Anda di halaman 1dari 4

DINAMIKA

Dinamika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari gaya dan torsi dan efeknya pada gerak.
Pembahasan utama dalam dinamika ialah mekanika klasik yang berkaitan dengan hukum gerak Newton
terutama pada sistem partikel. Konsep-konsep dasar dalam dinamika disusun oleh Isaac Newton. Konsep
dinamika berperan dalam menyelesaikan persoalan fisika yang berkaitan dengan gaya. Dinamika
merupakan kebalikan dari kinematika, yang mempelajari gerak suatu objek tanpa memperhatikan apa
penyebabnya. Secara umum, para peneliti yang menekuni dinamika akan mendalami bagaimana sistem
fisika mengalami perubahan dan penyebab mereka berubah. Isaac Newton menciptakan hukum-hukum
fisika yang menjadi panduan dalam fisika dinamika. Secara umum, dinamika sangat berkaitan erat
dengan Hukum kedua newton tentang gerak. Namun, ketiga hukumnya tetap saling berkaitan satu sama
lain.
1. HUKUM I NEWTON
Hukum I Newton adalah menunjukkan resultan gaya yang bekerja pada benda dengan komposisi yang
sama dengan nol, maka benda yang awalnya diam akan selamanya terus diam. Sedangkan benda awalnya
bergerak lurus beraturan, maka akan selamanya terus bergerak lurus beraturan dalam kecepatan yang
tetap.
Dalam Hukum I Newton percepatan benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan massa atau berat benda itu sendiri. Sifat benda pada Hukum I
Newton cenderung mempertahankan keadaannya semula dengan sifat kelembaman atau kadar inersia
Bentuk dari momen inersia pada Hukum I Newton terjadi beragam, misalnya momen inersia linear, momen
inersia massa, dan momen inersia polar atau kutub.
“Saat resultan gaya yang bekerja pada benda yang komposisinya sama dengan nol, maka benda yang
awalnya diam akan tetap terus diam. Kemudian benda yang awalnya bergerak lurus beraturan maka akan
tetap bergerak lurus beraturan dengan kecepatan yang tetap”

∑F = 0
Hukum ini sudah dibuktikan oleh para astronot saat berada di luar angkasa mencoba mendorong
sebuah pensil (pensil mengambang karena tidak ada gaya gravitasi), maka pensil tersebut bergerak lurus
dengan kecepatan yang tetap, kemudian baru berhenti bergerak setelah menabrak dinding pesawat luar
angkasa. Hal ini terjadi karena di luar angkasa tidak ada udara, sehingga tidak menimbulkan adanya gaya
gesek yang menghambat pensil tersebut untuk bergerak.
2. HUKUM II NEWTON
Hukum II Newton adalah berkaitan dengan kondisi benda yang bergerak dalam keadaan massa benda
dan gaya yang ada pada benda tersebut juga diperhitungkan. Hal ini menunjukan percepatan benda akan
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut, sedangkan massanya akan
berbanding terbalik dengan percepatan benda. Arah percepatan benda akan sama dengan arah gaya total
yang bekerja pada benda tersebut.
Melalui Hukum II Newton gaya benda kemudian akan menjadi semakin besar jika memperoleh
kekuatan gaya yang searah dengan laju benda tersebut bergerak. Sebaliknya, jika diberikan gaya
berlawanan atau bertolak belakang melawan gaya benda, maka laju gaya akan semakin lambat atau
kecepatannya mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan laju yang berubah.
Besar kecilnya lambat atau cepat yang dimiliki benda bergerak tersebut, maka akan memengaruhi arah
gerak benda. Hukum ini menjelaskan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama dengan nol,
maka benda tersebut akan bergerak dengan kecepatan tertentu, alias benda yang bergerak pasti memiliki
percepatan.
“Percepatan yang terjadi karena perubahan dari kecepatan pada suatu benda akan sebanding dengan
resultan gaya atau jumlah gaya yang bekerja pada benda tersebut dan akan berbanding terbalik dengan
massa benda”

∑F = ma
F = Gaya (N)
m = Massa benda (kg)
a = percepatan (m/s2)
saat mencoba melempar batu secara vertikal ke atas. Pada awalnya batu akan melaju dengan
kecepatan konstan ke atas, kemudian akan melambat dan berhenti karena adanya gaya gravitasi. Batu itu
akan turun ke permukaan bumi dengan kecepatan dari massa batu ditambah dengan gaya gravitasi yang
mempengaruhi percepatan geraknya.

