Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM FISIKA

DASAR PENGUKURAN

(M1)

NAMA : SYUKRA YOLANDA

NIM/BP : 2022110029

JURUSAN : TEKNIK MESIN S1

FAKULTAS : FAKULTAS TEKNIK

HARI/TGL :KAMIS,23-FEBRUARI 2023

KELOMPOK : 1 (SATU)

REKAN KERJA PARTIKUM : 1. OKPRENUS ZOROMI (2022110034)

2.DAFIT SAPUTRA (2022110033)

3. AFDHAL ZIKRA M (2022110032)

DOSEN : PUTRI PRATIWI, M.SI

ASISTEN : MUHAMAT RIDWAN

LABORATORIUM FISIKA

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2022
DASAR PENGUKURAN

(M1)

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami penggunaan alat ukur dasar (jangka sorong, mikrometer sekrup
dan neraca ohaus)
2. Mencari besaran turunan (volume dan massa jenis)
3. Memahami konsep jangka penting
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 LANDASAN TEORI


Fisika ialah salah satu ilmu pengetahuan alam dasar yang banyak
digunakan sebagai dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Fisika merupakan ilmu
yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan. Fisika mempelajari materi,
energi, dan fenomena atau kejadian alam, baik yang bersifat makroskopis
(berukuran besar, seperti gerak Bumi mengelilingi Matahari) maupun yang
bersifat mikroskopis (berukuran kecil, seperti gerak elektron mengelilingi inti)
yang berkaitan dengan perubahan zat atau energi.
Bidang fisika secara umum terbagi atas 2 kelompok, yaitu 1. fisika klasik
dan 2. fisika modern. Fisika klasik bersumber pada gejala-gejala yang
ditangkap oleh indera. Fisika klasik meliputi mekanika, listrik magnet, panas,
bunyi, optika, dan gelombang yang menjadi perbatasan antara fisika klasik
dan fisika modern. Fisika modern berkembang mulai abad ke-20, sejak
penemuan teori relativitas Einstein dan radioaktivitas oleh keluarga Curie.
Fisika juga merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda dan fenomena
yang terkait dengan benda-benda tersebut. Agar dapat mendeskripsikan
fenomena yang terjadi pada benda tersebut, maka dapat didefinisikan dari
berbagai besaran-besaran fisika. Besaran-besaran fisika selalu dapat terukur
dan memiliki nilai yang merupakan hasil pengukuran.
Satuan untuk suatu besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang.
Untuk satuan panjang saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter,
kaki, mil dan sebagainya. Bahkan ada orang yang menggunakan satuan hasta
sebagai satuan panjang. Penggunaan berbagai macam satuan ini ternyata bisa
membuat beberapa kesulitan. Misalnya kita akan memerlukan berbagai
macam alat ukur yang berbeda untuk satuan yang berbeda pula. Kesulitan
selanjutnya dalah saat kita akan melakukan komunikasi ilmiah. Kita mungkin
akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah satuan menjadi satuan
yang lain. Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat
sebuah satuian internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan
lahirlah system SI.
Hasil dari pengukuran tersebut selalu terdiri dari beberapa angka pasti
serta satu atau dua angka (terakhir) yang tidak pasti atau berupa
perkiraan/taksiran. Ralat dari pengukuran diambil dari skala terkecil atau
setengh skala terkecil alat ukur yang digunakan. Dikatakan hasil perkiraan
pengukuran, sehingga nilainya bersifat tidak pasti, jika hasil pengukurannya
berada dalam daerah ralat (ketidakpastian). Adapun tujuan pengukuran adalah
untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat dan benar. Ketepatan
pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk
memperoleh hasil atau data yang akurat dan dapat dipercaya.
Setiap pengukuran pasti sangat berhubungan dengan ketelitian. Ketelitian
(presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama
yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil
suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran.
Sedangkan ketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil
pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya (true value/correct
result).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran:
1. Nilai skala terkecil alat ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat
lagi dibagi-bagi. Inilah yang disebut nilai skala terkecil (NST).
2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian umumnya digunakan
bernilai setengah dari NST. Ketidakpastian pengukuran terdapat 2
macam, ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif.
3. Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Menggunakan kesalahan ½ rentang pada pengukuran berulang
ketidakpastian dituliskan lagi seperti pada pengukuran tunggal.
Kesalahan ½ rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan
ketidakpastian pada pengukuran berulang.
4. Angka berarti (significan figures)
Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan
dilaporkan pada hasil pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif
(dalam %). Semakin kecil KTP relatif semakin tinggi mutu pengukuran
atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.
5. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)
Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang
disertai oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perembatan
ketidakpastian. Jadi sebenarnya pengukuran itu adalah proses atau
prosedur mengkuantifikasikan atribut dalam sebuah kontiniu.
Proses : pengukuran memuat prosedur standar
Kuantifikasi : pengukuran menghasilkan angka
Kontinum : karena berada pada suatu kontinum hasil pengukuran
antar individu dapat dibandingkan.

Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun


demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian
yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari
sumber yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan, adalah
keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca
sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan. Akurasi
pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi
didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca
dari alat ukur dengan nilai sebenarnya
Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasil numerik
selalu merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman hasil pengukuran
sebuah benda mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakan hasil
pengukuran tersebut. Jika sebuah tongat panjangnya ditulis 25,7 cm. secara
umum panjang batang tersebut telah diukur sampai dengan perpuluhan
centimeter dan nilai eksaknya terletak diantara 25,65 cm hingga 25,75 cm.
seandainya pengukuran panjang tongkat tersebut dinyatakan sebagai 25,70 cm
berarti pengukuran tongkat telah dilakukan hingga ketelitian ratusan
centimeter.
Pada 25,7 cm maka terdapat 3 angka penting yang merupakan hasil
pengukuran. Pada pelaporan hasil pengukuran 25,70 cm berarti terdapat 4
angka penting sebagai hasil pengukuran. Dengan demikian angka penting
adalah angka hasil pengukuran atau angka yang diketahui dengan “cukup baik”
berdasarkan kendala alat ukur yang dipakai. Misalnya dilaporkan hasil
pengukuran massa sebuah benda 2,4726 gram dapat dinyatakan bahwa hasil
pengukuran tersebut memiliki 5 angka penting.
BAB II

PROSEDUR KERJA
2.1 ALAT DAN BAHAN

Pada praktikum ini alat dan bahan yang digunakan dalah sebagai berikut:

1. Jangka sorong
Jangka sorong bisa digunakan untuk menghitung panjang, ketebalan
dan diameter sebuah benda. Bedanya, tingkat ketelitian alat ini adalah 0,1
mm.
2. Mikrometer sekrup
Alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan sebuah benda ataupun
diameter sesuatu. Skala yang digunakan dalam alat ukur ini adalah 0,01
mm. Alat ini merupakan benda yang penting jika berurusan dengan benda
berukuran kecil.
3. Neraca Ohaus
Alat ini digunakan untuk mengukur massa benda atau logam yang
digunakan dalam praktik laboratorium dan memiliki ketelitian 0,01 gram.
4. Gelas ukur
Gelas ukur merupakan suatu alat yang di gunakan untuk mengukur
volume larutan yang bentuknya seperti corong ataupun gelas yang
mempunyai ukuran volume mililiter yang berfariasi.
5. Benda yang akan diuji (bola logam/kaca, kawat silinder, balok/kubus
bahan plastik/akrilik/logam dan cairan)
Benda yang akan di ukur massanya, diameternya, panjangnya, dan
volumenya.
6. Benang
Alat ini digunakan untuk mengukur kawat yang tidak lurus
7. Penggaris
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Alat ukur
ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Penggaris memiliki
ketelitian pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau
0,05 cm.

2.2 CARA KERJA

a. Benda bola
1. Massa bola diukur dengan menggunkan neraca Ohaus
2. Diameter bola diukur dengan menggunakan micrometer sekrup
3. Pengulangan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
b. Benda silinder (kawat)
1. Massa kawat diukur dengan menggunakan neraca Ohaus
2. Diameter kawat diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup
3. Panjang kawat diukur dengan menggunakan benang dan dikonversikan
menggunakan mistar
4. Pengulangan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

c. Benda kubus/balok
1. Massa kubus/balok diukur dengan menggunakan neraca Ohaus
2. Sisi/panjang, lebar dan tinggi diukur dengan menggunakan jangka
sorong
3. Pengulangan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

d. Cairan
1. Massa gelas diukur dalam keadaan kosong
2. Volume cairan diukur dengan menggunakan gelas ukur
3. Massa cairan diukur dengan menggunakan neraca Ohaus
4. Pengulangan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

2.3 SKEMA ALAT

1. Jangka sorong

Gambar 1.1 Jangka Sorong

2. Mikrometer sekrup

Gambar 1.2 Mikrometer Sekrup


3. Neraca Ohaus

Gambar 1.3 Neraca Ohaus 4 lengan

4. Gelas ukur

Gambar 1.4 Gelas Ukur

5. Benda yang akan di uji

Gambar 1.5 Bola Logam Gambar 1.6 Kawat Silinder


6. Benang

Gambar 1.7 Benang

6. Penggaris/mistar

Gambar 1.8 Penggaris


PERTANYAAN

1. Berapakah skala terkecil dari jangka sorong,mikrometer sekrup dan


penggaris?
2. Mengapa dalam pengukuran dilakukan pengulangan?
3. Jelaskan bagaimana mengukur ketebalan selembar kertas?
4. Papan memiliki panjang (25,1 ± 0.2) cm dan lebar (18,1 ± 0.1) cm.
Hitunglah luas papan dan ketidakstabilan dalam perhitungan luas.
5. Berapa jumlah angka penting pada nilai terukur ini (a) 25 cm; (b) 2.897 s;
(c) 5.89x109 m/s; (d) 0.00657 m.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.


Skala terkecil mikrometer sekrup 0,01 mm.
Skala terkecil penggaris 1 mm atau 0,1 cm.

2. Karena tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai yang


sebenarnya.Kepresisian dari suatu sistem pengukuran,disebut juga
reproduktifitas atau pengulangan adalah sejauh mana pengulangan
pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah mendapat hasil yang sama

3. Memakai penggaris caranya menghitung ukurannya (panjang dan lebar)


menilai mutu dengan cara membandingkan,menguji,mengira sesuatu
dengan melalui patokan

4. cara mentukan luas papan adalah P x L

P = (25,1 cm ± 0,2 cm) dan L = (18,1 cm ± 0,1 cm)


dalam perkalian Ketidak pastian kita perlu merubah nilai kurang lebihnya
menjadi persentase
• (25,1 cm ± 0,2 cm) = (0,2 / 25,1) x 100 = 0.8%
• (18,1 cm ± 0,1 cm) = (0,1 / 18,1) x 100 = 0.6%
(25,1 cm ± 0,2 cm) x (18,1 cm ± 0,1 cm) = (25,1 cm ± 0.8%) x (18,1 cm ±
0.6%)
(6 cm ± 0.8%) x (18,1 cm ±0.6%) = (452,5 cm ± 1,4%) atau (452,5 cm ±
6,4 cm)

5. (a) 25 = Mengandung 2 angka penting

(b) 2,897 = mengandung 4 angka penting


(c) 5,89 x 109 m/s = mengandung 3 angka penting
(d) 0,00657m = mengandung 3 angka penting
DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo & Edward J. Finn.1992.Dasar-dasar Fisika


Universitas.Jakarta:Erlangga

Giancoli,Duglas C.2001.Fisika Dasar.Jakarta:Erlangga

Tipler, Paul.1994.Fisika Untuk Sains dan Teknik.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai