Anda di halaman 1dari 87

INVESTIGASI KECELAKAAN DAN PELAPORAN

DI INDUSTRI MINUMAN
(STUDI KASUS : PT X, SEMARANG)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

KINTAN NAUVAL ALIFIAN


NIM 17020138

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2020
INVESTIGASI KECELAKAAN DAN PELAPORAN
DI INDUSTRI MINUMAN
(STUDI KASUS : PT X, SEMARANG)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

KINTAN NAUVAL ALIFIAN


NIM 17020138

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2020
INVESTIGASI KECELAKAAN DAN PELAPORAN
DI INDUSTRI MINUMAN
(STUDI KASUS : PT X, SEMARANG)

Nama Mahasiswa : Kintan Nauval Alifian


NIM : 17020138
Dosen Pembimbing : Ir. Amri AK, MM

ABSTRAK

PT X adalah perusahaan yang memproduksi minuman. Dalam proses


produksi melibatkan tenaga kerja, lingkungan kerja mesin atau peralatan
kerja serta bahan baku untuk proses produksi. Dalam proses produksi
terdapat potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu
kecelakaan. Apabila potensi bahaya tersebut diadakan program pencegahan
maka tidak akan terjadi kecelakaan. Tapi bila sebaliknya tidak ada program
pencegahan maka akan terjadi kecelakaan. Agar kecelakaan yang sama tidak
terulang kembali maka perlu diadakan investigasi untuk mengetahui
penyebab terjadinya kecelakaan. Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk
mengetahui langkah-langkah pelaksanaan investigasi kecelakaan dan cara
pelaporan kecelakaan di industri minuman. Pengumpulan data pada kerja
praktek ini dilakukan dengan metode Study Literature. Dari hasil kerja
praktek dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam menangani kecelakaan
sangat bervariasi tergantung dari situasi dan potensi kerugian yang
ditimbulkan. Pada kenyataannya tidak ada metode investigasi yang
permanen yang dapat digunakan untuk semua peristiwa kecelakaan. Untuk
pelaporan kecelakaan ada prosedurnya tersendiri dan harus dilakukan
sesegera mungkin. Langkah-langkah investigasi kecelakaan dan pelaporan
yang di lakukan oleh PT X sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Per-03/MEN/1998.

Kata Kunci: Investigasi, pelaporan, kecelakaan.


LEMBAR PENGESAHAN

INVESTIGASI KECELAKAAN DAN PELAPORAN


DI INDUSTRI MINUMAN
(STUDI KASUS : PT X, SEMARANG)

Oleh

Kintan Nauval Alifian


NIM 17020138

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


Pendidikan Diploma III (D-III)
pada Program Studi Fire and Safety,
Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, Desember 2020

Disahkan oleh
Mengetahui,
Ketua Prodi Fire and Safety Dosen Pembimbing

Amiroel Pribadi, SKM, M.KKK Ir. Amri AK, MM


NIDN. 0423015001 NIDN. 8860111019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini dengan judul Investigasi Kecelakaan dan

Pelaporan di Industri Minuman.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini perkenankanlah penyusun untuk

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Nahdudin Islami, M.Si., selaku Ketua Yayasan Bina Islami
2. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, M.T., selaku Direktur Akamigas Balongan
Indramayu.
3. Bapak Amiroel Pribadi Madoeretno, DiplSM, SKM, MM, MKKK., selaku
Kepala Program Studi Fire and Safety.
4. Bapak Ir. Amri AK, MM., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat.
6. Teman-teman Fire and Safety Akamigas Balongan Indramayu.

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan atau masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadikan laporan

ini lebih baik lagi.

Indramayu, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 3

1.2.1 Tujuan Umum .................................................................... 3

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4

1.3 Manfaat ....................................................................................... 4

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa .................................................... 4

1.3.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ...................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 5

2.1 Investigasi...……………5

2.2.1 Definisi Investigasi……………………………………..

2.2 Kecelakaan . .6

2.2.1 Definisi Kecelakaan…………………………………..


2.2.2 Klasifikasi Kecelakaan ..................................................... 6

2.2.3 Teori Penyebab Kecelakaan..................................... 7

2.3 Insiden ............. …............................13

2.3.1 Pengertian Insiden …………………………………

2.4 Investigasi Kecelakaan …................................………………….15

2.4.1 Pengertian Investigasi Kecelakaan

2.4.2 Tujuan Investigasi Kecelakaaan

2.4.3 Metode Investigasi Kecelakaan

2.4.4 Langkah-langkah Investigasi Kecelakaan

2.5 Pelaporan Kecelakaan

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN............................................... 18

3.1 Pendahuluan .............................................................................. 18

3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 18

3.3 Pengelolaan data ....................................................................... 18

3.4 Penyajian data ………….……………………………….............18

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................... 19

4.1 Gambaran Umum Industri Minuman ........................................ 19

4.2 Industri Minuman PT X ........................................ 19

4.3 Proses Produksi Minuman PT X ………………………..

4.3.1 Bahan Baku ................................................. 19

4.3.2 Bahan Pembantu ..................................................... 22

4.3.3 Tahapan Produksi ……………………………….


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23

5.1 Hasil ......................................................................................... 23

5.1.1 Langkah-langkah Investigasi Kecelakaan di PT X........ 23

5.1.2 Pelaporan Kecelakaan di PT X ................................... 28

5.2 Pembahasan ............................................................................... 34

5.2.1 Langkah-langkah Investigasi Kecelakaan di PT X ............ 34

5.2.2 Pelaporan Kecelakaan di PT X ................................. 37

BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 44

6.1 Kesimpulan ............................................................................... 44

6.2 Saran ......................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich ............................................................ 12

Gambar 2.2 Bagan SCAT .................................................... 13


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perilaku Tidak Aman dan Kondisi Tidak Aman ...........42

Tabel 2.2 Penyebab Dasar Dari Faktor Individu, Pekerja dan Manajemen ………
DAFTAR SINGKATAN

ILO : International Labour Organization

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

PP : Peraturan Pemerintah

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series

SCAT : Systematic Causse Analysis Technique

ILCI : International Loss Control Institute

OHS : Occupational Health and Safety

SOP : Standard Operating Procedure

JSA : Job Safety Analysis

HIRAC : Hazard Identification Risk Assessment and Control

TKP : Tempat Kejadian Perkara

HRD : Human Resources Development

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

GM : General Manager

CCOHS : Canadian Centre for Occupational Health and Safety


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT X

Lampiran 2. Lembar Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT X

Lampiran 3, Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang timbul dari atau dalam

perjalanan kerja yang mengakibatkan cedera akibat kerja yang fatal dan

cedera kerja yang tidak fatal. Pada definisi ini tersirat bahwa seorang

pekerja dikatakan mengalami kecelakaan kerja jika pekerja tersebut

berangkat dari tempat tinggal menuju tempat kerja dan sebaliknya dari

tempat kerja menuju tempat tinggalnya mengalami kejadian kecelakaan

yang dapat mengakibatkan cedera bersifat fatal dan tidak fatal (ILO, 1996).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak di

inginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau

kerugian terhadap proses (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja perlu mendapat

perhatian lebih dari pihak pemerintah sebagai pembuat dan sekaligus

melakukan fungsi pengawasan regulasi atau peraturan. ILO sebagai lembaga

perburuhan internasional telah mengeluarkan berbagai kaidah dan aturan

agar tenaga kerja tetap selamat dan produktif dalam melaksanakan aktivitas

pekerjaannya. Begitu pula Pemerintah Indonesia melalui Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan kementerian lainnya pun telah

menyusun berbagai aturan perundang undangan yang mengatur keselamatan

dalam bekerja (Sultan, 2019).


Salah satu penyebab kecelakaan kerja di tempat kerja yang

ditemukan oleh berbagai hasil penelitian adalah faktor perilaku tenaga kerja

dalam melaksanakan pekerjaannya. Tenaga kerja akan bekerja sesuai

dengan instruksi kerja yang diberikan atau ditugaskan oleh pihak

perusahaan tempatnya bekerja. Namun, tidak jarang dari mereka melakukan

pekerjaan tidak sesuai dengan prosedur kerja secara baik dan benar yang

akhimya menimbulkan kecelakaan kerja. Selain itu, faktor lingkungan kerja

yang tidak atau kurang aman pun akan menimbulkan kecelakaan kerja. Oleh

karena itu, tenaga kerja sudah seharusnya mengetahui potensi risiko atau

bahaya baik yang berasal dari pekerjaannya maupun lingkungan kerja yang

dinilai berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja (Sultan, 2019).

Menurut definisi dari Permenaker No.Per-03/MEN/1998,

kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak terduga

semula dan dapat menimbulkan korban manusia, dan atau harta benda.

Investigasi insiden harus dimulai sesegera mungkin, tidak lebih

dari 48 jam setelah insiden terjadi dengan maksud agar bekas, data dan

informasi masih utuh atau dapat dilacak. Dalam industri proses yang banyak

berkaitan dengan bahan kimia, waktu sangat menentukan, karena beberapa

jenis bahan kimia, akan menghilang atau menguap dengan cepat schingga

jika terlambat tim investigasi akan kehilangan informasi berharga (Ramli,

2017).

Penyelidikan harus dilakukan oleh tim yang terdiri setidaknya satu

orang berpengetahuan dalam proses yang terlibat, termasuk kontraktor jika


insiden itu melibatkan pekerjaan kontraktor, dan orang lain dengan

pengetahuan dan pengalaman yang tepat untuk menyelidiki dan

menganalisa insiden tersebut secara menyeluruh (Ramli, 2017).

Investigasi kecelakaan merupakan analisa dan perkiraan terhadap

kecelakaan berdasarkan hasil penyelidikan yang teliti dari seluruh informasi

yang dikumpulkan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan.

Dan semakin berkembangnya teknologi yang digunakan maka semakin

banyak potensi dan faktor bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang sama

terulang kembali maka di setiap tempat kerja harus menerapkan sistem

investigasi dan pelaporan kecelakaan kerja (Widhiyastuti, 2009).

Tujuan dilakukannya investigasi untuk mengungkap penyebab

terjadinya kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja, mengidentifikasi

kondisi tindakan yang tidak aman atau prosedur kerja yang tidak sesuai lagi

dengan yang berkontribusi langsung terhadap kecelakaan sehingga

kecelakaan yang sama tidak terjadi. Akan tetapi walaupun telah ada

program investigasi kecelakaan masih ditemukan adanya kecelakaan yang

sama terulang kembali (Widhiyastuti, 2009).

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang, dan jadi barang jadi itu yang

memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan dari suatu

penjualannya. Industri minuman adalah industri yang mengolah bahan

mentah menjadi barang atau beragam produk konsumsi untuk di pasarkan


kepada konsumen. Ada banyak industri minuman di Indonesia, salah

satunya PT X yang ada di Semarang, Jawa Tengah. PT X ini merupakan

perusahaan yang memproduksi minuman ringan yang telah menggunakan

tehnologi yang canggih dan modern, dan semakin berkembangnya teknologi

yang digunakan maka semakin banyak potensi dan faktor bahaya yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mengantisipasi terjadinya

kecelakaan yang sama terulang kembali maka di PT X ini menerapkan

sistem investigasi dan pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dilakukannya

investigasi untuk mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan yang dialami

oleh tenaga kerja, mengidentifikasi kondisi tindakan yang tidak aman atau

prosedur kerja yang tidak sesuai lagi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1) Mempelajari teori-teori yang digunakan saat investigasi kecelakaan

kerja dan mempelajari cara pelaporan insiden di tempat kerja.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mempelajari langkah-langkah pelaksanaan investigasi kecelakaan

di industri minuman.

2) Mempelajari cara pelaporan kecelakaan di industri minuman.


1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1) Menambah wawasan

yang dapat mengaplikasikan keilmuannya khususnya di bidang

investigasi keclakaan dan pelaporan.

1.3.2 Manfaat Bagi Akademi Minyak dan Gas Balongan

1) Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

lapangan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Investigasi

2.1.1 Definisi Investigasi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam

fakta melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya, dengan

tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang peristiwa,

sifat atau khasiat suatu zat, dsb).

Istilah investigasi lebih lazim dikenal dalam terminologi

jurnalistik, namun dalam perkembangannya istilah investigasi lebih

diperluas pengertiannya. Investigasi adalah upaya penelitian,

penyelidikan, pengusutan, pencarian, pemeriksaan dan

pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk

mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah

fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian

temuan dan susunan kejadian (Indonesian Corruption Watch, 2009)

2.2 Kecelakaan

2.2.1 Definisi Kecelakaan

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak

diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan


yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan

pekerjaan di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakaan akibat

kerja diperluas ruang lingkupnya, sehinggga meliputi juga

kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat

perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja (Suma’mur,

1995).

Dalam memahami urutan kejadian yang berakhir pada

kecelakaan, sangatlah penting untuk terlebih dahulu memahami

penertian kecelakaan itu sendiri. Frank E Bird Jr dan Germain

dalam bukunya Practical Loss Control Leadership (1986)

mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak

diinginkan yang mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan

peralatan atau terhentinya proses. Hal ini disebabkan karena adanya

kontak dengan bahan atau sumber energy (kimia, panas, bunyi,

mekanik, listrik dsb) yang melebihi nilai ambang batas tubuh

manusia.

Beberapa ahli keselamatan kerja lain membuat definisi

tentang kecelakaan kerja yang diantaranya adalah:

1. De Reamer (1980) : merupakan produk akhir dari suatu urutan

kejadian yang berakhir dengan konsekuensi yang tidak

diinginkan, seperti luka ringan, luka berat, kerusakan alat,

gangguan pada jalannya proses produksi.


2. W.G. Johnson (1980) : perpindahan energi yang tidak

diinginkan yang mengakibatkan cedera pada orang, kerusakan

harta benda, gangguan pada proses yang sedang berjalan atau

kerugian lainnya.

3. Gunawan dan Waluyo (2015) : kecelakaan adalah suatu

kejadian yang (tidak direncanakan) dan tidak diharapkan yang

dapat mengganggu proses produksi/operasi, merusak harta

benda/aset, mencederai manusia, atau merusak lingkungan.

4. David A. Coling (1990) : setiap kejadian tidak terencana dan

tidak terkontrol yang disebabkan oleh manusia, faktor situasi

atau lingkungan atau merupakan kombinasi dari faktor-faktor

tersebut yang mengganggu proses kerja yang mungkin berakibat

atau tidak berakibat cedera, penyakit, kematian, kerusakan harta

benda atau kejadian lain yang tidak diharapkan tetapi berpotensi

untuk terjadinya hal tersebut.

5. Heinrich (1980) : kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja

adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali

akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang,

atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan

akibat lainnya.

6. Reese (2009) : kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari

tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya


dapat dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak aman dan

kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung

(immediate/primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah

penyebab yang jelas/nyata dan secara langsung terlibat pada saat

kecelakaan terjadi.

7. Tjandra (2008) : kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang

terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan

kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang

disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau

suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya.

2.2.2 Klasifikasi Kecelakaan

1.) Klasifikasi kecelakaan menurut jenisnya

Menurut jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Terjatuh (falls of persons)

Terdiri dari orang yang jatuh dari ketinggian (pohon, bangunan,

perancah, tangga, mesin, kendaraan) dan ke kedalaman (sumur,

parit, penggalian, lubang di tanah), orang jatuh pada tingkat

yang sama.

b. Tertimpa/terpukul benda jatuh (struck by falling objects)


Terdiri dari tertimpa tanah, batu, salju, runtuh (bangunan,

dinding, perancah, tangga, tumpukan barang), tertimpa benda

jatuh.

c. Terinjak, terpukul atau tertabrak benda, terkecuali benda jatuh

(stepping on, striking againts or struck by objects excluding falling

objects)

Terdiri dari terinjak benda, terpukul benda diam (kecuali

dampak karena jatuh sebelumnya), terpukul benda bergerak

(termasuk pecahan dan partikel terbang), tidak termasuk benda

jatuh.

d. Terjepit oleh benda (caught in or between objects)

Terdiri dari terjepit di suatu benda, terjepit di antara benda yang

diam dan benda yang bergerak (kecuali benda yang terbang

atau jatuh)

e. Gerakan yang melebihi kemampuan (overexertion or strenuous

movement)

Terdiri dari kelebihan tenaga dalam mengangkat benda,

kelebihan tenaga dalam mendorong atau menarik benda,

kelebihan tenaga dalam menangani atau melempar benda,

gerakan berat.

f. Paparan suhu tinggi (exposure to or contact with extreme

temperatures)
Terdiri dari paparan terhadap panas (atmosfer atau lingkungan),

paparan terhadap dingin, kontak dengan zat atau benda panas,

dan kontak dengan zat atau benda yang sangat dingin.

g. Terkena arus listrik (exposure to or contact with electric current).

h. Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi (exposure to or

contact with harmful substances or radiations)

Terdiri dari kontak dengan pernafasan, tertelan atau terserapnya

bahan berbahaya, paparan radiasi pengion, paparan radiasi

selain radiasi pengion.

i. Jenis kecelakaan lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak

cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut (other

types of accident, not elsewhere classified, including accidents not

classified for lack of sufficient data).

2.) Klasifikasi kecelakaan menurut bagian tubuh yang luka/cedera

Kecelakaan yang terjadi pada beberapa bagian tubuh

dan tidak ada luka yang jelas lebih parah daripada yang

lainnya. Ketika dalam suatu kecelakaan yang menyebabkan

banyak luka yang terletak di bagian tubuh yang berbeda, salah

satu dari cedera ini jelas lebih parah dibandingkan yang lain,

kecelakaan ini harus diklasifikasikan dalam kelompok yang

sesuai dengan lokasi cedera yang jelas lebih parah.

a. Kepala (head)
Terdiri dari bagian kranium (tengkorak, otak, kulit kepala),

mata (termasuk orbit dan saraf optik), telinga, mulut (termasuk

bibir, gigi dan lidah), hidung, wajah lokasi tidak

diklasifikasikan, beberapa bagian kepala dan beberapa bagian

kepala yang tidak ditentukan.

b. Leher (neck)

Termasuk tenggorokan dan tulang belakang.

c. Badan (body)

Terdiri dari punggung (kolom tulang belakang dan otot-otot

yang berdampingan, sum-sum tulang belakang), dada (tulang

rusuk, sternum, organ dalam dada), perut (termasuk organ

dalam), panggul, beberapa lokasi badan dan lokasi badan tidak

spesifik.

d. Tubuh bagian atas (upper limb)

Terdiri dari bahu (termasuk klavikula dan tulang belikat),

lengan atas, siku, lengan, pergelangan tangan, jari, tungkai atas

dan beberapa tubuh bagian atas.

e. Tubuh bagian bawah (lower limb)

Terdiri dari panggul. paha, lutut, pergelangan kaki, jari kaki,

tungkai bawah dan beberapa lokasi bagian bawah.

f. Banyak tempat (multiple locations)


Terdiri dari kepala dan badan, kepala dan satu atau lebih

anggota badan, satu atau lebih anggota badan, satu anggota

tubuh atas dan satu anggota tubuh bagian bawah atau lebih

dari dua anggota badan dan beberapa lokasi lain.

g. Cedera umum (general injuries)

Terdiri dari sistem peredaran darah secara umum, sistem

pernafasan secara umum, sistem pencernaan secara umum,

sistem saraf secara umum dan cedera umum lainnya.

h. Lokasi cedera yang tidak spesifik (unspecified location of

injury)

Pengelompokan ini hanya boleh digunakan ketika tidak ada

informasi tersedia untuk mengindentifikasi bagian tubuh yang

terpengaruh.

3.) Klasifikasi menurut agen penyebabnya

 Mesin-mesin, seperti mesin penggerak kecuali motor listrik,

mesin transmisi, mesin-mesin produksi, dll.

 Sarana alat angkut, seperti forklift, alat angkut beroda, dll.

 Peralatan lain, seperti bejana tekan, instalasi listrik, tangga

perancah, alat-alat tangan listrik.

 Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti bahan mudah

meledak, bahan mudah terbakar, gas, debu.


 Lingkungan kerja, seperti tekanan panas, intensitas kebisingan

tinggi, getaran ruangan dibawah tanah.

2.2.3 Teori Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada

serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya

kecelakaan tersebut. Beberapa teori yang menjelaskan tentang

penyebab terjadinya kecelakaan yang dikemukakan para ahli

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Teori Domino Heinrich

Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich

(Sumber : Sabet dkk, 2013)

David A. Cooling dalam bukunya Industrial Safety

Management and Technology (1990) membahas mengenai

penelitian Heinrich bersama Travellers Insurance Company yang

melakukan analisa terhadap 75,000 kecelakaan industri dan

menemukan hasil bahwa 88% dari seluruh kecelakaan disebabkan

oleh tindakan tidak aman dari manusia, 10% merupakan kondisi


tidak aman dan 2% peristiwa yang tidak dapat dihindarkan.

Berdasarkan data-data tersebut, Heinrich mengemukan sebuah teori

yang dikenal sebagai “Teori Domino”. Dalam teorinya tersebut

dinyatakan mengenai lima faktor yang terjadi secara berurutan dan

berakhir dengan suatu kerugian. Lima faktor tersebut adalah:

a. Kebiasaan atau lingkungan sosial (uncestry or social

environment)

Kebiasaan merupakan karakter sifat individu seperti

sombong, keras kepala, dan lain-lain. Sedangkan

lingkungan sosial yang mempengaruhi terbangunnya

karakter sifat tersebut.

b. Kesalahan manusia (faultry person)

Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali

disebut sebagai “Human Error” dan sering disalah artikan

karena selalu dituduh sebagai penyebab terjadinya

kecelakaan. Padahal seringkali kecelakaan terjadi karena

desain mesin dan peralatan kerja tidak sesuai.

c. Kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak aman (unsafe

condition and or unsafe action)

Tindakan tidak aman seperti berdiri di bawah tumpukan

barang, menyalakan mesin tanpa memperhatikan

peringatan, memindahkan alat pengaman dan lain-lain.

Sedangkan kondisi tidak aman seperti peralatan yang tidak


dilengkapi pengaman, pencahayaan yang kurang, dan hal

lainnya yang secara langsung menyebabkan kecelakaan.

d. Kecelakaan (accident)

Kejadian seperti terjatuh, oleh objek yang melayang dan

lain-lain yang mana kecelakaan tersebut dapat menyebab

cedera.

e. Cedera atau kerusakan peralatan (loss/injury)

Patah tulang, luka, dan lain-lain yang mana merupakan

cedera akibat kecelakaan.

Heinrich kemudian menggambarkan kelima faktor tersebut

dalam rangkaian domino dalam posisi berdiri, dimana apabila salah

satu domino tersebut jatuh akan menimpa domino lainnya dan

menyebabkan seluruh domino terjatuh. Sementara dari

penggambaran itu dapat dilihat bahwa apabila salah satu faktor

dihilangkan tidak akan terjadi progress dan tahapan terakhir yaitu

kerugian.

Penggunaan teori domino dijelaskan sebagai petunjuk

pertama, satu domino dapat menghancurkan ke empat domino

yang lainnya. Kecuali pada titik tertentu sebuah domino diangkat

untuk menghentikan rangkaian. Domino yang paling mudah dan

paling efektif untuk dihilangkan adalah domino tengah, yakni

“tindakan dan atau kondisi tidak aman”. Teori ini cukup jelas,
praktis dan pragmatis sebagai pendekatan kontrol tehadap

kerugian. Dengan kata lain, jika kita ingin mencegah kerugian

pindahkan “tindakan dan atau kondisi tidak aman” tersebut.

Salah satu kesulitan/kendala dari penggunaan teori Heinrich

ini adalah model tersebut masih terlalu luas dan dapat diartikan

dalam banyak cara. Model ini tidak menyediakan gambaran umum

atau klasifikasi yang dapat dijadikan dasar penelitian ilmiah.

Model ini juga melibatkan faktor perilaku manusia, dan faktor

mekanik atau fisik dalam klasifikasi yang sama.

2.3 Insiden

2.3.1 Pengertian Insiden

Insiden adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan

yang dapat menyebabkan kecelakaan atau penyakit (sesuai dengan

tingkat keparahan) atau fatalitas yang ditimbulkan, atau yang

mungkin dapat ditimbulkan (OHSAS 18001:2007). Near miss

adalah insiden dimana belum sempat terjadi kecelakaan atau

penyakit. Sehingga menurut OHSAS 18001:2007, insiden dapat

berupa kecelakaan ataupun near miss.

2.4 Investigasi Kecelakaan

2.4.1 Pengertian Investigasi Kecelakaan

Investigasi kecelakaan adalah kegiatan atau cara untuk

mengetahui bagaimana dan mengapa sebuah kecelakaan dapat

terjadi. Investigasi sebuah kecelakaan atau insiden adalah alat lain


untuk mengungkap bahaya yang terlewatkan atau yang tak

diperkirakan saat merencanakan pengendalian. Tetapi penyelidikan

kecelakaan sangat berguna jika prosesnya dijalankan dengan baik

dan fokus pada akar penyebabnya bukan fokus pada “siapa yang

disalahkan” (OSHA, 2012).

Investigasi kecelakaan di tempat kerja harus segera

dilakukan karena mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

a. Lokasi kejadian kecelakaan sewaktu-waktu dapat berubah

disebabkan oleh kondisi operasi, cuaca, petugas, dan faktor

lainnya.

b. Keberadaan saksi mata pada saat kejadian kemungkinan sulit

ditemui karena sakit, kerja shift, cuti, dan hal lainnya.

c. Semakin lama dilakukan penyelidikan kecelakaan, maka

berbagai versi kecelakaan yang terjadi akan ditemukan dan

hal ini dapat menimbulkan informasi menyesatkan bagi

petugas saat penyelidikan dilakukan.

d. Orang yang mengalami kecelakaan mungkin telah lupa

kejadian yang địalami secara rinci.

e. Kemungkinan adanya pihak tertentu yang sengaja mengarang

cerita fiktif untuk menyembunyikan tindakan yang tidak

aman.

Lalu, siapa yang harus melakukan investigasi kecelakaan di

tempat kerja? Menurut CCOHS (Canadian Centre for


Occupational Health and Safety). Idealnya, investigasi kecelakaan

harus dilakukan oleh individu atau kelompok yang kompeten dan

memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang investigasi

kecelakaan agar akar penyebab kejadian dapat dianalisa secara

tepat dan akurat. Seorang penyelidik harus memiliki kompetensi

sebagai berikut:

1. Memahami investigasi kecelakaan dengan model sebab

akibat.

2. Memahami teknik investigasi.

3. Mengetahui persyaratan hukum atau organisasi terkait

kecelakaan kerja.

4. Memiliki pengetahuan dasar tentang K3.

5. Mampu melakukan wawancara dan teknik pengumpulan

data dan fakta secara efektif.

6. Mengetahui persyaratan untuk dokumen, pengumpulan

data, dokumentasi terkait investigasi.

7. Mampu menganalisa data yang dikumpulkan untuk

menentukan hasil temuan dan tindakan perbaikan yang

harus dilakukan.

Sebaiknya investigasi dilakukan secara bersama-sama, baik

manajemen maupun perwakilan dari tenaga kerja atau pihak-pihak

yang relevan. Anggota tim investigasi kecelakaan mencakup:


a. Pekerja yang memiliki pengetahuan atau memahami

tentang proses kerja.

b. Supervisor di area tempat terjadınya kecelakaan.

c. Safety officer.

d. Pimpinan departemen K3 perusahaan.

e. Pekerja yang kompeten dalam melakukan investigasi

kecelakaan.

f. Para ahli di luar perusahaan (sesuai kebutuhan investigasi).

g. Perwakilan dari pemerintah daerah atau polisi setempat.

2.4.2 Tujuan Investigasi kecelakaan

Tujuan utama dari proses investigasi untuk mencari fakta-

fakta apa yang sebenarnya terjadi dan mendapat solusi yang terbaik

guna mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan

kecelakaan yang sering terabaikan, sehingga dapat di ambil

langkah pencegahan, agar kecelakaan yang sama tidak terulang

kembali. Bahkan meski tujuan dari investigasi telah terdefinisi

secara baik, investigasi sering tidak dapat dilakukan dengan baik.

Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan karena tidak

dipahaminya manfaat dan keuntungan nyata yang begitu banyak

dari investigasi kecelakaan.

2.4.3 Metode Investigasi Kecelakaan

Investigasi kecelakaan yang dilakukan di tempat kerja

dengan menggunakan metode investigasi. Banyak metode investigasi


kecelakaan yang telah dikembangkah oleh para pakar. Pemilihan

metode investigasi memegang peranan penting karena setiap metode

memiliki konsep yang dapat menciptakan lingkungan kerja yang

aman. Beberapa metode investigasi kecelakaan antara lain:

1. Accident Anatomy Method (AAM)

2. Action Error Analysis (AEA)

3. Accident Evolution and Barrier Analysis (AEB)

4. Change Evaluation/Analysis

5. Cause-Effect Logic Diagram (CELD)

6. Causal Tree Method (CTM)

7. Fault Tree Analysis (FTA)

8. Hazard and Operability Study (HAZOP)

9. Human Performance Enhancement System (HPES)

10. Human Reliability Analysis Event Tree (HRA-ET)

11. Multiple-Cause Systems-Oriented Incident Investigation

(MCSOII)

12. Multi linear Events Sequencing (MES)

13. Management Oversight Risk Tree (MORT)

14. Systematic Cause Analysis Technique (SCAT)

15. Sequentially Timed Events Plotting (STEP)

16. TapRoot Incident Investigation System

17. Technique of Operations Review (TOR)

18. Work Safety Analysis


Department of Energy (DOE) Amerika menyebutkan

beberapa metode investigasi kecelakaan lainnya seperti Events and

Causal Factors Charting and Analysis, Barrier Analysis, Change

Analysis, Project Evaluation Tree Analysis (PET), dan metode

lainnya. Pada bagian ini, penulis hanya akan menyajikan penjelasan

salah satu metode penyelidikan kecelakaan yakni metode Systematic

Causse Analysis Technique (SCAT).

SCAT adalah sebuah alat atau metode yang dikembangkan

International Loss Control Institute (ILCI), yang digunakan untuk

menyelidiki dan mengevaluasi kecelakaan kerja dengan

menggunakan bagan SCAT.

Gambar 2.2 Bagan SCAT

Sumber : ILCI, 1990

Tahapan metode investigasi kecelakaan SCAT meliputi:

1. Deskripsi atau gambaran suatu kejadian. Misalnya, keracunan gas,

defisiensi oksigen, terjepit mesin bergerak, atau jatuh dari ketinggian.


2. Faktor pemicu timbulnya kecelakaan atau berbagai yang

menyebabkan kecelakaan. Misalnya, pekerja (korban) kontak dengan

gas beracun atau kontak dengan peralatan bertenaga.

3. Penyebab langsung, terdiri dari perilaku tidak aman (unsafe action)

dan kondisi tidak aman (unsafe condition).

Tabel 2.1 Perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman

Tindakan tidak aman Kondisi Tidak Aman

 Bekerja tanpa di sertai  Pengaman/pembatas di

izin kerja area kerja tidak memadai

 Tidak peduli pada  APD tidak

peringatan memadai/tidak sesuai

 Kegagalan untuk dengan jenis pekerjaan

bekerja dengan aman  Peralatan rusak/cacat

 Mengoperasikan  Ruang kerja

peralatan melebihi sempit/terbatas

kecepatan yang  Tanda peringatan/rambu

ditentukan K3 tidak memadai

 Tidak menggunakan  Bahaya kebakaran dan

perangkat keselamatan ledakan


 Menggunakan  Tata graha

peralatan yang (housekeeping) tidak

rusak/tidak layak memadai

 Penggunaan peralatan  Paparan bahan kimia

tidak tepat berbahaya dan beracun

 Menggunakan APD  Paparan kebisingan

yang tidak layak/tidak  Paparan radiasi

memakai APD  Paparan suhu ekstrim

 Cara memuat material  Kurangnya pencahayaan


tidak tepat dan ventilasi

 Penempatan

material/alat bukan di

tempat semestinya

 Teknik pengangkatan

tidak tepat

 Posisi kerja tidak

ergonomis

 Mengoperasikan

peralatan yang sedang

di perbaiki/dipelihara
 Dibawah pengaruh

alkohol/obat-obatan

terlarang

 Bercanda ketika kerja

Sumber : ILCI, 1990

4. Penyebab dasar, terdiri dari faktor individu, faktor pekerjaan dan

faktor manajemen

Tabel 2.2 Penyebab dasar dari faktor individu, pekerjaan dan manajemen

Faktor Individu Faktor Pekerjaan Faktor Manajemen

 Kemampuan fisik  Kurangnya  Program K3 tidak

dan mental pekerja pengawasan/ memadai/tidak efektif

tidak memadai kepemimpinan  Standar Operasional

 Kurangnya yang lemah Prosedur (SOP) tidak

pengetahuan  Rekayasa teknik sesuai

 Kurangnya tidak memadai  Kurangnya kepatuhan

keterampilan  Peralatan kerja terhadap standar

 Stres akibat kerja tidak memadai  Kurangnya pelatihan

 Kurangnya motivasi  Perawatan  Tidak ada inspeksi dan

kerja peralatan yang evaluasi

tidak memadai  Tidak ada audit


 Prosedur bekerja  Budaya keselamatan

aman tidak yang apatis

memadai  Manajemen bersikap

 Peralatan yang acuh tak acuh

rusak/aus tetap  Komunikasi K3 yang

digunakan buruk

 Penyalahgunaan  Investigasi kecelakaan

peralatan yang buruk dan

dangkal

Sumber : ILCI, 1990

5. Tindakan perbaikan/pencegahan yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan kecelakaan. Misalnya, menyediakan APD yang

memadai, prosedur kerja di perjelas, atau menyediakan peralatan

kerja yang memadai.

Pada metode investigasi SCAT, setiap faktor penyebab kecelakaan

dibuat semacam daftar sesuai tabel di atas sebagai panduan untuk

memudahkan penyelidik dalam menemukan akar penyebab kecelakan yang

terjadi.

Keuntungan menggunakan metode SCAT antara lain:

a. Metode yang tepat dan sederhana untuk memeriksa efektivitas

investigasi kecelakaan

b. Sebuah sistem untuk menganalisis dan mengevaluasi penyebab

kecelakaan
c. Sebuah sistem untuk mengembangkan efektivitas pengendalian

kecelakaan

d. Sebagai pengingat akan penyebab dan pengendalian terhadap

kecelakaan

Sebuah penelitian tentang investigasi kecelakaan yang dilakukan

oleh Human Reliability Associates menyatakan bahwa sebuah proses

investigasi dapat dianggap baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Metode investigasi yang digunakan harus mampu menganalisis

semua faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan

kerja dan mengembangkan tindakan perbaikan.

2. Tim investigasi melibatkan pihak-pihak yang relevan.

3. Memiliki prosedur atau panduan terstruktur dan sistematis yang

mendukung proses investigasi

4. Mengidentifikasikan penyebab langsung dan tidak langsung

5. Membuat rekomendasi untuk menindaklanjuti penyebab langsung

dan tidak langsung

6. Menerapkan rekomendasi dan melakukan analisis risiko lanjutan

setelah penerapan rekomendasi

7. Memastikan bahwa langkah-langkah pencegahan atau perbaikan

terbukti menurunkan risiko kecelakaan serupa

8. Membagikan pelajaran yang didapat dari sebuah kecelakaan

(lesson learned) kepada pihak-pihak terkait


9. Laporan investigasi didokumentasikan secara jelas dan terperinci

10. Memiliki basis data kecelakaan yang mudah diakses.

2.4.4 Langkah-Langkah Investigasi Kecelakaan

1. First and foremost, provide first aid/medical care to the injured

party (pertama dan terpenting, memberikan pertolongan

pertama / perawatan medis kepada pihak yang dirugikan)

a. Berikan pertolongan kepada korban dari kecelakaan yang

terjadi, baik itu tindakan pertolongan pertama/P3K/first aid

ataupun tindakan medis yang diperlukan.

b. Identifikasi pihak internal yang diperlukan untuk menolong

korban dengan segera, seperti First Aider Team/tim

P3K/paramedis/dokter perusahaan.

c. Jika diperlukan bantuan medis dari pihak eksternal, segera


hubungi untuk segera datang. Misal: mobil ambulance untuk

membawa korban ke unit pelayanan kesehatan/rumah sakit

terdekat.

d. Berikan tindakan pertolongan yang terbaik untuk korban.

2. Secure the accident scene (mengamankan lokasi kecelakaan)


a. Segera mengamankan tempat kejadian kecelakaan kerja,

misal dengan memberi batas pembatas (safety line) disekitar

tempat kejadian untuk mencegah kecelakaan lebih lanjut atau

hilangnya/berubahnya bukti.

b. Melarang selain tim investigasi yang berkepentingan untuk

memasuki area yang telah diberikan tanda pembatas.

c. Tidak memindahkan apapun baik peralatan kerja, material

ataupun yang lain dari tempat kejadian.

d. Menginformasikan kepada tenaga kerja di sekitar tempat

kejadian proses investigasi yang dilakukan.

3. Collect facts about what happened (mengumpulkan fakta

tentang apa yang terjadi)

a. Kumpulkan sebanyak mungkin data-data dari kecelakaan

kerja yang terjadi. Semakin banyak informasi yang dimiliki,

semakin mudah untuk melihat gambaran dari terjadinya

kecelakaan kerja tersebut.

 Wawancarai tenaga kerja/personel yang terlibat dalam

kecelakaan itu, termasuk semua saksi.

 Dokumentasikan lokasi kejadian. Misalnya dengan

mengambil foto atau video.


b. Fokus pada pencarian penyebab kecelakaan yang terjadi

daripada alih-alih mencari kesalahan (mencari kambing

hitam).

Collecting data (mengumpulkan data)

Cari informasi berikut:

 Siapa yang terlibat, termasuk semua saksi.

 Waktu, tanggal dan lokasi kecelakaan.

 Aktivitas yang dilakukan saat kecelakaan terjadi.

 Semua peralatan yang digunakan saat kecelakaan terjadi.

 Kebijakan/SOP keselamatan yang ada termasuk JSA,

HIRAC, dll.

Sumber informasi :

 Keterangan saksi.

 Foto dan bukti yang dikumpulkan ditempat kejadian.

 CCTV dilokasi kejadian termasuk didalamnya video yang

diambil pada saat olah TKP.

 Catatan pemeliharaan, catatan pelatihan, atau dokumentasi

lain tentang personel atau peralatan yang terlibat.

Interview techniques (teknik wawancara)

 Melakukan wawancara secara pribadi.


 Jika memungkinkan, lakukan wawancara dekat dengan

tempat kejadian.

 Rencanakan pertanyaan sebelumnya, tetapi biarkan

jawaban subjek untuk membimbing apa yang ditanyakan

selanjutnya.

 Jangan membuat asumsi tentang jawaban yang Anda

harapkan, tetap berpikiran terbuka.

 Ajukan pertanyaan terbuka, biarkan subjek menceritakan

kisah dengan kata-kata mereka sendiri.

 Tanyakan pertanyaan siapa-apa-kapan-dimana-mengapa-

bagaimana.

 Jangan menyela atau mencoba membantu dengan

jawaban

5W+1H

 What : Apa?

 Why : Kenapa?

 Who : Siapa?

 When : Kapan?

 Where : Dimana?

 How : Bagaimana?
4. Determine the causes (tentukan penyebabnya)

Ini merupakan permulaan dari analisisnya. Penilai perlu dibuat

berkenaan dengan penyebab-penyebab langsung dari kecelakaan

tersebut. Ini biasanya disebut sebagai tindakan-tindakan yang tidak

aman (Unsafe Acts). dan juga, penilaian perlu dibuat berkenaan

dengan tempat kerja yang seperti apa yang mungkin berbeda atau

lebih baik. Ini biasanya disebut sebagai kondisi-kondisi yang tidak

aman (Unsafe Conditions). Memberitahu bagaimana menanyakan

“Apa yang seharusnya berbeda atau lebih baik?” menuju ke tempat

(arah) yang berbeda dibandingkan menanyakan “Apa saja kah

tindakan-tindakan yang tidak aman?”

5. Recommended improvements (perbaikan yang

direkomendasikan)

Corrective Actions (tindakan korektif)

Rekomendasi untuk tindakan korektif harus mengatasi setiap akar

penyebab yang diidentifikasi dalam analisis.

 Tetapkan secara spesifik instruksi untuk tindakan yang

diperlukan dan bagaimana tindakan itu harus dilaksanakan.

 Tetapkan rekomendasi anda secara konstruktif dan objektif.

 Dalam hal situasi dimana kesalahan manusia menjadi penyebab,

tunjukkan dalam analisa temuan anda tetapi hindari


merekomendasikan tindakan disipliner yang harus ditangani

melalui proses HRD

Langkah selanjutnya :

Setelah menentukan tindakan korektif yang sesuai, buat garis besar

rencana tindak lanjut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut

dilaksanakan dengan benar dan bekerja sesuai rencana.

 Tentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk

implementasi dan untuk memastikan efektivitas koreksi.

 Jika bahaya atau risiko tidak diperbaiki, tinjau tindakan korektif

yang ditentukan untuk memastikan bahwa semuanya telah

dilaksanakan sesuai rencana dan revisi tindakan yang diperlukan

untuk mengatasi masalah yang tersisa.

 Setelah masalah telah diverifikasi dengan cukup baik, bagikan

hasil analisa anda dengan departemen lain yang mungkin

mengalami masalah serupa.

6. Write the report (membuat laporan)

 Insiden perlu dilaporkan segera setelah kejadian.

 Untuk melaporkan insiden/cedera karyawan, gunakan formulir

laporan insiden/cedera yang sesuai.

 Pastikan formulir diisi dengan semua informasi yang berlaku.


2.5 Pelaporan Kecelakaan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja lampiran I poin C butir 3, disebutkan bahwa prosedur

pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa

pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga

kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:

a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk

menangani:

(1) pelaporan terjadinya insiden;

(2) pelaporan ketidaksesuaian;

(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan

(4) pelaporan identifikasi sumber bahaya.

b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk

menangani:

(1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan;

dan

(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.

Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau

pemerintah.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja lampiran II poin 8.1 tentang Pelaporan Bahaya,

disebutkan bahwa terdapat prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan

dengan K3 dan prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja. Sementara di poin

8.2 tentang Pelaporan Kecelakaan, disebutkan bahwa terdapat prosedur

terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit

akibat kerja, kebakaran atau peledekan serta kejadian berbahaya lainnya di

tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Dalam hal ini laporan kecelakaan sebaiknya dibuat dengan

mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998

TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN

KECELAKAAN.

BAB II

TATA CARA PELAPORAN KECELAKAAN

Pasal 2

1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang

terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya.

2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) terdiri dari:

a. kecelakaan kerja;
b. penyakit akibat kerja;

c. kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah;

d. kejadian berbahaya lainnya.

Pasal 3

Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (l)

berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum

mengikutsertakan pekerjaannya ke dalam program jaminan sosial

tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992.

Pasal 4

(1) Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d kepada Kepala

Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waltu tidak lebih

dari 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya

kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan sesuai contoh

bentuk 3 KK2 A Lampiran I.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat

dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.

Pasal 5

(1) Pengurus atau pengusaha yang telah mengikutsertakan pekerjanya

pada program jaminan sosial tenaga keda sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 ayat (2), huruf a dan b dengan tatacara pelaporan

sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-05/MEN/1993.

(2) Pengurus atau pengusaha yang belum mengikutsertakan pekerjanya

pada program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dan b dengan tatacara pelaporan

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-

04A4EN/1993.
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Pendahuluan

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif.

Tipe penelitian yang dipergunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Tipe

ini dipilih dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai

langkah-langkah pelaksanaan investigasi di industri minuman.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Study Literature.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memperoleh data dari

buku-buku, jurnal atau sumber lain yang membahas tentang Investigasi

Kecelakaan dan Pelaporan sebagai bahan dalam penyusunan laporan.

3.3 Pengelolaan Data

Data yang didapat, diolah dengan mengkaji program dan langkah-

langkah pelaksanaan investigasi kecelakaan yang ada secara kualitatif

dengan membandingkan antara hasil kerja praktek dengan peraturan

pemerintah yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-

03/MEN/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen

K3.
3.4 Penyajian Data

Data yang disajikan menggunakan metode deskriptif yakni metode

yang berusaha mendeskripsikan tentang investigasi kecelakaan dan

pelaporan khususnya di bidang industri minuman.


BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Gambaran Umum Industri Minuman

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian, industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri

sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau

manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Industri minuman adalah industri yang mengolah bahan mentah

menjadi barang atau beragam produk konsumsi untuk di pasarkan kepada

konsumen.

4.2 Industri Minuman PT X

Ada banyak industri minuman di Indonesia, salah satunya PT X

yang ada di Semarang, Jawa Tengah. PT X ini adalah sebuah perusahaan

yang bergerak di bidang minuman ringan, yang memperkerjakan 951

orang. Pada umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber-

sumber bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, untuk itu di PT

X ini menerapkan sistem investigasi kecelakan dan pelaporan kecelakaan

untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan yang lebih banyak.


4.3 Proses Produksi Minuman di PT X

4.3.1 Bahan Baku

a. Air

Kebutuhan air bagi PT X dipenuhi dari tanah yang diambil

dari sumur bar (deep well) dan dari PDAM dari sungai Tungtang.

Sumur bar (deep well) dengan kedalaman + 100 meter yang berada

di lingkungan perusahaan. Air yang diperoleh dari deep weel

tersebut perlu dilakukan penganganan tertentu baik air untuk

sebagian bahan dasar minuman, untuk pencucian botol, untuk

sanitasi maupun untuk utility. Sedangkan air dari sungai Tungtang

digunakan sebagai bahan dasar minuman.

b. Gula

Gula pasir berfungsi sebagai pemanis dalam pembuatan

syrup. Gula pasir atau sukrosa yang digunakan adalah jenis SHS

(Superiaor Had Sugar) karena memiliki beberapa keunggulan,

misalnya kristal gula lebih putih dan memiliki kemurnian yang

tinggi.

c. Concentrate atau berevage base

Concentrate atau berevage base adalah ramuan khusus yang

menentukan cita rasa atau flavour, memberikan warna dan sebagai

bahan pengawet. Bentuk concentate atau berevage base ini ada 2

jenis, yaitu concentrate bubuk dan concentrate ini terdiri atas

essential oil, vegetable plant dan aromatic chemical serta senyawa


asam yang mempunyai 3 fungsi yang berbeda, yaitu sebagai rasa

asam, untuk memodifikasi kemanisan gula dan sebagai

preservative (pengawet).

D. Karbon Dioksida (CO2)

Gas CO2 berfungsi sebagai penyegar dan pengawet serta

memperkuat flavour produk.

4.3.2 Bahan Pembantu

Bahan pembantu adalah bahan yang secara langsung

maupun tidak langsung digunakan dalam pengolahan produk yang

berguna untuk menunjang kelancaran proses produksi. Adapun

bahan pembantu yang digunakan anatara lain:

a. Lime (Ca(OH)2)

Yaitu berupa bubuk putih yang berfugsi membantu

mempercepat proses koagulasi dan meningkatkan alkalinitas air

dalam proses pengolahan air.

b. Ferro Sulfat (FeSO4)

Yaitu berupa butiran putih kehijauan yang berfungsi

sebagai koagulan dalam air.

c. Kaporit (Ca(OCI)2)

Yaitu berupa butiran putih untuk mematikan mikroba

patogen dalam pengolahan air.


d. Resin

Yaitu berupa butiran coklat kekuningan yang berfungsi

untuk menurunkan kesadahan air.

e. Garam

Yaitu berupa butiran putih yang berfungsi untuk

mengaktifkan kembali resin yang tidak aktif.

f. Sand Silica

Yaitu butiran putih kecoklatan yang berfungsi untuk

menyaring kotoran yang tersuspensi dalam air.

g. Activated Carbon

Yaitu berupa bubuk hitam yang berfungsi untuk menyerap

udara warna, bau dan rasa asin dalam air maupun dalam simple

syrup.

h. Filter Aid

Yaitu berupa bubuk putih yang berfungsi sebagai media

saring dalam simple syrup.

i. Soda Caustic (NaOH)

Berfungsi untuk sanitasi.

j. Diversy-K

Sebagai pelumas conveyor.

k. NH3

Sebagai pendingin.
4.3.3 Tahapan Produksi

Proses produksi di PT X meliputi beberapa tahap yaitu

pengolahan air, pembuatan syrup, pemurnian CO2, pencampuran

dan pengemasan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Air

Pengolahan air untuk proses produksi dilakukan di Unit

Pengolahan Air atau Water Treadment Plant (WTP). Tujuan

dari pengolahan air di unit ini adalah mengolah air baku ( raw

water) menjadi softened water (softened chlorine dan softened

non chlorine) dan treated water yang digunakan dalam proses

produksi. Air baku yang diolah tersebut berasal dari bawah

tanah (deep well) yang berada disekitar pabrik, jumlahnya 14

buah tetapi yang beroperasi hanya 11 buah dengan kedalaman

antara 92-110 meter. Sesuai dengan tujuannya, maka

pengolahan air terdiri dari 2 bagian yang terpisah.

a. Pengolahan Air Baku Menjadi Softened Water.

Air baku yang berasal dari deep well ditampung dalam bak

aerasi melalui pipa-pipa. Di dalam bak aerasi terjadi proses

oksidasi terhadap kotoran-kotoran Fe dan pengendapan

lumpur. Kemudian air dipompa ke dalam sand filter dan

dilanjutkan ke cation exchanger untuk dilunakkan dengan

media resin yang berfungsi untuk mengikat ion-ion penyebab

kesadahan. Setelah itu air dibagi ke dalam dua bak yaitu bak
untuk softened water chlorine yang akan digunakan dalam

proses pencucian botol dan bak softened water non chlorine

yang digunakan untuk boiler.

b. Pengolahan Air Baku Menjadi Treated Water

Hasil pengolahan air baku menjadi treated water digunakan

dalam proses produksi. Air baku dari deep well ditampung

dalam bak reservoir dan terjadi proses pengendapan awal.

Kemudian air dipompa kedalam reactor tank. Didalam reactor

tank ditambahkan chemical lime, ferro sulfat dan chlorine.

Setelah itu air masuk ke settling tank dan terjadi proses

sedimentasi, flokulasi dan koagulasi sehingga diperoleh clear

water yang selanjutnya masuk ke dalam break tank sebagai

penampungan. Dari break tank air dipompa ke sand filter dan

diteruskan ke storage tank, kemudian disaring di carbon filter.

Selanjutnya air masuk kedalam micron filter tank sehingga

diperoleh treated water yang langsung disalurkan ke proses

produksi tanpa ada penampungan terlebih dahulu.

2. Pembuatan Syrup

Sebelum pembuatan syrup dimulai, terlebih dahulu

perlu diketahui berapa banyak minuman yang akan diproduksi

sehingga dapat diketahui berapa unit concentrate yang

diperlukan. Setelah itu dapat diketahui berapa volume air dan


gula yang dibutuhkan berdasar standar pembuatan syrup.

Syrup dibuat melalui 2 tahap yaitu:

a. Simple Syrup

1) Pelarutan Gula dalam Air

Tangki simple syrup diisi treated water dan dimasukan gula.

Banyaknya volume air dan berat gula yang ditambahkan sesuai

standar pembuatan syrup. Proses pelarutan dalam tangki ini

dibantu dengan pengadukan oleh mixer hingga gula larut.

2) Penambahan Activated Carbon dan Filter Aid

Pada larutan gula tersebut ditambahkan filter aid + 0,1 % dari

gula yang digunakan dan activated carbon sebanyak + 0,1 %

dari gula yang digunakan dengan tetap dilakukan pengadukan

hingga kedua bahan tersebut dapat bercampur. Kemudian

larutan dari tangki simple syrup ini dialirkan menuju tangki

precoating melalui sugar screen untuk menyaring benda –

benda asing yang ikut pada larutan, misalnya benang karung.

3) Filtrasi

Proses filtrasi diawali dengan proses penyiapan yang disebut

proses precoating yang bertujuan untuk membuat lapisan pada

filter plate yang terdapat dalam filter press. Tahap precoating

adalah sebagai berikut:

a) Tangki precoating diisi simple syrup hingga ¾ volume

tangki, setelah simple syrup melewati sugar screen.


b) Simple syrup disirkulasikan dari precoating ke filter press

sehingga terbentuk lapisan pada filter plate yang ditandai

dengan simple syrup berwarna kuning jernih setelah keluar

dari filter press dan ditampung kembali di tangki precoating.

Setelah proses precoating ini selesai, dilakukan penyaringan

simple syrup yang masih berada di tangki simple syrup.

Penyaringan ini langsung dilakukan pada filter press tanpa

melalui tangki precoating sehingga dihasilkan filtrate simple

syrup yang keluar dari outlet yang berada pada bagian bawah

tangki.

4) Sterilisasi

Filtrate dari filter press dipompa menuju tangki finish syrup

melalui ultra violet lamp sterilizer. Pada ultra violet lamp

sterilizer ini terjadi sterilisasi, yaitu pembunuhan mikroba yang

menjadi penyebab kerusakan minuman dalam botol. Umur

simpan syrup dari proses sterilisasi sampai proses pembuatan

finish syrup maksimal 8 jam, jika lebih dari 8 jam maka harus

disterilisasi ulang karena kemungkinan sudah tumbuh

mikoroba lagi.

b. Finish Syrup

Syrup yang telah disterilisasi ditampung di tangki finish syrup.

Dalam tangki ini ditambahkan concentrate atau beverage base

yang menentukan jenis minuman yang akan diproduksi.


Setelah itu dilakukan pengadukan dengan bantuan mixer yang

ada pada tangki. Hasil inilah yang disebut finish syrup atau

sirup saja.

3. Pemurnian CO2

CO2 yang digunakan adalah CO2 murni. Padahal CO2

yang dibeli dari supplier masih bercampur dengan senyawa lain

(belum murni). Oleh karena itu dilakukan pemurnian CO2.

Pemurnian CO2 adalah:

a. Evaporasi

CO2 yang ditampung di CO2 container masih dalam bentuk

cair, maka untuk mempermudah proses pemurniannya CO2

cair tersebut diubah menjadi gas CO2 oleh evapoliser.

b. Pembebasan Gas CO2 dengan Gas – Gas Lain

Gas CO2 yang keluar dari evapolizer ini dilewatkan dalam

tangki yang berisi cairan KMnO4 melalui pipa sehingga gas

CO2 keluar dari cairan KMnO4.

c. Pencucian

Gas CO2 Yang keluar dari tangki KMnO4 kemungkinan masih

mengandung KMnO4, maka perlu dilakukan pencucian dengan

cara gas tersebut dilewatkan pada treated water sehingga

dihasilkan gas CO2 yang bebas KMnO4.


d. Pemanasan

Proses pencucian dengan menggunakan air mengakibatkan

suhu CO2 turun. Oleh karena itu untuk mengantisipasi

terjadinya pengembunan CO2 maka dilakukan pemanasan,

yaitu gas CO2 dilewatkan pada heater tank dengan suhu

pemanasan 35-40 ºC.

e. Netralisasi Bau dan Rasa

Agar diperoleh gas CO2 yang tidak berbau dan tidak berasa

maka setelah gas ini dipanaskan, gas dilewatkan pada carbon

purifler tank.

f. Penyaringan

Setelah pemurnian rasa dan bau, gas ini dilewatkan ultra filter

yang berfungsi menyaring gas CO2 dari kemungkinan adanya

activated carbon, sehingga dihasilkan CO2 murni. Gas CO2 ini

distribusikan ke filler dan carbo cooler.

4. Pencampuran

Proses pencampuran diawali dengan mengalirkan

treated water ke deaerator. Deaerator dilengkapi dengan pompa

vakum yang berfungsi membebaskan oksigen yang ada dalam

air. Deaerator merupakan suatu tangki yang berfungsi

menghilangkan gelembung udara yang ada dalam air yang akan

ditransfer ke unit water receiver. Air yang ditampung tersebut


akan dialirkan menuju tangki pencampuran yang disebut flow

mix.

Finish syrup ditampung dalam syrup receiver yang

kemudian akan dialirkan menuju flow mix. Di dalam flow mix,

finish syrup akan bercampur dengan treated water. Air

dialirkan oleh water settling dan syrup dialirkan oleh orifice.

Selanjutnya dengan bantuan mixing pump campuran air dan

finish syrup akan ditransfer ke carbo cooler tank.

Carbo cooler tank adalah suatu unit mesin yang

berfungsi sebagai unit pendingin karena mesin ini

dihubungkan dengan unit cooling system. Dalam carbo cooler

campuran treated water dan finish syrup akan bertemu dengan

CO2 sehingga bahan – bahan ini akan tercampur. Larutan yang

keluar dari carbo cooler adalah minuman yang siap untuk di

transfer ke mesin pengisisan minuman yang disebut dengan

filling machine.

5. Pengemasan

a. Unpalletizing

Sebagai tahap awal, krat berisi botol kotor ditempatkan pada

ban berjalan khusus untuk krat atau case conveyor. Baik krat

maupun botol dapat berasal dari dister, yaitu krat dan botol

bekas ataupun dari supplier krat dan botol baru.


b. Uncasing

Botol-botol yang berada dalam krat tersebut diambil dan

dipindahkan ke conveyor untuk dibawa ke bottle washer.

Sementara itu krat-krat kosong terus dibawa oleh conveyor

menuju case washer.

c. Pre-inspection

Sebelum botol sampai ke bottle washer, dilakukan dahulu

pemeriksaan botol – botol yang menentukan apakah botol

tersebut memenuhi syarat untuk di cuci atau tidak.

d. Washing

Setelah melewati pre-inspection, botol masuk kedalam bottle

waher. Dalam mesin ini botol dicuci dengan sistem

perendaman dan penyemprotan pada kisaran suhu 55-70 ˚C

menggunakan NAOH dengan rasio tertentu dan softened ware

with chorine sehingga dihasilkan botol yang bersih.

e. Empties Bottle Inspection

Pada tahap ini botol – botol bersih akan dilakukan pemeriksaan

apakah botol tersebut memenuhi syarat untuk digunakan

sebagai pengemas atau tidak.

f. Filling

Botol – botol setelah melewati pemeriksaan dan siap masuk ke

filler maka pada botol-botol tersebut akan segera dilakukan

pengisian, adapun tahapan–tahapannya adalah:


1) Pre Drainage

Adalah pengeluaran seluruh senyawa asing yang ada dalam

tube yang tidak diperlukan, hal ini untuk memperlancar proses

counter pressure.

2) Counter Presure

Adalah persamaan tekanan dalam botol dan tekanan dalam

blow (wadah minuman dalam filler) sehingga proses pengisian

mulai berlangsung dan minuman mengalir ke dalam botol. Jika

tidak terjadi persamaan tekanan maka proses pengisian tidak

akan berhasil dengan baik.

3) Filling

Adalah pengisian secara otomatis karena telah diatur sesuai

dengan volume yang dikehendaki. Minuman masuk ke dalam

botol melewati deflecting sleeve sehingga minuman mengalir

dan membasahi dinding botol. Hal ini untuk menjaga tekanan

pada botol.

4) Leveling

Proses pengisian berlangsung selama tinggi minuman dalam

botol belum menyentuh lubang air tube. Setelah lubang tube

tertutup oleh minuman maka proses pengisian akan berhenti

dengan sendirinya, kecuali ada kebocoran pada kran pengisi

minuman.
5) Close By The Butterfly

Pada bagian ini proses pengisian telah selesai, lalu kran pengisi

pada bagian butterfly ditutup oleh kran penutup secara

mekanis.

6) Sniffting

Bagian ini bekerja untuk membuang sisa tekanan yang ada di

atas permukaan minuman agar saat botol turun dari unit lifting

maka akan terjadi hentakan atau pembuangan tekanan yang

sifatnya mendadak yang akan menghasilkan busa.

g. Crowning atau Capping

Setelah proses pengisian, botol akan segera keluar dari mesin

pengisian menuju unit atau capper. Crowner adalah mesin

penutup botol yang bekerja secara otomatis sesuai dengan

kecepatan mesin pembotolan, karena kedua unit ini menyatu.

h. Coding

Dari crowner atau capper botol akan digerakkan oleh

conveyor menuju tempat pemberian kode pada setiap botol.

Kode berupa kode waktu proses produksi, tempat pembuatan,

line yang digunakan untuk pengemasan serta batas waktu

kelayakan produk tersebut untuk dikonsumsi (kedaluwarsa).


i. Full Inspection

Setelah dilakukan coding, botol-botol tersebut terus dibawa

conveyor melewati bagian pemeriksaan produk akhir, apakah

dijual atau tidak.

j. Casing

Produk-produk yang memenuhi syarat untuk dijual akan terus

digerakkan oleh conveyor menuju tempat casing. Casing

adalah pemindahan botol berisi minuman dari conveyor ke

dalam krat.

k. Palletizing

Krat-krat yang telah terisi penuh oleh botol-botol berisi

minuman tersebut ditempatkan pada pallet untuk memudahkan

proses pengangkutan oleh forklift menuju gudang penyimpanan

sebelum didistribusikan.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Langkah-langkah Investigasi Kecelakaan di PT X

PT X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

minuman ringan, yang memperkerjakan 951 orang. Pada umumnya

disemua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya yang

dapat menyebabkan kecelakaan kerja, untuk itu di PT X

menerapkan sistem investigasi kecelakan dan pelaporan kecelakaan

untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan yang lebih banyak.

A. Langkah-langkah Investigasi di PT X

a. Langkah 1 : Mengamankan posisi dan situasi kejadian agar

tidak berubah

Tujuan utama langkah awal ini yaitu

mengumpulkan seluruh informasi yang berhubungan

dengan kejadian atau kecelakaan yang selanjutnya bisa

dijadikan sebagai petunjuk awal untuk menjelaskan

kejadian yang sudah terjadi. Untuk mencapai tujuan diatas,

pertama-tama harus dilakukannya pengendalian ditempat

terjadinya kecelakaan dan menjaga seluruh bukti-bukti yang

ada tidak berubah atau dimusnahkan.


b. Langkah 2 : Mengumpulkan seluruh fakta-fakta yang

menjelaskan kejadian.

Pada tahap harus menggunakan beberapa teknik

dan peralatan untuk mengumpulkan seluruh fakta-fakta

yang berkaitan dengan kecelakaan yang akan digunakan

untuk menentukan:

1) Penyebab langsung dari kecelakaan yaitu keadaan dan

perilaku karyawan atau manajemen yang

mengakibatkan kecelakaan.

2) Kelemahan sistem yang mengakibatkan munculnya

penyebab langsung dari kecelakaan dan siapa yang

harus diwawancarai.

3) Pekerja yang terlibat langsung pada saat kecelakaan.

4) Penyelia atau supervisor yang bertanggung jawab.

5) Saksi mata yang melihat langsung kejadian terjadinya

kecelakaan.

6) Pekerja pada shift selanjutnya.

7) Pekerja yang baru atau baru ditransfer.

8) Siapa saja yang memiliki informasi.

Untuk mendapatkan data perlu dilakukan

wawancara kepada saksi mata ataupun kepada korban,

maka sebaiknya dilakukan 2 kali tahap wawancara supaya

data yang diperoleh bisa valid. Wawancara tahap pertama


dilakukan untuk perkenalan ataupun untuk meyakinkan

saksi mata atau korban. Dalam tahap ini hal-hal yang perlu

dilakukan adalah :

1) Membuat orang tersebut dalam keadaan senang.

2) Meyakinkan tujuan utama dari investigasi tersebut.

3) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pengetahuan

saksi mata ataupun korban dan menggunakan bahasa

yang mereka bisa mengerti.

4) Mendengarkan dengan seksama penjelasan saksi mata

atau korban dan jangan sampai menyela ataupun

melakukan interupsi.

5) Mengusahakan pada saat melakukan wawancara jangan

terfokus pada catatan.

6) Mengusahakan jangan merekam pembicaraan yang

dilakukan dengan saksi mata ataupun korban.

Setelah melakukan wawancara tahap pertama

selesai dan yakin bahwa orang yang akan diwawancarai

memang betul-betul mengetahui kejadian maka akan

dilakukan wawancara tahap kedua, dalam tahapan ini hal-

hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Memanggil kembali orang-orang yang telah

diwawancarai sebelumnya.
2) Catat seluruh informasi yang di peroleh saat

wawancara.

3) Mengajukan pertanyaan yang penting yang

berhubungan dengan kejadian kecelakaan dan berikan

umpan balik.

4) Mendiskusikan catatan yang diperoleh dengan orang

yang diwawancarai untuk melihat kebenaran dari data

catatan.

5) Jika orang yang diwawancarai mengajukan saran untuk

mencegah terjadinya kecelakaan maka ajukan

pertanyaan yang berhubungan dengan saran tersebut.

6) Setelah selesai mengajukan pertanyaan dan merasa data

yang di peroleh sudah cukup maka menyampaikan

ucapan terimakasih untuk kesediaan dan kerja sama

dari orang tersebut.

c. Langkah 3 : Melakukan reka ulang untuk menggambarkan

kejadian

Dua langkah berikutnya (step-3 dan step-4) akan

sangat membantu untuk mengatur dan menganalisa seluruh

informasi yang terkumpul untuk menentukan penyebab

langsung (surface causes) dan akar permasalahan (root

causes). Kecelakaan adalah hasil akhir dari rangkaian


berapa proses kejadian. Apabila rangkaian kejadian bisa

dimengerti atau dijelaskan, maka saatnya untuk

menentukan kondisi yang tidak aman, perilaku yang tidak

aman, serta sistem yang tidak bekerja. Reka ulang ini untuk

menggambarkan kejadian yang sesungguhnya, merupakan

fase yang sangat kritis untuk memperbaiki seluruh

penyebab-penyebab yang teridentifikasi. Setelah

melakukan reka ulang maka melakukan evaluasi dan

menganalisa seluruh informasi yang didapat dengan:

1) Selalu objektif, melihat kejadian sesuai dengan

kenyataan dan tidak memulai dengan pendapat.

2) Mempertimbangkan seluruh faktor yang berkontribusi

dalam kejadian kecelakaan.

3) Memilah-milah seluruh informasi yang diperoleh, baik

yang berhubungan langsung dengan kejadian

kecelakaan, informasi yang sangat terperinci maupun

kabar angin atau gossip.

4) Tidak tergesa-gesa untuk menentukan penyebab dari

kejadian kecelakaan pada saat mulai menentukan

penyebab dari kecelakaan.

Setelah mengevaluasi dan menganalisa seluruh

informasi yang didapat maka tindakan selanjutnya adalah

menentukan tindakan perbaikan, meliputi:


1) Mengevaluasi program pelatihan (training program)

dengan melakukan analisa untuk mengidentifikasi

“GAP”

2) Mengevaluasi pelatihan untuk “Supervisor” dan

disarankan untuk mengikuti latihan tentang motivasi.

d. Langkah 4 : Menentukan seluruh penyebab kecelakaan baik

secara langsung, tidak langsung maupun penyebab dasar

terjadinya suatu kecelakaan.

Dalam menentukan penyebab kecelakaan maka

perlu mengidentifikasi hal berikut ini untuk setiap

rangkaian proses kejadian dari kecelakaan yang tidak

diinginkan :

1) Individu atau objek terjadinya kecelakaan.

2) Aktor yang melakukan perubahan akibat tindakan atau

kegagalan dalam melakukan tindakan

3) Aktor yang berpartisipasi dalam proses atau hanya

melakukan observasi saja.

4) Tindakan perilaku yang dilakukan oleh aktor.

5) Tindakan yang tidak atau dapat di observasi.

6) Tindakan yang bisa menggambarkan dan berhubungan

dengan kejadian.
e. Langkah 5 : Memberikan rekomendasi untuk tindakan

pencegahan atau koreksi dan perbaikan

Dua langkah berikut adalah untuk menentukan

solusi yang diusulkan untuk melakukan koreksi keadaan

yang tidak aman, serta dalam jangka panjang digunakan

untuk memperbaiki sistem yang ada. Melakukan perbaikan

terhadap kebijakan program, rencana dan prosedur dari satu

atau lebih elemen safety and health management system

sebagai berikut:

1. Management Commitment.

2. Accounttability.

3. Employee Involvement.

4. Hazard Identification atau Control

5. Incident atau Accident Analysis.

6. Training

7. Evaluation

Perbaikan juga dilakukan pada sistem, perbaikan

ini bisa mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Menuliskan secara komprehensif terhadap safety and

health management system yang meliputi ketujuh

elemen perbaikan kebijakan safety, untuk menentukan

secara jelas tugas dan tanggung jawab terhadap


pelaksanaan safety dari setiap jabatan didalam

perusahaan.

2. Merevisi rencana pelatihan, disesuaikan berdasarkan

GAP yang teridentifikasi.

