Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
MENGANTI GRESIK
2017
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini semata-mata disusun dan diajukan untuk
memenuhi tugas Matakuliah Bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-
Azhar Menganti Gresik Tahun Pelajaran 2016.
Kedua kalinya sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang benerang yakni Addinul Islam, Agama yang
diridhoi oleh Allah SWT.
1. Bapak Drs. Imam Bahrozi, MM selaku ketua STAI Al-azhar Menganti Gresik
Menganti…………2017
penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara organisatoris, Ahlusunnah waljama’ah mengalami pelembagaan di
tengah-tengan Muslim Nusantara sejak kehadiran KHM. Hasyim Asy’ari dan
generasi muslim pada zamannya. Bersama kolega-koleganya, KHM. Hasyim
berhasil mempelopori berdirinya organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang
secara legal berbasis pada Ahlusunnah Waljama’ah.
Dalam anggaran dasar hasil Muktamarnya yang ketiga pada tahun 1928 M,
secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan membentengi
artikulasi fiqih empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum pada pasal
2 Qonum asasi li jam’iyat Nahdlat al ulama’ ( Anggaran dasar NU), yaitu :
Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya
Imam Muhammad bin Idris al-syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu
Hanifah an-nu’man dan Imam Ahmad bin Hanbal).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Nahdlatul Ulama?
2. Apa pengertian Nahdlatul Ulama dan perspektif fiqih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Nahdlatul Ulama.
2. Untuk mengetahui tentang Nahdlatul Ulama dan perspektif fiqih.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nahdlatul Ulama’
1. Pengertian Aswaja
Sesuai dengan hasil keputusan Bahtsul Masa’il Munas Alim Ulama’ NU di
Jakarta tanggal 25-28 Juli 2002, Ahlusunnah Wal Jama’ah dita’rifkan
sebagai berikut:
اهل السنة والجماعة هو من اتبع وتمسك بكتاب هللا وبما عليه رسول هللا ص م واصحابه وبماعليه
السلف الصالح وتابعواهم
a. Dalam Aqidah mengikuti salah satu dari Imam Abu Hasan Al Asy’ari
dan Imam Abu Mansur Al Maturidzi.
b. Dalam Ubudiyah (praktek peribadatan) mengikuti salah satu madzhab
empat: Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad Asy Syafi’i, dan
Ahmad bin Hambal.
c. Dalam Tasawwuf mengikuti salah satu dua imam yaitu Abu Qosim Al
Junaidi Al Baghdadi dan Abu Hamid Al Ghozali.
2
d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
2. Sejarah Berdirinya NU
NU berdiri berkat perjuangan rintisan sejumlah ulama’ yang memiliki
wawasan keagamaan yang sama. Mereka adalah:
a. KH. M. Hasyim Asy’ari : Tebuireng
b. KH. Abu Wahab Hasbullah : Jombang
c. KH. Maksum : Lasem
d. KH. Ridlwan : Semarang
e. KH. Nawawi : Pasuruan
f. KH. Nahrawi Muchtar : Malang
g. KH. Ridwan : Surabaya
h. KH. Absullah Ubaid : Surabaya
i. KH. Alwi Abdul Aziz : Malang
j. KH. Abdul Halim : Cirebon
k. KH. Doro Muntoho : Madiun
l. KH. Dahlan Abdul Qohar : Kertosono
m. KH. Abdullah Faqih : Gresik
KH. M. Hasyim Asy’ari dan KH. Abd Wahab Hasbullah bertindak sebagai
pemrakarsa.
3
1) Pada permulaan abad ke 20 umat Islam mengalami kegoncangan
akibat kekalahan Turki Usmani pada PD I, yang dipandang sebagai
kejatuhan dunia Islam.
2) Pengikut gerakan Wahabi dibawah pimpinan Ibnu Saud berhasil
mengusir Syarif Husein dari Wilayah Hijaz pada tahun 1924, tempat
kedua kota Suci Mekkah dan Madinah.
3) Di Indonesia pada tahun-tahun itu muncul:
a) Gerakan-gerakan keagamaan yang dikenal dengan gerakan
pembaharuan, sebagai akibat pemikiran Muhammad bin Abdul
Wahab dari Saudi Arabiyah dan Muhammad Abduh dari Mesir.
b. Sebab langsung.
4
2) Undangan Ibnu Saud kepada umat Islam untuk kongres di Mekkah
yang diselenggarakan pada tahun 1926. Untuk merespon undangan
tersubut, maka umat Islam Indonesia mengadakan:
a) Kongres Al Islam ke IV pada tanggal 21-27 Agustus 1925 di
Yogyakarta.
b) Kongres Al Islam ke V tanggal 6 Pebruari 1926 bertempat di
Bandung.
5
2) 3 orang pembaharu yang banyak berhasil di Jatim dalam da’wahnya
selalu menggoncangkan kaum tradisi.
a) KH. Mas Mansyur
b) Pakih Hasyim dari Minangkabau murid H. Rasul yang
bekerjasama dengan Al Irsyad dalam tablighnya yang
kontroversi menggoncangkan kaum tradisi. Dia menganjurkan
menghapuskan Usholli dan kebiasaan lain kaum tua. Dan
mendorong kalangan islam kembali kepada al qur’an, as sunnah
dan tidak terhenti pada kitab-kitab madzhab.
c) Al Hassan pendiri Persis yang selalu ingin menghapus usholli
dan talqin.
3) Komite Hijaz
Setelah usul KH. Abd. Wahab pada kongres Al Islam ke V
di Bandung tidak mendapat respon, maka KH. Abd. Wahab bersama
dengan golongan tradisi membentuk Komite Merumbuk Hijaz.
Dalam rapat tanggal 31 januari 1926 bertempat di desa
kertopaten surabaya, maka rapat memutuskan 2 hal:
a) Membentuk suatu jam’iyah untuk wadah persatuan para ulama’
dalam tugas memimpin umat menuju tercapainya “Izzul Islam
Wal Muslimin”. Atas usul KH. Alwi Abd. Aziz, jam’iyah ini
diberi nama “NAHDLATUL ULAMA’”.
b) Mengirim delegasi ke mekkah untuk bertemu langsung dengan
Raja Abd Aziz bin Saud untuk mempersembahkan usul-usul
sebagaimana yang di usulkan KH. Abd Wahab kepada kongres
Al Islam ke V di Bandung.
6
Kemudian digantikan oleh:
7
dan sunnah Rosulullah dan tidak dalam madzhabnya orang
dulu-dulu yang sholeh dan tidak dari sabda salah satu Imam
empat.
5) Tujuan Nahdlatul Ulama’
Pada tahun 1927 dirumuskan tujuan NU yaitu:
a) Memperkuat ikatan kepada salah satu madzhab empat.
b) Melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk anggota sesuai
dengan Islam.
6) Pengurus Pusat Pertama.
Artikel 7 anggaran Dasar NU.
a) KH. M. Hasyim Asy’ari Rois/Ketua
b) KH. Said bin Sholeh Wkil Rois
c) KH. Mas. Alwi bin Abd Aziz Katib/Sekertaris
d) K. Abdullah Ali A’wan/Komisaris
e) H. Hasan Gipo Ketua
f) H. Achjab Wakil Ketua
g) H. Ihsan Bendahara
h) H. Ahmad Sodiq Al Sugeng Sekertaris
Yudodiwiryo
7) Dasar NU
8) Asas NU
Nahdlatul Ulama’ berasaskan pancasila.
9) Tujuan NU
8
a) Memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan
Ahlusunnah Wal Jama’ah.
b) Menganut madzhab empat di tengah-tengah kehidupan di dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
10) Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama’ tahun 2010. Keputusan
Muktamar ke 32 NU No. II/MNU/2010
BAB I
Pasal I:
1. Perkumpulan/jam’iyah ini bernama Nahdlatul Ulama’.
2. Nahdlatul Ulama’ didirikan di Surabayapada tanggal 31 Januari
1926 untuk waktu yang tak terbatas.
Pasal 2:
Pasal 3:
BAB II
Pasal 4:
Pasal 5:
9
NU beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah Wal
Jama’ah dalam bidang aqidah mengikuti Madzhab Imam Abu Hasan
Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi, dalam bidang fiqih
mengikuti sala satu dari madzhab empat dan dalam bidang tassawuf
mengikuti madzhab Imam Al Junaidi Al Baghdadi dan Abu Hamid
Al Ghozaly.
Pasal 6:
BAB III
Pasal 8:
Pasal 9:
10
umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas dan terampil berguna bagi agama, bangsa
dan Negara.
c. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan
di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga dan
pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (Mustadh’afin).
d. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan masyarakat dan
lapangan pekerjaan/usaha untuk kemakmuran yang merata.
e. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan
pihak dalam dan luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat
banyak terwujudnya khoiro ummah.
BAB IV
Pasal 12:
1. Pengurus besar
2. Pengurus Wilayah
3. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang istimewa
4. Pengurus Majelis Wakil Cabang
5. Pengurus Ranting
6. Pengurus Anak Ranting
11) Anggaran Rumah Tangga (ART) NU. Keputusan Muktamar ke 32
NU nomor II/MNU-32/2010
BAB V
Perangkat Organisasi
Pasal: 17
Perangkat organisasi NU terdiri atas:
a) Lembaga.
b) Lajnah.
11
c) Badan Otonom.
Pasal: 18
12
j) Lembaga Amil Zakat NU (LAZMU) bertugas menghimpun,
mengelola dan mentasyarufkan zakat dan shodaqoh kepada
mustahiqnya.
k) Lembaga Waqaf dan Pertahanan NU (LWPNU) bertugas
mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah waqof
dan bangunan serta harta benda waqof lainnya milik NU.
l) Lembaga Bahstul Masa’il NU (LBMNU) bertugas
membahas masalah-masalah maudluiyah (tematik) dan
waqiyah (aktual) dan akan menjadi Keputusan Pengurus
Besar NU.
m) Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) bertugas dibidang
pengembangan dan pemberdayaan Masjid.
n) Lembaga Kesehatan NU (LKNU) bertugas dibidang
kesehatan.
Pasal 19:
Pasal 20:
13
1. Badan Otonom adalah perangkat organisasi NU yang
berfungsi melaksanakan kebijakan NU yang berkaitan
dengan kelompok masyarakat tertentu dan
beranggotakan perorangan.
2. Badan Otonom dikelompokkan dalam kategori badan
otonom berbasis usia, dan kelompok masyarakat
tertentu, dan badan otonom berbasis profesi dan
kekhususan lainnya.
3. Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat
tertentu adalah:
a. Muslimat NU untuk anggota perempuan NU.
b. Fatayat NU untuk anggota perempuan muda NU
berusia maksimal 40 tahun.
c. Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR NU) untuk
anggota laki-laki NU berumur maksimal 40 tahun.
d. Ikatan Pelajar NU (IPNU) untuk pelajar dan santri
laki-laki NU yang yang maksimal berumus 30 tahun.
e. Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) untuk pelajar dan
santri perempuan NU yang maksimal 30 tahun.
4. Badan Otonom lainnya berbasis profesi:
a. Jam’iyah Ahli Thoriqot Al Mu’tabaroh An
Nahdiyah, untuk anggota NU pengamal tarekat yang
mu’tabar.
b. Jam’iyah Qurro Wal Huffadz, untuk anggota NU
yang berprofesi Qori’/Qori’ah dan
Hafidz/Hafidhzoh.
c. Ikatan Sarjanah NU disingkat ISNU adalah Badan
Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan NU pada kelompok sarjanah dan kaum
intelektual.
14
d. Serikat Buruh Islam Indonesia (SARBUMUSI)
untuk anggota NU yang berprofesi
buruh/karyawan/tenaga kerja.
e. Pagar Nusa untuk anggota NU yang bergerak pada
pengembangan seni bela diri.
f. Persatuan Guru NU (PERGUNU) untuk anggota NU
yang berprofesi sebagai guru dan ustadz.
3. Muktamar
Sejak berdirinya sampai tahun 2010, NU sudah 32 kali
melaksanakan muktamar.
15
Muktamar ke-5 diadakan pada tanggal 7-10 September 1930 di
Pekalongan. Masalah yang dibicarakan dalam muktamar ini diantaranya
adalah hukum-hukum Islam sekitar perkawinan dan urusan wali hakim.
16
Muktamar ke-12 dilaksanakan pada tanggal 20-24 Juni 1937 di
Malang. Muktamar ini banyak memperdebatkan keberadaan GP Ansor,
walaupun atas kebijaksanaan KH. Hasyim Asy’ari selaku Rois Akbar
persoalan Ansor dapat diselesaikan dengan baik.
17
Rois Akbar yang biasa dipakai untuk jabatan Ketua Umum menjadi Rois
Am.
18
Muktamar ke-25 dilaksanakan pada tanggal 20-25 Desember 1971
di Surabaya. Keinginan H.M. Subchan ZE untuk mengubah citra politik NU
hampir menjadi kenyataan, namun KH. Bisri Syamsuri, Rois Am yang
menggantikan KH. Abdul Wahab Hasbullah menentang dengan keras.
Bahkan, H.M. Subchan ZE kemudian dipecat dari jabatannya selaku Wakil
Ketua PB NU.
19
4. Fikrah Nahdliyyah
Perjalanan waktu membawa Nahdlatul Ulama berinteraksi dengan
organisasi-organisasi lain yang memiliki karakter dan cara fikir berbeda.
Akibatnya, warga NU sendiri banyak yang kehilangan identitas ke-NU-
annya. Banyak orang yang secara formal masih mengatas namakan warga
Nahdliyyin, tetapi cara berfikirnya tidak lagi mencerminkan karakteristik
Nahdlatul Ulama.
20
d. Fikrah Tathawwuriyah (pola pikir dinamis), artinya Nahdlatul Ulama
senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai
persoalan.
e. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya Nahdlatul Ulama
senantiasa menggunakan kerangka berfikir yang mengacu kepada
manhaj yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama.
a. Al Qur’an
المتعبد بتالوته,كالم هللا المنزل على محمد ص م المعجز بنفسه
Kalam Allah yang ditirunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
mukjizat terhadap dirinya menjadi ibadah bagi yang membacanya.
Pengertian ini meliputi 4 hal:
1) Hakikat Al Qur’an ialah kalam Allah baik lafal maupun isi
kandungannya.
2) Al Qur’an diturunkan dari sisi Allah melalui perantara Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi peringatan.
3) Keadaan Al Qur’an sebagai mukjizat, karenanya ia
mengungkapkan ucapan yang suci baik lafal, keteraturan kalimat
maupun maknanya.
4) Merupakan ibadah bagi yang membacanya apakah mengerti
maknanya atau tidak.
b. Al Sunnah
Al Sunnah menurut ulama usul fiqih
ماصدر عن النبى ص م غير القران
21
As Sunnah ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW selain Al Qur’an.
Hal ini mencakup uacapan Nabi Muhammad SAW, perbuatan,
ketetapan, tulisan, petunjuk, cita-cita dan semua yang beliau
tinggalkan. Keterkaitan As Sunnah dengan Al Qur’an terdapat 3
macam:
1) Sunnah Muakkadah, yaitu sunnah yang memberi penguatan apa
yang diterangkan dalam Al Qu’an seperti wajibnya sholat, zakat,
puasa dan sebagainya.
2) Sunnah Mubayyanah atau Mufassiroh artinya sebagai penjelas dari
apa yang ada dalam Al Qur’an, sehingga menjadi jelas
keterangannya kepada umatnya.
Misalnya: jumlah rakaat sholat, zakat dan kapan waktunya.
3) Sunnah Istiqlaliyah atau Zaidah artinya Hadis yang berfungsi
memberi tambahan ketentuan yang ada dalam Al Qur’an.
c. Ijma’
Ijma’ menurut bahasa: kekuatan hati dan adanya kesepakatan.
Menurut ahli Usul Fiqih.
اتفاق مجتهدى عصر من العصور من امة محمد ص م بعد وفاته وعلى امردينى
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap persoalan agama pada
suatu masa setelah wafatnya Rosulullah SAW.
Definisi ini mengandung 5 komitmen:
1) Menyandarkan kesepakat tersebut kepada ulama Mujtahidin. Ijma’
tidak syah manakala kesepakatan dilakukan oleh sebagian Imam
Mujtahid.
2) Yang dimaksud Ulama Mujtahid ialah orang yang berada sekarang
(hidup) dan melakukan kesepakatan.
3) Perkumpulan dan kesepakatan tersebut terdiri orang-orang Islam.
Ijma’ tidak berlaku jika dilakukan orang selain Islam.
4) Ijma’ terjadi setelah wafatnya Nabi, sebab ijma’ tidak ada ketika
beliau masih hidup.
22
5) Masalah yang dibahas dalam pertemuan ini adalah masalah yang
menyangkut keagamaan, bukan masalah yang bersifat keduniaan
dan akal semata.
d. Al Qiyas
Qiyas: sesuatu yang ditentukan atau al musawa, menyamakan.
Qiyas menurut Ahli Usul Fiqih.
حمل فرع على اصل فى حكم بجامع بينهما
Membawa cabang (furu’) atas ashal (pokok) dalam satu hukum
dengan mengumpulkan keduanya.
Jelasnya: menyamakan hukum sesuatu peristiwa yang tidak ada Nash
mengenai hukumnya dengan suatu peristiwa yang ada Nash
hukumnya, karena adanya persamaan illat (alasan). Ta’rif ini
mengandung 4 hukum:
1) Asal atau pokok yang dijadikan bandingan atau maqis terhadap
suatu masalah.
2) Cabang yakni suatu yang akan diqiyaskan dengan maqis.
3) Hukum asal.
4) Sifat yang akan disamakan atau dipadukan.
2. Sistem Bermadzhab
Madzhab menurut kamus Al Muhith oleh Fairus Abadi adalah Atthoriqoh
(jalan).
23
Adapun empat madzhab adalah:
Di Indonesia, yang paling banyak diikuti ialah madzhab Syafi’i baik Qouly
atau Manhajnya.
24
ijtihad, karena tidak mengerti dalil-dalil atas sebuah persoalan.
Pengertian ini terjadi ;
1) Taqlid mengambil pendapat orang lain atas hasil ijtihadnya.
2) Taqlid terjadi karena tidak mengerti dasar atau dalil dari suatu
peristiwa kejadian. Sebab secara umum muqollid (orang yang
bertaqlid) ialah orang yang bodoh yang tidak mampu dan tidak
mempunyai pandangan yang dapat menunjukkan dasar-dasarnya
dengan cara mengambil pendapat orang lain dan mampu
menjelaskan dengan benar, ini tidak disebut taqlid tetapi disebut
Tarjih atau Ikhtiyar.
3) Taqlid itu terbatas pada soal ijtihad.
Artinya sesuatu yang mubah dalam ijtihad dari berbagai masalah.
Maka yang demikian dibolehkan taqlid. Namun sesuatu yang
haram dalam ijtihad, haram pula ada taqlid didalamnya.
4) Orang yang bertaqlid hendaknya mengikuti Imam Mujtahid dalam
hasil ijtihadnya, bukan untuk menguatkan, membenarkan atau
menyalahkan. Karena yang namanya muqollid itu tidak mampu
atas hal itu.
Secara umum menurut ulama’ Fiqih, Taqlid hukumnya jaiz (boleh) bagi
mereka yang tidak mampu mengemukakan pendapatnya melalui dalil
istimbat hukum. Sedangkan hukum taqlid ditafsil, ada yang mengatakan
boleh da nada yang mengatakan tidak boleh. Taqlid yang boleh harus
memenuhi beberapa syarat :
25
dalil, sempitnya waktu untuk mengadakan ijtihad tidak ada kejelasan
dalil terhadap suatu masalah. Bila kelemahan ini terjadi maka gugurlah
bagi dirinya kewajiban ijtihad dan berganti menjadi taqlid.
2) Bertaqlid kepada orang yang diketahui memiliki ilmu ijtihad dari ahli
agama dan ahli kebajikan.
4) Materi taqlid itu tidak boleh bertentangan dengan nash-nash Syar’i atau
bertentangan denagn umat.
وإذاقيل لهم اتبعوأماأنزل هللا قالوأبل نتبع ما وحدناعليه ءاباءنا أولوكان الشيطن يدعوهم الى عذاب
السعير
26
2) Bertaqlid kepada orang yang tidak mengerti kondisi orang yang
bertaqlid.
4) Taqlid tidak boleh setelah ada ketegasan yang benar dan mengetahui
dalil-dalilnya.
c. Taqlid hukumnya haram bagi seorang mujtahid dan wajib bagi yang
bukan mujtahid (awam). Dengan demikian yang bertaqlid itu tidak
hanya orang awam, orang-orang alim pun juga muqollid kepada Imam
mujtahud sepanjang dirinya tidak dalam derajat mujtahid. Mereka
wajib bertaqlid, sebab pengetahuan mereka pada dalil yang digunakan
27
tidak sampai pada proses, metode, seluk beluk dalam menentukan
hukum. Hal ini sesuai pendapat Imam Thayib bin Abi Bakar Al
Hadromi.
Mengikuti pendapant para imam mujtahid itu lebih baik dari pada
memaksakan diri untuk berijtihad, padahal mereka tidak memiliki
kemampuan iuntuk melakukannya. Taqlid adalah sunnatullah (hukum
alam) yang tidak dapat dipungkiri kebenerannya. Namun demikian
umat islam jangan terperangkap pada taqlid buta, karena hal tersebut
menggambarkan keterbelakangan dan kejumudan, pdahal umat
diperintah keluar dari kemiskinan dan kebodohan.
28
e. Taqlid adalah sesuatu yang harus dilakukan bagi orang islam yang
bukan mujtahid.
عدم التلفيق بان ال يلفق في قضية واحدة ابتداء وال دوا مابين قولين يتولدمنهما حقيقة ال يقول يها صا حبا
هما
Adalah tidak talfiq, yaitu tidak mencampur dua pendapat dalam satu
Qodiyah (masalah), baik sejak awal mauppun semuanya yang nantinya dari
pendapat itu akan menimbulkan satu amaliyah yang tidak pernah dikatakan
oleh orang yang berpendapat
a. Tatabbu ‘al Rukhsoh (( تتبع الرخعبةyaitu mencari yang gampang dalam
menggabungkan dua pendapat mujtahid dalam satu ibadah.
Dan hukum orentasinya adalah Hifdu al Din (menjaga agama) atau Hifdu al
Aqli (menjaga akal), Hifdu al Nafs (menjaga jiwa), Hifdu al Nasl (menjaga
keturunan), Hifdul Mal (menjaga harta), dan Hifdul al ‘Aradl (menjaga
kehormatan).
29
5. NU dan Masalah Bid’ah
Secara umum bid’ah ialah segala sesuatu yang diada-adakan dalam bentuk
yang belum ada contohnya.
لقوله صليا هللا عليه وسلم من احدث فى امرناهذاماليس منه فهورد وقوله ص م وكل محد ثه بدعه
30
3) Dalam Qowaidul Ahkam Fi Masalihil Anam, Moh. Izudin Abd
Salam hal 172.
d. Bid’ah Makruhah.
e. Bid’ah Mubahah.
. المحد ثاث ضربان ما احدث بخالف كتابا اوثنة اواثرا او اجما عا فهدة بدعة الضاللة
)ومااحدث من الخم ال يخالف شيئامن ذالك فهي محدثه غير مدمومة (فتح البارى حو
31
5) Syeh Nabil Husen, dalam Bid’ah Hasanah Wa Asluha Minalkitabi
Was Sunnah hal 28 memberi penjelasan tentang pembagian Bid’ah
menjadi 2 sebagai berikut :
فاما, بدعة حسنة بدعة ضال لة.وقد تكلم اهل العلم فى الحد ثات التى قسموهاالتى قسمين
من. ص م, وهي دا خلة تحت قول. البدعة الحسنة فهي الموافق لكتاباهلل وسنة رسول هللا ص م
ومن.سن فى اال سالم سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها بعده وال ينقض من اجورهم شيئ
رواه.سن فى اال سالم سنه سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها بعده وال ينقض من اوزارهم شيئ
مسلم
a. Bid’ah Hasanah :
- Bid’ah Wajibah
- Bid’ah Mandzubah
- Bid’ah Mubahah
- Bid’ah Muharromah
- Bid’ah Makruhah
32
a. Bid’ah Hasanah atau Mahmudah yaitu bid’ah atau yang baru dan
sesuai dengan Al Qur’an, As Sunnah, Atsar Sahabat dan Ijma’.
Sebagaimana sumber Islam.
b. Bid’ah Sayyidah dan Madzmumah yaitu sesuatu yang baru tidak
sesuai dengan syari’at Islam.
c. Ditinjau dari segi hukumnya dibagi 5 bagian:
1) Wajib
2) Mandzub atau sunnah
3) Mubah
4) Makruh
5) Haram
7) Bid’ah dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari
33
sebagai bisa mendekatkan diri kepada Allah WWT bukan mutlak
semua pembaharuan (dalam agama).
,ان ما عمل به السلف وتبعهم الخلف اليعسح أن يكون بدعة وال مذموما
وماتركه بكل وجه واضع ال يصح أن يكون سنة وال محمودا
34
kalangan (halaqah/dzikir), dzikir dengan suara keras, (dzikir)
berjamaah dan berdoa. Karena ada beberapa hadist yang
menganjurkannya, tetapi tidak dipraktikkan oleh ulama’ salaf
maka, setiap orang yang menyetujui (perbuatan-perbuatan
tersebut) tidak bisa dikatakn bid’ah bagi penentangnya. Sebab
hal itu adalah hasil ijtihad.
Telah kita ketahui bahwa hukum Allah yang dihasilkan dari ijtihad
furu’iyah adalah sama benarnya. Sedangkan Rasulullah bersabda :
35
a. Al Kufru menurut bahasa : Al Satru Wa Al Taghthiyah (tutup)
Batasan kufr ialah : seseorang yang ingkar terhadap Imam, rukun Islam dan
sesuatu yang diketahui secara pasti dari Rasulullah SAW
Yang menjadikan orang menjadi kafir atu Riddah dalam pandangan NU dan
Ahlusunnah Wal Jama’ah.
a. Dalam I’tiqod
36
3) Syak akan Al Qur’an sebagian wahyu Tuhan.
4) Syak terhadap hari kiamat, hari akhir, surge, neraka dan lain
sebagainya.
10) Meniadakat suatu amalan ibadah yang telah sepakat ulama’ Islam
mewajibkannya. Umpama : shalat, zakat dan lain sebagainya.
13) Mengingkari dari salah satu sari Rasyl yang telah sepakat ulama’-
ulama’ Islam mengatakan Rasul.
37
b. Dalam Amalan
c. Dalam Perkataan
5) Mengejek Malaikat.
38
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ahlusunnah Wal jama’ah adalah orang yang memegang teguh Al Qur’an
dan mengikuti segala sesuatu yang telah dijalankan oleh Rosulullah SAW, para
sahabatnya, serta Salaf As Sholih dan para penerusnya.
39