Anda di halaman 1dari 14

KONTRIBUSI MAHMUD YUNUS DALAM PERKEMBANGAN

HADIS DAN ILMU HADIS DI INDONESIA

Makalah:
Disusun untuk Memenuhi salah satu tugas perkuliahan
Studi Hadis Nusantara

Disusun Oleh:
M. Darul Huda Al-Avif (E95217060)
Maulida Ulinuha (E95217062)
Jaudatul Firdausiyah ( E95217058)

Dosen Pengampu:
H. Ah. Nasich Hidayatulloh, MHI

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayahnya sehingga membekali manusia dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Serta memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan tugas Studi Hadis
Nusantara ini dengan judul “Kontribusi Mahmud Yunus Dalam Perkembangan
Hadis Dan Ilmu Hadis Di Indonesia”.

Serta kami mengucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah


memberi kritik dan saran dalam pembuatan makalah ini. Dan kami juga tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami bapak H. Ah.
Nasich Hidayatulloh, MHI yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya kelemahan dan


kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Dikarenakan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki sangatlah kurang. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan saran dan masukan yang sangat membangun dari sisi manapun.
Semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, 5 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Mahmud Yunus .......................................................................................2
B. Karya-karya Mahmud Yunus ................................................................................4
C. Metode Penyebaran Hadis dan Ilmu Hadis di Indonesia yang Dilakukan
Mahmud Yunus .....................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuknya Islam di Nusantara diiringi dengan dua komponen penting
dalam Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran
agama Islam yang pertama. Sedangkan hadis merupakan sumber ajaran agama
Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Hadis adalah segala perkataan, perbuatan,
sifat atau ketetapan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan Ilmu Hadis adalah ilmu
yang berkaitan dengan hadis Nabi Saw.
Kajian terhadap hadis merupakan hal yang penting untuk dapat
mengetahui ilmunya. Hal ini disebabkan karena validitas dan otentisitas hadis
yang masih perlu dikaji secara mendalam. Namun kenyataannya, penyebaran
kajian hadis di Indonesia masih dapat dibilang lambat. Butuh waktu sekitar tiga
abad untuk dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia agar tertarik pada
kajian hadis. Secara historis, kajian hadis di Indonesia baru dimulai pada abad ke-
17 M, padahal penyebaran Islam diduga sudah mulai masuk wilayah nusantara
sejak abad ke-13 M.
Keilmuan hadis di Indonesia berkembang dengan pesat ketika semakin
banyaknya tokoh-tokoh dalam bidang hadis yang bermunculan salah satunya yaitu
Mahmud Yunus. Mahmud Yunus merupakan seorang ulama yang dikenal sebagai
tokoh pendidikan. Meskipun begitu, Mahmud Yunus juga memiliki karangan
dalam bidang hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dan profil Mahmud Yunus?
2. Apa saja karya-karya Mahmud Yunus dalam bidang Hadis?
3. Bagaimana kontribusi Mahmud Yunus dalam menyebarkan hadis dan ilmu
hadis?

1
BAB II
KONTRIBUSI MAHMUD YUNUS DALAM PERKEMBANGAN HADIS
DAN ILMU HADIS DI INDONESIA

A. Biografi Mahmud Yunus


Mahmud Yunus lahir pada hari Sabtu 30 Ramadhan 1316 H bertepatan 10
Februari 1899 M, suku Mandahiling. Sebuah desa yang bernama Sungayang Batu
Sangkar Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, Ayahnya bernama Yunus bin
Incek yang pada saat itu Ayah Mahmud Yunus di angkat menjadi imam menurut
sepanjang adat dalam negeri karena dikenal sebagai orang yang jujur, familiar,
dan berhati mulia. Sedangkan Ibunya bernama Hafsah binti Imam Sami’un adalah
putra dari ulama’ besar di Sungayang yaitu putra Doyan M. Ali yang mendapat
gelar Engku Kolok. Pada saat itu Ibu Mahmud Yunus belum bisa baca tulis huruf
karena pada masanya pemerintah penjajah belum mendirikan sekolah desa. Dari
kekurangan tersebut Ibu Mahmud Yunus mempunyai keahlian bertenun, ia ahli
menenun kain yang dihiasi dengan benang emas, yaitu kain asli kebudayaan
Minangkabau yang dipakai dalam upacara adat istiadat yang berlaku dalam
negeri. Mahmud Yunus sebelum mumayyiz ayahnya telah menceraikan Ibunya
sehingga Mahmud Yunus lebih banyak diasuh oleh Ibunya.1
Sejak kecil Mahmud Yunus sudah terlihat kecerdasannya dalam
mempelajari ilmu Agama, ketika umur 7 tahun ia belajar membaca al quran yang
di mulai dari mengenal huruf-huruf al quran dalam bimbingan kakeknya sendiri
M. Thahir bin M. Ali yang dikenal dengan Empu Gadang. Di samping Mahmud
Yunus belajar mengaji ia juga membantu kakeknya mengajar al quran sebagai
guru bantu, ketika mengajar ia sambil mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab
dengan kakeknya juga. Pada tahun 1908 dibuka sekolah desa di Sungayang
sehingga Mahmud Yunus belajar di sekolah tersebut pada siang hari dan
malamnya ia tetap mengajar ngaji al quran. Lama kelamaan Mahmud Yunus
merasa bosan sehingga ia beralih belajar ke Madrasah (sekolah agama) di Surau
Tanjung Sungayang dengan nama Madras School (sekolah surau) pada tahun
1910 yang didirikan oleh M. Thalib Umar. Kemudian pada bulan Sya’ban tahun

1
Edi Iskandar, Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3 No. 1 (Riau: STAI Al Azhar Pekanbaru, 2017),
30.

2
3

1924 Mahmud Yunus melanjutkan pendidikannya di Al Azhar Kairo Mesir pada


saat itu ia berumur 25 tahun, masuk dalam ketegori mahasiswa termuda dan lulus
dengan waktu yang sikat tidak lebih dari satu tahun dengan nilai yang sangat
memuaskan.2
Setelah lulus pendidikannya di Al Azhar kemudian Mahmud Yunus
melanjutkan pendidikannya di Universitas Darul Ulum Mesir untuk mempelajari
ilmu pengetahuan umum. Universitas ini memadukan dua kurikulum yakni
pengetahuan umum dan pengetahuan Agama yang di dalamnya dibagi ke
beberapa mata pelajaran. Kurikulum Agama meliputi tafsir, hadis, ushul fiqh,
mantiq, muthala’ah, nahwu, sharaf, balaghah, adab, insya’, dan mahfudzat dll.
Sedangkan dalam kurikulum umum kurang lebih ada tujuh puluh mata pelajaran
diantaranya al jabar, ekonomi, ilmu bumi/falak, tata negara, bahasa inggris dll.
Dengan kesungguhannya dalam belajar ia mampu menyelesaikan kuliahnya pada
semester empat terakhir dan menjadi mahasiswa berprestasi. Sehingga mendapat
gelar takhsis tadris (spesialis mengajar).3
Mahmud Yunus lebih dikenal sebagai tokoh pembaharuan pendidikan
Islam di Indonesia dari pada sebagi ahli hadis karena memang pendidikannya dari
awal adalah spesialis pendidikan.4 Pengaruh konsepsi pendidikannya dapat terlihat
sampai sekarang. Misal sebuah lembaga yang pernah didirikan oleh M. Thalib
Umar di Batu Sangkar tahun 1910 pernah ditutup pada tahun 1913 karena
minimnya tempat untuk dijadikan kelas. Untuk menyikapi hal ini sehingga
Mahmud Yunus menghidupkan kembali sekolah tersebut pada tahun 1918.
Seiring berjalannya waktu Madras School berubah nama menjadi Diniah School
pada tahun 1923. Kemudian pada 20 Maret 1931 berubah lagi menjadi Al jami’ah
Islamiyah yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu ibtidaiyah selama 4 tahun,
tsanawiyah 4 tahun, dan Aliyah 4 tahun, dibawah pimpinan Mahmud Yunus.5
Selain itu Mahmud Yunus juga memimpin dan mengajar di sekolah-sekolah lain
diantaranya: Kulah Muallimin Islamiyah Normal Islam Padang (1932-1946),
Akademi Pamong Praja di Bukittinggi (1948-1949), Akademi Dinas Ilmu Agama

2
Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2 No. 2 (Kalsel: STAI RAKHA, 2017),
282-283.
3
Munirah, Al-Risalah Vol. 13 No. 2 (T.K: STAI RAKHA, 2017), 223.
4
Ibid., 223.
5
Fauza Masyhudi, Jurnal Tarbiya, Vol. 21 No. 1 (Padang: T.T, 2014), 98.
4

(ADIA) Jakarta (1975-1980), menjadi dekan dan guru besar di fakultas tarbiyah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1960-1963), rektor UIN Imam Bonjol Padang
(1960-1971).6
Akhirnya pada usia 83 tahun yang bertepat pada tanggal 16 Januari 1983
Mahmud Yunus meninggal dunia di kediamannya Kelurahan Kebon Kosong
Kemayoran, Jakarta Pusat dan di makamkan di pemakaman IAIN Syarif
Hidayatullah.7

B. Karya-karya Mahmud Yunus


Mahmud Yunus merupakan tokoh yang sangat produktif dengan banyak
menulis di beberapa surat kabar atau majalah, termasuk juga dalam bentuk buku
di berbagai bidang kajian. Di antara Karya-karya Mahmud Yunus dalam bidang
hadis yaitu:
1. Ilmu Musthalah al-Hadis
Kitab Ilmu Musthalah al-hadis ini ditulis dalam bahasa Arab. Di
dalamnya terdapat pembahasan mengenai ilmu-ilmu hadis dalam 69
pembahasan. Tiga pembahasan yang pertama menjelaskan tentang ulum al-
hadis dan kedudukan Sunnah dalam al-Qur’an. Sedangkan pembahasan
keempat sampai kesembilan menjelaskan tentang periwayatan dan pembukuan
Sunnah yang meliputi penjagaan secara hafalan, permulaan pembukuan, urutan
kitab, orang-orang yang terkenal meriwayatkan hadis, dan sikap orang yang
pertama dalam menerima riwayat. Kemudian pembahasan yang kesepuluh
tentang al-jarh wa l-ta’dil. Selanjutnya pembahasan yang kesebelas tentang
sifat orang yang diterima dan ditolak riwayatnya. Pembahasan yang kedua
belas tentang proses penerimaan dan penyampaian riwayat, serta pembahasan
ketiga belas tentang nasikh wa mansukh. Kemudian pembahasan yang keempat
belas sampai keenam puluh sembilan menjelaskan tentang istilah-istilah khusus
yang berkaitan dengan penilaian terhadap hadis, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas serta hal-hal yang berhubungan dengannya, baik periwayat, jalur

Millati, Journal of Islamic…, 284.


6
7
Ibid.,284.
5

periwayatan, ataupun sifat periwayatannya. Dalam menyusun kitabnya, ia


menjelaskan setiap pembahasannya dengan pointer sehingga terlihat sistematis.
2. Ilmu Musthalah Hadis
Buku ini disusun oleh Mahmud Yunus dan Mahmud Aziz pada tahun
1984. Berbeda dengan kitab Ilmu Musthalah al-Hadis, buku ini ditulis dengan
bahasa Indonesia. Penulisan buku ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan
Islam di Indonesia. Penulisannya yang berbahasa Indonesia bertujuan agar
mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui hadis.
Buku ini terdiri dari 11 pasal. Penjelasan dalam buku ini lebih ringkas, padat
dan sederhana jika dibandingkan dengan Ilmu Musthalah al-Hadis.8