3. Melakukan revisi terhadap kebijakan pengadaan untuk

mengikut sertakan pertimbangan safety disamping

pertimbangan terhadap harga. Merubah proses “safety

inspection” untuk mengikut sertakan seluruh

supervisor dan karyawan.

f. Langkah 6 : Menulis Laporan Investigasi Kecelakaan

Hasil investigasi kecelakaan dinyatakan gagal

apabila kecelakaan yang sama bisa terulang kembali dan

alasan utama dari kegagalan investigasi yaitu dari laporan

yang disampaikan hanya mengidentifikasi tindakan

perbaikan terhadap penyebab-penyebab yang langsung saja.

Akar permasalahan (root causes penyebab tidak langsung,

penyebab dasar) sering terabaikan. Dan laporan investigasi

kecelakaan belum bisa dinyatakan selesai sampai seluruh

tindakan perbaikan selesai dilaksanakan. Jika tim

investigasi sudah melengkapi laporan investigasi, maka tim

harus menyampaikan laporan tersebut kepada seseorang


yang akan menentukan keputusan selanjutnya terhadap

seluruh hasil investigasi.

Agar investigasi kecelakaan menjadi efektif maka

manajemen harus mempertimbangkan semua temuan yang

dilaporkan dan menyiapkan program untuk melakukan

koreksi dan perbaikan terhadap sistem yang ada. Evaluasi

secara berkala perlu dilakukan untuk menjaga kualitas

investigasi kecelakaan dan usulan yang tertulis pada

laporan investigasi.

Untuk penanganan investigasi kecelakaan lalu

lintas yang dialami oleh seluruh kendaraan Route, akan

dilakukan oleh tim PMKLL (Penanganan Masalah

Kecelakaan Lalu Lintas), Susunan Pengurus Masalah

Kecelakaan Lalu Lintas dapat dilihat pada lampiran, yang

secara umum bertugas:

a. Melakukan investigasi untuk kecelakaan lalu lintas

khusus untuk penanganan kecelakaan lalu lintas yang

melibatkan semua kendaraan perusahaan.

b. Melakukan rapat untuk menindaklanjuti hasil

investigasi.

c. Merekomendasikan kepada manajemen untuk

tindaklanjuti hasil investigasi.


d. Melengkapi investigasi kecelakaan dan

mengimplementasikan corrective action yang telah

dibuat bersama-sama dengan team.

5.1.2 Pelaporan Kecelakaaan di PT X

Berdasarkan kebijakan dari national office maka

kecelakaan baik kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan

ditempat kerja harus dilaporkan sebagai berikut:

a. Fatality accident, harus dilaporkan dalam tempo maksimal 24

jam kepada :

1. Fleet Manager, Occupational Health & Safety (OHS),

Human Resoursing Manager (HRM), General Manager

(GM) Unit operation.

2. National OHS, National fleet dan regional director.

b. Kecelakaan jalan raya, harus dilaporkan dalam tempo

maksimal 48 jam kepada :

1. Fleet Manager, OHS, HRM, GM Unit operation

2. National OHS, National fleet dan regional director.

c. Kecelakaan ditempat kerja, harus dilaporkan maksimum dalam

tempo 48 jam kepada :

1. OHS, TOM, HRM, GM Unit operation

2. National OHS, dan regional director.


5.2 Pembahasan

5.2.1 Langkah-Langkah Investigasi Kecelakaan di PT X

Prinsip-prinsip untuk melakukan investigasi secara efektif,

terdiri sebagai berikut :

a. Akar permasalahan dari kecelakaan berawal dari kegagalan

terhadap pelaksanaan kebijakan perusahaan.

b. Semua kecelakaan bisa dihindari dan dicegah.

c. Investigasi kecelakaan bertujuan untuk mengidentifikasi akar

permasalahan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

d. Teknik investigasi yang benar.

e. Pelatihan untuk melakukan investigasi, pelatihan ini dilakukan

agar pada saat terjadi kecelakaan team investigasi dapat

menangani masalahnya dengan benar.

Kegiatan dalam menangani kecelakaan sangat bervariasi

tergantung dari situasi dan potensi kerugian yang ditimbulkan.

Pada kenyataannya tidak ada metode investigasi yang permanen

yang dapat digunakan untuk semua peristiwa kecelakaan. Hal

tersebut disebabkan karena kondisi dan penyebab kecelakaan dan

juga sangat bervariasi dari satu kejadian kecelakaan ke kecelakaan

lainnya. Namun demikian, secara garis besar pelaksanaan

investigasi kecelakaan di PT X telah sesuai dengan Peraturan


Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-03/MEN/1998 tentang Tata Cara

Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

5.2.2 Pelaporan Kecelakaan di PT X

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 11 dan

PerMen No.03 Tahun 1998 disebutkan bahwa setiap kecelakaan

yang terjadi haruslah dilaporkan. Menurut kedua Undang-undang

diatas manfaat dari adanya pelaporan kecelakaan adalah:

a) Laporan kecelakaan sesuai dengan Undang-Undang Jamsostek

digunakan untuk menjamin hak-hak tenaga kerja yang

menimbulkan akibat kecelakaan.

b) Dengan laporan kecelakaan sesuai Undang-Undang

keselamatan kerja, dapat disusun statistik kecelakaan menurut

sektor, wilayah dan secara nasional, sehingga dapat dilihat

status dan kecenderungan kecelakaan menurut waktu, tempat

dan jenis pekerjaan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.

Per-03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan disebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib

melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor

Departeman Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari

2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya

kecelakaan denagn formulir laporan kecelakaan sesuai contoh


bentuk 3 KK2 A, dan PT X telah melaksanakan prosedur yang

telah ditetapkan oleh menteri tenaga kerja. Ini terbukti berdasarkan

kebijakan dari national office.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal

11 dan Peraturan Menteri No.03 Tahun 1998 kecelakaan yang

terjadi di PT X juga telah dilaporkan. Pelaporan kecelakaan dan

kejadian yang ada di PT X dilakukan dalam bentuk form laporan

kecelakaan, form laporan jam kerja hilang dan form evaluasi

kecelakaan.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari beberapa tinjauan literatur beberapa jurnal yang dibahas

sebelumnya dari judul kerja praktek Investigasi Kecelakaan dan Pelaporan di

Industri Minuman maka dapat di tarik beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Kegiatan dalam menangani kecelakaan sangat bervariasi tergantung

dari situasi dan potensi kerugian yang ditimbulkan. Pada kenyataannya

tidak ada metode investigasi yang permanen yang dapat digunakan

untuk semua peristiwa kecelakaan. Hal tersebut disebabkan karena

kondisi dan penyebab kecelakaan dan juga sangat bervariasi dari satu

kejadian kecelakaan ke kecelakaan lainnya. Namun demikian, secara

garis besar pelaksanaan investigasi kecelakaan di PT X telah sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-03/MEN/1998

tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

2. Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-

03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan disebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib

melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor

Departeman Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2x24

jam (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya

kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3


KK2 A, dan PT X telah melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan

oleh menteri tenaga kerja. Ini terbukti berdasarkan kebijakan dari

national office.

6.2 Saran

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh,

maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

a. Bagi perusahaan

Sebaiknya dilakukan peningkatan sosialisasi mengenai investigasi

kecelakaan sehingga pekerja yang menjadi saksi dapat bekerja sama

dengan tim investigasi dan memberikan keterangan yang sebenar-

benarnya demi mengungkapkan kasus sebuah kecelakaan.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai investigasi kecelakaan

dan pelaporan untuk mengetahui penyebab kecelakaan dan melakukan

tindakan penyelidikan yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Madoeretno, Amiroel Pribadi. 2015. Accident Incident Investigation. Indramayu:


Perpustakaan Akamigas Balongan.
Ramli, Soehatman. 2017. Manajemen Keselamatan Proses Berbasis Risiko.
Jakarta: Prosafe Institute.
Sultan, Muhammad. 2019. Kecelakaan Kerja; Mengapa Masih Terjadi di Tempat
Kerja?. Kab. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Bird, E. Frank, Jr dan Germain, L. Germain. 1986. Practical Loss Control
Leadership. Georgia: Institue Publishing, Division of International Loss
Control Institue.
Widhiyastuti, Aryani. 2009. Investigasi dan Pelaporan Kecelakaan Kerja Sebagai
Upaya Untuk Meminimalisir Angka Kecelakaan Kerja di PT Coca-Cola
Bottling Indonesia Central Java Semarang. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permatasari, Anggun. 2009. Investigasi Kecelakaan Penyebrangan Perlintasan
KRL UI-Margonda Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 50. 2012. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-03/MEN/1998. Tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT X
Lampiran 2: Lembar Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT X
Lampiran 3

RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Kintan Nauval Alifian
Tempat, Tanggal Lahir : Wonosobo, 25 September 1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 45 kg
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Golongan Darah : O
Status : Belum Menikah
Alamat : Permata Harjamukti Utara Tahap 1 Blok C6
No. 38, Jl. Intan, RT 10 RW 14,
Kec. Harjamukti Kel. Kalijaga, Kota
Cirebon 45144
No. Handphone : 08991353064
E-mail : kintannauval25@gmail.com
B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
2006-2012 SDN Kalijaga Permai
2012-2015 SMPN 7 Cirebon
2015-2018 SMAN 4 Cirebon
2018-sekarang Diploma III Fire and Safety Akamigas Balongan

C. SEMINAR DAN PELATIHAN


1. Pelatihan pemadaman api, Indramayu, 2018.

2. Pelatihan First Aid, Indramayu, 2018.

3. Pelatihan Hose Drill With Noozle, Indramayu, 2019

4. Seminar dan Pelatihan Basic Training Safety Confined Space,

Indramayu, 2019

5. Seminar Nasional “Darurat Energy Nasional, dan Peran Mahasiswa

Dalam Mengoptimalkan Energy Sebagai Penggerak Pembangunan

Nasional”, Indramayu, 2019.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

dapat dipertanggung jawabkan, terima kasih.

Hormat Saya,

Kintan Nauval Alifian

Anda mungkin juga menyukai