3. HUKUM III NEWTON


Hukum III Newton adalah gaya aksi dan reaksi menunjukan tiap aksi akan menimbulkan sebuah reaksi.
Jika sebuah benda memberikan gaya pada benda lain, maka benda yang mendapat gaya tersebut akan
memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama. Namun arah yang
dihasilkan akan berlawanan.
Hukum III Newton juga menjelaskan tiap aksi akan berkonsekuensi memunculkan reaksi, atau
menimbulkan sebab dan akibat. Memberi gaya sebagai sebab akan menghasilkan gaya akibat. Gaya aksi
reaksi ini kemudian bekerja saling berlawanan dan berproses pada benda yang berbeda-beda.
“Tiap aksi akan menimbulkan reaksi, jadi apabila suatu benda memberikan gaya pada benda lain maka
benda yang mendapat gaya akan memberikan gaya kembali yang besarnya sama dengan gaya yang
diterima dari benda pertama, namun arahnya akan berlawanan“
Faksi = Freaksi
Pada penerepan hukum III newton saat mendayung perahu di air. Saat menggerakkan dayung ke arah
belakang, maka perahu akan bergerak ke depan. Begitupun sebaliknya, jika Grameds mendayung kea rah
depan, maka perahu akan bergerak mundur. Hal ini terjadi karena ada gaya aksi yang Grameds berikan
lewat dayung untuk memberi gaya aksi, sehingga perahu akan memberikan gaya reaksi yang sama besar
dengan arahnya yang berlawanan.
 BEBERAPA JENIS GAYA
1) Gaya Berat
Semua benda yang berada dekat dengan permukaan bumi akan memperoleh suatu percepatan yang
sama menuju pusat bumi. Percepatan seperti ini dinamakan sebagai percepatan gravitasi bumi. Dengan
demikian, mengingat benda memiliki suatu massa tertentu, maka pada benda yang berada dekat dengan
permukaan bumi bekerja suatu gaya (F=ma). Gaya semacam ini disebut sebagai gaya berat, dirumuskan:
w = mg
dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9,8 m/s2 . Gaya
berat untuk benda yang terletak jauh dari permukaan bumi, diselesaikan dengan perumusan percepatan
gravitasi yang diperoleh dari hukum gravitasi universal. Hal ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
2) Gaya Pegas
Sebuah pegas ideal bila diregangkan atau ditekan akan memberikan gaya yang sebanding dengan besar
perubahan panjang pegas namun arahnya berlawanan dengan arah perubahan panjang. Artinya, jika
tangan kita menarik ke arah kiri suatu pegas, maka pegas akan menarik kita ke arah kanan. Jadi gaya
yang diberikan oleh pegas adalah:
F = - kx
X(m) adalah vektor besar perubahan panjang pegas dan tanda negatif pada persamaan di atas
menunjukkan arah gayanya yang berlawanan dengan arah perubahan panjang pegas. Konstanta
kesebandingan k(N/m) disebut juga sebagai konstanta pegas. Kebanyakan pegas real akan mengikuti
persamaan di atas untuk nilai x yang cukup kecil.
3) Gaya Normal
Rumus gaya normal di tentukan menggunakan Hukum II Newton tentang gerak. Berdasarkan ketentuan
jika benda diam, maka nilai percepatannya adalah nol (a = 0). Sebaliknya, jika benda bergerak maka
percepatannya adalah tetap (a = konstan) atau benda benda mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB).
4) Gaya Normal Pada Bidang Datar (Horizontal)
Sebuah benda yang ada pada bidang datar, gaya yang bekerja yaitu gaya berat benda dan gaya normal di
dalam arah sumbu Y. tidak ada gaya yang bekerja di dalam arah sumbu X. Berdasarkan Hukum II Newton
maka Resultan gaya pada sumbu X = nol
ΣFx = 0
Resultan gaya pada sumbu Y yaitu
ΣFy = m.a
N – w = m.a → karena benda diam a = 0
N–w=0
N=w
Dengan demikian rumus gaya normal suatu benda yang terletak diam pada bidang horizontal adalah
sebagai berikut

