Anda di halaman 1dari 8

EKSPERIMEN I PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN I. 1. 2. 3. 4. II. 1. 2. 3. 4.

TUJUAN EKSPERIMEN Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar Mampu menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran tunggal dan berulang Mampu menggunakan pengertian angka berarti Mampu menghitung ketidakpastian pada hasil percobaan dan menjelaskan arti statistiknya. ALAT DAN BAHAN Jangka Sorong Mikrometer Sekrup Neraca Ohaus Termometer

5. Stopwatch 6. Amperemeter 7. Voltmeter 8. Balok

9. Busur derajat + Mistar

III. TEORI Pendahuluan Pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum ada informasi yang sedemikian memerlukan pengukuran suatu besaran fisis. Lord Kevin mengatakan bahwa pengetahuan kita barulah memuaskan jika kita dapat menyatakan dalam bilangan. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku (standar) yang diterima sebagai satuan. Setiap pengkuran selalu dianggap oleh ketidak pastian. Sumber ketidakpastian disebabkan oleh : 1 Adanya nilai skala terkecil alat ukur 2 Adanya ketidakpastian bersistem 3 Keterbatasan pada pengamat Tanpa menyatakan ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak memberikan informasi mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur dan ketelitian pengukuran. Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat memberikan informasi mengenai tingkkepercayaan akan hasil pengukuran, mutu alat yang digunakan dan ketelitian pengukuran tersebut. A. Ketidakpastian Pengukuran dan Sumbernya 1. Ketidakpastian yang ditimbulka oleh adanya nilai skala terkecil alat ukur Setiap alat ukur mempunyai skala terkecil yang merupakan keterbatasannya. Karena itu hasil pengukuran dengan membaca skala pada alat ukur hanya dapat dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu saja. Inilah salah satu sumber ketidakpastian yang tidak terelakan. Contoh : Pengukuran panjang batang dengan sebuah penggaris plastic biasanya hanya dapat memberikan hasil pasti sampai skala terkecil yaitu militer. Jika ternyata panjang lebih dari 10, 2 cm tetapi kurang dari 10,3 cm kita dapat menambah satu angka lagi pada 10,2 cm, misalnya 10,26 cm. angka 6 yang terakhir kita peroleh hanya dengan kira-kira (ditaksir) saja, tidak pasti, jadi mengandung ketidakpastian. Bila pengukuran hanya dilakukan satu kali (pengukuran tinggal) maka ketidakpastian pada pengukuran tersebut ditaksir (diperkirakan) berdasarkan skala terkecil. Misalkan jarak antara garis (goresan pada alat ukur) skala terkecil lebih kurang 1 mm dan jarum penunjuk untuk membaca (misalnya pada amperemeter bukan digital) tidak begitu halus, dalam hal ini biasanya ketidakpastian X dari besaran X diukur diambil X = nilai skala terkecil Contoh : Nilai skala terkecil suatu miliamperemeter 1 mA maka X = 0,5 mA Jika alat ukur mempunyai skala yang terkecil yang jarak goresnya agak besar, goresannya tajam (tipis) begitu pula jarum penunjuknya halus, maka ketidakpastian pada pembaca alat ini dapat lebih kecil dari nilai skala terkecil. X = 1/5 nilai skala terkecil

