al-Qur’an atau hadits yang
mengungkapkan seolah-olah Allah serupa dengan makhluk,
seperti: “Yadullah Fauqa Aydihim (Tangan Allah di atas tangan
mereka)” harus ditakwil dari makna lahiriyahnya yang bersifat
umum“. Ilmu Allah tidak seperti ilmu kita, Allah tidak lupa dan tidak
lalai, tidak pula jahil (bodoh). Kuasa Allah tidak membutuhkan alat
dan sarana. Allah berkehendak tidak karena maksud tertentu, hidup
Allah tidak dengan ruh (nyawa) sebagaimana hidupnya kita.
Pengelihatan dan pendengaran Allah tidak dengan indra. Kalam Allah
tidak dengan suara dan tidak dengan huruf sebagai lambang suara, dan
Allah tidak diam. Perbuatan Allah tidak dengan anggota tubuh, tidak
pula sekedar gurauan. Sungguh Maha Suci Allah dari semua itu.

ُ‫واماُالدليلُعليهاُعقالُانهُلوُماثلُشيئامنُالحوادثُفيُذاتهُاوفي‬
‫صافتهُاوُفيُافعالهُلكنُحادثاُمثلهُوهوُباطل‬
Artinya: “Dalil aqli yang menunjukkan kemestian Allah bersifat tidak serupa
dengan segala sesuatu selain Dia (al-Mukhalafatu Lil-Hawadits) adalah
Apabila Allah serupa dengan sesuatu dari selain Dia, baik Dzat-Nya,
sifat-sifat-Nya ataupun perbuatan-perbuatan-Nya, tentu Allah juga sama
dengan sesuatu tersebut yang bersifat (baharu), dan itu sungguh bathil”.

B. Dalil Naqli Bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat


1. An Nisa’ : 134

‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ ‫س ِميعًاُ َب‬ َّ َ‫َو َكان‬
َ ُ‫َُّللا‬
Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia
merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisa’:
134).

2. Al Mujadalah : 1

ُ‫س َمع‬ َّ ‫ُو‬


ُْ َ‫َّللاُي‬ َ ِ‫َّللا‬ َُ ‫َُّللاُقَ ْو َلُالَّتِيُت َجادِل َكُفِيُزَ ْو ِج َُه‬
َُّ ُ‫اُوت َ ْشُت َ ِكيُ ِإلَى‬ َ ُ‫قَ ْد‬
َّ ‫س ِم َع‬
ُ‫ير‬
ٌ ‫ص‬ِ َ‫س ِمي ٌعُب‬ َّ ‫ت َ َحاو َرك َماُ ِإ َّن‬
َ َُ‫َُّللا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang
mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal

5
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Mujadalah : 1).

3. Ibrahim : 39

َ َ‫ُربِِّيُل‬
ُُ‫س ِميع‬ َ ‫ُوإِ ْس َحاقَ ُإُِ َّن‬
َُ ‫عي َل‬ ْ َ‫َبُ ِليُ َعل‬
ُِ ‫ىُال ِكبَ ِرُإِ ْس َُما‬ َ ‫ِيُوه‬ َّ ِ ‫ْال َح ْمد‬
َ ‫َُلِلُِالَّذ‬
ِ ‫الدُّ َع‬
ُ‫اء‬
Artintinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku
di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Rabbku,
benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.”
(QS.Ibrahim : 39).

4. Al Baqarah : 127

َ ‫ُمنَّاُإُِنَّ َكُأ َ ْن‬


ُ‫ت‬ ِ ‫ُربَّنَاُتَقَب َّْل‬
َ ‫س َما ِعيل‬
ُْ ِ‫ُِوإ‬ ْ َ‫ُمن‬
َُ ‫ُالبَ ْيت‬ ِ َ‫َوإِ ْذُيَ ْرفَعُإِب َْرا ِهيمُ ْالقَ َوا ِعد‬
ْ ‫س ِميع‬
ُ‫ُال َع ِليم‬ َّ ‫ال‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-
dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan
kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(QS. Al Baqarah: 127).

5. Yusuf : 34

ُْ ‫س ِميع‬
ُ‫ُال َع ِليم‬ َّ ‫فُ َع ْنهُ َك ْيدَه َّنُ ِإُنَّهُهُ َوُال‬ َ ‫ابُلَه‬
َ َ‫ُربُّهُف‬
َ ‫ص َر‬ َ ‫فَا ْست َ َج‬
Artinya: “Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf dan Dia
menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Yusuf: 34).

6. Fhushilat : 36
ْ ‫س ِميع‬
ُ‫ُالعَُِليم‬ َُّ ُِ‫غُفَا ْست َ ِع ُْذُب‬
َّ ‫اَلِلُِإِنَّهُهُ َوُال‬ ٌ ‫انُن َْز‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ ِ ‫َوإِ َّماُيَ ْنزَ َغنَّ َك‬
َّ ‫ُمنَ ُال‬
Artinya: “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah

6
yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat:
36).

C. Manfaat dari Binatang yang Diciptakan untuk Kehidupan Manusia

1. An Naml 6 - 9

ُ‫)ُوت َ ْح ِملُأَثْقَالَك ْمُ ِإلَى‬


َ ٦(ُ َ‫ُو ِحينَ ُت َ ْس َرحون‬ ِ ‫َولَك ْمُفِي َهاُ َج َما ٌل‬
َ َ‫ُحينَ ُت ِريحون‬
ُ‫)ُ َو ْال َخ ْي َل‬٧(ُ‫ُر ِحي ٌم‬ َ ‫ُاْل َ ْنف ِسُ ِإ َّن‬
ٌ ‫ُربَّك ْمُلَ َرء‬
َ ‫وف‬ ْ ‫ق‬ ِ ِّ ‫بَلَدٍُلَ ْمُتَكونواُبَُا ِل ِغي ِهُ ِإ ََّلُ ِب ِش‬
َّ َ‫)ُو َعل‬
ُِ‫ىَُّللا‬ َ ٨(ُ َ‫اَُلُت َ ْعلَمون‬
َ ‫ُويَ ْخلقُ َم‬ َ ً‫َاُو ِزينَة‬
َ ‫يرُ ِلت َ ْر َكبوه‬ َ ‫ُو ْال َح ِم‬
َ ‫َو ْالبِغَا َل‬
ُ)٩(َُ‫ُولَ ْوُشَا َءُلَ َهدَاك ْمُأ َ ْج َم ِعين‬
َ ‫ُو ِم ْن َهاُ َجا ِئ ٌر‬
َ ‫سبِي ِل‬ َّ ‫صدُال‬ْ َ‫ق‬
Artinya: Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya
ke tempat penggembalaan (6). Dan ia memikul beban-bebanmu ke
suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan
dengan kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (7). Dan (Dia
telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya (8). Dan hak bagi
Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan diantara jalan-jalan ada
yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia
memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar)(9).

2. An Nahl : 80

ُ‫ُِاْل َ ْن َع ِامُبيوتًا‬
ْ ‫ُم ْنُجلود‬
ِ ‫ج َع َلُلَك ْم‬
َُ ‫اُو‬ ِ ‫َّللاُ َج َع َلُلَك ْم‬
َ ُ‫ُم ْنُبيوتِك ْم‬
َ ً‫س َكن‬ َّ ‫َو‬
ِ َ‫َاُوأ َ ْشع‬
ُ‫ارهَا‬ َ ‫اره‬ِ َ‫اُوأ َ ْوب‬ ْ َ ‫ُۙو ِم ْنُأ‬
َ ‫ص َوافِ َه‬ َ ُ‫ُويَ ْو َمُإِقَا َمتِك ْم‬ َ ُ‫ت َ ْست َ ِخفُّونَ َهاُيَ ْو َم‬
َ ‫ظ ْعنِك ْم‬
ُ‫ين‬ ِ ‫عاُ ِإلَ َٰى‬
ٍ ‫ُح‬ َ ً ‫أَثَاث‬
ً ‫اُو َمتَا‬
Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat
tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-
kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan
(membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim
dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu

7
kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai)
sampai waktu (tertentu).

Dan diantara hewan yang bermanfaat ada pula hewan yang boleh
untuk dibunuh dan tidak boleh dibunuh, yang disebutkan dalam dalil naqli
dan dalil aqli.

Dalil naqli hewan yang boleh dibunuh:

ُ‫ُو ْال ِحدَأَة‬ ْ ‫ىُال َح َر ِم‬


َ ‫ُالغ َراب‬ ْ ِ‫ُمنَ ُالد ََّوابُكلُّ َهاُفَ َوا ِسقُت ْقتَلُف‬
ِ ‫س‬ٌ ‫خ َْم‬
َ َ‫ُو ْالف‬
ُ‫ارة‬ َ ‫ُو ْال َع ْق َرب‬ ْ ‫َو ْال َك ْلب‬
َ ‫ُال َعقور‬
Artinya: “Lima hewan yang semuanya jahat, boleh dibunuh walau di tanah
suci; burung gagak, burung rajawali, anjing yang suka melukai,
kalajengking dan tikus.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul
Mukminin Aisyahradhiyallahu’anha].

Dalil naqli hewan yang tidak boleh dibunuh:

ُ‫بُالنَّ ْملَة‬ ِ ٍ‫ىُصلىُهللاُعليهُوسلمُنَ َهىُ َع ْنُقَتْ ِلُأ َ ْربَع‬


ِ ِّ ‫ُمنَ ُالد ََّوا‬ َّ ِ‫إِ َّنُالنَّب‬
ُ‫ص َرد‬ َ ‫ةُو ْاله ْدهد‬
ُّ ‫ُوال‬ َ َ‫َوالنَّ ْحل‬
Artinya: “Sesungguhnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melarang dari
membunuh empat jenis hewan; semut, lebah, burung hud-hud dan
burung shurod.” [HR. Abu Daud, Al-Irwa’: 2490]

Dalil aqli hewan yang tidak boleh dibunuh:

ِّ
ُ‫ُ"ُكنتُعندُأ ِّم‬:ُ‫ماُأخرجُالبزارُفيُمسندهُعنُعثمانُبنُحبِّانُقال‬
ُ:ُ‫ُفقالت‬،ُ‫ُفأخذتُبرغوثاًُفألقيتهُفيُالنِّار‬،ُ‫الدِّرداءُرضيُهللاُعنها‬
ُ‫َُلُيعذِّب‬:ُ‫ُقالُرسولَُّللاُصلىُهللاُعليهُوسلم‬:ُ‫ِّرداءُيقول‬
ِّ ‫سمعتُأباُالد‬
‫" بالنِّارُإَلُِّربِّ ُالنِّار‬.
Artinya: Dikeluarkan oleh Al-Bazzar dalam musnadnya dari Utsman bin
Hibban berkata: ketika itu aku ditempat Ummu Darda' radhiallahu
anha, lalu aku mengambil seekor kutu lalu aku melemparkannya
kedalam api, maka beliau berkata: aku mendengar Abu Darda'

8
berkata: Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “tidak
boleh menyiksa dengan api kecuali Rabbnya api”.

D. Perbedaan Manusia dengan Hewan


Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada adanya akal
dan aturan hidup. Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga ketika berprilaku pun
hewan terbiasa hidup bebas,sebebas-bebasnya tanpa adanya beban aturan.
Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala perbuatan manusia itu
terikat dengan hukum syara, tak bisa sebebas-bebasnya bertindak, karena manusia
mempunyai aturan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Karena manusia
adalah makhluk yang berbeda dengan hewan, maka manusia harus senantiasa
terikat dengan aturan hukum yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Dan harus
selalu menggunakan akalnya untuk memahami segala apa yang bisa terindra dan
memahami teks-teks yang bersumber dari Al-Khaliq.
Manusia tidak berhak membangkang apa-apa yang diperintahkan Allah
SWT. Ketika ada perintah untuk melaksanakan berbagai kewajiban. Maka
laksanakanlah secara menyeluruh, tidak dipilih-pilih, karena pada hakikatnya
semua kewajiban itu adalah taklif yang apabila dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan akan berbuah memjadi sebuah pahala, dan jika tidak dikerjakanakan
akan mendapatkan siksa.

E. Manusia Dinyatakan dengan Hewan yang Berfikir


Manusia yang mempunyai akal tetapi tidak mau menggunakannya untuk
memahami ayat-ayat Allah, mempunyai mata tetapi tidak dipakai untuk melihat
tanda-tanda kekuasaan Allah, mempunyai telinga tetapi tidak mau mendengarkan
kebenaran yang bersumber dari Allah. Maka orang tersebut derajatnya sama
dengan hewan bahkan lebih sesat lagi, lebih hina dari pada hewan.
Dalam bahasa Arab ada ungkapan yang sangat terkenal, yakni Al insaanu
hayawaan naatiq, yang bermakna: manusia adalah hewan yang berakal. Dengan
kata lain, jika manusia tidak menggunakan akalnya akan menjadi seperti binatang.
Itu pula yang disebut al Qur’an surah Al A’raf : 179:

9
َ ‫ب‬
ُُ‫َُل‬ ٌ ‫اْل نْ ِس ُ ُۖ ل َ ه ْم ُق ل و‬ ً ِ ‫َو ل َ ق َ دْ ُ ذ َ َر أ ْ ن َاُ لِ َج َه ن َّ َم ُ كَ ث‬
َ ‫ير اُ ِم َن ُالْ ِج ِّ ِن‬
ِ ْ ‫ُو‬
ُ ‫س َم ع و َن‬ َ ‫اُو ل َ ه ْم ُآ ذ َا ٌن‬
ْ َ ‫َُل ُ ي‬ َ ‫ْص ر و َن ُ ب ِ َه‬ ِ ‫َُل ُي ب‬َ ‫اُو ل َ ه ْم ُأ َعْي ٌن‬ َ ‫ي َ فْ ق َ ه و َن ُ ب ِ َه‬
َ ِ ‫ض ُّل ُ ُۚأ و َٰل َ ئ‬
َُ‫ك ُه م ُالْ غ َا ف ِ ل و ن‬ َ َ ‫اْل َنْ ع َ ا ِم ُ ب َ ْل ُه ْم ُأ‬ َ ِ ‫ب ِ َه ا ُ ُۚأ و َٰل َ ئ‬
ْ َ‫ك ُ ك‬
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al A’raf :
179)

yakni orang-orang yang tidak menggunakan Hati (Qalb), penglihatan


(bashar), dan pendengaran (sama’) untuk memahami dan mengerti suatu masalah
yang dihadapinya.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Mukhalafah Lilhawaditsi (berbeda dengan makhluk-Nya) adalah sifat
Salbiyah artinya, sifat yang mencabut atau menolak adanya persamaan Allah
dengan yang baru. Dalam arti lain bahwa Allah tidak sama dengan yang baru atau
berbeda dengan makhluk ciptaa-Nya. Perbedaan Allah dengan makhluk-Nya
mencakup segala hal, baik dalam dzat, sifat, dan perbuatannya.
Dengan mengimani Allah yang Maha mendengar dan Maha melihat, kita
semakin mengenal keagungan Allah 'Azza wa Jalla yang Mahasempurna sifat-
Nya. Pada saat yang sama, kita sangat mengetahui kelemahan pendengaran kita
yang terbatas dan mengetahui kelemahan sesembahan selain Allah yang tidak
mampu mendengar. Oleh karena itu, sesembahan selain Allah dilarang diibadahi.
Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada adanya akal
dan aturan hidup. Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga ketika berprilaku pun
hewan terbiasa hidup bebas,sebebas-bebasnya tanpa adanya beban aturan.
Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala perbuatan manusia itu
terikat dengan hukum syara, tak bisa sebebas-bebasnya bertinda.
orang-orang yang tidak menggunakan Hati (Qalb), penglihatan (bashar),
dan pendengaran (sama’) untuk memahami dan mengerti suatu masalah yang
dihadapinya dan enggan memahami ayat-ayat Allah mereka itulah yang disebut
manusia adalah hewan yang berakal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir

12

Anda mungkin juga menyukai