N=w
5) Gaya Normal Pada Bidang Miring

Sebuah benda yang ada pada bidang miring, gaya normal bekerja tegak lurus pada bidang miring. Untuk
mendapat gaya normal dengan arah tegak lurus pada bidang yang miring, gaya berat benda (w) yang
sejatinya di dalam arah Y diproyeksikan tegak lurus pada bidang miring. Gaya berat diproyeksikan
menjadi dua gaya dalam arah yang beda. Satu gaya di dalam arah tegak lurus pada bidang miring
adalah w.cos α dan satu gaya lainnya searah dengan suatu bidang kemiringan yaitu w.sin α. Berdasarkan
Hukum II Newton maka
Resultan gaya pada sumbu X,
ΣFx = m.a
w.sin α = m.a
Resultan gaya pada sumbu Y
ΣFy = m.a
N – w.cos α = m.a → benda diam maka a = 0
N – w.cos α = 0
N = w.cos α
Berat benda didefinisikan sebagai massa dikali dengan percepatan gravitasi bumi (w = m.g). Dengan
begitu rumus gaya normal pada suatu benda yang diam di bidang miring yaitu
N = m.g.cos α
6) Gaya Normal Pada Bidang Vertikal

Sebuah benda bisa ada di bidang vertikal jika ada gaya (F) dari luar yang bekerja menekan ke arah bidang
vertikal (contohnya dorongan tangan).
Berdasarkan Hukum II Newton maka
Resultan gaya pada sumbu Y
w = m.g → gaya berat
Resultan gaya pada sumbu X
ΣFx = m.a
F – N = m.a → benda diam maka a = 0
F–N=0
N=F
Dengan begitu rumus gaya normal pada suatu benda yang ditekan di bidang vertikal yaitu
N=F
7) Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara dua permukaan yang bergerak relatif berlawanan.

Antara permukaan lantai dan balok terdapat adhesi permukaan. Hal ini yang menyebabkan mengapa
balok terasa lebih berat di dorong pada saat sedang diam dibandingkan ketika sudah mulai bergerak.
Pada saat diam gaya ikat antar atom atau molekul cukup besar, sehingga butuh gaya yang lebih besar
untuk memecah ikatan tersebut. Tinjau sebuah balok yang terletak pada bidang datar yang kasar.

Gaya gesek yang terjadi selama benda diam disebut gaya gesek statis. Gaya gesek statis maksimum
merupakan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Gaya gesek statis maksimum :
a. Tidak tergantung luas daerah kontak.
b. Sebanding dengan gaya normal.
fs = μs x N
fs: besaran gaya gesek statis (N)
μs: adalah koefisien gesek statis (N)
N: adalah gaya normal (N).
Koefisien gaya gesek adalah besaran yang dipengaruhi kekasaran kedua permukaan benda yang
bersentuhan. Biasanya koefisien gaya gesek statis lebih besar daripada gaya gesek kinetis. Bila F4
diperbesar sedikit saja benda akan bergerak

Gaya gesek yang terjadi selama benda sedang bergerak disebut gaya gesek kinetik. Jenis gaya ini bekerja
saat permukaan benda yang bersentuhan saling bergerak. Kebalikan dari gaya gesek statis, gaya gesek
kinetik berlaku pada benda yang bergerak. Berikut rumus gaya gesek kinetis yaitu:
fk = μk x N
fk adalah besaran gaya gesek kinetis (N)
μk adalah koefisien gesek kinetis (N)
N adalah gaya normal (N).

Anda mungkin juga menyukai