Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAFSIR SURAT AN-NABA’

DOSEN PEMBIMBING :

H. Anwar Sofwan, S.Pd.I, MM.MPd.

INSTRUMENTASI 1D

Kelompok 4 :

1. Dien Hanif Raihan (41190073)


2. Ikbal Aditya Rahman (41190077)
3. Tangguh Asyan Asmara (41190089)

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga kelas kami dapat menyelesaikan tugas untuk melengkapi
sebagian persyaratan tugas mata pelajaran Pendidikan agama Islam. Sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw.
Dengan terselesaikannya tugas ini, kelas kami ingin menyampaikan terima kasih semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunannya terutama kepada Bapak H. Anwar
Sofwan, S.Pd.I, MM.MPd. yang telah membimbing kami dengan kesabaran. Semoga Allah
SWT membalas amal baiknya. Amin.

Kelas kami menyadari bahwa isi dari tugas ini jauh dari sempurna, untuk itu kelas
kami berharap pembaca bersedia memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, 30 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul …………………………………….……………………………………….……… 1

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi ……………………………………………..…………………………………. 3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….………. 4

1.2 Rumusan Masalah ..……………………………………………………..…… 4

BAB II Pembahasan

2.1 Tafsir Surat An-Naba’ ...............................…………………………………. 5

BAB III Kesimpulan

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 17

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an sebagai sumber pedoman hidup umat manusia telah menggelarkan
wawasan terhadap masa depan hidup manusia dengan rentangan akal pikirannya yang
mendalam dan meluas sampai pada penemuan dan teknologi yang secanggihcanggihnya.
Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW. Untuk menjadi pedoman hidup dan untuk melemahkan bangsaarab yang terkenal
petah lidahnya (fasih) dan tinggi susunan bahasanya. Dalam pengertian lain, Al-qur’an
juga diartikan kupulan ayat-ayat Allah SWT. yang tertulis sebagai sumber utama ajaran
Islam. Memahami suatu makna Al-Qur’an tentunya tidak dapat lepas dari tafsir. Dalam hal
ini penulis memilih menganalisa surah An-naba 1-40 dalam Al-Qur’an sesuai tafsir Al-
Misbah. Pertimbangan penggunaan tafsir ini adalah karena tafsir Al-Misbah adalah karya
mufassir kontemporer Indonesia, sehingga akan lebih relevan penafsirannya dengan
konteks masyarakat Indonesia saat ini. Selain hal itu Quraish Shihab selaku penulis tafsir
Al-Misbah juga menyampaikan uraian terhadap akhlak. Beliau juga banyak menekankan
dimensi moral dalam berbagai tulisannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat lah makalah dengan judul “Tafsir Surat An-
Naba 1-40” Dibuat dikarenakan Surat ini selain umum didengar juga jarang diteliti.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka penulis akan membahas:
1.2.1 Apa Saja makna yang terkandung dalam Surat An-Naba’ Ayat 1 -40 yang terdpat
dalam Al-Qur’an?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tafsir Surat An-Naba


Juz ini seluruhnya termasuk surat ini memiliki karakter yang umum surat
Makkiyah, kecuali dua surat yaitu surat Al-Bayyinah dan An-Nashr. Semuanya
merupakan surat-surat pendek yang berbeda beda satu lama lain. Dan yang
terpenting dalam hal ini adalah karakter khususnya yang menjadikannya sebagai
satu kesatuan saling berdekatan tema dan arahnya, kesannya, gambarannya, ba
yang -ba yang nya, dan uslub nya ‘metodenya’ secara umum.
Juz ini merupakan ketukan-ketukan beruntun yang keras, kuat, dan tinggi
nadanya terhadap perasaan. Juga teriakan terhadap orang-orang yang tidur lelap
atau orang-orang yang mabuk kepayang . Atau, terhadap orang-orang yang
bermain-main sambil begadang dan menari-nari dengan hiruk-pikuk, bersiul-siul,
dan bertepuk tangan. hati dan perasaan mereka terus-menerus diketuk dengan
ketukan-ketukan dan teriakan-teriakan dari surat-surat dalam juz ini, yang
semuanya dengan nada dan peringatan tunggal, “Ingatlah! Sadarilah! Lihatlah!
Perhatikanlah! Pikirkanlah! Renungkanlah bahwa di sana ada Tuhan, di sana ada
pengaturan, di sana ada takdir, di sana ada ketentuan, di sana ada ujian, di sana
ada tanggung jawab, di sana ada perhitungan, di sana ada pembalasan, dan di
sana ada azab yang pedih dan nikmat yang besar. Ingatlah, sadarilah, lihatlah,
perhatikanlah, pikirkanlah, renungkanlah. Demikianlah pada kali lain, pada kali
ketiga, keempat, kelima, dan kesepuluh.”
Di samping ketukan-ketukan, seruan- seruan, dan teriakan-teriakan itu, ada
tangan kuat yang mengguncang orang-orang yang tidur, mabuk, dan terlena,
dengan guncangan yang keras. Seakan-akan mereka sedang membuka matanya
dan melihat dengan ter bingung-bingung, lalu kembali kepada keadaannya semula.
Maka, kembalilah tangan kuat itu mengguncang mereka dengan guncangan yang
keras, teriakan keras terdengar kembali, dan ketukan-ketukan keras pun mengenai
pendengaran dan hati mereka lagi. Kadang-kadang orang-orang yang tidur tadi
terbangun sedikit dan berkata dalam kebandelan dan kekerasan hatinya, ‘Tidak…!”
Kemudian melempari orang yang berseru dan memberi peringatan itu dengan batu
dan caci maki, lalu mereka kembali kepada keadaan semula lagi. Kemudian
mereka diguncang dengan guncangan baru lagi.
Surat An-Naba’ secara keseluruhan merupakan contoh yang sempurna bagi
penekanan pembicaraan terhadap hakikat-hakikat dan pemandangan-
pemandangan ini. Surat semacam surat An-Naazi’aat dan surat ‘Abasa, bagian
permulaannya mengandung isyarat mengenai suatu peristiwa tertentu di antara
peristiwa-peristiwa dakwah. Sedangkan, sisanya secara keseluruhan merupakan
pembahasan tentang kehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan. Setelah itu,
diceritakan tentang datangnya suara yang memekakkan telinga (yaitu ditiup nya
sangkakala kedua).
Berikut adalah tafsiran surat An-Naba :

1.
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?” (QS An-Naba’ : 1)

5
Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrikin, yang
mengakui adanya Allah Subhanallahu wata’ala namun mereka mengingkari
adanya hari kiamat. Orang-orang musyrikin mengakui akan adanya pencipta,
mereka mengenal Allah Subhanallahu wata’ala.
Intinya adalah orang-orang musyrikin mengakui adanya Allah Subhanallahu
wata’ala, hanya saja mereka mengingkari adanya hari kebangkitan. Sehingga
tatkala Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam diutus oleh Allah Subhanallahu
wata’ala dan mengingatkan kepada kaum musyrikin akan adanya hari
kebangkitan seakan-akan beliau berkata, “Hai kalian kaum musyrikin yang
terjerumus kedalam berbagai macam kemaksiatan, yang terjerumus kedalam
berbagai macam kesyirikan, dan praktek-praktek perkara yang diharamkan
oleh Allah Subhanallahu wata’ala kalian akan dibangkitkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas
apa yang telah kalian lakukan” maka ini menjadi buah bibir diantara mereka,
mereka saling berbicara ada apa gerangan? Muhammad telah mengabarkan
akan terjadinya hari kiamat. Seketika menjadi buah bibir yang hangat di
kalangan mereka. Mereka bertanya-tanya mengapa hari kiamat bisa terjadi?
Seakan-akan otak mereka tidak menerima akan adanya hari kiamat, mereka
mengingkari bagaimana bisa manusia yang sudah meninggal dunia kemudian
menjadi tulang-belulang bahkan tulang belulang tersebut sudah melumat
dengan tanah tetapi masih bisa dibangkitkan oleh Allah Subhanallahu
wata’ala? Keheranan ini menimbulkan tanya diantara mereka. Inilah yang
Allah Subhanallahu wata’ala sebutkan dalam Al Quran,

2.
“mereka bertanya tentang berita yang besar.” (QS An-Naba’ : 2)
An-Naba’ dalam bahasa arab artinya berita, yaitu berita yang penting yang
sedang mereka bicarakan. Apa yang dimaksud dengan berita yang besar ini?
Sebagian salaf mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan berita yang
besar tersebut adalah al–Qur‘an al-‘Adzim. Ini pendapat sebagian salaf
bahwasanya yang mereka perselisihkan dan ingkari adalah Al-Qur’an al-Karim,
karena Al–Quran adalah berita yang agung. Apabila dicermati, konteks ayat
yang Allah Subhanallahu wata’ala sebutkan setelah ayat ini berbicara tentang
hari kebangkitan. Sehingga pendapat yang lebih kuat dari 3 pendapat ini
ْ
bahwa yang dimakskud dengan ‫يم‬ ِ ِ‫إِ ال َعظ‬PP‫“ ال َّن َب‬berita yang besar” adalah berita
dahsyat tentang hari kebangkitan pada hari kiamat. Pendapat ketiga ini dipilih
oleh Ibnu Jarir At-Thabari (lihat : Tafsir At-Thabari 7/24), al-Baghawi (lihat
Tafsir Al-Baghawi 8/309), Ibnu Katsir (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/302), dan Asy-
Syaukani (lihat Fathul Qodir). Meskipun sebagian ulama
mengkompromikannya dengan menyatakan bahwa yang dimaksud denga ِ‫ال َّن َبإ‬
‫ ْال َعظِ ِيم‬adalah Al–Quran al-Karim yang di dalamnya disebutkan tentang adanya
hari kebangkitan.

3.
“yang mereka perselisihkan tentang hal ini” (QS An-Naba’ : 3)

6
Diantara mereka (penduduk kota Mekah) terjadi perdebatan tentang suatu
berita besar yang membuat mereka berselisih. Ada yang sekedar menyangka
akan adanya hari kebangkitan namun tidak meyakini, ada yang meyakini akan
adanya hari kebangkitan mereka itulah kaum muslimin, ada pula yang benar-
benar mengingkari akan adanya hari kebangkitan yaitu dari kaum musyrikin
arab. Kaum musyrikin arab lalu membodoh-bodohkan orang yang mengatakan
akan adanya hari kiamat. Mereka berpendapat bagaimana bisa manusia yang
sudah meninggal dunia kemudian menjadi tulang belulang, lalu lumat
bercampur dengan tanah yang terkadang tidak bisa dibedakan mana tulang
mana tanah saking hancurnya, kemudian dibangkitkan kembali oleh Allah
Subhanallahu wata’ala?

4.

5.
“sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui. Dan kemudian sekali-kali
tidak, mereka akan mengetahui (kebenaran dari hari kebangkitan tersebut)”
(QS An-Naba’ : 4-5)
Sekarang mereka mengingkari, tetapi kelak mereka akan melihat dengan mata
kepala sendiri bagaimana mereka dibangkitkan. Mereka akan menyaksikan
dahsyatnya hari kiamat tersebut. Seakan-akan Allah Subhanallahu wata’ala
menyatakan : “Mana akal kalian wahai kaum musyrikin? Apakah kalian
menyangka bahwa kehidupan ini akan sirna begitu saja? Tidak ada hari
kebangkitan dan tidak ada pembedaan? Kalian mengakui adanya Tuhan,
kalian mengakui adanya Allah Subhanallahu wata’ala, kalian percaya adanya
pencipta, lantas kalian mengatakan pencipta tersebut hanya menciptakan
begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban di hari akhirat? Sehingga kalian
menyangka tidak ada yang membedakan antara mana yang dzalim dan
didzalimi, semua sama saja menjadi tanah tulang belulang, tidak ada hari
pertanggung jawaban, tidak dibedakan antara kafir dan beriman, tidak akan
dibedakan antara yang mendustakan dan yang membenarkan?”
Sesungguhnya ini adalah pemikiran yang konyol, sikap seperti ini tidak
mungkin dilakukan oleh pencipta alam semesta yang Maha Hikmah dan Maha
Bijak. Jika sikap seperti ini tidak layak dilakukan oleh seorang pemimpin dunia
terhadap bawahannya apalagi Allah Subhanallahu wata’ala terhdap
ciptaanNya.
Beriman kepada akhirat merupakan perkara yang sangat penting. Karena ini
akan mempengaruhi perjalanan hidup manusia. Seorang yang beriman
kepada Allah Subhanallahu wata’ala dan beriman bahwasanya dia akan
dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanallahu
wata’ala, akan nampak dampaknya dalam kehidupannya. Dia tahu bahwa
setiap lafal yang dia ucapkan, setiap perbuatan yang dia kerjakan, akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Berbeda
dengan seseorang yang tidak beriman akan hal ini, dia merasa bahwa dia
tidak akan dibangkitkan. Sehingga dia akan melakukan segala kegiatan
seenaknya karena dia merasa tidak akan dimintai pertanggung jawaban oleh
Allah Subhanallahu wata’ala.

7
Kemudian setelah itu Allah Subhanallahu wata’ala mulai menyebutkan tentang
kenikmatan-kenikmatan yang Dia berikan kepada manusia untuk
mengingatkan kaum musyrikin bahwasanya Allah Subhanallahu wata’ala
َ ‫“ َعلَى ُك ِّل‬Maha Kuasa atas segala Sesuatu”, bahwasanya Allah
adalah ‫شيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬
Subhanallahu wata’ala mampu untuk membangkitkan para hamba. Allah
Subhanallahu wata’ala menjelaskan bahwa penciptaan manusia adalah
perkara yang ringan.

6.
“bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?” (QS An-
Naba’ : 6)
Sebagian ahli tafsir menafsirkannya dengan ‫( ُم َم َّه ًدا‬dipersiapkan), yaitu
bukankah kami menjadikan bumi itu dalam kondisi telah dipersiapkan
sehingga manusia mudah menempatinya, mudah untuk bercocok tanam,
mudah untuk menjalani kehidupan?. Dalam sebagian qira’ah dibaca ‫ َم ْه ًدا‬yaitu
kasur yang disiapkan untuk bayi agar bayi tersebut tidur di atasnya. Demikian
pula Allah menyiapkan bumi ini dengan segala fasilitasnya agar mudah untuk
ditempati oleh manusia.

7.
“bukankan Allah Subhanallahu wata’ala telah menjadikan bumi-bumi sebagai
pasak.” (QS An-Naba’ : 7)
Jika kita menancapkan paku untuk membuat ikatan dari kemah, maka kita
akan menancapkannya dengan dalam, yang kita sisakan hanya sebagian kecil
agar paku tersebut kuat mengikat tali. Seperti itulah gunung-gunung yang
ditancapkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala di atas muka bumi agar bumi ini
tidak bergetar. Hal ini diucapkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala 1400 tahun
yang lalu dan baru diketahui akan kebenarannya bahwasanya gunung itu tidak
terhamparkan seperti tanah yang dihamburkan ke atas kemudian menggunung
melainkan tertancapkan. Bukan seperti gunung di padang pasir yang bisa
berpindah-pindah karena ditiup angin. Hal ini disebabkan karena gunung yang
ada di padang pasir tidak tertancapkan di dalam bumi, tetapi ia hanyalah
sekedar kumpulan pasir yang berada di atas daratan. Karenanya jika
seseorang masuk ke dalam gurun/padang pasir, susah baginya untuk keluar,
karena tidak ada gunung yang bisa dijadikan patokan, disebabkan gunung-
gunung tersebut bisa berpindah-pindah tertiup angin. Adapun gunung bumi
maka ia tertancap kuat di bawah tanah, makanya Allah Subhanallahu wata’ala
mengatakan ً‫“ أَ ْو َتادا‬gunung-gunung yang kami pasakkan.”

8.
“dan kami jadikan kalian berpasang-pasangan”
Demikian juga dengan menciptakan segala sesuatu secara berpasangan,
menunjukkan akan kekuasaan Allah karena bisa menciptakan dua hal yang
saling berlawanan dan kontradiktif. Allah menciptakan surga, namun Allah juga
menciptakan lawannya yaitu neraka. Allah menciptakan malaikat Jibril, namun

8
Allah juga menciptakan Iblis. Allah menciptakan Fir’aun, namun Allah juga
menciptakan Musa ‘alaihis salam.

9.
“dan kami jadikan tidur kalian untuk istirahat”
ً ‫ُس َباتا‬ dalam bahasa arab artinya istirahat. Ini juga merupakan anugerah
dari Allah Subhanallahu wata’ala. Seandainya seseorang bekerja terus-
menerus tanpa istirahat niscaya dia akan binasa. Oleh karena itu, Alah
menjadikan seseorang lelah sehingga dia butuh dengan istirahat.

10.
“dan kami jadikan malam sebagai pakaian dari kalian”
Sebagian ahli tafsir mengatakan, seseorang yang memasuki malam hari,
maka malam tersebut yaitu gelapnya malam akan meliputi dia. Pada zaman
dahulu tatkala lampu belum ada begitupun penerangan lainnya, manusia
sering berada dalam keadaan gelap. Seseorang tidak akan membuka
pakaiannya kecuali di malam hari ketika dia sudah tertutupi oleh gelapnya
malam, karenanya dia tidak malu untuk membuka pakaiannya. Sehingga
seakan-akan Allah Subhanallahu wata’ala menjadikan malam-malam tersebut
sebagai ganti dari pakaiannya.

11.
“dan kami jadikan siang hari sebagai tempat mencari kehidupan (untuk
mencari ma’isyah)”
Para ulama menyebutkan sunnatullah (aturan Allah Subhanallahu wata’ala)
bahwa malam adalah waktu istirahat dan siang adalah waktu mencari nafkah
dan mencari kehidupan. “barang siapa yang merubah tatanan ini maka dia
akan ditimpa dengan berbagai macam gangguan”. Seseorang yang harusnya
menjadikan malamnya sebagai waktu istirahat dan siang sebagai waktu
bekerja namun dia balik menjadi siang untuk tidur dan malam untuk kelayapan
maka dia akan terganggu, tubuhnya tidak akan segar meskipun waktu tidurnya
di siang hari lebih banyak. Tetap saja dia tidak akan merasakan kelezatan
sebagaimana yang dia rasakan ketika dia tidur pada malam hari selama 8 jam,
meskipun pada siang hari tidurnya lebih panjang. Hal ini terjadi karena dia
mengubah tatanan, yang seharusnya malam menjadi tempat istirahat, namun
dia ubah malamnya menjadi tempat untuk mencari penghidupan dan siangnya
menjadi tempat untuk istirahat. Orang seperti ini kehidupan yang dia jalani
tidak akan berjalan dengan normal, dia akan merasakan gangguan kesehatan,
gangguan dalam pikirannya, dan berbagai hal lainnya.

12.
“dan kami bangun di atas kalian 7 langit yang kokoh”
Langit yang berada di atas kita ada sebanyak 7 lapis, jarak antara langit satu
dengan langit lainnya membutuhkan perjalanan yang sangat jauh. Ini
menunjukkan bagaimana luasnya ke-Maha kuasaan Allah Subhanallahu
wata’ala. Langit yang kita saksikan ini tidak diketahui dimana penghujungnya.

9
Allah Subhanallahu wata’ala menegakkannya tanpa pasak dari bumi dan langit
juga lebih luas daripada bumi ini. Padahal kita tahu pada umumnya yang
berada di atas itu lebih kecil daripada yang di bawah. Kemudian yang di atas
itu lebih butuh daripada yang di bawah, apabila yang di bawah jatuh maka
yang di atas juga akan jatuh, sehingga butuh pasak untuk menahan. Inilah
yang sering kita lihat dalam praktek kehidupan sehari-hari, yang di atas lebih
kecil daripada yang di bawah, yang di bawah menaungi yang di atas, dan yang
di atas butuh dengan pasak agar dia tidak terjatuh. Namun hal ini tidak berlaku
pada langit. Langit jauh lebih tinggi daripada bumi dan jauh lebih luas daripada
bumi. Sementara itu tidak ada pasak yang tertancap dari bumi menuju langit
padahal langit yang dengan kokohnya berada di atas kita bukan hanya satu
lapis melainkan 7 lapis. Seseorang yang merenungkan hal ini akan menyadari
bahwa dia adalah makhluk yang sangat kecil yang tidak ada tandingannya
dengan bumi ini. Lantas bagaimana dengan kedahsyatan langit yang Allah
Subhanallahu wata’ala bangun 7 lapis di atas bumi ini.

13.
“dan kami jadikan pelita yang amat terang (yaitu matahari)”
Barangsiapa yang memperhatikan Al Quran, dia akan mengetahui
bahwasanya Al Quran diturunkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Al Quran
datang dengan lafal-lafal yang detail dan tidak mungkin keliru.

14.
“dan kami turunkan dari awan air yang banyak”
Diantara makna ‫ت‬ ِ ‫ ْالمُعْ صِ َرا‬dalam bahasa arab adalah awan yang sudah hitam
yang mengandung butiran-butiran air dan siap diturunkan ke langit. Allah
Subhanallahu wata’ala mengatakan ً ‫ا‬PP‫ا ًء َثجَّ اج‬PP‫ت َم‬ ِ ْ‫ا م َِن ْالمُع‬PP‫“ َوأَ ْن َز ْل َن‬dan kami
ِ ‫ َرا‬PP‫ص‬
turunkan dari awan tersebut air yang banyak”, yaitu hujan yang deras. ini
merupakan nikmat dari Allah Subhanallahu wata’ala juga. Kemudian apa
fungsi dari air yang turun tersebut? Kata Allah Subhanallahu wata’ala

15.
“agar kami turunkan kami tumbuhkan dari air hujan tersebut”
ً ‫ ا‬P ‫ َح ّب‬adalah biji-bijian sedangkan ً ‫ا‬P ‫ َن َبات‬adalah tumbuhan-tumbuhan. Biji-bijian
disini mengandung segala bentuk biji-bijian yang merupakan makanan pokok
manusia. Seperti beras, gandum, jagung, adas, fuul (kacang merah).
Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan ً ‫ا‬P ‫ َو َن َبات‬. Mengapa Alah
menyebutkan biji-bijian terlebih dahulu? Karena biji-bijian merupakan makanan
pokok yang hampir tidak mungkin hidup tanpa makanan tersebut. Berbeda
dengan tumbuh-tumbuhan, sayur-mayur, buah-buahan, terkadang manusia itu
tidak butuh terhadap sayur–mayur dan buah-buahan. Sehingga dalam
penyebutannya, Allah Subhanallahu wata’ala pun menyebutkannya secara
berurutan yaitu biji-bijian terlebih dahulu kemudian tumbuh-tumbuhan yang
lainnya.

16.
“kemudian kebun-kebun yang lebat”

10
Ayat ini adalah bagian terakhir yang berisi tentang karunia-karunia yang
beraneka ragam yang Allah Subhanallahu wata’ala berikan kepada manusia
sebagai bukti bahwasanya Allah Subhanallahu wata’ala Maha Kuasa. Allah
Subhanallahu wata’ala yang menumbuhkan tetumbuhan, Allah Subhanallahu
wata’ala yang meninggikan langit, Allah Subhanallahu wata’ala yang telah
menciptakan bumi, Allah Subhanallahu wata’ala yang telah memberikan dan
menurunkan hujan ini. Ini semua menunjukkan akan kekuasaan Allah
Subhanallahu wata’ala. Seakan-akan Allah Subhanallahu wata’ala
mengatakan kepada orang-orang musyrikin, “Hai orang-orang musyrikin, jika
kami bisa melakukan itu semua, maka menghidupkan kembali yang telah
menjadi tulang belulang adalah perkara yang mudah”.

17.
“sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang sudah ditetapkan”
Yaitu hari kiamat yang pasti datangnya. Barang siapa yang meninggal dunia
maka dia telah memasuki kiamat kecil. Dan selanjutnya dia akan memasuki
alam akhirat. Hari kiamat sudah tegak baginya meskipun kiamat kubra (kiamat
besar, untuk semua makhluk) belum datang. Setiap manusia telah ditentukan
kiamat baginya, berbeda dengan datangnya hari kiamat besar maka tidak ada
yang mengetahui waktunya kecuali Allah Subhanallahu wata’ala. Memang
benar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassallam telah mengabarkan bahwa hari
kiamat akan terjadi pada hari jumat, tetapi tidak ada yang mengetahui hari
jumat tersebut jatuh pada minggu, bulan, dan pada tahun yang mana. Dia
akan datang dengan tiba-tiba, dan kedatangannya tersebut adalah sesuatu
yang pasti.

18.
“pada hari tersebut sangkakala ditiup lalu kalian akan datang berkelompok-
kelompok”

Pada hari kiamat akan terjadi 2 tiupan sangkakala dan hari kebangkitan akan
terjadi pada tiupan yang kedua. Yang akan meniupkan sangkakala adalah
malaikat israfil yang disebut dengan shahibul qarn. Dia akan meniup semacam
bom dengan tiupan yang sangat dahsyat sehingga tatkala tiupan pertama

19.
“maka langit-angit akan dibukakan”
Langit-langit yang kita saksikan sekarang tidak ada lubang dan tidak ada
celahnya sama sekali. Namun pada hari kiamat akan terbuka, akan banyak
pintu-pintu yang Allah Subhanallahu wata’ala bukakan. Karena pada hari
tersebut malaikat akan turun, dan kita tahu bahwa malaikat penghuni langit
amatlah banyak.

20.
“dan dijamakkanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah dia”
Gunung-gunung di akhirat kelak akan diangkat oleh Allah Subhanallahu
wata’ala kemudian diterbangkan di udara lalu dihancurkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala. Dan ini terjadi tatkala tiupan sangkakala yang pertama

11
dimana bumi ini akan dihancurkan dan digoncangkan dengan sedahsyat-
dahsyatnya. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam banyak surat. Allah akan
menggantikan bumi ini dengan yang lain, bumi di padang mahsyar yang
dijadikan sebagai tempat untuk kita dihisab oleh Allah bukanlah bukanlah bumi
yang sekarang kita pijak.

21.
“sesungguhnya neraka jahannam itu sebagai tempat pengintai”.
Setelah Allah menyebutkan tentang dahsyatnya hari kiamat, Allah kemudian
menyebutkan pembahasan selanjutnya yaitu tentang neraka jahannam.
Sesungguhnya para penjaga neraka akan mengintai, terutama mengintai
manusia yang sedang melewati shirath (jembatan yang terbentang di atas
neraka). Neraka mengintai untuk menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Neraka jahannam mengintai siapa? Allah kemudian berfirman :

22.
“merupakan tempat kembali bagi orang-orang yang melampui batas“.
Ini adalah ancaman bagi orang-orang musyirikin, orang-orang kafir, orang-
orang yang melakukan kedzhaliman dan melampui batas di atas muka bumi
ini. Merekalah yang diintai dan ditunggu oleh neraka jahannam.

23.
“mereka akan tinggal dalam waktu yang lama di neraka jahannam“
Ada khilaf diantara para ulama tentang makna ‫ أَحْ َقابًا‬.‫ أَحْ َقابًا‬adalah bentuk jamak
dari ْ‫ ُحقُب‬. Sebagian salaf menafsirkan ْ‫ ُحقُب‬dengan 70 tahun, ada yang
mengatakan 80 tahun, dan ada pula yang mengatakan 300 tahun.

Maksud dari pendapat-pendapat di atas adalah dengan perhitungan setiap


harinya seperti 1000 tahun di dunia. Sehingga yang berpendapat bahwa ُ‫ْال ُح ْقب‬
adalah 70 tahun berarti setiap tahunnya ada 12 bulan, kemudian setiap
bulannya 30 hari, dan setiap harinya 1000 tahun. Maka satu al-huqub ada
1000 tahun kali 30 (hari) kali 12 (bulan) kali 70 (tahun) sama dengan 25 juta
tahun lebih dengan ukuran tahun di dunia. Adapun pendapat yang
mengatakan satu al-huqub adalah 300 tahun tentu lebih banyak lagi.

24.
“mereka tidak akan merasakan dalam neraka jahannam kesejukan dan juga
tidak ada minuman”
Yang dirasakan oleh mereka keseluruhannya adalah kepanasan. Tidak ada air
minum yang bisa menghilangkan kehausan mereka. Bayangkan tatkala orang
dikumpulkan di padang mahsyar mereka menunggu di hari yang sangat
panjang yang 1 harinya seperti 50.000 tahun. Matahari pada saat itu jaraknya
satu mil sehingga semua orang dalam kondisi kepanasan pada hari tersebut.
Mereka merasakan dahaga yang sangat dan rasa lapar yang sangat.

25.
“kecuali air yang mendidih dan nanah”

12
ً ‫ َحمِيما‬adalah air panas yang berada puncak panasnya. ً ‫ َو َغسَّاقا‬kata para ulama
adalah air yang dinginnya luar biasa tetapi bukan berasal dari air melainkan
dari nanahnya penghuni neraka jahannam. Dari luka penghuni neraka,
keringat mereka, dan nanah mereka, dikumpulkan dan didinginkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala kemudian dijadikan air minum untuk mereka.
Sesungguhnya ini sangat menyiksa mereka. Selain itu minuman mereka
tersebut sangat berbau busuk -sebagaimana penjelasan al-Hafiz Ibnu Katsir
dalam tafsirnya-. Jadi di neraka jahannam nanti ada sebagian penghuni
neraka yang disiksa dengan panas yang amat parah dan terkadang pula
disiksa dengan dingin yang amat parah

26.
“sebagai balasan yang setimpal”
Allah Subhanallahu wata’ala Maha Adil. Allah Subhanallahu wata’ala
memberikan balasan seperti itu karena keadilan Allah Subhanallahu wata’ala.
Allah membalas sesuai dengan apa yang mereka lakukan selama di dunia
berupa kerusakan.

27.
“sesungguhnya mereka tidak berharap kepada yaumal hisab (hari
perhitungan)”
Orang-orang musyrikin tidak mau dan dan takut akan adanya perhitungan
terhadap amal perbuatan mereka di dunia. Padahal mereka akan menemukan
hari tersebut.

28.
“mereka benar-benar mendustakan ayat kami”
Mereka tahu apa yang mereka kerjakan kebanyakannya adalah maksiat.
Seandainya mereka tahu bahwa mereka akan dihisab niscaya mereka tidak
akan melakukan kemaksiatan. Karenanya mereka tidak meyakini adanya
hisab, bahkan mereka tidak mau adanya hisab dan mereka takut adanya
hisab. Mereka kemudian mendustakan ayat-ayat Allah Subhanallahu wata’ala
yang menjelaskan tentang yaumul hisab, ayat-ayat tentang hari kebangkitan,
dan ayat-ayat tentang hari persidangan. Kemudian Allah Subhanallahu
wata’ala berfirman:

29.
“segala sesuatu dicatat oleh Allah Subhanallahu wata’ala”
Tidak ada kemaksiatan apapun yang luput dari catatan Allah Subhanallahu
wata’ala dan akan dihadirkan. Mereka akan melihat apa yang telah mereka
lakukan, tidak ada kemaksiatan yang mereka lakukan kecuali telah dicatat.

30.
“rasakanlah adzab Allah Subhanallahu wata’ala maka kami tidak akan
menambah pada kalian kecuali adzab”.

13
Ketika mereka diadzab di nereka jahannam dengan berabagai macam
siksaan, siksaan yang mereka rasakan tidaklah satu jenis melainka setiap
harinya bertambah kadar siksaannya. Orang yang diadzab di neraka
Jahannam, mereka akan diadzab dengan beraneka ragam variasi siksaan
yang semakin bertambah kerasnya.

31.

32.

33.

34.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu)
kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-
gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengarkan
perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari
Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. ” (An Naba’: 31-34)
Apabila Jahannam itu menjadi pengintai dan tempat kembali bagi orang-orang
yang melampaui batas, yang mereka tidak dapat lepas dan melintas darinya,
maka orang-orang yang bertaqwa akan berkesudahan di tempat
keberuntungan dan keselamatan yang berupa “kebun-kebun dan buah
anggur”. Disebutkan nya buah anggur secara khusus dan tertentu di sini
adalah karena anggur itulah yang populer di kalangan orang-orang yang
mendengar firman ini. Juga gadis-gadis remaja yang sebaya “umur dan
kecantikannya. ‘Dan, gelas gelas yang penuh” berisi minuman.
Ini adalah kenikmatan-kenikmatan yang lahirnya bersifat inderawi, untuk
mendekatkannya kepada apa yang dibayangkan manusia. Adapun hakikat
rasa dan kenikmatannya belum pernah dirasakan oleh penduduk dunia karena
mereka terikat dengan batas-batas dan gambaran-gambaran duniawi. Di
samping kenikmatan lahiriah yang demikian, mereka juga mengalami keadaan
yang dirasakan oleh hati dan perasaan,

35.
‘Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula
perkataan) dusta. ” (An Naba’: 35)
Kehidupan surgawi adalah kehidupan yang terpelihara dari kesia-siaan dan
kebohongan yang biasanya diiringi dengan bantahan dan sanggahan. Maka,
hakikat (keadaan yang sebenarnya) di sini diungkapkan, tidak ada peluang
untuk membantah dan mendustakan, sebagaimana tidak ada peluang untuk
berkata sia-sia yang tidak ada kebaikan padanya. Inilah suatu keadaan dari
keluhuran dan kesenangan yang cocok dengan negeri akhirat yang kekal.

14
36.
“Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.”(An
Naba’: 36)
Di sini kita menjumpai fenomena keindahan dalam ungkapannya dan
kesamaan bunyi pada kata dan sebagaimana kita rasakan juga iramanya pada
akhir setiap kalimatnya dengan bunyi yang hampir sama. Ini merupakan
fenomena yang jelas di dalam juz ini seluruhnya secara global.
37.

38.

‘Tuhan yang Memelihara langit dan bumi serta apa yang ada di antara
keduanya, yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak ber-
kata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang
Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (An Naba’: 37-38)
Pembalasan yang dijelaskan pada segmen di atas adalah pembalasan bagi
orang-orang yang melampaui batas dan orang-orang yang bertaqwa. Pem-
balasan ini adalah “dari Tuhanmu, Tuhan yang memelihara langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya, yang Maha Pemurah”.
Kalimat ini serasi benar dengan sentuhan dan hakikat yang besar ini. Hakikat
rububiyah ‘pemeliharaan Tuhan’ yang Esa, meliputi seluruh manusia
sebagaimana ia meliputi langit dan bumi serta dunia dan akhirat, dan
memberikan balasan kepada perbuatan melampaui batas dan perbuatan
takwa, serta berujung padanyalah urusan akhirat dan dunia Kemudian, Dia
adalah ‘Maha Pemurah, Pemilik dan Pemberi rahmat”.
Karena rahmat-Nya inilah, maka diberikan balasan kepada mereka ini dan
mereka itu. Sehingga, pemberian hukuman kepada orang-orang yang me-
lampaui batas itu bersumber dari rahmat Tuhan yang Rahman ini. Karena
rahmat ini pula, maka keburukan mendapatkan balasan yang tidak sama de-
ngan balasan bagi kebaikan di tempat kembali nanti.
Di samping rahmat dan keagungan ini, “mereka tidak dapat berbicara dengan
Dia” pada hari yang menakutkan ketika malaikat Jibril as dan malaikat-malaikat
lain berdiri “bershaf–shaf tanpa berbicara sepatah kata pun’ kecuali dengan
adanya izin dari yang Maha Pemurah untuk mengucapkan perkataan yang
benar. Maka, tidak ada yang diizinkan oleh Ar-Rahman kecuali yang sudah
diketahui bahwa ia benar.

39.
Itulah hari yang pasti terjadi. Maka, barangsiapa yang menghendaki, niscaya
ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah
memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) dengan siksa yang dekat, pada
hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan

15
orang kafir berkata, Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. ”
(An Naba’: 39-40)
Inilah guncangan keras terhadap mereka yang hatinya dipenuhi keraguan dan
selalu mempertanyakan “hari yang Pasti terjadi” itu. Maka, tidak ada peluang
untuk mempertanyakan dan memperselisihkannya. Selagi masih ada
kesempatan, “maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh
jalan kembali kepada, Tuhannya “sebelum neraka Jahannam mengintai nya
dan menjadi tempat kembalinya.
Inilah peringatan untuk menyadarkan orang-orang yang mabuk kepalang,
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu siksa yang dekat”. Maka,
Jahannam itu senantiasa menantikan dan mengintaimu seperti yang kamu
ketahui. Dunia ini secara keseluruhan adalah perjalanan yang pendek dan usia
yang singkat!
Inilah azab yang mengerikan dan menakutkan, sehingga orang kafir lebih
memilih hilang eksistensinya daripada masih berwujud,
40.

‘Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya,
dan orang kafir berkata, Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu hanyalah
tanah. ” (An Naba’: 40)
Tidaklah orang berkata seperti ini kecuali dia berada dalam kesempitan dan
kesedihan yang sangat. Ini adalah kalimat yang memberikan bayang-bayang
ketakutan dan penyesalan. Sehingga, ia berangan-angan untuk tidak pernah
menjadi manusia, dan menjadi unsur yang diabaikan dan disia-siakan (tak
diperhitungkan). la melihat bahwa yang demi kian itu lebih ringan daripada
menghadapi keadaan yang menakutkan dan mengerikan. Ini suatu sikap yang
bertolak belakang dengan keadaan ketika mereka mempertanyakan dan
meragukan berita besar tersebut

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Surat An-Naba’ merupakan surah ke-80 dari segi perurutan turunnya surah-surah Al-
Qur’an. Ia turun sesudah surah Al-Ma’arij dan sebelum surah An-Nazi’at. Jumlah ayat-
ayatnya menurut perhitungan ulama madina, syam dan bashrah sebanyak 40 ayat.
Ayat-ayat ini disepakati turun sebelum Nabi SAW. berhijrah ke Madinah.Surah ini
mengandung uaraian tentang hari kiamat dan bukti bukti kekuasaanAllah untuk
mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang dipaparkan disini adalahpenciptaan alam raya
yang demikian hebat serta sistem yang mengitarinya,kesemuanya menunjukkan adanya
hari pembalasan yang ditetapkan-Nya
Surah ini juga mengandung uaraian tentang hari kiamat dan bukti bukti kekuasaan
Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang dipaparkan disini adalah penciptaan
alam raya yang demikian hebat serta sistem yang mengitarinya, Sehingga merupakan
surat special buat kita semua , karena dalam surat ini Allah SWT menjelaskan bagaimana
keadaan manusia kelak di akhirat yang terbagi dalam 2 golongan yakni yang selamat dan
celaka. Semoga dengan penulisan artikel ini semakin meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT serta meninggalkan hal-hal yang mubah dan tidak
bernilai pahala. Sebab kita semua tidak tahu dengan amalan mana dan kapan kita
mendapat ridha Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dakwatuna.com/2009/12/30/5185/tafsir-surat-an-naba/#axzz69sX2daq8

https://tafsirweb.com/37332-surat-an-naba.html

18

Anda mungkin juga menyukai