Anda di halaman 1dari 19

C-1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL I
KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

Nama : Evelyn Zevania (6131901043)


Nama rekan : Regina Debby (6131901037)

: Betty Olivia (6131901041)

Hari, tanggal praktikum : Jumat, 31 Januari 2020


Hari, tanggal penyerahan laporan : Kamis, 7 Februari 2020
Asisten : Michael Hidayat, S.Si.

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG

2020
1. Latar Belakang

Pengukuran merupakan salah satu kegiatan yang tentunya umum dilakukan


sehari-hari. Misalnya ketika kita ingin mengukur massa suatu benda ataupun ketika kita ingin
mengukur kedalaman suatu objek dan lain-lain. Untuk mengukur suatu objek, tentunya kita
perlu menggunakan suatu alat ukur yang sesuai. Alat ukur tersebut harus memiliki satuan
yang telah dijadikan acuan. Contohnya ketika kita ingin mengukur panjang suatu benda, maka
kita akan mendapatkan hasilnya dalam meter, sentimeter, dan lain-lain. Berbeda ketika kita
ingin mengukur massa suatu benda, maka kita akan mendapatkan hasilnya dalam kilogram,
gram, dan lain-lain.
Dalam mengukur, tentunya bisa terjadi kesalahan. Misalkan ada dua orang
yang mengukur panjang benda yang sama, orang pertama bisa saja mengatakan bahwa benda
tersebut panjangnya 20 cm, dan orang kedua mengatakan bahwa panjangnya 19.9 cm. Lantas,
siapakah orang yang benar? Keduanya benar, karena setiap pengukuran selalu disertai dengan
ketidakpastian. Selain itu, setiap alat ukur pun memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda
pula.

2. Dasar Teori
a. Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu kegiatan dalam membandingkan nilai suatu
besaran yang diukur dengan menggunakan suatu alat ukur dengan besaran sejenis yang
telah ditetapkan sebagai satuan standar. Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian.
Ketidakpastian tersebut disebabkan karena adanya nilai skala terkecil (nst), adanya
ketidakpastian bersistem (penyebabnya adalah kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan paralaks, dan lain-lain), ketidakpastian acak (penyebabnya adalah adanya gerak
Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, kebisingan pada alat elektronik), dan
keterbatasan keterampilan pengamat.

1) Ketidakpastian Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang dilakukan sebanyak satu kali. Hasil
pengukurannya dilaporkan sebagai berikut :
X = {x ± ∆x}[x] dengan :
X = besaran fisis yang diukur
x = nilai hasil pengukuran
∆x = ketidakpastian pengukuran
[x] = satuan dari besaran X

1
∆x pada pengukuran tunggal merupakan × nilai skala terkecilnya (nst). Nst
2

merupakan jarak antar 2 garis yang paling dekat pada suatu alat ukur tertentu.
Jumlah desimal pada x dan ∆x harus sama.

2) Ketidakpastian Pengukuran Berulang


Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan lebih dari 1 kali. Standar
pengukurannya yaitu paling tidak harus diukur sebanyak 10 kali. Semakin banyak
dilakukan pengukuran, maka hasilnya pun akan semakin teliti. Hasil pengukurannya
dilaporkan sebagai berikut.

X ={ X ±∆x}[x]
Dengan :
∑ 𝑥𝑖
X= (nilai rata-rata sampel)
𝑛

(deviasi standar nilai rata-rata sampel)


V
Jumlah desimal pada x dan ∆x harus sama.
[x] = satuan dari besaran X

3) Ketidakpastian Suatu Besaran yang Merupakan Fungsi dari Besaran-besaran Lain.


Contoh suatu besaran yang merupakan fungsi dari besaran-besaran lain adalah rapat
massa jenis. Rapat massa jenis dapat kita ketahui dengan mengukur massa dan volume
benda tersebut. Selain itu, jika kita ingin mencari volume suatu balok, maka kita perlu
mengukur panjang, lebar, dan tingginya. Jika panjang, lebar, dan tingginya diukur dari
alat ukur yang berbeda-beda, maka kita perlu menghitung ketidakpastiannya dengan
rumus di bawah ini.

Untuk melaporkan hasil pengukuran di atas, kita perlu memperhatikan aturan angka penting.

b. Angka Penting
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran terdiri dari angka eksak dan satu
angka terakhir yang diragukan.

Aturan :
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting.
2) Angka nol yang terletak antara 2 angka bukan nol termasuk angka penting.
3) Angka nol yang digunakan untuk meletakkan titik desimal tidak termasuk angka
penting.
4) Angka nol yang terletak di deretan akhir bilangan termasuk angka penting.
5) Bilangan ratusan, ribuan, dan seterusnya, jumlah angka pentingnya ditentukan dengan
notasi ilmiah.
x, … × 10𝑛
x = angka bukan nol
n = jumlah pangkat

Bagaimana cara kita menentukan banyaknya jumlah angka penting yang harus dilaporkan
dari suatu hasil pengukuran? Banyaknya angka penting dihitung dengan rumus berikut.
Jumlah AP = 1−log(∆x/x)

c. Alat Ukur Dasar


Alat ukur yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah penggaris (mistar), jangka
sorong, micrometer sekrup, dan necara empat lengan.
1) Penggaris
Penggaris merupakan salah satu alat ukut yang peling sering kita temui. Penggaris
memiliki nilai skala terkecil sebesar 1 mm, sehingga ∆x nya adalah 0,5 mm. penggaris
merupakan satu-satunya alat ukur tanpa nonius pada percobaan kali ini. Nonius
merupakan skala tambahan atau skala bantuan yang membagi skala utama sehingga
hasil pengukurannya menjadi lebih teliti.

2) Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki nilai skala terkecil sebesar 0,1 mm. jika kita ingin mengukur
diameter luar suatu benda, maka kita harus meletakkannya pada rahang nawah.
Setelah benda terpasang dengan pas, kuncilah rahang tersebut kemudian baca hasil
pengukuran. Jika kita ingin mengukur diameter dalam suatu benda, maka kita dapat
menggunakan rahang atas. Jika kita ingin mengukur kedalaman suatu benda, maka
kita bisa menggunakan tangkai ukur kedalaman.

Cara mengukurnya adalah sebagai berikut.

Berarti, hasil pengukuran tersebut adalah 2,13 mm

3) Mikrometer Sekrup
Micrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada penggaris
dan jangka sorong. Nilai skala terkecilnya adalah 0.01 mm.
Benda diletakkan di antara poros tetap dan poros geser, lalu putar sekrup atau
sachetnya sampai tepat terjepit. Kemudian bacalah hasil pengukuran.
Cara membaca hasil pengukurannya adalah sebagai berikut.

Skala utama = 7.5 mm


Skala nonius = (19 × 0,01) mm = 0,19 mm
Jadi hasil pengukurannya adalah 7.5 + 0.19 = 7,69 mm

4) Neraca Empat Lengan


Neraca empat lengan merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui massa
suatu benda. Neraca empat lengan memiliki skala nonius sehingga hasil
pengukurannya jauh lebih teliti daripada timbangan biasa. Cara untuk
menggunakannya adalah kita harus memastikan terlebih dahulu tidak terdapat beban
di tempat beban. Setelah itu, letakkan benda di timbangannya. Lalu aturlah beban
geser sehingga neracanya setimbang. Setelah itu, jumlahkan bacaan pada lengan untuk
mengetahui massa beban.
4. Analisis dan Kesimpulan
 Dari tabel 1.1, didapatkan bahwa penggaris merupakan satu-satunya alat ukur yang
tidak memiliki skala bantuan (nonius). Penggaris juga memiliki nilai skala terkecil
yang paling besar daripada jangka sorong dsan micrometer sekrup. Tingkat
ketelitiannya juga merupakan yang paling rendah dibandingkan dengan jangka sorong
dan micrometer sekrup. Sebaliknya, micrometer sekrup merupakan alat ukur dengan
nst yang paling kecil dan tingkat ketelitiannya paling tinggi.
Neraca empat lengan merupakan satu-satunya alat untuk mengukur massa pada
percobaan ini. Nilai skala terkecilnya adalah 0,01 gram.
 Tabel 1.2 merupakan data pengukuran tunggal, yaitu pengukuran yang hanya
dilakukan satu kali. Hasil pengukurannya dilaporkan dengan memerhatikan aturan
jumlah angka pentingnya.
 Tabel 1.3 dan 1.4 merupakan data pengukuran diulang, dimana pengukurannya
diulang sebangai 10 kali. hasil pengukurannya dilaporkan dengan memerhatikan
aturan jumlah angka pentingnya.
 Pada tabel 1.5 diameter tabung diukur secara berulang sebanyak 10 kali sedangkan
tingginya diukur hanya satu kali (pengukuran tunggal). Hasil pengukurannya
dilaporkan dengan memerhatikan jumlah angka pentingnya.

Jadi, dengan melakukan percobaan ketidakpastian pada pengukuran ini,


saya menjadi tahu bahwa setiap pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastiannya.
Setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil yang berbeda. Semakin kecil nstnya, maka
tingkat ketelitiannya pun semakin tinggi. Saya juga menjadi tahu bagaimana cara
menghitung ketidakpastian dari suatu besaran. Dalam melaporkan suatu hasik
pengukuran, kita juga harus memerhatikan aturan jumlah angka pentingnya.
Daftar Pustaka

Tim Penyusun. Modul Praktikum Fisika Dasar untuk Program Studi Teknik Industri. Bandung:
Program Studi Fisika FTIS Universitas Katholik Parahyangan
https://www.wardayacollege.com/fisika/pengukuran/pengukuran/alat-ukur-panjang/
https://lecturer.ppns.ac.id/amie/2015/04/29/uncertainty-measurements-ketidakpastian-
pengukuran/
https://www.studiobelajar.com/jangka-sorong/

Anda mungkin juga menyukai