Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM FISIKA

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2018

PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAAN


Kintan Nauval Alifian, Andreh Pamungkas, Ghery Dwi Julian, dan Naufal Taufiqulhakim
NIM Praktikan (17020138)
Kelompok74fisdas@gmail.com
Praktikum : Senin, 29 Oktober 2018
Pengumpulan : Selasa, 6 November 2018
Asisten : Muhammad Alfarabby Azhara (16010175)
Mohammad Irham Wahyudi (16010149)
Arimbi Cahya Camelia (16020035)
Syifa Fatimatuzahra (16010012)
Deni Alrse Lappung (16020049)
Aditya Wibowo (16010181)
Muhammad Fachreza Dahlan (16010179)
Andini Wulandari (16020024)
Sendi Seprian (16010034)
Arie Heriyana (16030022)
Mochamad Rizky Setiawan (16010068)
Nurah Ratna Dewi (16030032)
Kevin (16010072)
Assyeh A M (16010014)

Abstrak
Telah dilakukan Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian terhadap tiga benda dengan ukuran yang
berbeda yaitu: Pipa A, Pipa B, Pipa C dengan menggunakan satu alat ukur yaitu: Jangka Sorong.
Dalam pengukuran sangat di perlukan ketelitian dan ketepatan agar harga tiap pengukuran tidak
jauh berbeda, terutama dalam penentuan NST alat ukur dan penentuan angka penting atau angka
berarti. Ketidakpastian pengukuran terbagi dua:ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian
rambang. Ketidakpastian bersistem menyebabkan hasil yang di peroleh menyimpang dari hasil
sebelumnya sedangkan ketidakpastian rambang bersumber dari gejala yang tidak mungkin di
kendalikan atau di atasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan
pengaturan di luar kemampuan. Suatu pengukuran selalu di sertai dengan ketidakpastian. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut diantaranya adalah Nilai Skala Terkecil, kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serts keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit
untuk mendapat nilai sebenarnya suatu besaran melalui pegukuran.
Katakunci : Angka penting, ketidakpastian pengukuran , NST , ketepatan, ketelitian,Pengukuran

Abstract

Abstract Basic Measurement and Uncertainty have been carried out on three objects of different sizes, namely:
Pipe A, Pipe B, Pipe C using a measuring instrument, namely: Sorong Term. In the measurement, it is needed
accuracy and accuracy so that the price of each measurement is not much different, especially in determining the
NST measuring instrument and determining important numbers or meaningful numbers. Measurement
uncertainty is divided into two: systemic uncertainty and uncertainty of the raft. Systemic uncertainty causes the
results obtained to deviate from the previous results while the uncertainty of rambang comes from symptoms
that are not possible to be controlled or overcome in the form of changes that take place very quickly so that
control of settings is beyond ability. A measurement is always accompanied by uncertainty. Some of the causes of

1
these uncertainties include the Smallest Scale Value, calibration error, zero point error, parallax error, friction,
measurement parameter fluctuations and the environment that influence each other's observer skills. Thus it is
very difficult to get the true value of a quantity through measurement
Keywords: Measurement, important numbers, measurement uncertainty, NST, accuracy, accuracy

1 TUJUAN
 Mengenal dan dapat menggunakan alat ukur dasar dalam fisika
 Dapat mengolah data dan menuliskannya dalam aturan baku
 Mengetahui kegunaan dan fungsi alat-alat ukur dasar
 Mampu mengetahui ketidakpastian dalam suatu pengukuran baik pengkuran tunggal
maupun pengukuran berulang
 Mampu menerapkan prinsip pengukuran dan ketidakpastian dalam kehidupan sehari-hari

2 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah:
 Jangka sorong
 Pipa beranekaragam ukuran

Gambar.1 (jangka sorong )

Gambar 1.2 (Pipa)


Jangka sorong adalah alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian 0,01 milimeter, sehingga Anda
dapat mengukur ukuran sebuah benda dengan lebih teliti dan akurat.
2
3 DASAR TEORI
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan dalam fisika, pengkuran merupakan suatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap
besaran fisis harus melalui pengkuran.
Menurut Arikunto Suharsimi pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu
ukuran. Menurut Nunnally & Bernstein, 1944 pengukuran dapat didefinisikan sebagai sesuatu
proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan berstandar atau yang
telah dipakai untuk keperluan analisis.
Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat
ukur yang objektif untuk keperluan analisis.
Aturan baku dalam fisika maupun cabang ilmu lainnya. Pengukuran merupakan dasar utama
guna mencari korelasi atau interpretasi dan juga untuk membandingkan hasil pengukuran dengan
prediksi teoritis pengukuran yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu objek yang kita teliti
2. Dalam industri bisa digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai
riset,operator,pengunjian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk yang di
hasilkan
3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap suatu yang akan terjadi
4. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu suatu pengukuran besaran fisika seperti
panjang,suhu,kuat arus dll. Selalu di liputi ketidakpastianhal tersebut sudah menjadi
prinsip umum dalam fisika eksperlmental sebabnya adalah :

a. Keterbatasan alat ukur (Least count)


b. Kesalahan pengukuran (Human eror)
c. Kesalahan sistem
 Kesalaham kalidrosi alat ukur
 Kesalahan titik nol
 Kesalahan pegas (Akibat umur alat)
Kesalahan kesalahan tersebut menyebapkan hasil pengukuran kurang tepat.

Sosialisasi pengukuran dapat disebut sebagai “assigment of humerans to objects or event according
to rules” yang berarti penentuan angka-angka yang ada kaitanya dengan objek-objek ataupun
peristiwa sesuai dengan peraturan sepintas. Definisi tersebut tanpak sangat mirip, namun
sesungguhnya lebih tradisional dan sempit cakupanya pada definisi campbele perbedaan di buat
antara sifat sistem dan sistem itu sendiri dalam hal ini definisi campbele tugas yang dilakukan harus
sesuai dengan (hukum) yang mengatur sifat yang diberikan sedangkan stevents hanya memerlukan
“aturan” terhadap setiap perangkat aturan artinya campbel melihat pengukuran sebagai suatu
sistem sedangkan stevens melihatnya sebagai objek adapun beberapa alat ukur dasar yang sering
digunakan praktikum jangka sorong,mikrometer secrup, barometer, neraca tertulis, penggaris busur
derajat, stopwatch dan beberapa alat ukur besaran. Masing-masing alat ukur memilik cara untuk
mengoprasikanya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur
 Nilai skala terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi
inilah yang disebut dengan nilai skala terkecil (NST)
Ketelitian alat ukur tergntung pada NST ini.
 Nonius
3
Pada beberapa alat ukur terdapat alat bantu skala yang disebut nonius . Nonius
membuat seolah-olah membuat dua garis skala yang kecil menjadi besar .
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitian nya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri
dari dua bagian bagian diam dan bagian bergerak pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung
pada ke ahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Jangka sorong digunakan untuk mengukur
diameter suatu benda yang berukuran kecil seperti mengukur diameter cincin, pipa dan benda
lainya.

Gambar 1.1 Jangka sorong


Suatu pengukuran selalu di sertai oleh ketidakpastian beberapa penyebap
ketidakpastian tersebut antara lain ada nya nilai skala terkecil (NST). Kesalahan
kalibrasi kesalahan titik nol,kesalahan pegas, kesalahan paralaks, eluktuasi
parameteter pengukuran dan lingkungan yang mempengararuhi hasil pengukuran dan
karena hal hal seperti ini pengukuran mengalami gangguan. Ketidaksamaan di
bedakan menjadi dua yaitu mutlak dan relatif masing masing ketidakpastian dapat
digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulangan.
Ketidakpastiaan adalah parameter terkait dengan hasil pengukuran, yang mencirikan dispresi
dari nilai – nilai yang cukup dapat dikaitkan dengan objek yang diukur. Suatu pengukuran selalu
disertai oleh ketidakpastiaan. Ketidakpatiaan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan (eror) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar X o. Ada tiga macam
kesalahan : (1) Kesalahan Umum (Keteledoran), (2) Kesalahan Acak, (3) Kesalahan Sistematis.
Keteledoran umumnya disebabkan oleh keterbatsan pengamat, diantaranya
kekurangterampilan memakai alat ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak
komponen yang harus diatur, atau ketelitian dalam melakukan pembacaan skala kecil.
Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi – fluktuasi yang halus pada kondisi – kondisi
pengukuran. Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi, dengan mengambil
rata – rata dari semua bacaan hasil pengukuran.
Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaaan hasil pengukuran didistrubusi
secara konsisten disekitar nilai rata – rata yang cukup berbeda dengan nilai sebelumnya. Penyebab
kesalahan dalam pengkuran tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal berikut.
 Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala pada saat
pembulataan.
 Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berhimpit dengan titik nol jarum petunjuk
atau kegagalan mengembalikan jarum petunjuk ke nol sebelum melakukan pengukuran.
 Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan
antara jarum dengan bidang skala.
 Kesalahan arah pandang membaca nilai skala jika ada jarak antara jarum dan garis – garis
skala.
4
Untuk mendukung hasil penelitian yang tepat dan akurat, maka diperlukan ketelitian dan
kecermatan dalam menyajikan hasil penyajian dengan cara menentukan rentang nilai ukur yang
disebut nilai ketidakpastiaan. Pengukuran dan pengujian belum dinyatakan lengkap tanpa nilai
ketidakpastiaan maka semakin baik hasil penelitian atau penyajian.
Pada saat ini ketidakpastiaan pengukuran adalah merupakan salah satu persyaratan yang ada
di ISO 17025 dan ISO 15189 yang harus dilakukan dan dilaporkan oleh laboratorium penguji atau
kalibrasi. Dalam standar itu diatur bahwa laboratorium wajib mempunyai dan menerapkan
prosedur untuk mengestimasi ketidakpastiaan pada pengukuran.
Suatu nilai ketidakpastiaan yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada
pengukuran tunggal ketidakpastiaan umumnya digunakan bernilai setengah NST. Untuk besaran X
maka ketidakpastiaan mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah :

Ax = ½ NST . . . . . . . . . . . . . . Persamaan 1.1

Dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai berikut :

X = X ± ⍙t
. . . . . . . . . . . . . . Persamaan 1.2
Ketidakpastiaan relatif adalah ketidakpastiaan yang dibandingkan dengan hasil pengukuran.
Pengukuran terhadap KTP (Ketidakpastiaan) yaitu :

KTP Relatif = ⍙x / x //z0/


. . . . . . . . . . . . . . Persamaan 1.3
Apabila menggunakan KTP Relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :

X = X ± (KTP Relatif x 100%)


. . . . . . . . . . . . . . Persamaan 1.4
Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel yang disertai oleh ketidakpastiaan, maka
variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastiaan. Hal ini disebut sebagai penambatan
ketidakpastiaan variabel yang merupakan hasil operasi variabel – variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastiaan.
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi – bagi. Inilah yang
disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur tergantung pada NST ini.
Jangka sorong merupakan alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm, sehingga
kita dapat mengukur ukuran suatu benda dengan teliti dan akurat. Pada jangka sorong terdapat dua
bagian yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran.
Adapun cara memakai jangka sorong yang baik dan benar ialah kendorkan baut pengunci dan
geser bagian rahang sorong bawahnya, lalu pastikan bahwa bagian rahang sorong bergeser.
Fungsi dari jangka sorong yaitu digunakan untuk mengukur panjang suatu benda yang
memiliki ketelitian sampai 0,01 mm. Fungsi alat ukur jangka sorong dapat dipakai untuk mengukur
diameter dalam dan diameter luar serta kedalaman suatu benda.

Ada beberapa istilah dan definis dalam pengukuran yang harus dipahami, yaitu :
1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang diukur.
5
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran atau derajat untuk
membedakan suatu pengukuran dengan yang lainnya.
3. Kepekaan, rasio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau variabel
yang diukut.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
6. Sensitifitas, adalah perbandingan keluaran terhadap perubahan besaran yang diukur.
Adapun penerapan pengukuran dan ketidakpastiaan dalam bidang kimia umumnya terletak di
pengukuran alat – alat laboratorium. Misalnya ketika seorang praktikan sedang melakukan
pengukuran menggunakan alat – alat laboratorium. Berikut analisis profil kesalahan yang dilakukan
praktikan dalam menggunakan berbagai alat ukur :
1. Kesalahan praktikan dalam menggunakan pipet ukur, berdasarkan hasil analisis data
prktikan yang melakukan kesalahan dalam pipet ukur, yaitu kesalahan dalam menentukan
volume yang diambil, tidak memperhatikan miniskus cekung atau cembung larutan, cara
memegang pipet ukur yang tidak tegak lurus dengan mata, serta tidak menggunakan pipet
ukur saat mengambil larutan.
2. Kesalahan praktikan menggunakan labu ukur, berdasarkan hasil analisis data praktikan yang
melakukan kesalahan dalam labu ukur, yaitu tidak menggunakan labu ukur untuk membuat
larutan encer dari larutan pekat, tidak memperhatikan miniskus cekung larutan.
3. Kesalahan praktikan menggunakan neraca digital, berdasarkan hasil analisis data, terdapat
praktikan melakukan kesalahan dalam menggunakan neraca digital, yaitu kesalahan dalam
menggunakan satuan yang ditentukan, menggunakan kaca arloji sebagai wadah untuk
menimbang, tidak mengkalibrasi neraca, mendapatkan sejumlah massa (hasil penimbangan)
yang ditentukan.

4 METODOLOGI
Metode percobaan dari jangka sorong adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan Jangka Sorong dan Pipa beraneka ukuran.
2. Menjepitkan benda yang akan diukur, kemudian menekan penguncinya.
3. Mengamati pembacaan Skala Utama dan Skala Nonius.
4. Mencatat pembacaan pada Skala Utama dan Skala Nonius.
5. Hasil pengukuran panjang benda
p = SD + ( SP X Ketelitian )
Penulisan Hasil Ukuran
p = p ± ⍙p
Dengan
⍙p = ½ Ketelitian
6. Menjumlahkan hasil Skala Utama dan Skala Nonius.
7. Mengulangi langkah 2 sampai 6 berulang kali pada benda yang diukur.
8. Merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

5 DATA DAN PENGOLAHAN DATA

6
7
8
9
10
11
12
13
14
6 PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama kali ini berjudul Pengukuran dan Ketidakpastian yang bertujuan
untuk mengenal dan dapat menggunakan alat ukur dasar dalam fisika, mengetahui alat pengukuran,
mengetahui cara menentukan ketidakpastian.
Pengukuran adalah membandingan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebuah
patokan. Pengukuran dapat didefinisikan suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut
dengan aturan – aturan yang berstandar atau label terhadap yang telah disepakati untuk
mempresentasikan atribut yang diukur.
Alat yang digunakan pada percobaan Pengukuran dan Ketidakpastiaan adalah Jangka
Sorong. Bahan yang digunakan pada percobaan Pengukuran dan Ketidakpatiaan adalah Pipa
beraneka ukuran.
Adapun prosedur percobaan Pengukuran dan Ketidakpastiaan adalah menyiapkan jangka
sorong dan pipa beraneka ukuran, menjepitkan benda yang akan diukur, kemudian menekan
penguncinya.
1. Mengamati pembacaan Skala Utama dan Skala Nonius.
2. Mencatat pembacaan pada Skala Utama dan Skala Nonius.
3. Hasil pengukuran panjang benda
p = SD + ( SP X Ketelitian )
Penulisan Hasil Ukuran
p = p ± ⍙p
Dengan
⍙p = ½ Ketelitian
4. Menjumlahkan hasil Skala Utama dan Skala Nonius.
5. Mengulangi langkah 2 sampai 6 berulang kali pada benda yang diukur.
6. Merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

Jangka sorong adalah alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm, sehingga kita
dapat mengukur ukuran sebuah benda dengan teliti dan akurat. Pada jangka sorong terdapat dua
bagian yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran. Adapun cara menggunakan jangka
sorong yang baik dan benar adalah kendorkan baut pengunci dan geser rahang sorong bawahnya.
Fungsi dari jangka sorong yaitu digunakan untuk mengukur panjang suatu benda yang
memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 mm. Fungsi alat ukur jagka sorong dapat digunakan untuk
mengukur bagian luar diameter dan bagian dalam diameter serta kedalaman suatu benda.
Adapun istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami, diantaranya :
1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukurn atau derjat untuk
membedakan suatu pengukuran dengan yang lainnya.
3. Kepekaan, rasio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau variabel
yang diukut.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
6. Sensitifitas, adalah perbandingan keluaran terhadap perubahan besaran yang diukur.
Adapun analisa kesalahan dalam Percobaan Pengukuran dan Ketidakpastiaan adalah :
 Kurang memahami prosedur
 Kurang teliti
 Belum terlau bisa menggunakan alat ukur.

7 KESIMPULAN

15
Dari percobaan pengukuran dan ketidakpastian dapat diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Jangka sorong yang digunakan terbuat dari Stainless Stell, alat ini digunakan untuk
diameter, ketebalan, dan kedalaman.
2. Alat pengukuran dasar fisika ada banyak macamnya, seperti jangka sorong,
mikrometerskrup, neraca, dan stopwatch.
3. Menetukan ketidakpastian dengan cara membadingkan.
4. Cara menggunakan jangka sorong dengan membaca posisi nol dari skala nonius yang
berhimpitan.
5. Alat pengukuran digunakan untuk mengetahui suatu besaran.

8 REFERENSI
[1] Agriandita, Isnani & Yanasari. 2018. Modul Praktikum Fisika Dasar. Indramayu : Akamigas
Balongan.
[2] Kanginan, Marthen. 2013. Buku Fisika SMA/MA Kelas X : Penerbit Erlangga
[3] Krishantoro, Tony. 2016. Ketidakpastiaan Pengukuran pada Karakteristik Material Magnet
Permanen dengan Alat Ukur Permagraph : Jurnal Pusat Penelitian
Elektronika dan Telekomunikasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
[4] Sari, Ira Nefita. 2016. Analisis Kesalahan Menggunakan Alat Ukur pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Fisika IKIP PERI PONTIANAK : Jurnal Edukasi Vol.14, No.2,
Desember 2018.
[5] https://www.google.co.id/amp/s/informance.com/jangka-sorong/amp. (diakses : 25
Oktober 2018)

16

Anda mungkin juga menyukai