Anda di halaman 1dari 13

BAB V

DINAMIKA
Benda di alam bergerak, diam dan sebagainya tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada penyebab
sehingga gerak tersebut terjadi dan proses gerakpun tidak terjadi secara bebas. Benda
selalu bergerak mengikuti aturan yang sudah pasti. Benda yang dilepas dari ketinggian
tertentu pasti bergerak jatuh kalau tidak ada dorongan lain yang membelokkan arah gerak.
Benda yang dilempar dalam arah horizontal selalu berberak melengkung ke bawah. Paku
yang didekatkan ke magnet akan ditarik ke arah magnet. Bumi selalu bergerak
mengelilingi matahari pada orbit yang sudah tertentu. Dengan kata lain gerak benda
umumnya bersifat determinsitik, artinya dapat diramalkan di mana lintasan yang akan
diambil, ke mana arah kecepatan pada tiap titik di lintasan tersebut, dan berapa percepatan
tiap saat.
Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang sangat luar biasa. Newton menemukan
bahwa semua persoalah gerak di alam semesta dapat diterangkan dengan hanya tiga
hukum yang sederhana. Karya besar Newton termuat dalam bukunya yang sangat
termashyur, Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (Gambar 5.1). Pada bab ini
fokus pembahasan kita adalah aplikasi tiga hukum Newton tersebut.

A. Gambar 5.1. Isaac Newton dan gambar sampul buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica
[CITATION Fis16 \p 235 \l 1033 ]

Hukum Kesatu Newton


Sir Isaac Newton (1642-727) dilahirkan di Woolsthrope Inggris, pada tanggal 25
Desember 1642. Beliau adalah salah satu ilmuwan adalah salah seorang ilmuwan terhebat
yang pernah lahir di bumi. Ia adalah peletak dasar kinematika dan dinamika benda-benda
di alam semesta yang merupakan hukum utama untuk menjalaskan gerak benda di alam
maupun benda buatan manusia. Newton juga merupakan perumus teori gravitasi universal
yang menyatakan bahwa benda-benda di alam semesta saling tarik-manarik. Antara
bintang-bintang, planet-planet, dan satelit-satelit terjadi tarik menarik yang menyebabkan
alam semesta dalam keadaan stabil. Newton juga merumuskan teori optik dan sejumlah
teori fisika lainnya yang digunakan hingga saat ini. Newton juga peletak dasar ilmu
kalkulus, yang merupakan landasan utama matematika modern yang diterapkan di semua
bidang ilmu. Buku tulisan Newton yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia
Mathematica yang diterbitkan tahun 1687 dalam bahasa Latin merupakan buku terbaik
yang pernah dihasilkan manusia hingga saat. Tetapi jangan dibandingkan dengan kitab
suci. Kitab suci adalah firman Tuhan yang tetap lebih tinggi derajatnya dibandingkan
karya manusia [CITATION Fis16 \p 235 \l 1033 ].
Hukum gerak Newton pertama menyatakan bahwa setiap benda tetap berada dalam
keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi
gaya total yang tidak nol. Hukum 1 Newton disebut juga sebagai hukum kelembaman atau
hukum inersia dan dirumuskan sebagai berikut. Jika ∑ F=0 maka benda yang diam tetap
diam atau benda yang bergerak dengan kecepatan konstan tetap bergerak dengan
kecepatan konstan [CITATION Fis \p 93 \l 1033 ].
B. Hukum Kedua Newton
Hukum II Newton menjelaskan perubahan keadaan gerak benda. Hukum ini menyatakan
bahwa benda dapat diubah keadaan geraknya jika pada benda bekerja suatu gaya. Gaya
yang bekerja berkaitan langsung dengan perubahan keadaan gerak benda. Besarnya
perubahan keadaan gerak sama dengan gaya yang diberikan kepada benda, atau persamaan
5.1.

a=
∑f (5.1)
m

Keterangan:
∑ f = Gaya total yang bekerja pada benda (N),
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan benda (m/s2)

Hukum II Newton merupakan Percepatan yang ditimbulkan oleh suatu gaya besarnya
berbanding lurus dan searah dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik dengan massa
benda. Satuan gaya menurut sistem SI adalah newton (N), sedang kadang-kadang satuan
gaya menurut sistem cgs adalah dyne [CITATION Fis \p 95 \l 1033 ] . Kita susun kembali
persamaan ini untuk mendapatkan pernyataan yang lebih kita kenal untuk hukum Newton
kedua.
∑ f =ma (5.2)

Hukum Newton kedua menghubungkan antara deskripsi gerak dengan penyebabnya yaitu
gaya. Hukum ini merupakan hubungan yang paling dasar pada fisika. Hukum Newton
kedua kita bisa membuat definisi yang lebih tepat meneganai gaya sebagai sebuah aksi
yang bisa mempercepat sebuah benda. Setiap gaya F adalah vektor yang memiliki besar
dan arah. Persamaan 4.2 merupakan persamaan vektor yang berlaku pada semua kerangka
acuan inersia. Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk komponen pada koordinat
persegi panjang sebagai berikut.

∑ m x =ma x (5.3)

∑ m y =ma y (5.4)

∑ m z=m a z (5.5)

Jika gerak tersebut sepanjang sepanjang satu garis (satu dimensi), kita bisa menghilangkan
indeks-indeks, dan hanya menuliskan ∑ f =ma. Hukum kedua Newton juga dapat
dinyatakan sebagai gaya yang bekerja pada benda sama dengan laju perubahan momentum
benda tersebut.
dP d (mv)
F= = (5.6)
dt dt
mdv+ vdm dv dm
F= =m + v (5.7)
dt dt dt
dm
Untuk benda yang tidak mengalami perubahan massa maka =0, sehingga persamaan
dt
di atas hanya suku : F=m aCITATION Fis \p 95 \l 1033 (Giancoli, 1998, p. 95) .

C. Hukum Ketiga Newton


Hukum ini mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang sama besar dengan gaya aksi,
tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama melakukan gaya pada benda kedua (gaya aksi),
maka benda kedua melakukan gaya yang sama besar pada benda pertama tetapi arahnya
berlawanan (gaya reaksi) Jika kamu mendorong dinding dengan tangan, maka pada saat
bersamaan dinding mendorong tanganmu dengan gaya yang sama tetapi berlawanan arah
(Gambar 5.2). Bumi menarik tubuh kamu dengan gaya yang sama dengan berat tubuhmu,
maka pada saat bersamaan tubuh kamu juga menarik bumi dengan gaya yang sama besar
tetapi berlawanan arah [CITATION Fis16 \p 238 \l 1033 ].
Contoh lainnya sebuah palu yang dipukulkan pada sebuah paku mengerjakan gaya pada
paku itu sebagai gaya aksi. Paku itu akan mereaksinya dengan melakukan gaya yang
besarnya sama pada palu namun arahnya berlawanan dengan gaya yang dilakukan oleh
palu. Jika Anda mendorong sebuah balok yang terletak di atas permukaan air telaga yang
membeku, maka balok itu pun akan mendorong Anda dengan dorongan yang sama dengan
yang anda lakukan pada balok itu. Jika Anda menarik sebuah mobil yang mogok, maka
mobil itu pun menarik Anda dengan tarikan yang sama kuat. Contoh-contoh yang telah

disebutkan menunjukkan bahwa gaya aksi dan


Gambar 5.2. Contoh pasangan gaya aksi reaksi. Setiap ada gaya aksi maka selalu ada gaya reaksi
yangsama besar tetapi berlawanan arah. Tetapi perlu diingat bahwa gaya aksi dan reaksi tidak bekerja
pada benda yang sama. Gaya aksi dan reaksi bekerja pada benda yang berbeda sehingga tidak saling
meniadakan. Saat mendorong tembok gaya aksi adalah gaya oleh tangan pada tembok sedangkan gaya
reaksi adalah gaya olehtembok pada tangan.[CITATION Fis16 \p 239 \l 1033 ]

reaksi tidak pernah saling mengimbangi karena dua gaya ini bekerja pada benda yang
berbeda dan saling berinteraksi, kecuali jika kedua benda itu kita tinjau secara keseluruhan
sebagai satu kesatuan sistem. Gaya aksi dan gaya reaksi tidak pernah bekerja pada benda
yang sama. Gaya reaksi bekerja pada benda yang melakukan gaya aksi, tidak pada diri
sendiri[CITATION Ros \p 136-137 \l 1033 ].

Hukum Newton Ketiga menyatakan bahwa Ketika suatu benda memberikan gaya pada
benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan
arah terhadap benda yang pertama. Hukum ini kadang-kadang dinyatakan juga sebagai
“untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawana arah.” Pernyataan ini memang
benar, tetapi untuk menghindari kesalah pahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa
gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbebeda [CITATION Fis \p 97 \l
1033 ]. Hubungan antara gaya aksi dan reaksi dirumuskan sebagai berikut.

F aksi =−⃗
⃗ Freaksi (5.8)

(tanda negatif menunjukkan arah aksi berlawanan dengan arah reaksi).


D. Gaya berat
Semua benda yang dekat permukaan bumi, percepatan gravitasi yang dialami benda
dianggap sama, sehingga berat benda sebanding dengan massanya. Besar gaya berat pada
sebuah benda yang dekat dengan permukaan bumi diberikan oleh w=mg.

g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9; 8 m/s
[CITATION Sat12 \p 31 \l 1033 ]. Berat F g merupakan gaya gravitasi, gaya berat dipengaruhi
oleh besarnya kuat medan gravitasi. Misalkan terdapat dua gaya bekerja pada benda: gaya
gravitasi F g yang mengarahkan ke bawah dan gaya W yang menyimbangkan ke atas.
Apabila sebuah benda yang mempunyai percepatan a=0 relatif terhadap permukaan bumi,
kita anggap sebagai kerangka inersia. Kita dapat menulis hukum kedua Newton untuk
sumbu vertikal y, dengan arah positif adalah ke atas, sebagai.

F net . y =ma y (5.9)

Pada situasi di atas, persamaan menjadi .

w−F g=m( 0) (5.10)

Atau

w=F g (berat dengan permukaan tanah sebagai kerangka inersia) (5.11)

Berat W suatu benda adalah sama dengan magnitudo gaya gravitasi F g pada benda,
dengan memasukan mg untuk F g dari persamaan F g=mg kita peroleh.

w=mg (5.12)

Persamaan 5.12 menghubungkan berat benda dengan massanya[CITATION htt2 \p 106 \l


1033 ].

E. Gaya Normal
Ketika tumpukan buku diletakkan di atas meja kayu, maka ada sentuhan antara permukaan
meja dengan permukaan sampul buku paling bawah (Gambar 5.3). Buku-buku dan meja
kita pandang sebagai sebuah sistem mekanis. Keseluruhan buku itu akan ditarik oleh Bumi
dengan gaya berat 𝐖 (Gambar 5.3 sebelah kanan). Tarikan Bumi ini akan diteruskan oleh
buku-buku itu sehingga tumpukan buku-buku itu akan menekan permukaan meja dengan
gaya 𝐖 Sebagai reaksinya, meja akan melakukan gaya 𝐍 yang besarnya sama dengan
yang dialaminya (yakni sama besarnya dengan gaya 𝐖 tetapi dengan arah berlawanan.
Gaya 𝐍 ini disebut gaya normal. Gaya normal inilah yang menjaga buku tertahan di atas
meja.
Gambar 5.3. Tumpukan buku di atas meja.[CITATION Ros \p 139 \l 1033 ]

Gambar 5.3. (a) Sebuah balok yang diam di atas meja mengalami gaya normal F N tegak lurus
terhadap permukaan meja . (b) diagram benda bebas untuk balok .[CITATION htt2 \p 107 \l 1033 ]
Ketika benda menekan suatu permukaan, permukaan (bahkan yang terlihat keras sekali
F N yang
pun) berubah bentuknya dan mendorong benda tersebut dengan gaya normal ⃗
arahnya tegak lurus terhadap permukaan. Gambar 5.4 a memperlihatkan sebuah balok
bermassa m menekan meja ke bawah pada bidang datar, mengubah bentuk meja karena
F gpada balok. Meja mendorong balok ke atas dengan gaya normal
adanya gaya gravitasi ⃗
F N . Diagram benda bebas untuk balok diberikan pada gambar 5.4 b. Gaya ⃗
⃗ F gdan ⃗
FN
adalah dua dua gaya yang bekerja pada balok dan keduanya vertikal.

Maka, untuk balok tersebut kita dapat menulis hukum kedua Newton untuk sumbu y
positif ke atas¿ sebagai.

F N −F g=ma y (5.13)

Dari persamaan F g=mg jadi diperoleh

F N −mg=ma y (5.14)

Maka magnitudo gaya normal adalah

F N =mg+ma y =m( g+ a y ) (5.15)

Untuk semua percepatan vertikal a y pada meja dan balok (keduanya mungkin berada
dalam lift yang bergerak). Jika meja dan balok tidak mengalami percepatan relatif
terhadap bumi, maka a y =0 dan persamaan 5.15 menghasilkan.

F N =mg (5.16)

Sedangkan gaya yang berkerja pada


sebuah balok yang meluncur pada
bidang miring tersaji pada
Gambar 5.4.
Gambar 5.4. (a) Sebuah balok yang bergerak pada bidang miring

[CITATION htt2 \p 107 \l 1033 ]

F. Gaya Gesek
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi antara dua permukaan yang berlawanan dan
arahnya berlawanan dengan kecenderungan. Gaya yang bersentuhan langsung dengan
permukaan benda dikenal dengan nama gaya gesekan. Arah gaya ini selalu berlawanan
arah dikenal dengan nama gaya gesekan. Contohnya yang terjadi pada gambar 5.5 Gaya
ini diarahkan sepanjang permukaan, berlawanan arah dengan arah gerakan benda. Kadang-
kadang untuk menyederhanakan keadaan gesekan dapar diabaikan (permukaan dikatakan
tanpa gesekan).

Gambar 5.5. Sebuah gaya gesek f melawan usaha pergerakan suatu benda di atas sebuah permukaan.
[CITATION htt2 \p 107 \l 1033 ]

a. Gaya gesekan statis


Gaya gesekan terjadi pada benda diam, gaya gesekan statis terjadi mulai dari nol
(diam) sampai pada nilai maksimum (dimana benda dalam keadaan tepat akan
bergerak). Gaya gesekan statis maksimum f s , maks, sebanding dengan gaya normal
antara permukaan-permukaan.
f s , maks=μs Fn (5.17)
dengan μs dinamakan koefisien gesekan statis. Koefisien statis ini bergantung pada
sifat permukaan kotak dan meja. Jika kita mengerjakan gaya horizontal yang lebih
kecil dari f s , maks pada kotak, gaya gesekan akan tepat mengimbangi gaya horizontal ini.
Secara umum, kita dapat menulis.
f s , maks ≤ μ s F n (5.18)
b. Gaya gesekan kinetik
Gaya gesekan kinetik merupakan gaya yang terjadi pada benda yang bergerak. Gaya
gesekan kinetik berlawanan dengan arah gerakan. Koefisien gesekan kinetik μk
didefinisikan sebagai rasio besarnya gaya gesekan kinetik F kdan gaya normal F n
maka.
f k =μk F n (5.19)
Jadi secara eksperimen, ditemukan bahwa
1. μk lebih kecil dari pada μs .
2. μs bergantung pada kelajuan relatif permukaan; tetapi untuk kelajuan dalam
kisaran dari sekitar 1cm/s sampai seberapa meter per sekon, μk hampir konstan.
3. μk seperti μs bergantung pada sifat permukaan-permukaan yang bersentuhan,
tetapi tak bergantung pada luas kontak (makrokospik)[CITATION Phy91 \p 124 \l
1033 ].
DAFTAR ISTILAH

Gaya gesek : Gaya yang terjadi antara dua permukaan yang berlawanan dan
arahnya berlawanan dengan kecenderungan
Gaya gesekan Gaya yang terjadi pada benda yang bergerak. Gaya gesekan
kinetik kinetik berlawanan dengan arah gerakan.
Gaya gesek statis : Gaya gesekan terjadi pada benda diam, gaya yang terjadi mulai
dari nol (diam) sampai pada nilai maksimum (dimana benda dalam
keadaan tepat akan bergerak).
Gaya normal : Gaya reaksi bidang terhadap benda yang arahnya tegak lurus
bidang.
Hukum kesatu : Sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau
Newton bergerak dengan kecepatan konstan, jika tidak ada suatu gaya
eksternal netto yang memengaruhi benda tersebut.
Hukum kedua : Percepatan yang ditimbulkan oleh suatu gaya besarnya berbanding
Newton lurus dan searah dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik
dengan massa benda.
Hukum ketiga : Apabila sebuah benda pertama mengerjakan gaya pada benda
Newton kedua, maka benda kedua mengerjakan gaya pada benda pertama
sama besar dan arahnya berlawanan dengan arah gaya pada benda
pertama tersebut.
SUMBER RUJUKAN

Abdullah, Mikrajudin. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung: INSTITUT TEKNOLOGI


BANDUNG.
Giancoli, D. (1998). Physics: Principles with applications, Fifth Edition. Prentice Hal: New
Jersey.
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2005). Physics, 7 th extended edition. John Wiley
and Sons. Retrieved from https://bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-
bosscha/sejarah-observatorium-bosscha/
Rosyid, M. F., Firmansyah, E., & Dyan, Y. P. (2014). Fisika Dasar Jilid 1: Mekanika.
Yogyakarta: Periuk.
Satriawan, M. (2012). FISIKA DASAR. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Tipler, P. (1991). Physics for Scientists and engineers. worth Publisher.

Anda mungkin juga menyukai