HAZARD PENCAHAYAAN
DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sektor industry di indonesia saat ini berkembang semakin pesat. Hal ini dapat mendatangkan
manfaat positif dari sisi perekonomian, Namun disisi lain dapat menimbulkan resiko yaitu berupa
kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja dapat menyebabakan cidera, keruksakan property dan dapat menyebabkan kematian serta
menimbulkan kerusakan di lingkungan kerja dan sekitarnya.
Sampai sat ini angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi yaitu: pada tahun 2010 terjadi
86.693 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 terjadi 96.314 kasus kecelakan kerja, tahun 2008 terjadi
93.823 kasus kecelakaan kerja, tahun 2007 terjadi 83.714 kasus kecelakaan kerja dan pada tahun
2006 terjadi 95.624 kasus kecelakaan kera. Dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang
terjadi memnunjukkan bahwa aspek keselamatan kerja dan kesehatan kerja (K3) belum terlaksana
secara maksimal.
Sebagai dasar hukumnya, menurut undang – undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, setiap tenaga kerja punya hak untuk selamat, karena itu setiap tenaga kerja harus dilindungi
dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Potensi bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja di
antaranya factor fisik (kebisingan, getaran, lingkungan kerja,pencahayaan, radiasi sinar UV), factor
kimia, biologi fisiologi dan factor psikologi kerja.
Berdasarkan observasi diketahui intensitas pencahayaan workshop pada area fabrikasi sebesar
37,07 lux dan area machining sebesar 26,12 lux, kedua area tersebut memiliki nilai pencahayaan
yang kurang dari nilai ambang batas pencahayaan yaitu 500 lux berdasarkan peraturan Kepmenkes
RI No.1405/MENKES/SK/X1/2002. Selain kondisi lingkungan fisik, pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja juga diikuti oleh kesadaran setiap pekerja untuk menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang telah disediakan oleh perusahaan. Kurangnya komitmen karyawan terhadap penggunaan
Alat Pelindung Diri dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penggunaan APD merupakan salah satu
cara untuk menghindari bahaya kerja yang akan berdampak pada berkurangnya efisiensi dan
produktivitas kerja pekerja dan diketahui bahwa jumlah kecelakaan yang terjadi selama tahun 2012
adalah 8 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi bahaya akibat
pencahayaan dan mengetahui kategori resiko untuk potensi bahaya yang terdapat di workshop PT
Karatau Engineering. Metode yang digunakan untuk menentukan titik pengukuran pencahayaan
dilakukan berdasarkan SNI 16-7062-2004 dengan jarak interval 6 meter untuk setiap titik
pengukuran, sedangkan identifikasi potensi bahaya dan penilaian kategori resiko menggunakan
pendekatan HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment). Kategori resiko didapat dari matrik
penilaian resiko yang merupakan perkalian antara tingkat peluang dan tingkat keparahan. Hasil dari
penelitian adalah diketahui kategori resiko pada area fabrikasi di staisun pemotongan adalah
medium, stasiun gerinda dengan kategori high dan medium, stasiun pengelasan dengan kategori
medium, inspeksi dengan kategoru medium, dan material handling dengan kategori medium. Pada
area machining, kategori resiko stasiun pembubutan adalah high, stasiun milling dengan kategori
medium, dan material handling dengan kategori medium.
2. Tujuan umum
3. Tujuan khusus
4.
BAB II
PEMBAHASAN
Bahaya fisik adalah salah satu jenis bahaya (hazard) yang berkaitan dengan kesehatan kerja seperti
kebisingan, suhu yang ekstrim, radiasi ionisasi, radiasi nonionisasi, tekanan ekstrim, dan vibrasi yang
semuanya merupakan tekanan-tekanan fisik terhadap tubuh manusia Bahaya fisik dapat ditemukan
pada ingkungan kerja seorang atau lebih operator. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan terhadap
bahaya fisik untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya hal tersebut.Lingkungan kerja yang nyaman
sangat dibutuhkan oleh manusia untuk dapat beraktifitas secaraoptimal dan produktif. Selain itu
lingkungan kerja harus ditangani dan didesain secara baik. Hal tersebut dikarenakan pengaruh buruk
dari lingkungan kerja akan memberikan dampak buruk bagi operator. Dapat dikatakan, lingkungan kerja
memiliki dampak langsung terhadap aktifitas operator.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas lingkungan dalam beraktifitas, antara lain: intensitas penerangan, suhu dan kelembapan udara,
serta tingkat kebisingan.Kualitaslingkungan kerja fisik seperti penerangan, suhu, dan kelembapan udara,
dan tingkat kebisingan tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan fisik kerja seorang operator adalah
intensitas pencahayaan. Pencahayaan merupakan sejumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.Fungsi dari pencahayaan di area kerja antara lain
memberikan pencahayaan kepada benda-benda yang menjadi objek kerja operator tersebut,
seperti: mesin atau peralatan, proses produksi, dan lingkungan kerja.Intensitas pencahayaan
(Illumination level) merupakan jumlah atau kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu permukaan. Satuan
untuk illumination leveladalah lux pada area dengan satuan square mete. Tingkat atau intensitas
pencahayaan tergantung pada sumber pencahayaan tersebut.
Kebutuhan pencahayaan di tempat kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan di tempat
tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi memerlukan pencahayaan dengan
intensitas yang cukup besar, semakin tinggi ketelitian yang diperlukan maka semakin besar
pencahayaan yang di perlukan.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan, berupa lampu pijar, lampu tungsten- halogen, lampu sodium,
lampu uap merkuri, lampu kombinasi, lampu metal halide, lampu LED, Lampu Fluorescent
tabung, lampu fluorescent berbentuk pendek, lampu induksi.
Jika pencahayaan dari sinar matahari kurang mencukupi, perlu diupayakan pencahayaan
tambahan yang didapatkan dari sumber lain. Pencahayaan yang didapat dari pencahayaan buatan
yang biasanya berupa bola lampu harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain pencahayaan
buatan harus aman, intensitasnya cukup baik, tidak boleh menimbulkan panas dan tidak merusak
susunan udara.
Jika pencahaan buatan menimbulkan kenaikan suhu di tempat kerja, kenaikan ini tidak boleh
mencapai lebih dari 32 derajad celcius. Sumber cahaya yang digunakan tidak boleh menyebabkan
kesilauan pada mata, berkedip-kedip atau menimbulkan bayangan yang dapat mengganggu.
Dalam ruang lingkup dengan pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek dan
sekelilingnya, luminensi (brightness) dari penglihatan, yang tergantung dari pencahayaan dan
pemantauan pada arah si pengamat serta lamanya melihat.
c. Kecepatan persepsi
Adalah waktu yang diperlukan pada saat melihat suatu objek dengan persepsi visualnya.
Kecepatan persepsi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kecerahan dan
kekontrasan antara objek dengan peralatannya.
Dalam praktek ternyata apabila ada peningkatan pada tajam visual, maka secara serentak
akan dibarengi oleh peningkatan peka kontras dan kecepatan persepsi. Menurut Lukiesh,
meningkatnya level iluminasi dari 10 lux ke 1000 lux menimbulkan kenaikan tajam 100 – 170%,
dan peka kontras menjadi 450 %. Pada saat yang sama akan berkurang ketegangan otot serta
angka kedipan mata. Keadaan ini disebabkan berkurangnya ketegangan syaraf karena
meningkatnya level iluminasi tersebut.
2. Prosedur Pengukuran
Pengukuran Intensitas Penerangan Lokal
Caranya: Tempatkan lux meter dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan dan ukur
intensitas penerangannya.
Standart atau nilai ambang batas pencahayaan menurut IES dan Kepmenkes Nomor 1405
tahun 2002 akan di tampilkan pada tabel di bawah ini,
1. Pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang kasar seperti menyisihkan barang- barang
besar, mengerjakan bahan tanah atau batu, mengangkut dan meletakkan barang di gudang,
berdasarkan ketentuan membutuhkan pencahayaan paling sedikit 50 lux.
2. Pekerjaan yang harus membedakan barang- barang yang kecil, tetapi dilakukan secara sepintas
seperti mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai, penggilingan
padi,penyisihan barang kapas, ruang penerima dan pengiriman barang memerlukan
pencahayaan paling sedikit 100 lux
3. Pencahayaan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang-barang kecil dengan teliti seperti
pemasangan alat-alat, pekerjaan bubut yang kasar, menjahit bahan yang berwarna warni,
mengerjakan kayu dan melapisinya memerlukan kekuatan pencahayaan sebesar 200 lux.
4. Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap barang- barang yang kecil dan halus seperti
percobaan- percobaan yang teliti, pekerjaan dengan mesin yang rumit dan membutuhkan
ketelitian, pembuatan tepung, penenunan, pekerjaan kantor dalam arti menulis, membaca,
mengarsip dan menyeleksi surat- surat membutuhkan intensitas pencahayaan 300 lux
5. Pencahayaan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang barang yang
sangat halus dan kontras dalam waktu yang lama seperti pekerjaan dengan mesin-mesin yang
halus, penyemiran yang halus, dan pemotongan kaca, mengukir kayu, mengetik, pekerjaan
akuntansi, memerlukan intensitas cahaya 500- 1000 lux.
6. Pencahayaan untuk pekerjaan membedakan barang yang sangat halus dan kurang kontras,
seperti pekerjaan service dan pembuatan jam tangan, tukang mas, penilaian dan penyisihan
tembakau memerlukan intensitas pencahayaan sebesar 1000 lux.
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. saran