Anda di halaman 1dari 10

Contoh : FORMAT COVER LAPORAN AKHIR

MODUL 1

Judul

Hari, tanggal : Jumat, 13 September 2019


Waktu : 09:10- 10:50 WIB
Dosen : Ayu Adi Justicea, S.T, S.ST, M.A.Sc
Nama Taruna : Taruna
NPT : 15.13.0023
Kelas : Instrumentasi 1 A

LABORATORIUM FISIKA
SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
TANGERANG SELATAN
2019
Contoh : FORMAT LAPORAN AKHIR
MODUL 1

Judul
KONDISI LABORATORIUM
Kondisi Awal praktikum Akhir Praktikum
Temperatur : ( 28 ± 0.5 )oC ( 29 ± 0.5 )oC
Kelembaban : ( 80 ± 0.5 )% ( 81 ± 0.5 )%

I. TUJUAN
Sesuaikan dengan yang terdapat pada modul praktikum Praktek Fisika.

II. ALAT DAN BAHAN


Sesuaikan dengan yang terdapat pada modul praktikum Praktek Fisika.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


Sesuaikan dengan yang terdapat pada modul praktikum Praktek Fisika.

IV. TEORI SINGKAT


Jangan tulis persis sama dengan yang tertera pada modul, tulis dengan kalimat sendiri. Berisi
teori paling mendasar dan persamaan utama yang berkaitan dengan materi praktikum.

V. DATA DAN PENGOLAHAN


Cantumkan satuan yang tepat dan ketidakpastian pengukuran. Pengolahan data sebaiknya
ditabulasikan dalam bentuk tabel. Bila perlu menggambar grafik, dapat langsung digambar
menggunakan kertas millimeter block. Bila perlu menurunkan persamaan, silakan diturunkan
pada pengolahan data.

VI. ANALISIS / PEMBAHASAN


Format penulisan analisis atau pembahasan adalah paragaraf. Tidak diperkenankan menulis
dalam format poin per poin.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


Bagian ini secara umum menjawab tujuan. Format penulisan boleh menggunakan poin per
poin.

DAFTAR PUSTAKA
Contoh penulisan daftar pustaka :
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid 1, Jakarta: Erlangga
MODUL 1

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

I. KONDISI LABORATORIUM

Kondisi Awal praktikum Akhir Praktikum

Temperatur : ( 28 ± 0.5 )oC ( 29 ± 0.5 )oC

Kelembaban : ( 80 ± 0.5 )% ( 81 ± 0.5 )%

Tekanan : (695.45 ± 0.025) mmHg (696.15 0.025) mmHg

II. TUJUAN

1. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar


2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan
hasil pengukuran

III. ALAT DAN BAHAN

1. Penggaris plastik
2. Mikrometer skrup
3. Jangka sorong
4. Bola besi
5. Balok kayu
6. Neraca Ohauss
7. Silinder Materi

IV. TEORI DASAR

A. Alat ukur dasar


Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variable fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua jenis,
yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan
sistem digital. Alat pengukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu,
misalnya penunjukan temperatur dalam skala, penunjuk jarum pada skala meter, atau
penunjukkan skala elektronik (Gambar 1.a). Alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter digital
merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu yang ditunjukkan pada panel
display-nya (Gambar 1.b).

1.a Penunjuk analog 1.b Penunjuk digital

Gambar 1. Penunjukkan meter analog dan meter digital

B. Nilai skala terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
inilah yang disebut nilai skala terkecil. Ketelitian alat ukur bergantung pada nilai skala
terkecil. Pada Gambar 2 di bawah ini tampak bahwa nilai skala terkecil = 0,25 satuan.

Gambar 2. Skala utama suatu alat ukur dengan nilai skala terkecil =0,25 satuan
C. Nonius
Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang
akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan
skala utama. Cara membaca skala nonius adalah sebagai berikut :

1. Baca posisi nol dari skala nonius pada skala utama.


2. Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit dengan
skala utama.

Gambar 3. Skala utama dan nonius

Pada Gambar 3, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan. Pembacaan dengan
nonius adalah 17 + (4 x 0,1) = 17,4 satuan, karena skala nonius yang berimpit dengan
skala utama adalah skala ke-4.

C. Parameter alat ukur


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:

1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel
yang diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat
untuk membedakan satu pengukuran dengan yang lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
D. Ketidakpastian
Suatu pengukuran disertai ketidakpastian. Beberapa ketidakpastian
disebabkan antara lain adanya nilai skala terkecil, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh sebab
itu, setiap hasil pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya. Ketidakpastian
di bedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Masing-masing
ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.

E. Ketidakpastian mutlak
Suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah
dari nilai skala terkecil. Untuk suatu besaran X, maka ketidakpastian mutlaknya dalam
pengukuran tunggal adalah :

Δx = ½ nilai skala terkecil (1)

Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :

X = x ± Δx (2)

Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,


diantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ - rentang atau bias juga menggunakan
standar deviasi.

F. Kesalahan ½ - rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada
pengukuran tunggal. Kesalahan ½ - rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya
adalah sebagai berikut :

1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah, yaitu x1, x2,…,xn.
2. Cari nilai rata-ratanya yaitu

(3)

3. Tentukan xmax dan xmin dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan :
Δx = (xmax – xmin)/2 (4)

4. Penulisan hasilnya sebagai berikut :


Untuk jelasnya, sebuah contoh dari hasil pengukuran (dalam mm) suatu besaran x yang
dilakukan empat kali yaitu : 153,2; 153,6; 152,8; dan 153,0. Rata-ratanya adalah :

(5)

Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai terkecilnya
adalah 152,8 mm, maka rentang pengukurannya adalah :

sehingga ketidakpastian pengukurannya adalah :

maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah x = (153,2 ± 0,4) mm.

G. Standar deviasi
Jika pengamatan dilakukan sebanyak n kali pengukuran dari besaran x dan
terkumpul data x1, x2, …, xn, maka nialai rata-rata dari besaran ini adalah :

(6)

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya x (yang tidak mungkin
diketahui nilai sebenarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.

(7)

Standar deviasi diberikan oleh persamaan (7), sehingga kita hanya dapat menyatakan
bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang ) sampai ).
Penulisan hasil pengukurannya adalah .
H. Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Relasi hasil pengukuran terhadap ketidakpastian relatif yaitu:

(8)

Apabila menggunakan ketidakpastian relatif, maka hasil pengukuran dilaporkan


sebagai berikut :

(9)

I. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai dengan
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian yang disebut
sebagai perambatan ketidakpastian. Penjelasan ketidakpastian variabel yang
merupakan hasil operasi variable - variabel lain yang disertai dengan ketidakpastian
disajikan dalam Tabel 1. Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ±
Δb), dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

Tabel 1. Contoh perambatan ketidakpastian

Variabel yang
Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan

Penjumlahan p=a+b Δp = Δa + Δb

Pengurangan q=a-b Δq = Δa - Δb

Perkalian r=axb
(a ± Δa)

(b ± Δb)
Pembagian

Pangkat t = an
J. Angka berarti (significant figures)
Angka berarti atau angka penting menunjukkan jumlah digit angka yang akan
dilaporkan pada hasil akhir pengukuran. Angka berkaitan dengan ketidakpastian relatif
(dalam %). Semakin kecil ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran
atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang
menghubungkan antara ketidakpastian realtif dan angka berarti adalah sebagai berikut
:

Angka berarti = 1 – log (ketidakpastian relatif) (10)

Contoh hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa angka berarti
disajikan dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Contoh penggunaan angka berarti

Nilai yang Ketidakpastian Angka Hasil penulisan


terukur berarti
relatif (%)

0,1 4 (1,202 ± 0,001)x103

1,202 x 103 1 3 (1,20 ± 0,01)x103

10 2 (1,2 ± 0,1)x103

V. PERCOBAAN

5.1. Soal Sebelum Percobaan

1. Jelaskan apa yg di maksud dengan pengukuran !


2. Mengapa dalam pengukuran harus disertakan ketidakpastiannya ?
3. Berikan contoh alat ukur yang Anda ketahui (minimal 5) ! Jelaskan bagaimana cara
membaca hasil yang terukur menggunakan alat tersebut serta jelaskan berapa nilai
skala terkecilnya !

5.2. Langkah Percobaan


1. Catat data fisis laboratorium (suhu, tekanan, kelembaban) !
2. Timbang beban (3 jenis beban) menggunakan neraca timbangan !
3. Ukur diameter beban (3 jenis beban) menggunakan mikrometer skrup dan mistar!
pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 5 kali.
4. Ukur panjang beban (3 jenis beban) menggunakan jangka sorong dan mistar !
pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 5 kali.
5. Buat tabel percobaan sesuai langkah pada percobaan yang akan dilakukan !

5.3. Data Hasil Percobaan Dan Pengolahan


1. Tabulasi data dimensi beban (3 jenis beban). Hasil disajikan menggunakan
ketidakpastian mutlak karena pengukuran dilakukan secara berulang!
2. Tentukan volume beban (3 jenis beban) dan ketidakpastiannya menggunakan
perambatan ketidakpastian (nilai volume dengan ketidakpastian mutlaknya). Nilai
volume disajikan dengan ketidakpastian relatifnya (gunakan konsep angka berarti) !
3. Bandingkan hasil pengukuran diameter dan panjang untuk beban (3 jenis beban)
menggunakan alat ukur yang berbeda! Jelaskan !
4. Tentukan massa beban (3 jenis beban) (pengukuran tunggal dengan ketidakpastian
mutlaknya) !
5. Tentukan rapat masa ( = m/v) beban (3 jenis beban) dan gunakan perambatan
ketidakpastiannya! Konversi nilai ketidakpastian massa ke bentuk ketidakpastian
relatif (dilakukan karena berbeda metode dalam pengukurannya). Standar deviasi
(volum) 66 % sedangkan mutlak (massa) 50 %.
6. Bandingkan nilai rapat massa bahan yang diperoleh dari eksperimen terhadap
referensi ?

VI. ANALISIS HASIL PENGOLAHAN


………………………………………….

……………………………………………..

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


………………………………………….

……………………………………………..

PUSTAKA

1. Darmawan D,. 1984. Teori Ketidakpastian. Bandung : ITB


2. Halliday, D., Resnick, R., and Walker, J. 2011. Principle of Physics. Edisi ke-9, John Wiley
& Sons.
3. Nelkon, M and Parker, P. 1975. Advanced level physics. Edisi ke-3. Heinemann
educational books London.
4. Tippler, Paul A. 1998. Fisika Dasar Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai