Anda di halaman 1dari 35

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I

OLEH:
ENDANG LOVISIA, M.Pd.Si.

LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmad-Nya Penuntun
Praktikum Fisika Dasar 1 ini telah selesai disusun dan dapat digunakan untuk membantu
mahasiswa dalam melakukan Praktikum Fisika Dasar 1 di Laboratorium Fisika Universitas
PGRI Silampari, harapan kami dengan bantuan penuntun praktikum ini dapat berlangsung
dengan lebih terarah, tertib dan tujuan paraktikum dapat tercapai.
Buku penuntun ini dirancang sesuai dengan materi perkuliahan, teori dasar secara
ringkas dan sederhana, dengan harapan mahasiswa lebih banyak membaca buku-buku yang
disarankan, sehingga dalam menyusun dasar teori mahasiswa dapat melengkapinya.
Akhir kata, penyususn mengucapkan terrima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga tersusunnya buku penuntun ini. Kami menyadari sepenuhnya bbahwa
penuntun ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan
berupa kritikan ang membangun demi perbaikan pada masa-masa mendatang.

Lubuklinggau, September 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TEORI KETIDAKPASTIAN

PERCOBAAN:
1. PENGUKURAN LINIER
2. BANDUL SEDERHANA
3. MASSA JENIS ZAT CAIR
4. KALORIMETER
5. PESAWAT ATWOOD
6. PERCOBAAN PAPAN LUNCUR
7. KOEFISIEN STATIS DAN DINAMIKA ROTASI
8. ALAT PERAGA KYBORAIL SEDERHANA

3
PENDAHULUAN
KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

A. PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa hasil pengamatan atau pengukuran besaran–besaran fisis
harus dinyatakan dengan bilangan. Misalkan anda mengukur panjang sebuah balok kecil yang
panjangnya lebih kurang 2,5 cm. Jika anda menggunakan penggaris plastik biasa tentulah
anda tidak dapat dengan pasti mengatakan bahwa panjangnya misalnya 2,63 cm karena sekala
terkecil pada penggaris tersebut hanya dalam mm. Jadi angka 3 dalam hasil di atas hanya
suatu perkiraan saja, ada ketidakpastian pada angka 3 tersebut. Lain halnya jika anda
menggunakan alat lain misalnya jangka sorong yang mampu menunjukkan sampai 0,005 cm
atau mikrometer sekrup yang dapat dibaca sampai 0,001 cm.
Alat manapun/apapun yang anda gunakan selalu ada angka yang mengandung
ketidakpastian, dalam hal ini karena keterbatasan kemampuan alat yang digunakan.
Ketidakpastian dalam pengukuran tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan skala yang dapat
dibaca pada alat, tetapi banyak sumber lain misalnya bahan penggaris yang mudah
mengembang dan menyusut dengan perubahan suhu atau cara sipengamat menggunakan alat
atau membaca skala yang tidak baik dsb. Satu hal yang jelas :
SUATU PENGUKURAN SELALU DIHINGGAPI KETIDAKPASTIAN

B. SUMBER KETIDAKPASTIAN
Sumber ketidak pastian ini dapat digolongkan sbb :
1. Adanya nilai skala terkecil
2. Adanya ketidakpastian bersistem
3. Adanya ketidakpastian acak
4. Keterbatasan pada pengamat.
Dibawah ini akan diungkapkan lebih lanjut mengenai berbagai macam ketidakpastian
sesuai dengan penyebabnya diatas.
1) NILAI SKALA TERKECIL
Seperti telah dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai
macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu sklala terkecil yang dapat
dibaca.Sekali lagi contohnya alat ukur panjang. Penggaris plastik biasa digoreskan dengan
garis-garis berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka sorong
adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan nonius yang memungkinkan kita membaca
hingga 0,1 atau 0,05mm.
Jadi skala terkecilnya 0,1 atau 0,05 mm. Mikrometer sekrup mempunyai alat bantu
yang memungkinkan kita membaca hingga 0,01 mm, maka nilai skala terkecilnya 0,01
mm. Meskipun jarak antar goresan dapat dibuat sampai 0,001 mm atau lebih kecil, tanpa
alat bantu kita tidak dapat membacanya (ini disebabkan keterbatasan pada mata kita yang
disebut daya pisahnya).
4
2) KETIDAKPASTIAN BERSISTEM
Ketidak pastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan karena iabersumber
pada kesalahan alat, diantaranya :
 Kesalahan kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nila pada garis skala saat
pembuatanya.
 Kesalahan titik nol yang disebabkan tergesernya penunjukkan nol yang sebenarnya
dari garis nol pada skala. Kesalahan ini ada yang dapat dikoreksi sebelum
pengukuran dimulai tetapi ada pula yang tidak. Jika tidak dapat dicocokkan harus
dicatat kesalahan ini dan dapat dikoreksi pada penulisan hasil pengukuran nantinya.
 Kesalahan alat lainya seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi
gesekan antara jarum penunjuk dan bidang skala.
 Kesalahan pada arah pandang membaca nilai skala misalnya bila ada jarak antara
jarum dan garis-garis skala.
Kesalahan bersistem sesuai namanya memberikan penyimpangan tertentu yang
prinsipnya dapat dikoreksi/diperhitungkan.
3) KETIDAKPASTIAN ACAK
Ketidakpastian ini ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu yang
menggangu kerja alat ukur, misalnya gerak Brown molekul udara, fluktansi tegangan listrik
dan bising (nois) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendalikan.
4) KETERBATASAN PADA PENGAMAT
Sumber ketidakpastian yang tidak boleh dianggap ringan adalah keterbatasan pada
sipengamat, diantaranya kekurang terampilan menggunakan alat, lebih-lebih alat cangih yang
melibatkan banyak komponen yang harus diatur, atau kurang tajamnya mata membaca skala
yang halus dsb.

C. CARA MENYATAKAN KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN TUNGGAL


Pada pengukuran tunggal (yang dilakukan hanya satu kali) ketidakpastian pada hasil
ditentukan oleh kemampuan profesional pelaku pengukuran dengan mempertimbangkan
skala ukur yang digunakan dan kondisi sistem fisis yang dikaji,tetapi pada umumnya dipilih

sebagai nilai ketidakpastiannya karena secara empiris dianggap cukup memadai.


Hasil pengukuran tsb dilaporkan sebagai :
x x

D. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG


Pengukuran berulang dapat menghasilkan data yang lebih baik dan akurta. Semakin banyak
pengulangan diharapkan semakin kecil nilai ketidakpastian. Misalkan pada suatu pengukuran
dihasilkan dataa sebagai berikut
X1 , X2 , X3 , X4 , X5 … … Xn

5
Untuk menentukan ketidakpastian atau ralat dari pengukuran berulang tersebut, kita perlu
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 1
Perhitungan ralat
No Data (x) ( x−x ) ( x−x )2
1 x1
2 x2
3 x3
4 x4
5 x5

xn
∑ xn ∑ ( x− x ) ∑ ( x− x )2
x=
∑ xn
n

√ ∑ 2
( x−x ) ∆x
Ralat Mutlak : ∆ x= Ralat Nisbi : ∆ I = x 100 %
n ( n−1 ) x

Keseksamaan : K = 100 % - ∆ I Data hasil pengukuran : x ± ∆ x

E. ANGKA BERARTI
Dalam menentukan nilai rata-rata dan deviasi standar Δx mungkin saja cara
penulisan seperti ini lebih memperlihatkan bahwa angka yang kedua telah mengandung
ketidakpastian.
Penulisan angka ketiga dan seterusnya tentulah tidak berarti lagi. Dalam contoh diatas
hasil pengukuran dituliskan dalam 2 angka berarti. Hasil tersebut dapat pula dituliskan dalam
bentuk-bentuk atau satuan lain sbb:
= (0,33 0,03) cm
= (0,033 0,003) dm
= (0,0033 0,0003) m
Dalam laporan ilmiah diutamakan menggunakan satu angka didepan koma sbb:
= (3,3 0,3) x 10-1 cm
= (3,3 0,3) x 10-2 dm
= (3,3 0,3) x 10-3 m
Jumlah angka yang berarti yang digunakan dapat pula dilihat dari ketidakpastian relatif yang
akan dibicarakan dibawah ini.
Aturan praktis yang digunakan adalah sbb:

Banyaknya angka berarti = 1 - log

Untuk sekitar 10% digunakan 2 angka berarti


6
sekitar 1% digunakan 3 angka berarti
sekitar 0,1% digunakan 4 angka berarti
Semakin banyak angka berarti menunjukkan prosentasi ketidakpastian yang kecil berarti
semakin tepat hasil pengukuran.

F. KETIDAKPASTIAN RELATIF DAN KETELITIAN PENGUKURAN


Ketidakpastian yang ditulis dengan  x disebut KETIDAKPASTIAN MUTLAK dari
besaran x. Besar kecilnya  x dapat menggambarkan MUTU ALAT UKUR tetapi belum
dapat digunakan untuk menilai MUTU HASIL PENGUKURAN. Misalnya sebuah batang A
yang panjangnya sekitar 1 m bila diukur dengan penggaris biasa dapat memberikan hasil sbb:
lA = (1,0000 0,0005) m
Bila alat yang sama digunakan untuk mengukur batang B yang panjangnya sekitar 10 cm
hasilnya sbb:
lB = (1,00 0,05) m
Dalam kedua hasil pengukuran ini ketidakpastiannya sama yaitu l = 0,05 cm =
0,0005 m tetapi jelas bahwa mutu hasil pengukuran lA lebih baik dari lB.
Untuk dapat memberikan informasi langsung mengenai MUTU PENGUKURAN yang
disebut juga KETELITIAN PENGUKURAN digunakan KETIDAKPASTIAN RELATIF =

Dapat pula dinyatakan dalam persentase bila dikalikan 100. Ketidakpastian relatif
untuk contoh diatas :

Semakin kecil ketidakpastian relatif semakin tinggi ketelitian (mutu) pengukuran.


G. KETIDAKPASTIAN BESARAN YANG TIDAK LANGSUNG DI UKUR
Jika suatu besaran yang akan ditentukan merupakan fungsi dari besaran lain yang di ukur
maka besaran itupun mengandung ketidakpastian yang diwariskan dari besaran yang diukur
tsb.
Misalkan besaran yang akan ditentukan adalah z yang merupakan fungsi z = f(x,y,...),
dalam hal ini veriabel fungsi merupakan hasil pengukuran (x +x, y +y,...)
Untuk memperoleh ketidakpastian z yaitu z digunakan persamaan umum perambatan
ralat :

Δz=
√( ∂x ) ( )
∂z 2 2 ∂ z 2 2
( Δx ) +
∂y
( Δy ) +.. ..
Pada pengukuran berulang, x atau y merupakan deviasi standar dari hasil
pengukurannya.

7
Dalam kasusu khusus z = f (x,y,…) dengan variabel x,y,… yang tidak gayut, persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi :

∂z ∂z
Δz=| ||Δx|+| ||Δy|+...
∂x ∂y

BUKU ACUAN.
Bevington, Philip R. , (1969), Data Reduction and Error Analysis for The
Physical Sciences, Mc Graw – Hill, New York.
Soejoto & Euis Sustini; (1993), Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, DEP -
DIKBUD DIKTI P2TK.
Halliday & Resnick (1986). Physics (terjemahan), Erlangga, Jakarta.
Instruction Manual., Linear Air Track, Shimadzu Rika Instruments Co. LTD.
Instruction Manual., Rotating Platform, Shimadzu Rika Instruments Co. LTD.
Instruction Manual., Kater’s Reversible Pendulum, Shimadzu Rika Instruments
Co. LTD.
Instruction Manual., Du Nouy’s Surface Tension Tester, Shimadzu Rika
Instruments Co. LTD.
Instruction Manual., Elasticity of Flexture Testing Apparatus, , Shimadzu Rika
Instruments Co. LTD.
Instruction Manual, Apparatus To Demonstate Law Of Gas, Shimadzu Rika
Instruments Co. LTD.
Instruction Manual., Redwood’s Viscosimeter, Shimadzu Rika Instruments Co.
LTD.

8
FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

Para praktikan dalam sains hendaklah membiasakan mencatat hasil pengamatan atau
temuan eksperimen atau praktikum dalam catatan yang terorganisasi rapi. Oleh karenanya,
sebelum kegiatan laboratorium perlu di siapkan terperinci berupa tabel pengamatan dan data-
data awal yang lengkap dalam satu lembar laporan kerja sementara. Sedangkan hasil
perhitungan, pengolahan dan pembahasan data-data awal tersebut merupakan hasil olah data
eksperimen yang harus dilaporkan dalam laporan lengkap. Dalam praktikum ini mahasiswa
harus membuat: lapran sementara dan laporan lengkap dengan format sesuai dengan
kekhususan bidang praktikum masing-masing, yang mencakup semua data hasil dan
simpulan.
1. Laporan Sementara, meliputi:
a. Halaman sampul, berisi:
1) Mata kuliah praktikum
2) Logo
3) Judul praktikum
4) Nama mahasiswa/NPM/Kelompok
5) Tanggal praktikum
6) Nama dosen pengampu
b. Judul praktikum, berisi : topik/tema praktikum
c. Tujuan praktikum
d. Prosedur kerja
e. Data pengamatan
1) Tabel data pengamatan
2) Pola, skema atau sketsa gambar, grafik jika ada
3) Hitungan rinci dan hasil sementara
f. Kolom persetujuan : diketahui oleh dosen pengampu
2. Laporan Lengkap, meliputi:
a. Halaman sampul (sama dengan no 1 di atas)
b. Judul praktikum
c. Tujuan per sub topic/sub tema
d. Dasar teori
e. Prosedur kerja, berisi : alat dan bahan, langkah kerja
f. Hasil dan pembahasan, berisi : tabel pengamatan, perhitungan/ pengolahan data
hasil dan pembahasan hasil
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka
i. Lampiran laporan sementara

9
PERCOBAAN 1
PENGUKURAN LINIER

1. Tujuan:
a. Menentukan panjang, ketebalan dan diameter benda dengan jangka sorong
b. Menentukan ketebalan kawat, balok, benda persegi dengan mikrometer sekrup
2. Alat dan Bahan
Mistar 1
Mikrometer Sekrup 1
Jangka Sorong 1
Spidol 1
Benda-benda berbentuk balok 1
Benda-benda berbentuk silinder 1
Pipet 1
Kelereng 1

3. Dasar Teori
Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda yang
memiliki tingkat ketelitian satu per-seratus milimeter, dengan memakai alat ukur ini
Anda bisa tahu ukuran suatu benda secara pasti. Jangka sorong ini mempunyai dua
buah bagian pengukur, bagian pertama adalah bagian cembung yang berfungsi untuk
mengukur panjang suatu benda, dan bagian yang kedua adalah bagian cekung
mengarah ke dalam yang memiliki fungsi untuk mengukur diameter bagian dalam
suatu benda. Bagian ini umumnya disebut sebagai bagian rahang dari jangka sorong.
Bagian rahang jangka sorong memiliki suatu skala yang bernama skala utama.
Besar panjang dari bagian skala utama adalah 1 milimeter. Bagian rahang sorong juga
memiliki bagian sebanyak 10 bagian skala yang bernama skala nonius atau skala
Vernier. Vernier sendiri diambil dari nama penemunya yang bernama Piere Vernier
yang merupakan seorang ahli teknik yang berasal dari Perancis. 10 skala nonius
memiliki panjang 9 milimeter. Maka, 1 bagian dari skala nonius ini sama dengan 0,9
milimeter.

10
Mikrometer sekrup
Alat Ukur Mikrometer Sekrup ialah salah satu Alat Ukur yang bisa digunakan
untuk mengukur Panjang suatu Benda dan mengukur Tebal sebuah benda
serta mengukur Diameter Luar sebuah benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01.
Tetapi perlu kalian ketahui sebagai Pelajar maupun Masyarakat Umum bahwa Fungsi
Alat Ukur Mikrometer ini sebenarnya mempunyai kesamaan dengan Fungsi Alat Ukur
Jangka Sorong dalam menghitung suatu panjang, tebal dan diameter sebuah benda,
hanya saja tingkat ketelitian Alat Ukur Mikrometer lebih tinggi sepuluh kali lipat
daripada Jangka Sorong karena Jangka Sorong memiliki tingkat ketelitian sebesar 0.1
dan Ketelitian Alat Ukur Mikrometer mencapai 0.01 sehingga kesimpulannya
Micrometer lebih baik daripada Jangka Sorong.

4. Prosedur Percobaan
a. Ukur panjang spidol dengan mistar. Lakukan pengukuran di tiga tempat yang
berbeda pada benda yang sama dan masukkan data yang anda dapat ke dalam
pengamatan
b. Ukur tebal benda berbentuk balok dengan menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup dan mistar. Lakukan pengamatan/pengukuran di tiga tempat
yang berbeda pada benda yang sama dan masukkan data ang anda dapat kedalam
tabel pengamatan
c. Ukur diameter kelereng dengan mistar dan jangka sorong. Lakukan pengukuran di
tiga tempat yang berbeda pada benda yang sama dan masukkan data yang anda
dapat kedalam tabel pengamatan

5. Hasil Pengamatan
No Alat ukur Hasil pengamatan
Diameter (cm) Tebal (cm) panjang (cm)
1 Mistar:
 Spidol
 Benda berbentuk balok
 Kelereng
2 Jangka sorong:
 Benda berbentuk balok
 Kelereng
3 Mikrometer sekrup:
 Benda berbentuk balok

11
Soal Latihan:
a. Sebutkan nama alat ukur panjang yang digunakan pada praktikum beserta
ketelitiannya!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
b. Sebutkan macam-macam kesalahan yang ditemukan pada saat pengukuran beserta
contohnya!
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

6. Pembahasan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

7. Kesimpulan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

12
PERCOBAAN 2
BANDUL SEDERHANA

1. Tujuan:
a. Mengamati gerak osilasi bandul matematis
b. Menentukan frekuensi bandul matematis
c. Menentukan nilai tetapan pecepatan gravtasi bumi

2. Alat dan Bahan


a. Seperangkat bandul matematis 1 set
b. Stop watch 1 buah
c. Mistar 1 buah
d. Busur 1 buah
e. Benang secukupnya

3. Dasar Teori
Jika suatu massa digantungkan secara vertikal dengan seutas tali sepanjang l,
lalu bandul disimpangkan kurang dari 15, maka bandul akan berosilasi dengan
frekuensi:

dengan :
ω=

T
=
√g
l

 adalah frekuensi bandul matematis


T adalah periode bandul matematis
g adalah tetapan percepatan gravitasi bumi
l adalah panjang tali
dengan mengetahui periode dan panjang tali bandul matematis, dapat diperoleh
tetapan gravitasi.

Gambar Skematik Sistem Bandul Matematis

4. Prosedur Percobaan
a. Gantungkan bandul sederhana pada statif (lihat Gambar diatas)
b. Tetapkan kedudukan penjepit tali sehingga jaraknya hingga +20 cm dari pusat
bandul

13
c. 1 Berikan simpangan kecil pada bandul dengan sudut simpangan 5o - 10o dan
lepaskan

2 Biarkan berayun beberapa saat, kemudian catat waktu yang diperlukan untuk
20 ayunan. Ulangi sebanyak lima kali percobaan. Ukurlah panjang tali L 1 dan
massa banda m1. Isilah pada tabel pengamatan 1.
3 Lakukan langkah c1 dan c2 dengan panjang tali yang sama L1, tetapi massa
benda ditukar m2. Isilah pengamatan pada tabel 2
4 Ulangi langkah c1, c2, dan c3 dengan massa m2 tetapi panjang tali L2, L3, dan
L4 masing-masing 25 cm, 30 cm dan 35 cm. Isilah pada tabel

5. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Panjang tali L1 dan Massa tali m1
Panjang tali (cm) Waktu untuk 20 kali ayunan (s) Periode T Periode T2
(s) rata-rata
20

Tabel 2. Panjang tali L1 dan Massa tali m2


Panjang tali (cm) Waktu untuk 20 kali ayunan (s) Periode T Periode T2
(s) rata-rata
20

Tabel 3. Panjang tali L1, L2, L3 dan L4serta Massa tali m2


Panjang tali (cm) Waktu untuk 20 kali ayunan (s) Periode T Periode T2
(s) rata-rata
20
25
30
35

Soal Latihan
a. Dari pengukuran dengan L yang berbeda-beda (panjang tali L1, L2, L3, dan L4) dan m
tetap yaitu yaitu m1 dan m2, buatlah grafik T2 terhadap L dan bagaimana bentuk
grafiknya?
b. Hitunglah percepatan gravitasi rata-rata
c. Bandingkan nilai g pengukuran anda dengan nilai g dalam buku acuan

6. Pembahasan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

7. Kesimpulan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

14
PERCOBAAN 3
TENGGELAM, MELAYANG DAN TERAPUNG

1. Tujuan: menelidiki hubungan antara gaya ke atas terhadap berat benda

2. Alat dan Bahan


a. Neraca pegas 1,5 N 1
b. Tabung berpancuran 1
c. Silinder ukur 100 ml 1
d. Gelas kimia 250 ml 1
e. Neraca 311 gram 1
f. Tali nilon 1
g. Tabung plastik dengan tutup 1
h. Tabung plastik dengan peluru 1

3. Dasar Teori
Benda tenggelam 
Benda dikatakan tenggelam, jika benda berada di  dasar zat cair. Sebuah benda
akan tenggelam ke dalam  suatu zat cair apabila gaya ke atas yang bekerja pada  benda
lebih kecil daripada berat benda.

Benda tenggelam karena berat benda lebih besar daripada gaya ke atas.
wb > FA
mb .g > ρf .g.V
ρ b .V b .g > ρf . g .Vf
karena Vb > V , maka:
ρb > ρf
Jadi, benda tenggelam jika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair.

Benda melayang
Benda dikatakan melayang jika seluruh benda tercelup ke dalam zat cair, tetapi
tidak menyentuh dasar zat cair. Sebuah benda akan melayang dalam zat cair apabila
gaya ke atas yang bekerja pada benda sama dengan berat benda.

15
Benda melayang karena berat benda sama dengan gaya ke atas.
wb = FA
mb .g = ρ . g .Vf
ρb .Vb .g = ρf . g .Vf
karena Vb = Vf , maka ρb = ρf
Jadi, benda akan melayang jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.

Benda terapung
Benda dikatakan terapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair. Jika volume
yang tercelup sebesar V f , maka gaya ke atas oleh zat cair yang disebabkan oleh
volume benda yang tercelup sama dengan berat benda.

Benda terapung karena berat benda lebih kecil daripada gaya ke atas.
wb < FA
mb .g < ρ f . g .Vf
ρb .Vb .g < ρf . g .Vf
karena V b < V f , maka ρ b < ρ f

4. Prosedur Percobaan
a. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan!
b. Dengan neraca pegas, ukurlah berat tabung plastik yang telah berisis peluru di
udara misalnya = w
c. Letakkan silinder ukur dibawah pipa berpancuran sedemikian rupa sehingga air
tepat mengalir pada silinder ukur!
d. Ikatlah tali nilon pada tabung plastik berpeluru
e. Isi tabung berpancuran sampai air mengalir dan tampung dengan silinder ukur

16
f. Kosongkan air dari silinder. Timbang massa silinder ukur kosong, misalkan m k,
kemudian letakkan silinder ukur kosong dibawah pipa tabung berpancuran
g. Celupkan tabung berisis peluru dengan tutupnya kedalam tabung berpancuran dan
biarkan air mengalir ke silinder ukur sampai air tidak menetes lagi
h. Kurangi jumlah peluru dalam tabung hingga tabung menjadi melayang dan ulangi
langkah a sampai f untuk tabung terapung
i. Bandingkan berat tabung berisis peluru dengan gaya ke atas air untuk keadaan
tenggelam. Terapung dan melayang.

5. Hasil Pengamatan
Catatan: berat air yang dipindah = gaya ke atas
Wa = ma . g = (ma . 10) N
Yang diukur Satuan Tenggelam Melayang Terapung
Berat tabung + peluru (w) N
Massa silinder ukur kosong (mk) Kg
Massa air yang dipindahkan Kg
Massa air yang dipindahkan (ma Kg
= m1 – m2)
Berat air yang dipindahkan (wa N
= ma x 10 N)

6. Pembahasan
Data hasil percobaan dapat dijabarkan lagi dalam bentuk tabel berikut
No Keadaan Berat benda (w) Gaya ke atas (Fa) w : Fa
1 Tenggelam
2 Melayang
3 Terapung

7. Kesimpulan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

17
PERCOBAAN 4
KALORIMETER

1. Tujuan: Menentukan Kalor Lebur ES


2. Alat dan Bahan
Termometer 2
Isolasi Pelindung 1
Beaker Aluminium 1
Batang Gelas 1
Balance 4 lengan 1
Air es batu 1

3. Dasar Teori
Kalor Lebur
Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Pada saat
melebur, zat memerlukan kalor meskipun tidak mengalami kenaikan suhu.Titik lebur
adalah suhu pada waktu zat melebur.Kalor laten lebur adalah kalor yang diperlukan
untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair.
Jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur dapat dituliskan          :
Q = m.L
Keterangan:
Q= banyaknya kalor untuk melebur (J)
m= massa (kg)
L = kalor lebur
Kalor merupakan salah satu bentuk energy. Kalor yang diserap oleh suatu zat
tidak selalu menyebabkan suhunya naik. Kadang kala kalor yang diserap suatu zat
dapat mengubah wujud zat tersebut. Ada zat yang dapt mengalami perubahan wujud,
misalnya es dipanaskan akan mencair, dan air yang didinginkan akan membeku
menjadi es.
Zat dapat berada dalam tiga wujud, yaitu wujud padat, cair dan gas. Akibat
pengaruh suhu yang dimiliki oleh suatu zat, zat dapat berada dalam tiga wujud tersebut.
Pada saat terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat menjadi cair atau sebaliknya,
dan daric air menjadi gas atau sebakliknya, selalu disertai dengan pelepasan atau
penyerapan kalor.

4. Prosedur Percobaan

gambar 1

a. Persiapkan peralatan/komponen sesuai dengan daftar alat/bahan seperti pada


Gambar 1
b. Rakit alat seperti gambar diatas
18
c. Periksa kembali rakitan alat
d. Timbang kalorimeter kosong, massanya mk = .....
e. Isi kalorimeter dengan air hingga ¼ bagian, kemudian timbang, massany m k + a
=....
f. Ukur suhu kalorimeter + air t1 = .........
g. Masukkan sepotong es yang sudah dikeringkan dengan kertas saring kedalam
kalorimeter dan diaduk-aduk. Tepat setelah es menair seluruhnya catat suhunya
t2=..........
h. Timbang kalorimeter + air + es, massanya catat mk + a + es =......

5. Hasil Pengamatan
Massa kalorimeter kosongmk=..............
Massa air ma =mk + a - mk = ..........
Massa sepotong es mes =..............
Massa air es mair es =mk + a + es - mk = ................
Kalor jenis es ces=..............
Kalor jenis air cair=..............

6. Pembahasan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

7. Kesimpulan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

19
PERCOBAAN 5
PESAWAT ATWOOD

1. Tujuan Percobaan
Dengan dilakukannya percobaan ini, maka mahasiswa dapat mempelajari:
a. Penggunaan hukum-hukum Newton
b. Gerak beraturan dan berubah beraturan
c. Menentukan momen inersia roda / katrol

2. Alat dan Bahan


a. Pesawat Atwood
b. Stopwatch
c. Keping masa 2 gram

3. Dasar Teori
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia
menyimpulkan dari pengamat-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda berat
jatuh dengan cara ynag sma dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian,
Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum
barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda jatuh tanpa
adanya hambatan dari gesekan udara.
Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tapi
pernyataannya walaupun mengabaikannya hambatan udara, masih cukup sesuai dengan
hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orang pada
saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristotoles yang
menyatakan bahwa, “benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke
tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang lebih ringan”.
Selain itu Hukm I Newton menyatakan bahwa: “jika resultan gaya yang bekerja
pada suatu sistem sama dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang”. Σ F = 0
Pesawat atwood bekerja dengan memanfaatkan Hukum II Newton, yaitu
“percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya
dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya
total yang bekerja padanya”.
20
Hukum III Newton, “setiap gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan
gaya lain yang sama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arah”.
Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini berlaku
persamaan-persamaan gerak yang ekuvalen dengan persamaan-persamaaan gerak linear.
Dalam hal ini besaran fisis momen inersia yang ekuvalen dengan besaran sisis maasa pada
gerak linear. Momen inersia suatu benda terhadap poros tertentu harganya sebanding
dengan masa benda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dan ukuran atau jarak benda
pangkat dua terhadap poros. I = mr²
( m₂−m₁ ) . g
a= 1
m₁+m ₂+ M
2
Sehubungan dengan hal ini diatas, gerak jatuh bebas adalah gerak suatu benda
dijatuhkan dari suatu ketinngian tanpa kecepatan awal dan selama geraknya mengalami
percepatan gravitasi, sehingga gerak jatuh bebas termasuk dalam gerak jatuh bebas, benda
selalu bergerak ke bawah maka untuk mempermudah perhitungan, kita tetapkan arah
kebawah sebagai arah positif.

4. Prosedur Percobaan
a. Gerak Lurus Beraturan
1. Timbang beban m1, m2, m3 (m1 = 2 gram)
2. Letakan beban m1 pada penjepit P
3. Beban m1 pada penjepit P
4. Catat kedudukan penyangkut beban B dan meja C
5. Bila penjepit P dilepas, m2 dan m3 akan dipercepat antara AB dan selanjutnya
bergerak beraturan antara BC setelah tambahsn beban tersangkut di B. Catat waktu
yang diperoleh gerak antara BC.
6. Ulangilah percobaan diatas dengan mengubah kedudukan meja
7. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan beban m3 yang lainnya.
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Aturlah kembali seperti percobaan gerak lurus beraturan
2. Catatlah kedudukan A dan B
3. Bila beban m1 dilepas, maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan antara A dan B, catatlah waktu yang diperlukan untuk gerak ini.
21
4. Ulangilah percobaan diatas dengan mengubah kedudukan B catatlah selalu jarak AB
dan waktu yang diperlukan.
5. Ulangilah percobaan diatas mengubah beban m3.

5. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
dilaporkan hasilnya sebagai berikut:
Keadaan Ruangan P (cm) Hg T (0C) C (%)
Sebelum 75,5 cmHg 250C 70%
Percobaan
Sesudah 75,5 cmHg 250C 70%
Percobaan
a. GLB
Massa bandul = gram
Diameter katrol = cm
Jari-jari katrol = cm
No. Massa Keping S t V
1.
2.
3.

b. GlLBB
No. Massa Keping S t a I V
(cm/s2) (gr.cm2) (cm/s)
1.
2.
3.

6. Pembahasan
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
.......................................................................................................................

22
7. Kesimpulan
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
.......................................................................................................................

23
PERCOBAAN 6
PAPAN LUNCUR

1. Tujuan:
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat menyebutkan jenis gaya
yang mempengaruhi gaya gesek pada bidang miring.
2. Alat dan Bahan
a. Bidang miring dan balok peluncur : 1 set
b. Neraca pegas 3,0 N :1
c. Tali nilon : secukupnya
3. Dasar Teori
Gaya berat (W) dan gaya normal (N). kalian tentu telah mengenal gaya berat.
Gaya berat (W) dipengaruhi oleh massa benda (m) dan percepatan gravitasi (g) yang
mengenai benda tersebut, sesuai dengan persamaan berikut:
W=m.g
Gaya Gesek adalah gaya yang berlawanan arah dengan arah gerak benda. Gaya
ini terjadi karena sentuhan benda dengan bidang lintasan akan membuat gesekan
antara keduanya saat benda akan mulai bergerak hingga benda bergerak. Besarnya
gaya ini ditentukan berdasarkan kekasaran permukaan kedua bidang yang
bersentuhan, jadi semakin kasar permukaan suatu bidang maka nilai gaya geseknya
akan semakin besar.
Istilah bidang miring adalah istilah untuk menyatakan bidang datar yang
membentuk suatu sudut dari permukaan tanah. Untuk lebih memahami pengertian
bidang miring simak gambar berikut

Gambar di atas menunjukkan ada sebuah benda yang jatuh menyusuri sebuah
bidang miring. Benda tersebut jatuh akibat adanya gayagravitasi yang bekerja
padanya. Pada benda tersebut bekerja gaya bidang miring (gaya di bidang miring)
dengan besar gaya sama seperti massa di kali dengan percepatan.
F = m.a

24
Untuk menentukan besarnya a kita terlebih dahulu mencari sudut A
sudut A = 90-α didapat persamaan
a/Cos A = g
4. Prosedur Percobaan
a. Siapkan papan luncur satu set
b. Pasang penopang papan luncur dapat berdiri dengan sudut masing-masing 30o, 450
dan 600.
c. Ukur berat balok peluncur menggunakan neraca pegas. Angkat balok peluncur
menggunakan neraca pegas. Catat gaya berat pada kolom hasil pengamatan.
d. Letakkan kembali balok peluncur di ujung paling rendah pada papan luncur/bidang
miring. Lapisan kayu disebelah bawah sebagai alas.
e. Tarik balok peluncur secara perlahan dengan gerakan tetap/konstan.
f. Catatan: nilai gaya akan cenderung berubah-ubah karena gesekan antara kedua
permukaan tidak selalu mulus. Untuk mengatasi hal ini, lakukan penkasiran.
Gunakan nilai yang menurutmu paling sering terbaca pada neraca pegas.
g. Amati gaya yang terbaca pada neraca pegas. Catat pada tabel hasil pengamatan.
h. Ulangi langkah a-c untuk kemiringan papan luncur 450 dan 600.

5. Hasil Pengamatan
a. Berat balok peluncur (W)……… N
b. Tabel hasil pengamatan
Sudut (a) Gaya tarik (F) (N) W. sin (a) Gaya gesek (fg) (N)
300
450
600

6. Pembahasan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

7. Kesimpulan

...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

25
PERCOBAAN 7
KOEFISIEN GESEKAN STATIS DAN DINAMIKA ROTASI

A. Indikator :
1. Menemtukan besar koefisien gesek statis sebuah permukaan benda
m1
2. Membuktikan rumus koefisien gesek statis benda μs = =tan α
m2
3. Mementukan kecepatan dan energi kinetik benda
B. Tujuan:
Berdasarkan indikator yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dibuat tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Untuk menentukan koefisien gesek statis sebuah permukaan benda.
m1
2. Untuk membuktikan rumus koefisien gesek statis benda μs = =tan α .
m2
3. Untuk mementukan kecepatan dan energi kinetik benda

C. Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Jumlah Ukuran
1. Triplek 2 65 cm x 16 cm
2. Papan 2 65 cm x 11 cm
3. Mur 4 4,6
4. Besi / Plat 8 17 cm x 1,5 cm
5. Balok Kayu 4 7cm x 2,5 cm x 3,5 cm
6. Besi Drak 1 1 meter
7. Paku ─ ─
8. Skrup ─ ─
9. Engsel 1 sedang
10 Katrol 1 ─
11. Triplek 1 63 cm x 8 cm
12. Cat 2 sedang
13 Busur 1 ─
14. Mika 1 63 m x 8 cm
15. Gergaji 1 ─
16. Cutter 1 ─
17. Kuas 2 ─
18 Mistar 1 ─
19. Palu 1 ─
20. bola pejal 1 kecil
26
21. bola ringgan 1 besar
22. balok kayu 1 5,8 cm x 3,1 cm x 2,1 cm
23. balok kayu 2 7,5 cm x 6 cm x 3,5 cm
24. balok kayu 1 11 cm x 6 cm x 3,5 cm

D. Landasan Teori
1. Gaya gesek statis
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum
benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum
terjadi gerakan adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya
normal f = μs N
Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol
hingga gaya gesek statis maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek
statis maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan
oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah.
Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek statis maksimum akan menyebabkan
gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat
digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek
m1
kinetis. Besarnya koefisiesn gaya gesek statis μs adalah μs = = tan θ.
m2
2. Dinamika rotasi
a. Moment Gaya
Penyebab gerak suatu benda adalah gaya. Pada gerak rotasi, sesuatu yang
menyebabkan benda untuk berotasi/berputar disebut momen gaya/torsi. Konsep
torsi dapat dilihat pada saat kita membuka pintu. Cobalah membuka pintu dari
bagian yang dekat dengan engsel. Bagaimanakah gaya yang kalian keluarkan?
Sekarang, cobalah kembali membuka pintu dari bagian paling jauh dari engsel.
Bandingkan gaya yang diperlukan antara dua perlakuan tersebut. Tentu saja
membuka pintu dengan cara mendorong bagian yang jauh dari engsel lebih mudah
dibandingkan dengan mendorong bagian yang dekat dari engsel.

27
Gambar 1 momen gaya menyebabkan benda bergerak
Gambar 1 menunjukkan sebuah pintu yang tampak dari atas. Gaya
dorong F diberikan pada pintu dengan membentuk sudut α terhadap arah
mendatar. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat pintu terbuka.
Semakin besar jarak engsel dari tempat gaya bekerja, maka semakin besar momen
gaya sehingga pintu lebih mudah terbuka. Momen gaya didefinisikan sebagai
hasil kali antara gaya dengan jarak titik ke garis kerja gaya pada arah tegak lurus.
Dari Gambar 1, maka besarnya momen gaya adalah:
τ = F.d = F.r sin α ..........................................(1)
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
F = gaya yang bekerja (N)
r = jarak atau lengan (m)
Momen gaya merupakan besaran vektor, sehingga persamaan 1 dapat dinyatakan
dalam bentuk :
τ = r x F 
b. Momen Inersia
Momen inersia menyatakan bagaimana massa benda yang berotasi
didistribusikan di sekitar sumbu rotasinya. Apabila sistem yang berotasi adalah
sebuah partikel yang bermassa m dan berada pada jarak r dari sumbu rotasi, maka
momen inersia partikel tersebut merupakan hasil kali massa partikel dengan
kuadrat jaraknya dari sumbu rotasi. Secara matematis dapat dirumuskan: 

I = m.r2
dengan:
I = momen inersia (kgm2)
m = massa benda (kg)
r = jarak partikel dari sumbu putar (m)
c. Hubungan antara Momen Gaya dengan Percepatan Sudut

Berdasarkan Hukum II Newton, maka :


F = m.at 
Jika kedua sisi dikalikan r, maka:
28
r.F = r (m.at)
Karena momen gaya τ = r.F dan percepatan tangensial at = r. α ,
maka: r.F =r.m.r. α
r.F = m.r2. α
τ = m.r2. α
Mengingat I = m.r2, maka:
τ = I. α
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (kgm2)
α= percepatan sudut (rad/s2)
Persamaan τ = I. α merupakan rumusan Hukum II Newton pada gerak rotasi
E. Prosedur Percobaan
a. Percobaan pertama:
1) Menyusun alat seperti gambar konsep 1 dan 2 dibawah ini.

(1) (2)

2) Mengukur massa balok (m2)


3) Menambah massa beban yang tersedia sampai balok kayu (m2) tepat akan bergerak
4) Mengukur massa beban (m1)
5) Memasukkan data ke dalam tabel
6) Menentukan koefisien gesek statis dengan menggunakan rumus
7) Mengulangi langkah 1 - 6 untuk permukaan yang sama sebanyak 3 kali
8) Mengulangi langkah 1 - 7 untuk pemukaan yang lain sebanyak 3 kali

b. Percobaan kedua:

29
1) Meletakkan balok kayu di atas lintasan kit, Seperti gambar (1) dan (2) seperti
dibwah ini.

(1) (2)
2) Memiringkan lintasan perlahan-lahan sampai benda tepat akan bergerak
3) Mengukur besar sudut lintasan dengan horisontal
4) Memasukkan data ke dalam tabel
5) Menentukan koefisien gesek statis dengan menggunakan rumus
6) Mengulangi langkah 1 –5 untuk permukaan yang sama sebanyak 3 kali
7) Mengulangi langkah 1 - 6 untuk pemukaan yang lain sebanyak 3 kali
8) Membandingkan dengan hasil cara pertama

c. Percobaan ketiga
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, susun alat speerti dibawah ini

2) Tentukanlah sudut yang akan digunakan


3) Siapkan stopwatch yang akan digunakan
4) Hiutnglah panjang papan luncur yang akan digunakan
5) Hitunglah massa benda yang akan digunakan pada percobaan
6) Letakkanlah benda di ujung papan luncur pada bagian yang tinggi.
7) Lepaskan benda, dan hitunglah berapa lama waktu benda untuk berotasi pada
papan luncur.
8) Masukkan data hasil percobaan pada tabel.
9) Ulangilah langkah 1- 6 untuk benda yang sama dan benda yang berbeda

30
Hitunglah kecepatan benda tersebut dan tentukanlah energi kinnetik benda
berotasi.
F. Tabulasi Data
1. Percobaan koefisien gesek statis pada bidang datar dengan katrol
Massa balok (m2) = 0,095 kg
Permukaan Massa Beban (kg) μs Bergerak/Tidak
0,140
Kasar 0,095
0,030
0,140
Licin 0,095
0,030

2. Percobaan koefisien gesek statis pada bidang miring

Permukaan Jenis Benda Sudut Lintasan θ


0
μs
(θ )
Balok Besar
Balok Sedang
Kasar Balok Kecil
Bola Pejal
Bola Berongga
Balok Besar
Balok Sedang
Licin Balok Kecil
Bola Pejal
Bola Berongga

3. Percobaan dinamika rotasi


Sudut yang digunakan sebesar: 30o
Θ m (kg) t (sekon) t X (m) V (m/s)
(sekon)
30o 0,005 0,07 0,06 0,06 0,63
0,035 0,08 0,08 0,09 0,63

31
0,033 0,06 0,08 0,07 0,63

G. Tugas
1. Tentukanlah koefisien gesek statis dari kedua percobaan yang telah dilakukan!
2. Tentukanlah kecepatan saat benda melakukan rotasi!
3. Hitunglah energi kinetik benda tersebut saat bergerak rotasi!
4. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan!

H. Pembahasan
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
.............................................................................................................................

I. Kesimpulan
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
............................................................................................................................

32
PERCOBAAN 8
ALAT PERAGA KYBORAIL SEDERHANA

1. Tujuan:
a. Untuk mengetahui apakah massa yang berbeda mempengaruhi besar energi
kinetik.
b. Untuk mengetahui apakah lintasan rell yang berbeda mempengaruhi besar energi
kinetik.
2. Alat dan Bahan
a. Papan : 2 buah h. Obeng : 1 buah
b. Rel besi : 3 buah i. Stopwacth : 1 buah
c. Kelereng : 3 buah j. Paku : 14 buah
d. Baut : 30 buah k.Gergaji : 1 buah
e. Bor : 1 buah l. Palu, sekrup : 1 buah
f. Penggaris : 1 buah m. Tang, amplas : 1 buah
3. Dasar Teori
Definisi Energi Kinetik adalah adalah energi yang dimiliki oleh sebuah benda
karena gerakannya. Energi kinetik ini disebut juga dengan istilah energi gerak. Energi
kinetis sebuah benda didefinisikan sebagai usaha yang dibutuhkan untuk
menggerakkan sebuah benda dengan massa tertentu dari keadaan diam hingga
mencapai kecepatan tertentu. Energi kinetis dari sebuah benda sama dengan jumlah
usaha yang diperlukan untuk menyatakan kecepatan dan rotasinya, dimulai dari
keadaan diam.
Secara istilah, Energi kinetik diambil dari Bahasa Yunani, yaitu kinesis (gerak)
dan energeias (aktif bekerja). Sehingga dapat dipahami bahwa Energi kinetik
merupakan setiap hal, suatu benda, objek, atau hal lain yang memiliki massa dan
bergerak akan memiliki beberapa jenis energi kinetik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi energi kinetik benda terdapat dua faktor yang mempengaruhi energi
kinetik sebuah benda, yaitu massa benda dan kecepatan gerak benda.
Mengapa kelajuan sepeda motor lebih besar daripada truk? Jawabannya adalah
karena massa sepeda motor lebih kecil daripada massa truk, sehingga kelajuan sepeda
motor lebih cepat dibandingkan kelajuan truk. Untuk dapat melaju lebih cepat, maka
truk membutuhkan energi yang lebih besar pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar massa sebuah benda, maka akan makin besar pula energi kinetikanya.
Semakin cepat sebuah benda bergerak, akan semakin besar juga energi kinetiknya.
33
Massa dan kelajuan adalah dua hal yang mempengaruhi besarnya energi kinetik
benda. Hubungan antara energi kinetik, massa benda,  dan kecepatan benda secara
matematis sebagai berikut.

dengan :
Ek = energi kinetik (Joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan (m/s)
4. Prosedur Percobaan
a. Siapkan stopwatch untuk menghitung waktu pada percobaan dan kelereng dengan
massa yang berbeda (besar, sedang dan kecil)
b. Untuk percobaan pada track 1 dengan posisi rel besi/hambatan yang lurus,
luncurkan kelereng dengan massa yang berbeda (besar, sedang, kecil), kemudian
hitunglah kecepatan waktu terhadap jarak ditempuh yang dipengaruhi oleh massa
benda tersebut.
c. Untuk percobaan pada track 2 dengan posisi rel besi 2 gelombang, luncurkan
kelereng dengan massa yang berbeda (besar, sedang, kecil) kemudian hitunglah
kecepatan waktu terhadap jarak yag ditempuh yang dipengaruhi oleh massa benda
tersebut.
d. Untuk percobaan pada track 3 dengan posisi rel besi 3 gelombang, luncurkan
kelereng dengan massa yang berbeda (besar, sedang, kecil) kemudian hitunglah
kecepatan waktu terhadap jarak yang ditempuh yang dipengaruhi oleh massa
benda tersebut.
e. Amati perubahan waktu pada ketiga rel yang berbeda dengan massa yang sama.
5. Hasil Pengamatan
a. Hasil pengamatan pada rel besi yang lurus
Benda Massa Jarak Waktu Ek
Besar 11 g 1m
Sedang 9,5 g 1m
kecil 4g 1m

b. Hasil pengamatan pada rel besi 2 gelombang


Benda Massa Jarak Waktu Ek
Besar 11 g 1m
Sedang 9,5 g 0,8 m
kecil 4g 0,8 m

c. Hasil pengamatan pada rel besi 3 gelombang


Benda Massa Jarak Waktu Ek
Besar 11 g 0,8 m
34
Sedang 9,5 g 0,6 m
kecil 4g 0,6 m

6. Pembahasan
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

7. Kesimpulan
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................

35

Anda mungkin juga menyukai