Dalam menetapkan nilai X kita harus yakin 100% bahwa nilai yang sebenarnya terletak antara X - X. hasil pengukuran tersebut dituliskan sebagai berikut : X = (X0 + X) (satuan yang sesuai) (1.1) X = besaran yang diukur Xa = nilai besaran yang diperoleh dari pengukuran X = ketidakpastian pada pengukuran tunggal yang berasal dari nilai skala terkecil = 1/2 atau 1/5 atau . Nilai skala terkecil digunakan dengan keyakinan 100% bahwa X terletak antara X 0 - X dan X0 + X 2. Ketidakpastian Bersistem Ketidakpastian bersistem ini dapat di sebut sebagai kesalahan, jika mungkin kesalahan tersebut diperbaiki sebelum pengukuran dilaksanakan, jika tidak usahakan untuk memperhitungkan (mengoreksi) kesalahan itu pada hasil akhir pengukuran. 1) Kesalahan Kalibrasi Yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatannya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, jika mungkin lakukan pengalibrasian ulang alat yang digunakan. Untuk itu diperlukan alat standar yang caranya adalah dengan membuat catatan (atau grafik) yang menyatakan berapa hasil bacaan alat standar untuk setiap angka yang ditunjukan oleh alat yang digunakan. Ada kalanya alat ukur telah dilengkapi dengan grafik hasil kalibrasi terakhir. Jika ada, dapat digunakan untuk mereksi hasil bacaan pengukuran menggunakan alat ukur tersebut. Misalnya : bacaan arus 2,5 A sedangkan hasil kalibrasi menunjukan 2,5 A sesuai dengan 2,8 A pada alat standar. Maka nilai yang digunakan sebagai hasil pengukuran adalah2,8 A. 2) Kesalahan Titik Nol. Kesalahan ini disebabkan tergesernya penunjukan nol yang sebenarnya dari garis nol pada skala. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar tombol pengatur kedudukan (penunjuk) jarum agar dimulai dengan penunjukkan tepat angka nol. Jika tidak, anda harus mencatat penunjukkan awal bacaan (pengamatan) skala dengan kesalahan titik nol tersebut. 3) Selain kesalahan kalibrasi dan kesalahan titik nol dapat pula terjadi kesalahan yang bersumber dari melemahnya (atau menguatnya) pegas yang digunakan sebagai alat ukur. Ini dapat juga dikoreksi dengan mengkalibrasi ulang alat yang digunakan. Kesalahan dapat pula ditimbulkan oleh adanya gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak. Cara membaca penunjuk jarak agak jauh dari skala dapat pula menjadi sumber kesalahan yang disebut sebagai kesalahan paralaks (kesalahan arah pandang). Ketidakpastian Acak Ketidakpastian acak bersumber dari keadaan atau gangguan yang sifatnya acak menghasilkan acak pula. Penyebab diantaranya adalah gerakan molekul udara (gerak Brown), fluktuasi tegangan listrik, bisik elektronik, semuanya sering diluar kemampuan kita untuk mengendalikannya. Untuk pengukuran yang teliti harus diusahakan misalnya ruangan yang tertutup (mengurangi pengaruh angin), sumber tegangan yang berkualitas tinggi (yang menjamin tidak terjadi fluktuasi yang tinggi), dan sebagainya. Keterbatasan Kemampuan / Keterampilan Pengamat Kita harus pula menyadari bahwa alat yang bermutu tinggi belum menjamin hasil pengukuran tersebut tentulah keterampilan, ketajaman mata dan kemampuan lain dari si pengamat merupakan salah satu sumber kesalahan atau ketidakpastian.

3.

4.

B.

Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Secara intutif dapat merasakan bahwa jika suatu besaran diukur beberapa kali berulang itu tidak banyak bedanya satu sama lainnya. Kita lebih yakin bahwa nilai sebenarnya yang kita ingin peroleh itu berada dalam daerah sempit sekitar hal pengukuran itu. Sebanyak kali diulang dan ternyata hasilnya masih tidak banyak berbeda maka semakin meningkat pula kepercayaan kita akan hasil yang kita peroleh. Sekarang masalahnya nilai mana yang harus kita gunakan sebagai hasil pengukuran tersebut, dan berapa pula

ketidapastiannya serta apa pula arti yang terkait dengan ketidakpastian tersebut. Untuk itu statistik membantu kita. a. Nilai rata-rata Misalkan kita melakukan N kali pengukuran besaran X dengan hasil X 1, X2, X3, , XN. Kesimpulan kita X nilai merupakan sampel (contoh) dari populasi besaran X. dari sampel ini tidak mungkin mendapat nilai sebenarnya yaitu X0 Nilai yang dipandang terbaik sebagai pendekatan terhadap nilai X 0 adalah nilai Rata-Rata Sampel yang ditentukan sebagai berikut : (1.2)

b.

Ketidakpastian pada Nilai Rata-Rata, Deviasi Standar Salah satu besaran yang digunakan sebagai ketidakpastian pada nilai rata-rata adalah Deviasi Standar yang ditentukan sebagai berikut : X = S x = Contoh Hasil pengukuran ini untuk contoh ini dituliskan sebagai berikut : (1.4) (1.3) :

c.

d.

Arti Devenisi Standar Sebagai Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang Dari contoh 2.1 dan 2.2 dapat kita lihat bahwa selang antara X - X dan X + X yaitu 3,0 dan 3,6 tidak mencukupi semua nilai pengukuran. Jelas kita dapat yakin 100% bahwa perbedaan antara nilai X dan X0 telah dicakupi oleh X. arti statistik untuk ketidakpastian ini adalah : ada keyakinan 68 % bahwa simpangan X dan X0 tidak lebih besar dari X. Ketelitian Pengukuran dan Ketidakpastian Relatif Ketidakpastian X seperti yang telah dibicarakan diatas disebut ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian ini telah dapat memberikan informasi mengenai mutu alat ukur yang digunakan namun belum mengungkap mutu pengukuran. Jelas akan berbeda mutu pengukuran yang menghasilkan ketidakpastian cm untuk pengukuran panjang yang nilainya sekitar 1000 cm dengan nilainya berapa cm saja. Untuk menyatakan ketelitian pengukuran yang menggambarkan mutu pengukuran tersebut digunakan : (1.5) Semakin kecil semakin besar (tinggi) ketelitian pengukuran tersebut Contoh : X X = (3,3 0,3) Dapat ditulis X = 3,3 9% Disini Angka Berarti Bila hasil perhitungan X = 10/3 ditulis dalam decimal seperti halnya laporan ilmiah beberapa angka wajar dituliskan ? Apakah 3 atau 3,3 atau 3,33 dan seterusnya ? Untuk menentukan harus kita perhatikan ketidakpastian sebaiknya hanya ditulis dengan satu angka saja, misalnya X = 1/3 = 0,3. Tentulah tidak ada astinya kita menulis X = 3, 33 sedangkan ketidakpastian adalah 0, 3 dalam contoh ini kita gunakan dua angka berarti saja untuk X yaitu : X = (3,3 0,3) mA = (3,3 0,3) x 103 -3 mA Suatu aturan praktis digunakan yaitu : Jumlah angka berarti 1 log

e.

Contoh :

= 10% gunakan 2 angka berarti = 1% gunakan 3 angka berarti = 0,1% gunakan 4 angka berarti

C. Ketidakpastian Besaran yang Merupakan Fungsi dari Besaran Banyak besaran yang ditentukan melalui hubungan dengan besaran lain yang sudah dketahui (diukur dan ditentukan sebelumnya), misalnya : V = PLT dan p = (1.6) Dalam hal ini yang diukur adalah P, L, T dan M ada dua kemungkinan cara memperoleh besaran-besaran tersebut dari pengukuran, misalnya : 1. Panjang diukur satu kali dengan hasil P = (P P) satuan P = Hasil bacaan pada alat ukur P = Ketidakpastian dari nilai skala terkecil Arti statistik : yakin 100% panjang yang sebenarnya P0 terletak antara P - P dan P + P. 2. Panjang diukur berulang dengan hasil P = (P P) satuan P= Pi = hasil masing-masing pengukuran N = Jumlah pengulangan P = Sp = deviasi standar P Arti statistiknya : yakin 68% selisih P dengan nilai yang sebenarnya (P0) tidak lebih dari SP. a. Semua besaran ditentukan melalui pengukuran tunggal (ketidakpastian berasal dari Nilai Skala Terkecil). Secara umum hubungan besaran yang akan ditentukan dengan besaran lainnya dapat kita tuliskan sebagai berikut : V = V (P, L, T) Bila P, L, dan T diperoleh dari pengukuran berulang dengan hasil : P = P P L = L L T = T T Maka ketidakpastian V dari besaran V ditentukan sebagai berikut : (1.7)

b.

Semua ketidakpastian adlah Deviasi Standar (Dari {engukuran Berulang) Misalkan V = V (P, L,T) ditentukan dengan mengukur P, L, dan T berulang kali sehingga diperoleh : P = P P L = L L T = T T P, L, dan T adalah nilai rata-rata P, L, dan T. P, L, T adalah deviasi standar SP, SL, ST, maka ketidakpastian V, SV = deviasi standar untu V ditentukan sebagai berikut : (1.8)

c.

Sebagian ketidakpastian adalah deviasi standard an sebagian lagi dari Nilai Skala Terkecil. Karena ketidakpastian yang berasal dari nilai skala terkecil dan arti deviasi standar mempunyai arti statistik yang berlainan, maka harus diadakan penyesuaian terlebih dahulu. Karena ketidakpastian yang berasal dari nilai skala terkecil menghasilkan keyakinan (tingkat kepercayaan) 100%

sedangkan deviasi standar hanya 68% maka untuk mengubah ketidakpastian yang berasal dari nilai skala terkecil menjadi (diperlukan sebagai) deviasi standar harus dilakukan dengan 2/3. Misalkan : massa M diukur satu kali dengan hasil M = m m m = ketidakpastian = nst. Maka Sm = 2/3 m Misalkan besaran p bergantung pada M dan V secara umum dapat dituliskan : p = p (M, V) M = m m dari pengukuran tunggal V = V V (V = deviasi standar) maka ; Sm = 2/3 m Sv = V Ketidakpastian p ditentukan seperti pada c.2 dengan hasil sebagai beriku : (1.9)

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN Pinjamlah alat yang dibutuhkan dan lakukanlah tugas-tugas berikut : 1. Tentukan nilai skala terkecil dari Termometer Volmeter Amperemeter Stopwacth Busur derajat 2. Pelajarilah cara embaca hasil pengukuran dengan jangka sorong dengan menggunakan noniusnya : a. jelaskan cara membacakan hasil pengukuran dengan jangka sorong b. berapakah nilai skala terkecilnya jangka sorong tersebut tanpa dan dengan nonius c. perkiraan nilai skala terkecil yang berasal dari nilai skala terkecil tersebut d. katupkan jangka sorong anda rapat-rapat, jangan paksakan, perhatikan kunci yang harus ditekan akan dapat menggerakkan bagian yang dapat digeser. perhatikanlah apakah dalam keadaan terkatup ini menunjukkan tepat nol! jika tidak catatlah kesalahan titik nol. ingat tandanya ada yang positif dan ada yang negatif, nanti hasil bacaaan harus ditambah atau dikurang (sesuai titik nol). 3. Ukurlah panjang lebar balok kecil dengan jangka sorong masing-masing satu kali. tentukan ketidakpastian relatif masing-masing. laporkan hasil pengukuran lengkap dengan ketidakpastian mutlaknya. 4. Lakukan poin 2 dengan menggunakan micrometer sekrup 5. Ukurlah tebal balok dengan menggunakan micrometer sekrup satu kali dan tuliskan ketidakpastian relatifnya. tuliskan hasil pengukuran lengkap dengan ketidakpastian mutlaknya dan memperhatikan angka berarti yang digunakan. 6. Tentukan pengukuran balok dari hasil pengukuran poin 3 dan poin 5. tentukan ketidakpastian mutlak dan relatifnya. Tuliskan hasil penentuan volume benda ini lengkap dengan ketidakpastian serta memperhatikan jumlah angka berarti dan jelaskan arti statistika hasil tersebut. 7. a. Ukurlah panjang, lebar dan tebal balok empat kali dengan menggunakan micropmeter sekrup. b. tentukan nilai rata-rata panjang, lebar dan tebal balok dari empat kali pengukuran yang dilakukan. c. tentukan ketidakpastian (deviasi standar) masing-masing besaran d. tentukan pula ketidakpastian relative masing-masing besaran tersebut e. tentukanlah volume balok, ketidakpastian mutlak dan relatifnya. tuliskan hasil perhitungan volume balok lengkap dengan ketidakpastian mutlaknya (ingat angka berarti) ungkapkanlah arti statistiknya dari hasil penentuan ini. f. bandingkan ketelitian hasil penentuan volume poin 7e dengan hasil poin 6. 8. Pelajarilah menggunakan neraca teknik untuk menimbang balok. Catatlah hal-hal yang perlu diperhatikan pada penimbangan balok dengan menggunakan neraca teknik. berapa nilai skala terkecilnya (beban terkecil).

9. Timbanglah balok (satu kali saja), tuliskan hasil pengukuran dengan ketidapastiannya. 10. a). Gunakan hasil pengukuran pada poin 9 dan penentuan volume pada poin 7 untuk menentukan rapat massa p balok. b). Tentukan ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian c). Tuliskan hasil penentuan rapat massa balok dengan ketidakpastian (mutlak) dengan mengingat angka berarti. d) Jelaskan arti statistik hasil yang diperoleh. V. DATA PENGUKURAN Catatlah data pengukuran dari setiap pengukuran yang anda lakukan. Catat pula hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan pengukuran. (Lihat format pada lampiran hal 9). Hitunglah ketidakpastian pengukuran (ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif) dari setiap pengukuran yang anda lakukan. Jelaskan arti statistik dari setiap data pengukuran yang diperoleh. VI. TUGAS PENDAHULUAN 1. Sebutkan dan jelaskan ketidakpastian ? 2. Jangka sorong dan banyak alat ukur lainnya dilengkapi dengan nonius, apakah gunanya nonius pada alat ukur semacam itu? 3. Gambarkan skala induk dan skala nonius pada jangka sorong jika pengukuran (1,325 0,0025) cm. tentukan ketidakpastian relatifnya. 4. Gambarkan skala induk dan skala nonius pada micrometer jika menunjukkan hasil pengukuran ( 5,75 0,005)mm. tentukan ketidakpastian relatifnya. 5. Berapa ketelitian jangka sorong dan micrometer yang dipergunakan dalam pengukuran, jelaskan! 6. Apa kegunaan menentukan ketidakpastian relatif dan ketidakpastian mutlak dalam pengukuran.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN I. TUJUAN PRAKTIKUM (Tuliskan tujuan utama praktikum) II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN (Tuliskan alat yang digunakan dalam praktikum) III. TEORI DASAR (Tuliskan secara ringkas mengenai teori dasar) IV. DATA DAN ANALISA DATA 1. Skala terkecil dari alat ukur a. Nilai skala terkecil Termometer..................... b. Nilai skala terkecil Voltmeter c. Nilai skala terkecil Amperemeter ... d. Nilai skala terkecil Stopwacth e. Nilai skala terkecil Busur Derajat ... a. Cara membaca hasil pengukuran dengan jangka Sorong. b). Nilai skala terkecil jangka sorong tanpa nonius . Nilai skala terkecil dengan nonius .. c) Ketidakpastian pembacaan tanpa nonius Ketidakpastian pembacaan dengan nonius . d) Kesalahan titik nol(dengan jangka sorong) 2. Panjang balok P = .. Lebar balok L = . Ketidakpastian relatif P/P = ................ Ketidakpastian relatif L/L = .... Hasil pengukuran P = Hasil pengukuran L = 3. Cara membaca hasil pengukuran dengan micrometer sekrup .. b) Nilai skala terkecil micrometer tanpa nonius ... Nilai skala terkecil micrometer dengan nonius c) Ketidakpastian bacaan tanpa nonius Ketidakpastian bacaan dengan nonius d) Kesalahan titik nol 4. Tebal balok T = .. setelah dikoreksi T = Ketidakpastian relatif T/T = Hasil pengukuran T = 5. Volume balok V = PLT = V = V/V = V = Arti statistik : .. 6. a) Nilai yang telah dikoreksi dengan kesalahan titik nol NO P1 Li 1 2 3

Ti

4 5 b) P = .. L = .. T = . NO 1 2 3 4 5 P12 Li2 Ti2

c)

P = Sp = . L = SL = .. T = ST = . d) p P L = . L T = . T e) V = PLT = . V = .. V P L T ---- = ---+ ---- + ---- = . V P L T V = . 7. Cara menggunakan neraca : 8. Massa balok : m = + 9. a) p = m/V = . b) p = p ---- = . p c) p = .. d) Arti statistik hasil ini adalah . V. SIMPULAN DAN SARAN (Tulislah simpulkan dan saran anda) VI. KEPUSTAKAAN Halliday & Resnick. PHYSICS 3rd edition. Jhon Wileyand son, inc. New York, USA. PHYME University Laboratory Eksperimence of Physics, volume 4. 1994. PHYME series of Pulication Gottigen. Germany Tippler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik, jilid 1. 1991. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai