Anda di halaman 1dari 12

PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN

A. Pengukuran
Pengukuran memberikan arti penting bagi manusia untuk menggambarkan berbagai
fenomena alam dalam bentuk kuantitatif atau angka. Lord Kelvin menyatakan : “Bila
anda dapat mengukur apa yang anda bicarakan serta menyatakannya dalam bentuk angka,
maka anda mengerti apa yang anda bicarakan. Tetapi bila anda tidak dapat mengukurnya
dan tidak dapat menyatakannya dalam bentuk angka, maka pengetahuan anda tidak
memuaskan atau mengecewakan”. Dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai
suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instumen
tersebut membantu kemampuan manusia dan memungkinkan seseorang untuk
menentukan nilai dari sesuatu yang tidak diketahuinya. Untuk dapat melakukan
pengukuran dengan baik, kita harus memperhatikan beberapa faktor seperti metode
pengukuran, suhu lingkungan, kondisi alat, sampai pada analisa data hasil pengukuran,
dan selanjutnya kita dapat membuat kesimpulan dari hasil pengukuran yang dilakukan.
Untuk mendukung kesimpulan tersebut, kita harus teliti memperhatikan apakah
pengukuran yang telah dilakukan sudah sesuai dengan yang diharapkan?
Sebuah alat ukur dikatakan presisi (precission) atau tepat jika sebuag alat ukur
digunakan secara berulang, maka alat ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur yang
selalu sama. Presisi adalah kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang terdistribusi
di sekitar nilai rata-ratanya atau kedekatan penyebaran nilai pengukuran individual dari
nilai rata-ratanya. Sebagai contoh jika pengukuran tegangan dengan voltmeter
menghasilkan 5,61 volt, maka jika pengukuran diulang beberapa kali tetap menghasilkan
pembacaan 5,61 volt kita mengatakan bahwa alat tersebut sangat presisi. Sifat presisi
sebuah alat ukur bergantung pada resolusi dan stabilitas alat ukur. Sebuah alat ukur
dikatakan mempunyai resolusi yang tinggi/baik jika alat tersebut mampu mengukur
perubahan nilai besaran fisis untuk skala perubahan yang paling kecil. Voltmeter dengan
skala terkecil 1 mV tentu mempunyai resolusi lebih baik dibanding voltmeter dengan
skala terkecil 1 volt. Stabilitas alat ukur dikaitkan dengan kestabilitan hasil ukur/hasil
pembacaan yang bebas dari pengaruh variasi acak. Jadi stabilitas dikaitkan dengan
penunjukan hasil baca yang tidak berubah-ubah selama pengukuran. Contohnya, jarum
voltmeter tidak bergerak-gerak ke kiri ke kanan di sekitar nilai tertentu, atau jika
menggunakan voltmeter digital, maka angka yang tampil pada alat ukur tidak berubah-
ubah terus menerus.

1
Selain harus memiliki presisi yang baik, alat ukur juga harus memiliki akurasi yang
baik. Akurasi (accuracy) atau ketelitian sebuah alat ukur adalah kemampuan dari alat
ukur untuk memberikan nilai pendekatan terhadap harga sebenarnya dari obyek yang
diukur. Jadi sebuah alat ukur yang baik harus memiliki akurasi yang baik sekaligus juga
harus menghasilkan presisi tinggi. Sebuah alat ukur mungkin saja mempunyai presisi
yang baik tapi tidak akurat dan sebaliknya. Selain sebuah alat ukur perlu mempunyai
akurasi dan presisi yang baik, perlu juga memiliki sensitivitas yang tinggi. Apabila alat
ukur mempunyai respons yang baik terhadap setiap perubahan kecil sinyal input/masukan
sehingga output (hasil baca) mengikuti perubahan tersebut, maka alat dikatakan memiliki
sensitivitas (sensitivity) yang baik. Gambar berikut ini mengilustasikan hubugan antara
presisi dan akurasi

a. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi tinggi;


