Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar.


2. Mampu melakukan dan menentukan ketidakpastian pada
pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti arti Angka Berarti.

1.2. Alat – Alat

1. Mistar plastik
2 Jangka sorong
3. Mikrometer
4. Termometer
5. Voltmeter
6. Amperemeter
7. Stopwatch.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Penunjang

Dalam melakukan percobaan, pengetahuan tentang Teori Ketidakpastian sangat


penting. Dengan teori tersebut kita dapat memberikan penilaian yang wajar dari
percobaan kita. Jelas bahwa hasil percobaan kita tidak dapat diharapkan tepat
sama dengan hasil riset, di mana hasil benar adalah xo. Namun, selama harga xo
berada pada

x o ₋ ∆ x < x o < x o +∆ x

Dengan :

xo = nilai terbaik, sebagai pengganti nilai benar.

∆ x = kesalahan pada hasil pengukuran yang disebabkan oleh kesalahan alat,


pengamat, waktu dan lain-lain.

Maka percobaan kita sungguh – sungguh mempunyai arti dan dapat


dipertanggung jawabkan.

Sumber Kesalahan

Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalahan. Hal ini disebabkan
oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu :

1. Kesalahan bersistem, misalnya: kesalahan kalibrasi, zero error, gesekan


paralaks, keadaan fisis yang berbeda.

2. Kesalahan acak, misalnya: Gerak Brown, fluktuasi tegangan listrik,


background noise, landasan bergetar.

3. Tingkat keakuratan alat ukur modern, misalnya: osiloskop, micrometer


dan sebagainya.

2. Nilai Skala Terkecil ( least count ) Alat Ukur

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat ukur, dimana untuk


setiap alat ukur akan memiliki nilai skala terkecil (nst).
Setiap alat ukur memiliki skala yakni berupa panjang atau busur. Pada skala
tersebut terdapat goresan besar dan kecil yang berfungsi sebagai pembagi serta
dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik, jarak antara dua goresan kecil yang
berdekatan tidak pernah kurang dari 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena mata
manusia (tanpa alat bantu) agak sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan
tepat (1 mm adalah daya resolusi mata yang maksimum). Keadaan menjadi lebih
buruk lagi bila ujung atau pinggir dari obyek yang diukur tidak tajam.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 1. Skala Utama Suatu Alat Ukur dengan nst = 0,25 Satuan

Nonius Alat Ukur

Nonius merupakan alat bantu pada alat ukur untuk menghasilkan pengukuran
yang lebih teliti dari yang dapat ditunjukkan oleh nst. Alat bantu ini membuat alat
ukur menjadi lebih besar kemampuannya dalam pengukuran, karena jarak antara
dua garis skala yang berdekatan seolah-olah menjadi lebih kecil.

9 Skala alat ukur = 10 bagian skala nonius


0 5 10

0 7 8 9
0 5 10

0 7 8 9

Gambar 2. Skala Utama dan Nonius

Kesalahan pada Hasil Pengukuran


Cara memperkirakan dan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada
cara pengukuran yang dilakukan, yaitu :
1. Pengukuran tunggal ( tidak dapat diulang ).
2. Pengukuran berulang.

3. Pengukuran Tunggal
Sebab-sebab pengukuran tidak diulang:
1. Peristiwanya tidak dapat diulang, contoh pengukuran kecepatan komet,
lamanya gerhana matahari total dan lain-lain.
2. Walaupun diulang, hasilnya tetap sama: hal ini biasanya akibat alat ukur kasar
yang dipakai untuk mengukur yang halus, contoh: tebal buku dengan mistar dan
lain-lain.
Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :
X = x + ∆x (2)
Dengan
x : Hasil pengukuran tunggal
1
∆x : Ketidakpastiannya = nst.
2
Sedangkan yang dikenal sebagai Ketidakpastian (KTP) Relatif adalah :
∆x
KTP relatif = (3)
x
Apabila menggunakan KTP Relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
berikut :
X = x ± KTP relatif x 100% (4)

4. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang


Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x, yaitu x1, x2, x3, ,
xn untuk menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar xo dari
pengukuran di atas, maka dipakai nilai rata-rata sampel x , yaitu :

x́ =
∑ xi = x1 , x 2 , x 3 ,… , x 4 (5)
n n
Sedangkan untuk menyakan deviasi hasil pengukuran dapat dipakai deviasi
standard nilai rata-rata sampel, yaitu :
∆x = s x = ( n ∑ x i ) −( ∑ x i) ❑
√ ❑
Hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut:
x = x́ ± ∆x (7)
dengan ∆x : kesalahan mutlak, satu dimensi dengan x

Makin kecil kesalahan mutlak, maka makin halus alat ukurnya

Hasil pengukuran x́ ± ∆x hendaknya ditulis dengan:

1. Angka baku

2. Menggunakan angka signifikan atau angka berarti dengan benar.


5. Angka berarti ( Significant Figures )

Angka Berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada
hasil akhir pengukuran. AB menyatakan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin
kecil KTP relatif, maka semakin tinggi mutu pengukuran, atau semakin tinggi
ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang menghubungkan
antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut :

x
AB = 1 - log (8)
x

6. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel ( Perambatan Ketidakpastian )

Jika suatu variabel merupakan suatu fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya ketidakpastian
variabel yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian akan disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Misalkan dari suatu
pengukuran diperoleh
( a ± ∆ a ) dan (b ± ∆b). Kepada kedua hasil pengukuran tersebut akan dilakukan
operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

Tabel 2. Contoh Perambatan Ketidakpastian

Variabel
yang Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan

Penjumlahan p=a+b p= a+b

Pengurangan q=a–b q= a–b


r a b
aa Perkalian r=axb = +
r a b
bb a s a b
Pembagian s= = +
b s a b
t a
Pangkat t=an =n
t a

2.2. Teori Tambahan

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang memerlukan pengamatan dan pengukuran


yang dilakukan melalui percobaan-percobaan. Hasil pengukuran yang akurat
sangat penting dalam fisika karena terkait dengan fenomena yang akan dianalisis
secara teoritik.

Pengukuran

Pengamatan suatu gejala pada umumnya belum lengkap jika tidak disertai
informasi/data kuantitatif. Untuk memperoleh informasi kuantitatif tersebut
diperlukan pengukuran suatu sifat fisis. Lord Kelvin mengatakan bahwa
pengetahuan barulah akan memuaskan jika kita dapat mengatakannya dalam
bilangan. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis
dalam bilangan sebagai hasil perbandingan dengan suatu besaran baku yang
diterima sebagai satuan. Tentu saja, pengukuran harus dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang telah dikalibrasi dengan baik. Pengukuran dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung adalah
pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran secara
langsung, misalnya pengukuran panjang meja menggunakan mistar. Sedangkan
pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila sulit atau
tidak mungkin mendapatkan nilai ukuran secara langsung. Contoh pengukuran
tidak langsung adalah mengukur tinggi sebuah pohon berdasarkan hasil
pengukuran sudut dan jarak.

Pengukuran b e s a r a n fisika tidak luput dari ketidakpastian, yang


disebabkan oleh kesalahan pengukuran. Simpangan atau deviasi hasil pengukuran
besaran disebabkan keterbatasan ukur dan kesalahan menggunakan alat ukur
Dalam melakukan pengukuran kita harus berusaha agar sesedikit mungkin
menimbulkan gangguan pada sistem yang sedang diamati. Contoh gangguan pada
sistem yang diukur adalah pada kasus pengukuran suhu menggunakan
termometer, dimana termometer dapat mengambil atau memberikan kalor pada
sistem yang diukur sehingga mempengaruhi suhu sistem yang diukur.

Salah satu penyebab ketidakpastian atau kesalahan pengukuran yang tidak


dapat dihindari muncul akibat keterbatasan ketelitian alat ukur atau
ketidakmampuan alat ukur membaca nilai yang lebih kecil dari skala ukuran yang
dimiliki. Pengukuran yang baik adalah pengukuran yang konsisten, teliti (presisi),
dan akurat. Hasil pengukuran yang konsisten adalah pengukuran yang
memperoleh hasil yang sama jika dilakukan beberapa kali pengukuran berulang.

Ketepatan (keakrutan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran


berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang
sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini,harga rata-
ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah
tertentu maka pengukuran disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh
berbeda )

Kesalahan Dalam Pengukuran

Ketidakpastian dalam pengukuran dapat terjadi karena dua macam


kesalahan (Sukhla, 2006), yakni kesalahan sistematis (systematic error) dan
kesalahan acak (random error). Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang
cenderung terjadi sama berulang untuk pengukuran diulang, sehingga
memberikan hasil yang konsisten di atas nilai sebenarnya atau konsisten di bawah
nilai sebenarnya. Sedangkan kesalahan acak terjadi akibat gejala yang tidak dapat
dikendalikan dan merupakan perubahanperubahan yang berlangsung secara cepat.

Analisa Ketidakpastian Pengukuran

Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab


ketidakpastian tersebut antara lain adalah NST.,kesalahan kalibrasi,keslahan titik
nol,kesalahan pralaks,adanya gesekan,fluktasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. 

Ketidakpastian pengukuran tunggal 

Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja.


Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta
banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi
ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ∆x. Lambang
∆x merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil
kebijaksanaan : ∆x = ½ NST alat. Dimana ∆x adalah ketidakpastian pengukuran
tunggal. Angka 2 pada persamaan tersebut mempunyai arti satu skala
( kemampuan mata untuk membagi 2 skala) 

Ketidakpastian pengukuran berulang

Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya


(Xo) menjadi semakin baik. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan
hasil X1,X2 dan X3 atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan atau akhir
percobaan, maka {x} dan ∆x dapat ditentukan. Nilai rata-rata pengukuran
dilaporkan sebagai {x }̅ sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi
rata-rata dilaporkan sebagai ∆x. Deviasi adalah selisih-selisih antara tiap hasil
pengukuran dari nilai rata-ratanya. Jadi :

 . . . . . . . . . . . . . . . (2)
δ1=  |x ± x1 |, δ2=  |(x ) ̅ ± x2 | dan δ3=  |(x ) ̅ ± x3 |. Dimana ∆x adalah yang
terbesar diantara δ1,δ2,δ3. 

Angka Penting

Penggunaan angka penting dalam pengukuran berkaitan dengan ketelitian


alat ukur. Misalnya panjang sebuah tongkat diukur dengan menggunakan mistar
dan dihasilkan L= 16,20 cm atau 162,0 mm. Angka nol di belakang koma tidak
dapat dihilangkan karena mencirikan ketelitian alat ukur yang digunakan. Jika
hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam satuan meter, dapat dituliskan L =
0,1620 m. Jumlah angka penting dalam kasus ini ada 4 buah, yaitu : 1,6,2 dan 0.
Angka nol di depan koma bukan merupakan angka penting.
BAB III PROSEDUR KERJA

3.1. Cara Kerja

1. Menyediakan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan dalam
bereksperimen.

2. Mengambil alat ukur yang akan digunakan yaitu mistar, jangka sorong dan
mikrometer dan menentukan NSTnya

3. Menentukan masing-masing Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur yang


akan digunakan

4. Mengukur bahan yang telah disediakan menggunakan mistar, jangka


sorong, dan mikrometer sekrup. Kemudian  mencatat hasil pengukuran
pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastian. 
LAMPIRAN

Mistar Plastik Jangka Sorong

Mikirometer Voltmeter

Termometer Amperemeter

Stopwatch
DAFTAR PUSTAKA

Sani,R.A.2012.Pengembangan Laboratorium Fisika.Medan:Unimed press.

Ackroyd, J.E .2009. Physics, Ontario: Pearson.

Sukhla, R.K & Srivasta, A. 2006. Practical Physics, New Delhi: New Age
International Limited Publishers.

Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Penerbit: Institut Teknologi Bandung.

Irsyad,Amir,&Rizal.2020.Pengukuran Dasar.Makassar:thinksphysics.

Anda mungkin juga menyukai