Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK FISIKA 1

Units and Measurements

Hari, tanggal : Jumat, 20 September 2019


Waktu : 09:10 – 10:50 WIB
Dosen : Ayu Adi Justicea, S.T, S.ST, M.A.Sc
Nama Taruna : Putra Wahyu Anugrah. S
NPT : 41.19.0018
Kelas : Instrumentasi 1 A

LABORATORIUM FISIKA
SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
TANGERANG SELATAN
2019
MODUL 1

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

I. KONDISI LABORATORIUM

Kondisi Awal praktikum Akhir Praktikum

Temperatur : ( 32 ± 0.5 )oC ( 32 ± 0.5 )oC

Kelembaban : ( 80 ± 0.5 )% ( 81 ± 0.5 )%

Tekanan : (695.45 ± 0.025) mmHg (696.15 0.025) mmHg

II. TUJUAN

1. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar


2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan
hasil pengukuran

III. ALAT DAN BAHAN

1. Penggaris plastik
2. Mikrometer skrup
3. Jangka sorong
4. Bola besar besi
5. Balok kayu
6. Balok besi
7. Neraca ohauss
8. Silinder materi
9. Plat tembaga tipis
10. Bola aluminium

IV. TEORI DASAR

A. Alat ukur dasar dan ketidakpastian


Alat ukur merupakan alat yang digunakan untuk menentukan nilai suatu pengukuran.
Standar dari alat ukur sudah tetap dan tidak boleh diubah lagi. Tetapi, dalam melakukan
pengukuran, terkadang hasil yang diperoleh pada sebuah benda bisa berbeda-beda.Hal
inilah yang menyebabkan dibutuhkannya ketidakpastian dalam praktikum. Ketidakpastian
dibedakan menjadi 2, yaitu ketidakpastian mutlak dan relative.
1.a Penunjuk analog 1.b Penunjuk digital

Gambar 1. Penunjukkan meter analog dan meter digital

B. Nilai skala terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, inilah yang
disebut nilai skala terkecil. Ketelitian alat ukur bergantung pada nilai skala terkecil. Pada
Gambar 2 di bawah ini tampak bahwa nilai skala terkecil = 0,25 satuan.

Gambar 2. Skala utama suatu alat ukur dengan nilai skala terkecil =0,25 satuan
C. Nonius
Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat
suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan
menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala
utama. Cara membaca skala nonius adalah sebagai berikut :

1. Baca posisi nol dari skala nonius pada skala utama.


2. Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit dengan
skala utama.

Gambar 3. Skala utama dan nonius

Pada Gambar 3, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan. Pembacaan dengan
nonius adalah 17 + (4 x 0,1) = 17,4 satuan, karena skala nonius yang berimpit dengan
skala utama adalah skala ke-4.

C. Parameter alat ukur


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:

1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel
yang diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan yang lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
D. Ketidakpastian
Suatu pengukuran disertai ketidakpastian. Beberapa ketidakpastian disebabkan
antara lain adanya nilai skala terkecil, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh sebab itu, setiap hasil
pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya. Ketidakpastian di bedakan
menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Masing-masing ketidakpastian
dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.

E. Ketidakpastian mutlak
Suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah
dari nilai skala terkecil. Untuk suatu besaran X, maka ketidakpastian mutlaknya dalam
pengukuran tunggal adalah :

Δx = ½ nilai skala terkecil (1)

Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :

X = x ± Δx (2)

Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,


diantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ - rentang atau bias juga menggunakan
standar deviasi.

F. Kesalahan ½ - rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada
pengukuran tunggal. Kesalahan ½ - rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan
ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai
berikut :

1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah, yaitu x1, x2,…,xn.
2. Cari nilai rata-ratanya yaitu

(3)

3. Tentukan xmax dan xmin dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan :
Δx = (xmax – xmin)/2 (4)
1. Penulisan hasilnya sebagai berikut :

Untuk jelasnya, sebuah contoh dari hasil pengukuran (dalam mm) suatu besaran x yang
dilakukan empat kali yaitu : 153,2; 153,6; 152,8; dan 153,0. Rata-ratanya adalah :

(5)

Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai terkecilnya
adalah 152,8 mm, maka rentang pengukurannya adalah :

sehingga ketidakpastian pengukurannya adalah :

maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah x = (153,2 ± 0,4) mm.

G. Standar deviasi
Jika pengamatan dilakukan sebanyak n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul
data x1, x2, …, xn, maka nialai rata-rata dari besaran ini adalah :

(6)

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya x (yang tidak mungkin
diketahui nilai sebenarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.

(7)

Standar deviasi diberikan oleh persamaan (7), sehingga kita hanya dapat menyatakan
bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang ( ) sampai ( ).
Penulisan hasil pengukurannya adalah .
H. Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Relasi hasil pengukuran terhadap ketidakpastian relatif yaitu:

(8)

Apabila menggunakan ketidakpastian relatif, maka hasil pengukuran dilaporkan


sebagai berikut :

(9)

I. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai dengan
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian yang disebut
sebagai perambatan ketidakpastian. Penjelasan ketidakpastian variabel yang merupakan
hasil operasi variable - variabel lain yang disertai dengan ketidakpastian disajikan dalam
Tabel 1. Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ± Δb), dilakukan
operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

Tabel 1. Contoh perambatan ketidakpastian

Variabel yang
Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan

Penjumlahan p=a+ Δp = Δa + Δb
b
Pengurangan q=a-b Δq = Δa - Δb

Perkalian r=axb
(a ± Δa)

(b ± Δb)
Pembagian

Pangkat t = an
J. Angka berarti (significant figures)
Angka berarti atau angka penting menunjukkan jumlah digit angka yang akan
dilaporkan pada hasil akhir pengukuran. Angka berkaitan dengan ketidakpastian relatif
(dalam %). Semakin kecil ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran
atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang
menghubungkan antara ketidakpastian realtif dan angka berarti adalah sebagai berikut
:

Angka berarti = 1 – log (ketidakpastian relatif) (10)

Contoh hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa angka berarti
disajikan dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Contoh penggunaan angka berarti

Nilai yang Ketidakpastian Angka Hasil penulisan


terukur berarti
relatif (%)

0,1 4 (1,202 ±
0,001)x103
1,202 x 103 1 3 (1,20 ±
0,01)x103
10 2 (1,2 ± 0,1)x103

V. PERCOBAAN

5.1. Soal Sebelum Percobaan

1. Jelaskan apa yg di maksud dengan pengukuran !


2. Mengapa dalam pengukuran harus disertakan ketidakpastiannya ?
3. Berikan contoh alat ukur yang Anda ketahui (minimal 5) ! Jelaskan bagaimana cara
membaca hasil yang terukur menggunakan alat tersebut serta jelaskan berapa nilai
skala terkecilnya !

5.2. Langkah Percobaan


1. Catat data fisis laboratorium (suhu, tekanan, kelembaban) !
2. Timbang beban (3 jenis beban) menggunakan neraca timbangan !
3. Ukur diameter beban (3 jenis beban) menggunakan mikrometer skrup dan mistar!
pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 5 kali.
4. Ukur panjang beban (3 jenis beban) menggunakan jangka sorong dan mistar !
pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 5 kali.
5. Buat tabel percobaan sesuai langkah pada percobaan yang akan dilakukan !

5.3 Data Hasil Percobaan dan Pengolahan

1. Tabulasi data dimensi beban (3 jenis beban). Hasil disajikan menggunakan ketidakpastian
mutlak karena pengukuran dilakukan secara berulang!
2. Tentukan volume beban (3 jenis beban) dan ketidakpastiannya menggunakan perambatan
ketidakpastian relatifnya (gunakan konsep angka berarti) !
3. Bandingkan hasil pengukuran diameter dan panjang untuk beban (3 jenis beban)
menggunakan alat ukur yang berbeda! Jelaskan !
4. Tentukan massa beban (3 jenis beban) (pengukuran tunggal dengan ketidakpastian
mutlaknya) !
5. Tentukan rapat massa (𝜌 = 𝑚/𝑣) beban (3 jenis beban) dan gunakan perambatan
ketidakpastiannya! Konversi nilai ketidakpastiannya massa ke bentuk ketidakpastian relative
(dilakukan karena berbeda metode pengukurannya). Standar deviasi (volum)66% sedangkan
mutlak (massa) 50%.
6. Bandingkan nilai rapat massa bahan yang diperoleh dari eksperimen terhadap referensi?

VI. ANALISIS HASIL PERCOBAAN

No Objek Penguku Massa Panjang Lebar Tebal Keterangan


. ran Ke- (gr) (cm) (cm) (cm)

1. Balok 1 18,9 1,85


Kayu
2 19 1,82

3 19 1,79

4 19 1,8

5 19 1,8

2. Balok 1 51,66 5,7 1,7


Besi
2 51,67 5,7 1,8

3 51,67 5,7 1,7

4 51,68 5,7 1,7

5 51,67 5,7 1,8

3. Silinder 1
Materi 2
silinder
3

4. Plat 1 1,5 1,1 0,7 0,02


Temba
2 1,5 1 0,8 0,02
ga
Tipis 3 1,5 1,1 0,8 0,019

4 1,5 1 0,8 0,21

5 1,5 1,2 0,7 0,21

5. Bola B 1 69,3 24,516


Besi
2 68,9 24,516
Berkait
3 69,3 24,52

4 69,3 24,52

5 69,3 25,12

K 1 35,3 19,032

2 35,1 19,038

3 35,3 20,037

4 35,3 20,037

5 35,1 20,036

6. Bola A 1 0,726
Alumu
2 0,744
nium
3 0,738

4 0,736

5 0,737

B 1 0,55

2 0,548
3 0,543

4 0,545

5 0,532

C 1 0,263

2 0,27

3 0,275

4 0,27

5 0,273

7. Bola S 1 0,53 0,3505


Besi
2 0,59 0,3507

3 0,54 0,3506

4 0,53 0,3508

5 0,53 0,3505

M 1 2,75 0,8025

2 2,76 0,8028

3 2,80 0,8033

4 2,79 0,8032

5 2,78 0,8033

6.1 Panjang

Beban Nilai Ketidakpastian


Balok kayu P(18,98±0,01)cm
1(1,81± 0,01)cm
Balok besi M(51,67± 0,01)gr
p(5,70±0,05)cm
l(0172± 0,05) cm
t(1,74± 0,05
Silinder materi
Plat tembaga tipis m(1,52± 0,06)gr
p(1,08±0,06)cm
l(0,76± 0,05) cm
t(0,020± 0,001) cm
Bola besi berkait (B) m(69,22 ± 0,05)gr
d (2,464 ± 0,302)cm
Bola besi berkarat (K) m(35,22± 0,005)gr
d(1,964± 0,005)cm
Bola aluminium (L) d(1,08± 0,55) cm
Bola aluminium (M)
d(0,76 ± 0,05cm
Bola aluminium (S) d(0,020± 0,001)cm
Bola besi (M) m(2,77 ± 0,025) gr
d(0,83 ± 0,005) cm
Bola besi (S)
m(0,27 ± 0,001 gr

d(0,35 ± 0,005) cm

6.2 Volume

∆𝒂 𝒎
Beban Volume ∆𝒙 = (cm³) Massa (gram) Massa jenis (𝝆 =
𝒂 𝒗

Balok besi 17,059±6,58% 51,670±0,2% 3,028 ± 6,60%

Plat tembaga Tipis 0,716± 0,04% 1,52± 0,04% 2,12± 6,62%


Bola besi (L) 7,832 ± 0,07% 69,22± 0,05% 8,83 ± 3,7%
1. Besi balok
Massa rata-rata = 51,67 gr
Panjang rata-rata = 5,70 cm
Lebar rata-rata =1,72 cm
Tebal rata-rata =1,74 cm

2. Plat tembaga tipis


Massa rata-rata =1,52 gr
Panjang rata-rata =1,08cm
Lebar rata-rata =0,76 cm
Tebal rata-rata =0,20 cm

3. Bola beso
Massa rata-rata =2,77 gr
Panjang rata-rata =0,83 cm

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


Setelah melakukan percobaan ini, kita dapa melakukan pengukuran dengan baik
dan benar dengan membutuhkan angka ketidakpastian agar data lebih akurat karena kita
sebagai manusia terkadang mengalami kesalahan dalam pengukuran. Pengaplikasian
konsep ketidakpastian sudah dicantumkan dalam analisis percobaan

Saya harap agar kita dapat lebih teliti dalam melakukan pengukuran agar data
yang dihasilkan lebih akurat

PUSTAKA

1. Darmawan D, 1984. Teori Ketidakpastian .Bandung : ITB


2. Halliday, D Resnick, R and Walker P 1975. Principal of physic/
3. Nelkon M and Parker, P. 1975.Advanced level physic. Edisi ke 3
4. Trippler, Paul A. 1998. Fisika Dasar Untuk Sains dan Teknik. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai