Jakarta (ANTARA News) - PT Jamsostek menyatakan dalam tahun 2012 setiap hari
ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara
total kecelakaan kerja pada tahun yang sama 103.000 kasus. Kepala Divisi Teknis Pelayanan
PT Jamsostek Afdiwar Anwar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan,
di wilayah Jawa Barat dan Banten terjadi 37.390 kasus kecelakaan kerja dengan pembayaran
klaim mencapai Rp139,6 miliar. Di wilayah pantura (Bekasi, Cikarang, Karawangdan
Purwakarta) terdapat 10.109 kasus kecelakaan kerja selama 2012 dengan total pembayaran
klaim sebesar Rp45 miliar.
"Kondisi itu menunjukkan semakin banyak pekerja yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas. Data dari kepolisian menyebutkan setiap tiga jam terdapat satu orang
yang meninggal, tetapi kecelakaan kerja tertinggi tetap terjadi di lingkungan industri," ujar
Afdiwar.
Masih tingginya angka kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan. "Contohnya kematian 32
pekerja tambang di Sawah Lunto, Sumbar, dan di Plaza Semanggi baru-baru ini yang tidak
memakai alat keamanan kerja sehingga jatuh dari Gondola," katanya.
Dia mengungkapkan bahwa di Indonesia hanya 2,1 persen dari 15.000 perusahaan
berskala besar yang menerapkan sistem manajemen K3. Bahkan ada perusahaan yang
menganggap program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Oleh
karena itulah, PT Jamsostek terus melakukan pelatihan dan sosialisasi K3 kepada perusahaan
peserta Jamsostek agar dapat diimplementasikan di lingkungaan perusahaannya. "Jika
perusahaan makin sadar akan pentingnya sistem manajemen K3, diharapkan dapat menekan
angka kecelakaan kerja," katanya. BUMN itu juga akan memberikan pelatihan kepada ahli
K3 untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang lain, menjaga aset perusahaan, dan agar
semua aparat produksi dapat dipakai secara aman dan meningkatkan efisien dan
produktivitas.
(Sumber
http://www.antaranews.com/berita/360749/jamsostek-setiap-hari-9-meninggal-
karena-kecelakaan-kerja)
Dari berita diatas dapat kita ketahui bahwa tingkat kecelakaan yang tinggi
mengakibatkan pengeluaran biaya yang banyak untuk keperluan pengobatan maupun klaim.
Tingginya angka kecelakaan pada suatu perusahaan atau tempat kerja dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor yakni unsafe act dan unsafe condition, dimana penyebab utama kecealakaan
kerja adalah unsafe act atau unsafe behaviour dari pekerja itu sendiri yang bekerja dengan
kondisi tidak aman.
Kondisi tidak aman yang diakukan oleh pekerja dapat berupa mengabaikan instruksi
kerja ataupun mengabaikan pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan tempat kerja.
Prilaku bekerja tidak aman seperti ini dikarenakan keselamatan kerja belum menjadi sebuah
kebutuhan utama bagi pekerja. Menjadikan sebuah keselamatan kerja menjadi sebuah
kebutuhan tidak semudah selalu mengingatkan pekerja untuk memakai APD ketika bekerja,
namun harus menumbuhkan atau menyadarkan bahwa keselamatan kerja itu adalah sebuah
kebutuhan bagi tiap individu pekerja.
Membuat keselamatan kerja menjadi sebuah kebutuhan bagi pekerja akan
menciptakan keselamatan kerja menjadi sebuah budaya di tempat kerja. Untuk membuat atau
menciptakan sebuah budaya K3 di tempat kerja dibutuhkan kepemimpinan K3 yang disebut
Safety Leadership. Dalam GS-R3 IAEA tentang sistem manajemen fasilitas
dan
aktivitas pemanfaatan tenaga nuklir disebutkan bahwa salah satu karakteristik penting
untuk mewujudkan yang budaya keselamatan kuat adalah Safety leadership is clear.
Hal ini selaras dengan pengalaman para pakar yang sudah banyak menjalankan best
practices penerapan budaya keselamatan
bahwa Pengembangan budaya keselamatan dimulai dari manajemen puncak dan tim
manajemen dalam organisasi. Karena dari meja manajemen puncak dan meja-meja tim
manajemen inilah
mulai
digerakkannya
penerapan
budaya keselamatan
secara
cenderung menciptakan budaya organisasi yang tepat. Kenyataan yang ditemui didalam
organisasi yang mempunyai kepemimpinan keselamatannya tinggi
keselamatan
dan mengandalkan
keteladanan,
etika
kerja
yang kuat,
tanggungjawab, watak, keterbukaan, konsistensi, komunikasi dan keyakinan. Hal ini akan
tercermin dari kinerja keselamatan
menulis bahwa Orang jarang mengalami peningkatan kalau mereka tidak mempunyai
teladan selain
mengajak
orang
lain
untuk
berubah.
Kepemimpinan
Itulah alasannya,
keselamatan juga
kenapa
kepemimpinan
keselamatan
pihak
manajemen sebagai kerangka kerja keselamatan pasti akan dapat dilaksanakan dengan
efektif. Di Industri penerapan budaya keselamatan memang bervariasi tergantung pada
komitmen dari pimpinan,
namun
demikian
industri
yang
sehat, berkualitas
dan
profesional dan mengutamakan daya saing, sebagian besar sudah sangat memperhatikan
pengembangan budaya keselamatan.
Untuk meningkatkan budaya keselamatan industri
menggunakan manajemen
dan
industri melakukan
sertifikasi dari lembaga yang sudah terakreditasi dari ISO dan OSHAS Internasional.
Komitmen mengembangkan budaya keselamatan dilakukan dengan menyiapkan
program keselamatan. Dalam suatu organisasi, budaya keselamatan merupakan bagian
dari budaya organisasi
manajer dan pekerja dalam mewujudkan keselamatan yang terintegrasi. Ada tiga hal penting
dalam membangun budaya keselamatan. Pertama adanya tata nilai keselamatan; kedua
adanya pola perilaku yang sama; ketiga keselamatan adalah tanggungjawab semua orang
dalam organisasi. Isu yang muncul adalah cara untuk membentuk budaya keselamatan yang
kuat secara berkelanjutan, sehingga keselamatan menjadi tanggung jawab utama atau
fokus utama pada seluruh jenis kegiatan. Menurut Reason budaya keselamatan berfungsi
antara lain :
a. Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan yang dilakukan individu.
b. Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan
c. Mendorong pekerja utk menjalani setiap prosedur dalam semua tahap pekerjaan.
d. Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil apapun yang
terjadi utk menghindari terjadinya kecelakaan.
IAEA GS-R.3 tentang The Management System for Facilities
and Activities
dalam
mendukung
dan
adalah
jelas,
pimpinan
menunjukkan komitmen
terhadap
melalui
tindakan
(dan non-tindakan)
dan melalui
nilai
serta
pandangan-
pengaruh terhadap budaya keselamatan. Pimpinan dan Manajer pada seluruh organisasi
hendaknya memberi contoh masalah keselamatan, misalnya melalui keterlibatannya
secara langsung dalam pelatihan serta pengawasan pada daerah kegiatan yang penting.
Setiap
individu
dalam
ditunjukkan oleh Pimpinan secara personal. Oleh karena itu suatu standar hendaknya
diatur didalam organisasi sebagai aspek yang penting terhadap keselamatan.
1. Peran Kepemimpinan Sebagai Pebelajar dan Berbagai Pengetahuan
a. Pemimpin Pembelajar
Salah satu kekuatan membangun budaya keselamatan
adalah
tidak jelas. Senjata satu-satunya cuma menuliskan tindak lanjut tanpa pesan,
bawahan dibiarkan menyelesaikan pekerjaan tanpa arahan yang jelas.
Sebagai manusia pembelajar, belajar terus menerus disekolah dan
universitas realitas ini, menjadi suatu kebutuhan yang menyenangkan. Seorang
manusia
pembelajar
itu
haus
akan
ilmu pengetahuan,
selalu
berusaha
bisa
Salah satu
motivasi, sikap dan perilaku keselamatan dipertimbangkan dengan jelas. Materi ini
digunakan oleh RU- IV Pertamina Cilacap, sebagai module untuk melakukan
pengembangan safety leadership. Pada module ini gaya kepemimpinan disusun
dalam 4 kategori, yaitu Telling, Teaching, Participating, Delegating.
Konsep Teaching memberikan bimbingan dan arahan, serta penjelasan
dan dorongan. Telling lebih pada memberikan petunjuk yang benar tentang apa,
dimana, kapan dan bagaimana. Delegating memberikan kebebasan, kepercayaan,
dukungan dan monitoring. Sedangkan Participating lebih cenderung memberikan
dukungan, fasilitas, kerangka dan contoh. Anda bisa memilih style yang paling
cocok dikaitkan dalam 7 aspek yang berkaitan dengan budaya keselamatan.