c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi rendah

B. Ketidakpastian Pada Pengukuran


Hasil-hasil yang diperoleh dalam pengukuran tidak dapat diterima begitu saja, sebab
hasil pengukuran tersebut harus dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena
kemampuan manusia terbatas dan ketelitian alat yang digunakan memiliki batas
kemampuan maka pelaporan hasil-hasil pengukuran harus disertai dengan nilai
toleransinya. Hasil pengukuran dapat dinyatakan benar jika harga besaran yang diukur
dilengkapi dengan batas-batas penyimpangan dari hasil pengukuran tersebut. Batas
penyimpangan atau toleransi tersebut dikenal dengan istilah ketidakpastian. Nilai
ketidakpastian bermanfaat dalam mengetahui tingkat keberhasilan dalam melakukan
pengukuran. Jika nilai ketidakpastian terlalu besar ada kemungkinan pengukuran salah,
jika ini terjadi maka pengukuran harus diulang kembali dengan berbagai cara, misalnya

2
mengulang pengukuran beberapa kali dengan lebih teliti atau mengganti alat-alat
percobaan dengan alat yang lebih tinggi batas ketelitiannya (lebih akurat).
Jelaslah bahwa suatu pengukuran dapat diterima dengan wajar apabila data hasil
pengukuran disajikan dengan menyertakan nilai ketidakpastiannya. Meskipun hasil
pengukuran tidak tepat sama dengan teori yang melatar belakanginya, tapi jika hasil
pengukuran masih terletak dalam interval x ±Δx (Δx adalah ketidakpastian yang
disebabkan keterbatasan alat, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan manusia dan
lain-lain) maka pengukuran yang kita lakukan dapat diterima dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk memperoleh nilai pengukuran yang mendekati nilai sebenarnya, pengukuran
haruslah dilakukan berulang-ulang. Setiap pengulangan pengukuran biasanya tidak
menghasilkan nilai yang sama dengan pengukuran sebelumnya. Perbedaan nilai
pengukuran ini disebut kesalahan. Kesalahan dalam suatu percobaan dapat dibagi dua
golongan, yaitu kesalahan sistem dan kesalahan pengamat. Kedua jenis kesalahan
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Kesalahan Sistem
Kesalahan sistem bersumber pada alat ukur, sehingga seringkali dinamakan
kesalahan konstan. Kesalahan sistem dapat terjadi karena:
a) Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada saat pembuatan alat tidak tepat,
sehingga setiap kali alat digunakan ada suatu ketidakpastian pada hasil
pengukurannya. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat yang
salah tersebut dengan alat baku.
Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya sebelum dipergunakan agar hasil ukurnya dapat
dipercaya. Termasuk kalibrasi adalah selalu menempatkan jarum penunjuk pada titik
nol yang sesungguhnya, saat alat akan digunakan. Sering pada alat ukur, jarum
penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya sehingga saat digunakan nilai
baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya
b) Kesalahan titik nol. Artinya jarum penunjuk skala tidak tepat berada di titik nol alat
ukur.
c) Kelelahan komponen alat ukur. Kesalahan ini misalnya terjadi pada pegas. Pegas yang
sering dipakai lama-kelamaan akan melembek sehingga dapat mempengaruhi gerak
jarum penunjuk skala.

3
d) Kondisi lingkungan kerja. Lingkungan kerja seperti suhu, tekanan, kelembaban dan
perubahan tegangan listrik berpengaruh terhadap ketepatan pengukuran.
2. Kesalahan Pengamat
a) Kesalahan paralak. Kesalahan ini timbul apabila saat membaca skala posisi pengamat
tidak tegak lurus dengan jarum penunjuk skala.
b) Kesalahan penafsiran. Kesalahan ini terjadi karena salah tafsir terhadap bagian skala
alat ukur. Pada peralatan yang rumit operasinya, pengamat harus memahami cara
penggunaan alat dengan baik sebelum melakukan percobaan sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran.
C. Perhitungan Ketidakpastian
1. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran dilakukan hanya satu kali, ketidakpastian pengukuran adalah
setengah kali nilai skala terkecil (nst) alat ukur (1/2 nst).
Contoh:
Mistar memiliki nst 1 mm. Mistar tersebut kita gunakan untuk mengukur panjang balok.
Hasil pengukuran sebesar 5 cm, maka hasil pengukuran yang harus kita laporkan adalah:
x = (50 ± 0,5) mm atau x = (5,0 ± 0,05) cm

nst = 1mm

Apakah yang tersirat dari cara penulisan ini?


1. Pengamat menduga bahwa balok yang diukurnya memiliki tebal antara 49,5 mm
sampai 50,5 mm.
2. Tersirat tentang tingkat presisi skala alat. Mistar yang dipakai hanya mampu
membaca sampai 1 angka desimal saja.
2. Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang
Untuk memperoleh nilai pengukuran yang mendekati nilai sebenarnya, pengukuran
haruslah dilakukan berulang-ulang. Misalkan pengukuran dilakukan sebanyak n kali,
diperoleh hasil x1, x2, x3, ..... xn. Untuk mendapatkan nilai terbaik dari pengukuran
dilakukan dengan cara merata-ratakan hasil pengukuran tersebut, yaitu:

4
x1  x2  x3  ...  xn
x
n
Ketidakpastian dari x yaitu Δx disebut standar deviasi rata-rata sampel, dihitung
menggunakan rumus:

( xi  x) 2
x  sx 
n(n  1)
Dengan
Δx : ketidakpastian hasil pengukuran
𝑆𝑥̅ : standar deviasi
xi : pengukuran ke i (i = 1, 2, 3, 4, 5....)
𝑥̅ : nilai rata-rata hasil pengukuran
n : banyaknya pengukuran yang dilakukan

Contoh:
Pada 10 kali pengukuran diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
x = 10,0; 10,2; 10,2; 10,0; 9,8; 10,0; 9,8; 10,3; 9,7 dan 10,0

Nilai hasil pengukuran harus kita laporkan dalam bentuk x  ( x  x)


x1  x2  x3  ...  xn 10,0  10,2  10,2  10,0  9,8  10,0  9,8  10,3  9,7  10,0
x   10
n 10
I xi ( xi  x) 2
1 10,0 0
2 10,2 0,04
3 10,2 0,04
4 10,0 0
5 9,8 0,04
6 10,0 0
7 9,8 0,04
8 10,3 0,09
9 9,7 0,09
10 10,0 0
Σ = 100,0 ( xi  x) 2 =0,42

( xi  x) 2 0,42
s x  x    0,0683
n(n  1) 90

5
Maka nilai terbaik adalah: x = (10,00 ± 0,07)
D. Pelaporan Hasil Pengukuran dan Angka Berarti
Telah disepakati bahwa sebuah pengukuran akan selalu menghasilkan dan disertai
dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini menyatakan seberapa besar simpangan hasil
ukur dari nilai benar yang seharusnya. Apabila sebuah variabel fisis dinyatakan dengan x
dan ketidakpastian pengukuran dinyatakan dengan ∆x, maka hasil sebuah pengukuran
variabel harus dituliskan dengan cara: x = (xterbaik ± ∆x) satuan. Sebagai contoh, sebuah
pengukuran tegangan dituliskan hasilnya dengan V = (10,5 ± 0,5) volt. Artinya alat ukur
kita menunjukkan hasil baca 10,5 volt dengan ketidakpastian 0,5 volt, sedangkan nilai
benar hasil pengukuran berada dalam selang nilai (10,5 – 0,5 = 10,0) volt sampai dengan
(10,5 + 0,5 = 11,0) volt. Nilai ∆x diperoleh dari nilai skala terkecil alat ukur (nst) dan
dalam pelaporannya dinyatakan sebagi ½ nst.
Jika kita melakukan pengukuran secara berulang-ulang untuk x, maka hasil
pengukuran berulang dapat kita laporkan dengan cara: x = (𝑥̅ ± ∆) satuan. Misalkan tujuh
22
kali pengukuran menghasilkan nilai rata-rata 𝑥̅ = = 3,14285 … berapa angka
7

desimal yang harus dilaporkan? Cara pelaporan tergantung pada ketelitian dalam
pengukuran, yakni pada ketidakpastian Δx. Jika dari hasil perhitungan kita peroleh Δx
sebesar 0,01, maka 𝑥̅ harus dilaporkan dengan dua angka desimal juga.
Sekarang coba perhatikan pengukuran tegangan memberikan hasil x = 3,1 dan x =
3,10. Kedua nilai tsb memiliki arti yang tidak sama, nilai x = 3,1 memiliki arti bahwa
angka 3 diketahui dengan tepat tetapi angka 1 diragukan. Nilai x = 3,10 memiliki arti
bahwa selain angka 3, angka 1 juga diketahui dengan tepat sedangkan angka 0 diragukan.
Pengukuran dengan hasil 3,10 lebih teliti daripada 3,1. Dapatlah kita simpulkan bahwa
semakin banyak angka berarti yang disertakan dalam pelaporan berarti semakin teliti
pengukuran itu telah dilakukan
Melaporkan hasil pengukuran dengan cara yang telah diuraikan diatas disebut
penulisan dalam bentuk ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak berkaitan erat
dengan ketepatan pengukuran, yaitu “Makin kecil ketidakpastian mutlak ( ∆x ) yang dapat
dicapai, maka makin tepat hasil pengukuran yang dilakukan”. Pengukuran tegangan V =
(3,10 ± 0,50) mV adalah pengukuran yang mempunyai ketepatan lebih tinggi daripada V
= (3,1 ± 0,5) mV.
Sering juga dalam sebuah pengukuran pelaporan hasil akan lebih informatif jika kita
menyatakan ketidakpastian dalam bentuk prosentase. Dengan penulisan ini, selain

6
pembaca dapat mengetahui hasil ukur terbaik yang dilaporkan juga sekaligus pembaca
dapat mengetahui kualitas dari pengukuran yang dilakukan. Penulisan dengan cara ini
disebut dalam bentuk ketidakpastian relatif dan dinyatakan dengan 𝑥 = (𝑥̅ ±
∆𝑥
. 100%). Perhatikan contoh berikut ini. Sebuah pengukuran panjang menghasilkan x
𝑥

= (1,25 ± 0,01) cm. Bagaimanakah menyatakan/melaporkan hasilnya dalam bentuk


ketidakpastian relatif?
0,01
∆𝑥% = . 100% = 0,8% = 1%
1,25
Sehingga x = (1,25 cm ±1%)
Mengapa dibulatkan menjadi 1%? Hal ini bekaitan dengan aturan dalam menuliskan
pelaporan hasil pengukuran dan konsep angka berarti atau angka penting, yaitu:
1. Ketelitian 10% memberi hak untuk menuliskan sampai dua angka penting/berarti.
2. Ketelitian 1% memberi hak untuk menuliskan sampai tiga angka penting/angka
berarti.
3. Ketelitian 0,1% memberi hak untuk menuliskan sampai empat angka penting/angka
berarti
Contoh:
a) X = 1101 ± 10 % dengan 2 angka penting, hasil pengukuran harus ditulis
X = (1,1 ± 0,1) x 103
b) X = 1101 ± 1 % dengan 3 angka penting, hasil pengukuran harus ditulis
X = (1,10 ± 0,10) x 103
c) X = 1101 ± 0,1% dengan 4 angka penting, hasil pengukuran harus ditulis
X = (1,101 ± 0,100) x 103
Ketidakpastian relatif terkait erat dengan ketelitian pengukuran, yaitu dapat kita nyatakan
bahwa semakin kecil ketidakpastian relatif, maka semakin tinggi ketelitian pengukuran
tersebut
E. Ketidakpastian Pada Fungsi Variabel
Dalam pengukuran di laboratorium fisika seringkali besaran yang ingin kita ketahui
bukan berupa besaran pokok yang dapat langsung diperoleh menggunakan alat. Artinya
besaran itu merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang diukur. Contohnya adalah
ketika kita ingin menentukan rapat massa (ρ) sebuah benda, maka yang kita ukur adalah
massa (m) dan volume (V) benda tsb. Karena m dan V masing-masing memiliki nilai
ketidakpastian yaitu Δm dan ΔV, maka ρ juga memiliki nilai ketidakpastian.

7
Persoalannya adalah bagaimana menentukan Δρ? Dalam menentukan ketidakpastian
semacam ini, ada tiga kasus yang berbeda yaitu:
- Δm dan ΔV keduanya berupa nilai skala terkecil alat ukur
- Δm dan ΔV keduanya berupa standar deviasi
- Salah satu berupa nilai skala terkecil alat ukur, yang lain berupa standar deviasi
Ketiga kasus tsb akan diuraikan pada bagian berikut dan agar pernyataan ketidakpastian
menjadi umum maka Δm, ΔV dan Δρ masing-masing kita nyatakan sebagai Δx, Δy dan
Δz.
1. Δx dan Δy Keduanya Berupa Nilai Skala Terkecil Alat Ukur
Jika x = (x ± Δx) dan y = (y ± Δy), maka z = (x ± Δx , y ± Δy)
z = (x ± Δx , y ± Δy) kita uraikan dalam deret Taylor, diperoleh:
 z   z   1   2 z    2z 
z  (x  x , y  y)  z(x, y)   x   y    2 (x) 2  2 (xy )
 x   y   2  x   xy 
  2z  
  2 (y ) 2   ....
 y  
Dengan mengabaika n suku kedua dan seterusnya :
 z   z 
z  z(x, y)   x   y hingga
 x   y 
z z
z  z  z ( x, y )  x  y
x y

Rumus di atas dapat diperluas mencakup lebih dari dua variabel :


z
z   xi dengan i  1, 2, 3.....
xi

Berikut ini diberikan beberapa fungsi yang sering kita jumpai dalam percobaan fisika
berikut diferensialnya:

8
1. y  ax n dengan a tetapan dan n bilangan bulat
dy y x
 naxn 1 , maka y  naxn 1 x dan n
dx y x
2. y  ln x
dy 1 1 y 1 x
 , maka y  x dan 
dx x x y ln x x
3. y  e x
dy y
 e x , maka y  e x x dan  x
dx y
4. y  sin x
dy y
 cos x, maka y  cos x x dan  cot x
dx y
5.z  x  y
z z
 1 dan 1
x y
z x  y
z  x  y dan 
z x y

6.z  x m y n dengan m dan n bilangan bulat pecahan negatif maupun positif


z z z z
 mx m1 y n  m dan  ny n1 x m  n
x x y y
x y z x y
z  mz  nz dan m n
x y z x y
Contoh:
1. Hasil pengukuran sebuah balok kayu adalah: P = (4,0 ± 0,05) cm, L = (3,0 ± 0,05)
cm dan T = (2,0 ± 0,05) cm. Berdasarkan hasil pengukuran ini, akan kita tentukan
volume balok berikut ketidakpastiannya.
Langkah pertama adalah menentukan volume balok. Volume balok adalah:
V = P x L xT = 4,0 x 3,0 x 2,0 = 24,0
Langkah kedua menentukan ketidakpastian. Yaitu menggunakan persamaan:
V V V
V  P  L  T
P L T
V  L.T P  P.T L  L.P T
V V V
 P  L  T
P L T
V P L T 0,05 0,05 0,05
       0,054  5%
V P L T 4,0 3,0 2,0
V  5% x 24,00  1,2 9
Jadi ketidakpastian dari pengukuran volume sebesar 1,2 cm3.
Karena ketelitian mencapai 5%, maka hasil pengukuran memiliki hak atas 2 angka
berarti, sehingga kita laporkan V = (24,0 ± 1,2) x 102cm3.

2. Percepatan gravitasi di sebuah tempat hendak ditentukan melalui


percobaan bandul matematik. Persamaan perioda bandul adalah

T  2 L . Panjang bandul diukur memakai penggaris


g
dihasilkan L = (100 ± 0,1) cm dan perioda bandul T = (2,0 ± 0,05)
detik maka g berikut ketidakpastiannya dihitung sbb:
g  4 2 LT 2
g L T 0,1 0,05
dan  2  2  0,1%  5%  5%
g L T 100 2,0
4 x(3,142 ...)2 x100
g  987 ,216 ...
(2,0) 2
g  5% x987 ,216 ...  49,36
Mengingat ketelitian percobaan sebesar 5% maka hasilnya dinyatakan dalam 2 angka
berarti sehingga kita laporkan
g = (9,9 ± 0,5) x 102 cm/s2
2. Δx dan Δy Keduanya Berupa Simpangan Baku
Setiap pasangan xi dan yi menghasilkan nilai zi. Dalam ilmu statistik dapat
dibuktikan apabila x dan y memenuhi sebaran Gauss, maka demikian pulalah z, karena
itu nilai terbaik z adalah nilai rata-rata nya. Demikian pula ketidakpastian nilai z, berupa
simpangan baku rata-rata sampel:

( zi  z ) 2 (zi ) 2
s z  z  
n(n  1) n(n  1)

z
Mengingat z   xi dengan i  1, 2, 3..... maka
xi

10
2
(zi ) 2 1  z z 
    xi  yi 
2
sz
n(n  1) n(n  1)  x y 
1  z  
2
 z   z  z 
2

   (xi )    (yi ) 2  2   (xi yi )


2

n(n  1)  x   y   x  y  

Untuk n besar (xi yi )  0 karena masing-masing xi dan yi bebas satu sama lain
maka berpeluang sama besar bertanda negatif atau positif. Jadi
2 2
 z  (xi )  z  (yi )  z  2  z  2
2 2 2 2

sz          s x    s y
2

 x  n(n  1)  y  n(n  1)  x   y 
2
 z  2  z  2
2

Sehingga z  s z    s x    s y
 x   y 
Berikut ini beberapa contoh fungsi dua variabel:
1.z  x  y
z z
 1 dan 1
x y
sz  sx  s y
2 2

2.z  x  y; s z sama seperti rumus di atas


3.z  x m y n dengan m dan n bilangan bulat pecahan negatif maupun positif
z z z z
 mxm1 y n  m dan  ny n1 x m  n
x x y y

 z  2  z  2
2

sz   m  s x   n  s y  z
 x   y 
2
  sy 
2
z  sx
dan   m    n 
 
z  x   y 
Contoh :
Percepatan gravitasi di sebuah tempat hendak ditentukan melalui percobaan bandul
matematik. Duapuluh kali pengukuran perioda bandul menghasilkan rata-rata T = 2,00
dan simpangan baku rata-rata 0,02 detik, sedangkan sepuluh kali pengukuran panjang tali
bandul menghasilkan L = 100,00 cm dengan simpangan baku rata-rata 0,04 cm. Akan
kita hitung, berapa g dan Δ g .

11
sT  0,02 dan s L  0,04
L 100,0
g  4 2 2
 4(3,14285 ...) 2  987 ,75...
T 2,00
Ketelitian yang tercapai pada pengukuran g :
2 2
sg s   s   0,04 
2
 0,02 
2

  L    2 T       2 x   0,02  2%
g  
L  T   100   2 
s g  2% x987 ,75...  19,755

Mengingat ketelitian percobaan sebesar 2% maka kita laporkan


g = (9,9 ± 0,2) x 102 cm/s2
F. Tugas
1. Mengapa hasil pengukuran harus dilaporkan dengan menyertakan ketidakpastiannya?
2. Alat ukur harus memiliki presisi, akurasi, stabilitas dan resolusi yang baik.
Jelaskanlah istilah-istilah dari presisi, akurasi, stabilitas dan resolusi.
3. Dalam melakukan pengukuran, untuk menghindari kesalahan paralaks dan kesalahan
penafsiran, apa yang harus dilakukan pengamat?
4. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan
a. Ketidakpastian mutlak?
b. Ketidakpastian relatif?
5. Pada 10 kali pengukuran diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
x = 8,54; 8,54; 8,55; 8,56, 8,57; 8,57; 8,57; 8,58; 8,58; 8,59

a. Laporkanlah hasil pengukuran dalam bentuk x  ( x  x) dengan Δx


menyatakan ketidakpastian mutlak
b. Berapakah ketidakpastian relatif nya?

c. Laporkanlah hasil pengukuran dalam bentuk x  ( x  x) dengan


memperhatikan ketidakpastian relatifnya.

12

Anda mungkin juga menyukai