C. Metode Penyebaran Hadis dan Ilmu Hadis di Indonesia yang Dilakukan


Mahmud Yunus
Mahmud Yunus merupakan orang yang banyak menguasai berbagai ilmu
baik itu ilmu pengetahuan umum ataupun ilmu pengetahuan Agama termasuk
hadis dan ilmu hadis. Maka dari itu sedikit banyak ia juga telah mengutip hadis
dalam karya-karyanya. Seperti dalam karyanya yang disebut dengan karya hadis
tematik yang dikombinasikan dengan ayat-ayat al quran yaitu buku yang berjudul
“Akhlak Menurut al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW” yang berisi tentang akhlak.
Hadis-hadis yang ditulis dalam buku ini tidak disertai dengan sanadnya secara
lengkap dan tidak menjelaskan kualitas hadisnya, ia tetap mencantumkan
perawinya namun tidak lengkap. Tiap-tiap hadis yang ia kutip diberi penjelasan
baik berupa pendapat para ulama’ ataupun pendapatnya sendiri.9
Contoh ketika Mahmud Yunus memberikan menjelaskan hadis tentang
jujur. Yang pertama Mahmud Yunus menyebutkan ayat al quran tentang jujur
yakni:

‫ي‬ ِ ِ َّ ‫َيا يُّها الَّ ِذين امنُ و االتَّ ُقوهللا وُكونُوا مع‬
‫الصدق ْا‬
10
‫ا ا ْ ْ اا‬ ْ ‫ا ا ْا ا‬
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah
kamu dengan orang-orang yang benar.11

8
Febriyeni, Skripsi: “Studi Pemikiran Tokoh Hadis Sumatera Barat: Prof. H. Mahmud Yunus dan
H. Mawardi” (Padang: IAIN Imam Bonjol, 2015), 63-68
9
Munirah, Al-Risalah…, 226.
10
Al quran Surah At-Taubah: 119.
6

Setelah itu Mahmud menyebutkan hadis yang terkait sabda Nabi sebagai
berikut:

:‫ال‬‫ قا ا‬،‫يل بْ ُن اج ْع اف ٍر‬ ِ ِ ِ ُ ‫ واللَّ ْف‬،‫يد‬


ٍِ
ُ ‫ احدَّثاناا إ ْْسااع‬:‫ قا ااَل‬،‫ظ ليا ْح اَي‬ ‫ اوقُتا ْي باةُ بْ ُن اسع ا‬،‫وب‬ ‫احدَّثاناا اَْي اَي بْ ُن أايُّ ا‬
ِ ‫ان رس ا‬ ِ ِ ِِ ِ
ُ‫صلَّى هللا‬
‫ول هللا ا‬ ُ ‫ اع ْن أِاِب ُه اريْ ارةا أ َّ ا‬،‫ اع ْن أابِيه‬،‫َبِِن أابُو ُس اه ْي ٍل اَنف ُع بْ ُن امالك بْ ِن أِاِب اعام ٍر‬ ‫أا ْخ اا‬
‫ اوإِذاا ْاؤ ُُتِ ان اخا ان‬،‫ف‬‫ اوإِذاا او اع اد أا ْخلا ا‬،‫ب‬ ‫ إِذاا احد ا‬:‫ث‬
‫َّث اك اذ ا‬ ٌ ‫ " آياةُ ال ُْمناافِ ِق ثااَل‬:‫ال‬ ‫اعلاْي ِه او اسلَّ ام قا ا‬
12
"
Telah menceritakan kepada kami Yahya> bin Ayu>b dan Qutaibah bin Sa’i>d, dan
lafaz} tersebut milik Yahya>, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Isma>’i>l
bin Ja’far dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu> Suhail Na>fi’ bin Ma>lik bin
Abi> ‘A<mir, dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tanda-
tanda orang munafik ada tiga: apabila dia berbicara niscaya dia berbohong, apabila dia
berjanji niscaya mengingkari, dan apabila dia dipercaya niscaya dia berkhianat.13

Mahmud Yunus menjelaskan bahwa jujur adalah sifat utama yang setiap
muslim wajib mengamalkannya. Kalau semua manusia berdusta, maka akan kacau
seluruh masyarakat. Dengan demikian hukum berdusta adalah haram kecuali pada
tiga tempat sebagaimana hadis Nabi SAW yang artinya:

Tidak boleh berdusta kecuali pada tiga hal: laki-laki yang berdusta terhadap
istrinya untuk menyenangkan hatinya, laki-laki yang berdusta dalam peperangan karena
peperangan itu tipu muslihat, dan laki-laki yang berdusta terhadap dua orang muslim
untuk mendamaikan antara keduanya.14

Hadis tersebut tanpa menyantumkan teks aslinya hanya terjemahannya


saja. Tetapi Mahmud menjelaskannya bahwa di dalam riwayat Abu Dawud ada
tambahan dari Ummi Kalsum yaitu: “dan perempuan yang berbicara dengan
suaminya”. Maka darisinilah terlihat bahwa Mahmud Yunus menjunjung tinggi
kesetaraan gender. Sebab dia telah menampilkan redaksi lain dari hadis tersebut
yakni redaksi dari Ummi Kalsum sehingga maknanya tidak hanya berlaku pada
laki-laki, akan tetapi juga berlaku pada perempuan.15

11
Muh{ammad S{a>h{ib T{ahir, Al-quran dan Terjemah Al-rasyid, (Surabaya: Fajar Mulya, 2009), 206.
12
Munirah, Al-Risalah…, 227.
13
Ibid., 227.
14
Ibid., 227.
15
Ibid., 227.
7

Ini adalah teks asli hadis yang di kutip oleh Mahmud Yunus yang
diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud:

‫َبِِن ُُحاْي ُد بْ ُن اع ْب ِد‬‫ أا ْخ اا‬،‫اب‬ٍ ‫ اع ِن ابْ ِن ِش اه‬،‫َبِِن يُونُس‬


ُ ‫ أا ْخ اا‬،‫ب‬ ٍ ‫َباَن ابْ ُن او ْه‬
‫ أا ْخ اا‬،‫اح َّدثاِِن اح ْراملاةُ بْ ُن اَْي اَي‬
،‫ات ْالُاو ِل‬ ِ ‫اجر‬ ِ ِ ْ ‫ واكانا‬،‫ت ع ْقبةا ب ِن أِاِب معي ٍط‬ ٍ ٍ ‫الر ُْحا ِن ب ِن اعو‬
‫ت م ان ال ُْم اه ا‬ ‫ُ اْ ا‬ ْ ‫ان أ َُّمهُ أ َُّم ُكلْثُوم بِْن ا ُ ا‬ َّ ‫ أ‬،‫ف‬ ْ ْ َّ
،‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام‬ ِ ‫ت رس ا‬ ِ َّ ِ
‫ول هللا ا‬ ُ ‫ أا ََّّناا اْس اع ْ ا‬،ُ‫َبتْه‬
‫ أا ْخ اا‬،‫صلى هللاُ اعلاْيه او اسل ام‬
َّ ‫َِّب ا‬ َّ
َّ ِ‫الَلِِت اَبيا ْع ان الن‬
‫ال ابْ ُن‬ ‫ْيا» قا ا‬ ِ ِ ‫ي الن‬ ِ ‫ «لايس الْ اك َّذاب الَّ ِذي ي‬:‫ول‬
ً ْ ‫ْيا اويا ْنمي اخ‬ً ْ ‫ول اخ‬
ُ ‫ اويا ُق‬،‫َّاس‬ ‫صل ُح باْا‬ ُْ ُ ‫او ُه او يا ُق ُ ْ ا‬
‫ي‬‫ح باْا‬ ُ ‫ص اَل‬ْ ‫اْل‬ِْ ‫ او‬،‫ب‬ ٍ
ُ ‫ ا ْْلاْر‬:‫ب إََِّل ِِف ثااَلث‬
ِ
ٌ ‫َّاس اكذ‬ ُ ‫ول الن‬ ُ ‫َّص ِِف اش ْي ٍء ِِمَّا يا ُق‬ ُ ‫اْسا ْع يُ ارخ‬
ْ ‫ اواَلْ أ‬:‫اب‬ ٍ ‫ِش اه‬
16
‫يث ال اْم ْرأ ِاة ازْو اج اها‬
ُ ‫الر ُج ِل ْام ارأاتاهُ او اح ِد‬
َّ ‫يث‬ ُ ‫ او اح ِد‬،‫َّاس‬ ِ ‫الن‬

Telah menceritakan kepadaku H{armalah bin Yah}ya>; Telah mengabarkan kepada


Kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yu>nus dari Ibnu Shiha>b; Telah
mengabarkan kepadaku H{umaid bin ‘Abdirrah}man bin ‘Auf bahwa Ibunya Ummu
Kulthu>m bin ‘Uqbah bin Abi> Mu’ait} dan ia termasuk perempuan yang turut hijrah dalam
kelompok pertama yang berbai’at kepada Rasu>lulla>h SAW bahwasannya ia pernah
mendengar Rasu>lulla>h bersabda: “Orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai,
orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan (mengingatkan)
kebaikan bukanlah termasuk pendusta.” Ibnu Shiha>b berkata; ‘Saya tidak pernah
mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal,
yaitu: dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai,
dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau
menghindari keburukan).17

ِ ‫ اع ِن اب ِن ا ْْلا‬،‫ اعن اَنفِ ٍع ي ْع ِِن ابن ي ِزي اد‬،‫ حدَّثاناا أابو ْالاسو ِد‬،‫ي‬ ِ
،‫ادي‬ ْ ‫ا ْا ا‬ ْ ‫ُ ْا‬ ‫يع بْ ُن ُسلاْي اما ان ا ْْلي ِز ُّ ا‬ ُ ِ‫الرب‬َّ ‫احدَّثاناا‬
‫ اع ْن أ ُِم ِه أُِم‬،‫الر ُْحا ِن‬
َّ ‫ اع ْن ُُحاْي ِد بْ ِن اعْب ِد‬،‫اب‬ ٍ ‫ اح َّدثاهُ اع ِن ابْ ِن ِش اه‬،‫َّاب بْ ان أِاِب با ْك ٍر‬ ِ ‫ان اعْب اد ال اْوه‬ َّ ‫أ‬
‫ص ِِف اش ْي ٍء ِم ان‬ ِ ِ َِّ ‫ول‬ ٍ ‫ُكلْث‬
ُ ‫صلَّى هللاُ اعلاْيه او اسلَّ ام يُ ارخ‬ ‫اَّلل ا‬ ‫ت ار ُس ا‬ ُ ‫ اما اِْس ْع‬:‫ات‬ ْ ‫ قاال‬،‫ت ُع ْقباةا‬ ِ ‫وم بِْن‬ ُ
‫الر ُج ُل‬
َّ ،‫اذ ًَب‬ ِ ‫اعدُّهُ اك‬
ُ ‫ " اَل أ‬:‫ول‬ ُ ‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام يا ُق‬ َِّ ‫ول‬ ٍ ‫ب إََِّل ِِف ثااَل‬ ِ ‫الْ اك ِذ‬
‫اَّلل ا‬ ُ ‫ اكا ان ار ُس‬،‫ث‬
‫ اوال َّر ُج ُل‬،‫ب‬ ِ ‫ ِِف ا ْْلاْر‬:‫ول‬ُ ‫الر ُج ُل يا ُق‬
َّ ‫ او‬،‫ص اَل اح‬ ِْ ‫ الْ اق ْو ال اواَل يُ ِري ُد بِ ِه إََِّل‬:‫ول‬ ِ ‫ي الن‬ ِ ‫ي‬
ْ ‫اْل‬ ُ ‫ يا ُق‬،‫َّاس‬ ‫صل ُح باْا‬ ُْ
‫ث ازْو اج اها‬ ُ ‫ اوال اْم ْرأاةُ ُُتا ِد‬،ُ‫ث ْام ارأاتاه‬ُ ‫َُيا ِد‬
18

16
Muslim bin Al h}aja>j Abu> al H{asan al Qushairi> al Naisa>bu>ri>, al Musnad al S{ah{i>h al Mukhtas}ar,
Juz 1 No. Indeks 6799 (Bairut: Da>r Ih}ya> al Tura>th al ‘Arabi>, T.T), 78.
17
Ensiklopedia Hadis, Versi Syarah Muslim: 59, Kitab Iman Bab Penjelasan tentang sifat munafik.
18
Abu> Da>wud Sulaima>n bin al Ash’ab bin Ish}a>q bin Bashi>r bin Sha>da>d bin ‘Amru> al Azdi> al
Sijista>ni>, Sunan Abi> Da>wud, Juz 4 No. Indeks 4275 (Bairut: al Maktabah al ‘As}riyyah, T.T), 281.
8

Telah menceritakan kepada Kami Arrabi>’ bin Sulaima>n Al Jiziyyu berkata, telah
menceritakan kepada Kami Abu> Al aswad dari Na>fi’ maksudnya Na>fi’ bin Yazi>d dari
Ibnu Al Ha>di> bahwa ‘Abdu Al wahha>b bin Abi> Bakr menceritakan kepadanya, dari Ibnu>
Shiha>b dari H{umaid bin ‘Abdirrah}man dari Ibunya Ummu Kulthu>m binti ‘Uqbah ia
berkata, “Aku tidak pernah mendengar Rasu>lulla>h SAW memberi keringanan untuk
berbohong kecuali pada tiga tempat. Rasu>lulla>h SAW mengatakan: “Aku tidak
menganggapnya sebagai seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki
hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak
bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. Seorang laki-laki yang
berbohong kepada istri atau seorang istri yang berbohong kepada suami (untuk
kebaikan).19

Pada hadis ini, Mahmud tidak menyebutkan riwayatnya siapa, yaitu pada
hadis yang membahas tentang sederhana. Sabda Nabi SAW :

‫حنن قوم َل أن كل حىت جنوع و إذا أكلنا َل نشبع‬


Kami satu kaum, tiada Kami makan kecuali bila lapar. Ababila Kami makan,
tiada kami terlalu kenyang (riwayat…..)

Hadis di atas tidak diketahui apa maksud dari titik-titik tersebut,


kemungkinan besar hadis tersebut berdasarkan hafalan Mahmud Yunus yang
diingat sehingga tidak diketahui siapa periwayatnya. Bahkan di dalam kutub al-
Sittah juga tidak ditemukan hadis tersebut. Jadi tidak dapat dipastikan bahwa
hadis di atas kualitasnya sahih apa tidak sebab tidak diketahui sanadnya.20
Dalam memahami hadis Mahmud Yunus lebih konstektual seperti ketika
menjelaskan hadis di atas, ia mengutip pendapat dari Ibnu Al-Jauzi yang
mengatakan bahwa jika maksud mencari uang untuk wasilah (jalan) kepada hal
yang terpuji, dengan usaha yang halal lebih baik daripada meninggalkannya.
Bukan berarti hadis tersebut menyuruh sangat sederhana sampai tidak mau
bekerja atau berusaha. Mencari hartu itu baik apabila dilakukan dengan tujuan
yang baik dan dengan jalan yang halal, tetapi mencari harta itu bisa jelek apabila
dilakukan dengan cara yang haram bahkan sampai melalaikan kewajiban.21
Semua hadis yang dikutip oleh Mahmud Yunus dalam karyanya tidak ada
yang ia jelaskan kualitas hadisnya. Hal ini dikarenakan hadis di sini hanyalah

19
Ensiklopedia hadis, Versi Baitul Afkar Ad dauliah: 4921, Kitab Iman Bab memperbaiki
perselisihan.
20
Millati, Journal of Islamic…, 287.
21
Ibid., 287.
9

sebagai asas atau dalil bukan pembahasan khusus tetang hadis. Sebab Mahmud
sebagai seorang pendidik lebih menyukai hal-hal yang praktis agar apa yang ia
sampaikan kepada murid mudah untuk dipahami. Selain itu Mahmud lebih
mementingkan metode belajar daripada materi yang akan disampaikan.
Menurutnya materi pelajaran itu tergantung pada guru yang mengajarnya artinya
meskipun materi pelajaran itu baik akan tetapi guru yang menyampaikannya itu
kurang baik, maka hasilnya tidak akan baik. Jadi sebagai seorang guru harus
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan kecerdasan anak tersebut.
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Mahmud Yunus: “Guru yang pandai bukanlah
guru yang memompa ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik dalam
waktu singkat. Namun guru yang handal adalah guru yang dapat menguasai peserta
didiknya dengan sepenuh hati dan mmenolong mereka untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sekaligus mempraktikkannya, serta peserta didik dapat mengambil
intisarinya dalam waktu yang singkat penuh konsentrasi.”22

Ibid., 288-289.
22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Mahmud Yunus
merupakan seorang ulama yang banyak menguasai berbagai ilmu baik itu ilmu
pengetahuan umum ataupun ilmu pengetahuan agama termasuk hadis dan ilmu
hadis. Ia memiliki karya dalam bidang ilmu hadis di antaranya yaitu Ilmu
Musthalah al-Hadis dan Ilmu Musthalah Hadis. Keduanya sama-sama membahas
tentang ilmu hadis.
Dalam menyebarkan ilmu hadis, Mahmud Yunus mencantumkan beberapa
hadis dalam kitabnya salah satunya yaitu dalam buku yang berjudul Akhlak
Menurut al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Hadis-hadis yang ditulis dalam buku ini
tidak disertai dengan sanadnya secara lengkap dan tidak menjelaskan kualitas
hadisnya, ia tetap mencantumkan perawinya namun tidak lengkap. Tiap-tiap hadis
yang ia kutip diberi penjelasan baik berupa pendapat para ulama’ ataupun
pendapatnya sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Edi. 2017. Jurnal Kependidikan Islam. Riau: STAI Al-Azhar


Pekanbaru.
Millati. 2017. Journal of Islamic Studies and Humanities. Kalsel: STAI RAKHA.
Munirah. 2017. Al-Risalah. T.K: STAI RAKHA.
Masyhudi, Fauza. 2014. Jurnal Tarbiya. Padang: T.T.
Febriyeni. 2015. Skripsi: “Studi Pemikiran Tokoh Hadis Sumatera Barat: Prof. H.
Mahmud Yunus dan H. Mawardi”. Padang: IAIN Imam Bonjol.
T{ahir, Muh{ammad S{a>h{ib. 2009. Al-quran dan Terjemah Al-rasyid. Surabaya:
Fajar Mulya.
al Naisa>bu>ri>, Muslim bin Al h}aja>j Abu> al H{asan al Qushairi.> al Musnad al S{ah{i>h
al Mukhtas}ar. Bairut: Da>r Ih}ya> al Tura>th al ‘Arabi>, T.T.
Ensiklopedia Hadis, Versi Syarah Muslim: 59, Kitab Iman Bab Penjelasan tentang
sifat munafik.
al Sijista>ni>, Abu> Da>wud Sulaima>n bin al Ash’ab bin Ish}aq> bin Bashi>r bin Sha>da>d
bin ‘Amru> al Azdi>. Sunan Abi> Da>wud. Bairut: al Maktabah al ‘As}riyyah,
T.T.
Ensiklopedia hadis, Versi Baitul Afkar Ad dauliah: 4921, Kitab Iman Bab
memperbaiki perselisihan.

11

Anda mungkin juga menyukai