Semakin banyak yang dipilih di kolom style yang ada, disitulah gaya
kepemimpinan anda yang paling dominan.
Contoh sebagai seorang supervisor harus dapat membuat
memotivasi
orang, berkomunikasi,
mengembangkan
dan
meng-coach
memberikan
penugasan
pekerja, melibatkan
keputusan,
yg
pekerja
jelas,
dalam
untuk
melakukan
perbaikan
kinerja keselamatan.
Safety
Leadership yang berjiwa ksatria, juga dilakukan dengan mengakui jika Anda
sebagai atasan melakukan kesalahan. Konsentrasi masalah keselamatan pada
tujuan bukan pada seseorang, dan berbesar hati dalam mendiskusikan setiap
perbedaan.
Prioritas utama keselamatan dalam safety leadership diwujudkan dengan
menciptakan iklim keselamatan di lingkungan kerjanya. Kegiatan Safety Pause
yang diagendakan selama 5-10 menit pertama dalam setiap pertemuan pimpinan,
merupakan salah best practices
kokoh.
b. Berbagi Pengetahuan
Kepemimpinan untuk keselamatan harus jelas dalam membangun budaya
keselamatan,
transfer
mempunyai atribut
knowledge.
Menurut
tentang
pentingnya
kebudayaan
pimpinan
melakukan
dan
guru
atau
guru
adalah
orang
yang
pengalamannya dapat Anda jadikan pandangan untuk kehidupan masa depan yang
lebih baik. Kita semua tahu, bahwa pemimpin yang hebat pasti punya segudang
ilmu pengetahuan dan pengalaman yang tak ternilai harganya.
Dengan
demikian pimpinan dapat berperan menjadi guru bagi para juniornya, untuk
membekali dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi sumberdaya manusia,
di lingkungan kerjanya.
Berdasarkan konsep behavior base safety leadership team building ,
kita bisa melihat
secara
permanen
ketika
ia meninggal.
Ia
ingin
meningkatkan
kehidupan orang di berbagai penjuru dunia, atau yang lebih baik, ingin melihat
mereka sibuk dengan sesuatu yang bermanfaat. Ini tidak berarti terkenal atau
kaya. Ini hanya berarti orang melanjutkan misinya, terhadap apa yang telah dibuat.
Dalam knowledge management ada dua, yang pertama explicit
knowledge, yaitu pengetahuan yang didapat dari sekolah, universitas, pelatihan
yang didasarkan pada literatur, buku acuan, prosedur yang tertulis. Sedangkan
tacit knowledge didapat dari pengalaman selama bekerja dan tersimpan dalam
pikiran atau brain memory saja. Penting bagi pimpinan (termasuk manajer dan
supervisor) untuk mentransfer pengetahuan explicit dalam pelatihanpelatihan
sekaligus
banyak dipunyai oleh pekerja yang sudah hampir pensiun yang didapat dari
pengalamannya selama puluhan tahun di bidang keselamatan.
Coaching dari seorang pimpinan kepada pekerja merupakan
transfer
proses
Coaching yang
atau
pada
saat pimpinan
melakukan
kunjungan
ke
lapangan.
organisasi
ini,
lebih
memahami
dan
menjiwai apa-apa
yang
dari atasan
kebawahan
terkait
materi
pimpinan
meneruskan
dikoordinasikan dengan
tersebut.
bagian
pelatihan,
tetapi
bawahan
sifatnya
yang
dari
kepada
yang
akan
lebih personal,
membutuhkan waktu yang lama dan tidak setiap hari tergantung waktu yang
disediakan oleh atasan. Mencapai
karena
punya
peran
dalam membangun
keberhasilan
karyawan
dan
organisasinya.
Ada pepatah mengatakan, jika anda ingin menyentuh masa depan,
maka
didiklah
orang
lain untuk
melanjutkan
cita-cita.
Kita
pasti
akan
meninggal, tetapi cita-cita, harapan dan tujuan anda tidak akan pernah punah,
karena anda telah mendidik dan mempersiapkan orang lain.
Disinilah fungsi mentoring dari pimpinan diperlukan untuk membantu
mengembangkan keahlian dan menyiapkan estafet keberhasilan kepemimpinan
nilai-nilai
keselamatan
kerja
pada
dirinya
sendiri
sebelum