Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

DISUSUN OLEH

NAMA : Fandy Artha (A22121003)


KELAS :A
ASISTEN : Rahmad Tule

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

LEMBAR KOREKSI
PERCOBAAN 1

PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

NAMA : Fandy Artha (A22121003)

KELAS :A

NAMA ASISTEN : Rahmad Tule

No Hari / Tanggal Keterangan Paraf

3
PERCOBAAN 1

PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

I. TUJUAN
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar
2. Menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran dan hasil percobaan
3. Menjelaskan arti statistik hasil percobaan
4. Memahami pengertian Angka Berarti (AB).
5. Menggunakan jangka sorong, mikrometer dan neraca Ohaus 311 gm.
6. Mencari besaran turunan (dalam modul ini: volume dan massa jenis)
7. Mengungkapkan hasil perhitungan lengkap dengan ketidakpastiannya

II. DASAR TEORI


Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan informasi baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan sesuatu yang
diukur menggunakan alat ukur dengan satuan yang telah di jadikan acuan.Pengukuran besaran relatif terhadap
suatu standar atau satuan tertentu. Dikatakan relatif di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat
didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan ini sangat berkaitan
dengan skala terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran. Sebagai contoh,
pengukuran besaran panjang dengan menggunakan penggaris (mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Ketidakpastian Yang Ditimbulkan oleh Adanya Nilai Skala yang Terkecil (NST) Alat Ukur
Setiap alat ukur mempunyai skala terkecil yang merupakan keterbatasannya. Karena itu, hasil
pengukuran dengan membaca skala pada alat ukur hanya dapat dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu
saja. Inilah salah satu sumber ketidakpastian yang tak terelakkan.Contoh: pengukuran panjang batang dengan
sebuah penggaris plastik biasa hanya dapat memberi hasil pasti sampai skala terkecilnya, yaitu millimeter Jika
ternyata panjang batang lebih dari 9,4 cm tetapi kurang dari 9,5 cm,kita dapat menambahkan satu angka lagi
pada 9,4 cm, misalnya 9,45 cm.Angka 5 yang terakhir itu kita peroleh hanya dengan perkiraan saja. Tidak pasti,
jadi mengandung ketidakpastian. Bila pengukuran hanya dilakukan satu kali (pengukuran tunggal), maka
ketidakpastian pada pengukuran tersebut diperkirakan berdasarkan skala terkecil. Misalkan: jarak antara garis
skala terkecil +1 mm dan jarum petunjuk untuk membaca tidak begitu bagus, dalam hal ini biasanya
ketidakpastian x dari besaran x yang diukur diambil.
x = 1/2 NST alat ukur
Contoh: NST satu milli Amperemeter = 1 mA maka: x = 0,5 mA Jika alat ukur mempunyai skala
terkecil yang jarak goresannya agak besar, goresannya ± tajam (tipis) begitupula jarum petunjuknya halus, maka
ketidakpastian pada pembacaan alat ini dapat lebih kecil dari 1/2 NST. Misalnya:
Δx = 1/5 NST alat ukur
Dalam penetapan nilai Δx kita harus yakin 100%, bahwa nilai yang sebenarnya terletak antara (x– Δx)
dan (x + Δx). Hasil pengukuran tersebut dituliskan sebagai berikut:
𝑥 = (𝑥0 ± Δ𝑋) satuan yang sesuai
dengan x = besaran yang diukur
x0 = nilai besaran yang diperoleh dari pengukuran tunggal
Δ𝑋 = ketidakpastian pengukuran tunggal yang berasal dari NST.
Δ𝑋 =1/2 atau 1/5 atau ..... NST alat ukur yang digunakan, dengan keyakinan
100% bahwa x terletak antara (𝑥0 − Δ𝑋) dan (𝑥0 + Δ𝑋)
Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan. Kesalahan tersebut dapat diperbaiki sebelum
pengukuran dilaksanakan, jika tidak memungkinkan, usahakan untuk mengoreksi kesalahan ini pada hasil akhir
pengukuran. Di antaranya kesalahan yang sering terjadi adalah :
a) Kesalahan Kalibrasi
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, jika mungkin lakukanlah pengkalibrasian ulang alat yang akan
digunakan. Untuk itu diperlukan alat standar yang penunjukannya jauh lebih terjamin kebenarannya. Caranya
adalah dengan membuat catatan (atau grafik) yang menyatakan berapa hasil bacaan alat standar untuk setiap
langkah yang ditunjukkan oleh alat yang digunakan. Untuk mengoreksi hasil bacaan pengukuran, digunakan
alat tersebut. Contoh : Terbaca arus 2,5 A. Sedangkan hasil kalibrasi menunjukkan 2,5 A sesuai dengan 2,8 A
pada alat standar. Maka nilai yang digunakan sebagai hasil pengukuran adalah 2,8 A.
b) Kesalahan Titik Nol
Pada alat ukur yang baik kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar tombol pengatur kedudukan
(penunjukan) jarum agar dimulai dengan menunjuk tepat angka nol. Jika tidak, Anda harus membuat catatan
penunjukan awal jarum tersebut dan kemudian mengoreksi semua hasil bacaan (pengamatan) skala dengan
kesalahan titik nol tersebut.
Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang
Secara intuitif kita merasakan bahwa keyakinan kita akan benarnya hasil pengukuran meningkat bila
pengukuran itu dilakukan berulang. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang tidak banyak bedanya satu
sama lainya, kita lebih yakin bahwa nilai sebenarnya yang ingin kita peroleh itu berada dalam daerah sempit
sekitar hasil pengukuran itu. Semakin banyak diulang dan ternyata hasilnya masih tidak banyak berbeda,
semakin meningkat pula kepercayaan kita akan hasil yang diperoleh. Sekarang, masalahnya nilai mana yang
harus kita gunakan sebagai hasil pengukuran tersebut dan berapa pula ketidakpastiannya, serta apa pula arti
yang terkait dengan ketidakpastian tersebut. Untuk ini, ilmu statistika membantu kita memecahkannya.
III. ALAT DAN BAHAN

1. Voltmeter

2. Amperemeter

3. Stop Watch

4. Busur derajat

5. Jangka sorong

6. Micrometer sekrup

7. Neraca Ohaus

8. Mistar plastik (30 cm)

9. Balok besi

10. Kelereng

IV. PROSEDUR KERJA

1. Tontonlah video yang telah disediakan kemudian tentukan batas ukur dan NST

dari beberapa alat ukur berikut ini :

a) Mistar plastik

b) Busur derajat

c) Voltmeter

d) Amperemeter

e) Stop watch.

Pengukuran Tunggal

1. Ukurlah panjang dan lebar balok dengan jangka sorong, masing-masing satu kali. Tentukan
ketidakpastian relatifnya masing-masing. Laporkan hasil pengukuran lengkap dengan
ketidakpastiannya.
2. Ukurlah diameter kelereng dengan mikrometer sekrup, masing-masing satu kali. Tentukan
ketidakpastian relatifnya. Laporkan hasil pengukuran lengkap dengan ketidakpastiannya.

3. Ukurlah tebal balok dengan mikrometer sekrup satu kali. Tentukan ketidakpastian relatifnya. Tulislah
hasil pengukuran lengkap dengan ketidakpastiannya dengan memperhatikan AB yang digunakan.

4. Tentukanlah volume balok dan kelereng dari hasil pengukuran di nomor 2, 3 dan 4. Tentukanlah
ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif. Tuliskanlah hasil penentuan volume benda tersebut
lengkap dengan ketidakpastiannya dengan memperhatikan jumlah angka berarti.

Pengukuran Tunggal Berulang

1. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi balok serta diameter kelereng masing-masing 5 kali.

2. Tentukanlah nilai rata-ratanya.

3. Tentukanlah ketidakpastian (deviasi standar) masing-masing besaran tersebut.

4. Tentukan pula ketidakpastian relatifnya masing-masing.

5. Tentukanlah volume balok dan kelereng beserta ketidakpastian mutlak dan relatifnya. Tulislah hasil
perhitungan volumenya lengkap dengan ketidakpastian mutlaknya.

6. Bandingkanlah ketelitian hasil penentuan volume pada bagian Pengukuran Tunggal.

Pengukuran Berulang

1. Pelajarilah cara penggunakan neraca Ohaus 311 untuk menimbang balok dan kelereng. Catatlah hal-
hal yang perlu diperhatikan pada neraca tersebut. Berapaka NST-nya (massa beban terkecil?)

2. Timbanglah balok dan kelereng masing-masing satu kali. Tuliskan dengan ketidakpastiannya.

a) Gunakan hasil pengukuran di atas dan penentuan volume pada Pengukuran Tunggal Berulang untuk
menentukan rapat massa balok.

b) Tentukan ketidakpastian mutlak dan relatifnya.

c) Tuliskan hasil penentuan rapat massa balok lengkap dengan ketidakpastianya mutlaknya, dengan
mengingat angka berarti.

d) Jelaskan arti statistik hasil yang diperoleh.


V. HASIL PENGAMATAN

No Nama Alat Ukur Batas Ukur NST


1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Neraca ohaus 4 lengan
5. Termometer
6. Stopwatch digital

VI. ANALISA DATA

1. Pengukuran Tunggal
a. Balok
Massa = 10,96 x kg

Panjang = 34.9 x m

Lebar = 31,2 x m

Tinggi = 28,6 x m

b. Kelereng
Massa = 21,27 x kg

Diameter = 25,19 x m

c. Pipa Paralon
Massa = 0,42 x kg

Diameter dalam = 18, 4 x m

Diameter luar = 22,6 x m


Tinggi = 54,3 x m

2. Pengukuran Tunggal Berulang


a. Balok
Massa = 10,97 x kg

Panjang = 34,9 x m

No l (m) t (m)
1 31,4 x 28,4 x

2 31,5 x 28,5 x

3 31,6 x 28,6 x

b. Pipa Paralon
Massa = 0,42 x kg

Tinggi = 54,4 x m

No Ddalam (m) Dluar (m)


rdalam = (m) rluar = (m)

1 15,4 x 19,8 x

2 16,0 x 19,7 x

3 16,0 x 19,8 x

3. Pengukuran Berulang
a. Balok
Massa = 10.97 x kg

No p (m) l (m) t (m)


1 33,8 x 31,4 x 28,4 x

2 33,9 x 31,3 x 28,3 x

3 33, 7 x 31,5 x 28,5 x

b. Kelereng
Massa = 21,27 x kg

No D (m) r= (m)

1 25,29 x

2 25,23 x

3 25,26 x

c. Pipa Paralon
Massa = 0,41 x kg

No t (m) Ddalam (m) Dluar (m)


rdalam = (m) rluar = (m)

1 54,9 x 15,2 x 22,5 x

2 54,7 x 15,1 x 22,4 x

3 54,3 x 15,7 x 22,5 x

VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN
DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai