Anda di halaman 1dari 39

Presented by : Irwan Sitorus

PENERAPAN
BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS)
(BBS)
Di TEMPAT KERJA
BBS
Latar Belakang perlunya penerapan Based Behavior Safety

Menurut Heinrich (1931) sang penemu teori Domino dan dalam bukunya
berjudul "The Origin of Accident", 88% kecelakaan terjadi karena perilaku
tidak aman (unsafe acts). Sementara itu, kondisi tidak aman (Unsafe
condition) hanya memiliki porsi 10% dalam terjadinya kecelakaan dan
sisanya, sebanyak 2%, murni disebabkan oleh kehendak Tuhan.
BBS
Latar Belakang perlunya penerapan Based Behavior Safety

Besarnya porsi kecelakaan yang diakibatkan oleh perilaku tidak aman, membuat para
profesional mengembangkan berbagai macam alat (tools) untuk menangani masalah
perilaku tidak aman tersebut. Salah satu alat yang dikembangkan oleh para professional
adalah konsep Budaya k3. Menurut DuPont, Budaya k3 adalah sebuah hasil dari nilai-nilai,
persepsi, perhatian, kompetensi dan pola-pola perilaku individu dan grup yang
menunjukkan komitmen, cara, dan kemampuan dari sebuah manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dari sebuah organisasi. Singkatnya, budaya k3 ini mencerminkan tingkat
keselamatan kerja seseorang ketika tidak ada orang yang mengawasi.
BBS
BBS
Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuah program yang ditujukkan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja dengan cara memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan pekerja dan mengubah kultur dari satu perusahaan
atau organisasi sehingga lebih aware terhadap pencegahan kecelakaan.

Elemen-Elemen dasar untuk mencapai tujuan BBS:


• Melakukan observasi (pengamatan) perilaku pekerja
• Melakukan analisis data => Proses ini merupakan langkah identifikasi bahaya dan
penilaian risiko dari observasi yang telah dilakukan.
• Melakukan pengendalian risiko (solusi) dari hasil analisis data
• Menerapkan Kebijakan/Peraturan/Prosedur
• Sosialisasikan Kebijakan/Peraturan/Prosedur dan hasil analisis data kepada seluruh level
pekerja, dampingi, monitoring & pengawasan dilakukan secara berkala
• Evaluasi program yang sudah dibuat, serta bandingkan dengan behaviour sebelumnya
serta ukur ke-efektifannya secara berkala
BBS
Apa sih tujuan dari BBS ini?
Tujuan Implementasi BBS

1. Menciptakan lingkungan kerja dengan kondisi perilaku pekerja zero harm yang akan
mendukung zero accident di lingkungan kerja.
2. Mengurangi terjadinya at Risk-Behavior.
3. Merubah kebiasaan dan mindset pekerja untuk senantiasa bekerja dengan aman dan selamat.

Manfaatnya gimana?
Manfaat Implementasi BBS
1. Penurunan angka laporan kejadian kecelakaan kerja.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan menciptakan safety culture (Budaya K3) yang
kuat dan mengakar dengan baik di lingkungan kerja.
3. Mengurangi angka accident rate dan kerugian akibat kecelakaan kerja.
4. Investasi jangka panjang (bertahan dalam jangka waktu yang lama)
5. Upaya proaktif meminimalkan potensi kecelakaan yang disebabkan human factor.
BBS
BBS

Contoh Pengarahan / Meeting


sebelum aktifitas kerja dimulai

Contoh Kegiatan Sosialisasi &


Training
BBS

Perilaku Budaya K3 Pekerja:


• Mematuhi Peraturan Perundangan & Kebijakan K3LM yang berlaku
• Menggunakan Alat Pelindung Diri yang layak dan sesuai dengan pekerjaannya
• Mengikuti toolbox meeting/safety talk dan melakukan inspeksi sebelum memulai pekerjaan
• Mengikuti Prosedur / Instruksi kerja yang sudah disesuaikan dengan actual pekerjaannya
• Melakukan Intervensi jika menemukan Unsafe Action & Unsafe Condition dengan metode
komunikasi yang persuasif
• Dll..
BBS
Mengapa Pekerja melakukan Unsafe Behavior?

Karena mereka belum pernah mendapatkan sosialisasi/pelatihan


terkait bagaimana cara kerja aman dan apa bahaya, risiko serta
pengendaliannya dari pekerjaan yang dilakukan

Karena mereka belum pernah mengalami kecelakaan pada waktu


mereka melakukan pekerjaan dengan cara tidak aman.

Karena kurangnya kepedulian Level Manajemen terkait aspek K3


yang kemungkinan diakibatkan oleh:

a. Ketidaktahuan Level Manajemen terkait pentingnya aspek K3,


b. Tidak tersedianya personil yang paham bagaimana mengelola SMK3
c. Terbatasnya kompetensi pengetahuan personil K3 terkait bagaimana mengelola SMK3
d. Tersedianya personil K3 yang kompeten, tetapi minimnya pengetahuan personil
tersebut dalam hal cara berkomunikasi / penyampaian pengelolaan SMK3 kepada
Level Manajemen maupun ke level pekerja secara keseluruhan
BBS
Mengapa Pekerja melakukan Unsafe Behavior?

Apa yang dimaksud dengan Critical Behavior Inventory ?

Critical behavior inventory secara singkat adalah perilaku perilaku kritis yg dpt
menyebabkan kecelakaan didapatkan dari hasil assessment, hazard report,
maupun investigasi di masing-masing perusahaan.
BBS
Bagaimana Penerapan BBS di tempat kerja ??

1. Program “Leadership & Commitment”


a. Implementasi Komitmen Manajemen dalam pengelolaan SM-K3LM
b. Pekerja diberikan peluang untuk berpartisipasi dalam memberikan input pada rencana
dan implementasi Komitmen Manajemen, sehingga pekerja merasa sebagai ownership
dari proses SM-K3LM
c. Tersedianya Prosedur/Instruksi kerja/checklist yang disesuaikan dengan aktual pekerjaan

2. Program “Hazard Observe & Risk Control Communication)


Memberikan pelatihan secara teori & praktek lapangan tentang bagaimana cara meng-
observasi bahaya & risiko serta pengendaliannya.
Hal ini bisa dilakukan secara berkala dengan mengajak seluruh level karyawan untuk
berpartisipasi dalam contoh program : Pengisian Safety Observation Card/STOP Card,
Safety Card, PEKA (Pengamantan Keselamatan Kerja), SWA (Stop Work Authority), MASTER
(Management assist supervisor to eliminate risk), Hazard hunt, dll
BBS
3. Program “2 way Communication”
• Komunikasi aktif personil K3 dengan pekerja, pertemuan Spv antar departemen
secara berkala, pertemuan P2K3, DailyToolbox Meeting/Safety talk, Weekly
Meeting, dll
• Menginformasikan seluruh aspek K3LM kepada karyawan melalui email,
pemasangan di notice board, banner, WAG, dll
• Informasi yang disampaikan harus jelas dan dipahami oleh semua level pekerja serta
mendata semua input (feedback) dari pekerja

4. Program “Learning Team (Unsafe Act/Condition, Incident, Non-Conformity)


Pembentukan “Learning Team” yang terdiri Tim investigasi termasuk 1 perwakilan setiap
departemen yang tugasnya adalah, mencari dan menginformasikan penyebab-penyebab
Temuan tindakan/kondisi tidak aman, insiden, dan ketidaksesuaian yang menitikberatkan
pada tindakan-tindakan pencegahan dan perbaikan serta mensosialisasikan tindakan-
tindakan pencegahan/perbaikan tersebut kepada semua level pekerja.
BBS
5. Program “ Reward & Punishment”
Memberikan Reward (penghargaan) secara personal maupun department yang menerapkan
SMK3 dengan baik seperti contoh :
• Pekerja yang mengisi Safety Observation Card atau mengikuti kegiatan hazard hunt dengan finding
& solusi terbaik,
• Pekerja dengan kategori penggunaan APD terbaik,
• The Best Departemen for Safety Performance dengan indikator program yang ditetapkan

Punishment kepada personal maupun department yang tujuannya untuk meng-edukasi


pekerja supaya bisa belajar memperbaiki diri dan menerapkan budaya K3LM yang sudah
disepakati bersama di semua level pekerja.
Contoh punishment :
• Memberikan pengurangan uang lembur/bonus/tidak boleh melakukan pinjaman dana di perusahaan
dalam jangka waktu tertentu,
• Punishment berupa peringatan tertulis yang bisa sampai ke tahap pekerja di PHK, hal ini mengacu
ke peraturan perundangan dan peraturan perusahaan yang berlaku, yang idealnya sudah diketahui
dan ditandatangani seluruh pekerja sebelum diterima bekerja di perusahaan.
BBS
Hal mendasar untuk Mencapai Tujuan
berBudaya K3 di Tempat Kerja

1. Berpikir sebelum bertindak (Think before Act)


(Contoh : Tulis apa yang akan dikerjakan seperti “JSA”)

2. Komunikasikan dan kerjakan sesuai dengan apa yang telah dituliskan

3. Lakukan langkah 1 & 2 secara berulang agar menjadi “Kebiasaan” (Habit)

4. Lakukan Pengawasan dan control secara berkala dari Level Manajemen,


Manager, Supervisor dan Personil K3

5. Libatkan semua level karyawan dalam rencana, pengembangan dan


penerapan SMK3
BBS
Sekilas tentang konsep Budaya K3……
Untuk memudahkan kita dalam memahami konsep Budaya K3, DuPont telah membuat
DuPont Bradley Curve.

Sumber : www.dupont.com
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

Dalam kurva tersebut, DuPont telah membagi tingkatan Budaya K3 ke


dalam 4 Fase yang meliputi:

1. Reactive
2. Dependen
3. Independen
4. Interdependen
Sumber : www.dupont.com
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

1. Fase Reactive
- Kepedulian manajemen dan karyawan terhadap K3 sangat rendah.
- Tanggung jawab K3 diserahkan kepada bagian K3.
- Tidak ada kesadaran dari karyawan terkait tanggung jawab akan K3, udah ada
departemen K3 aja udah syukur alhamdulilah.
- Jadi di fase ini kalo terjadi kecelakaan aja, baru deh sibuk, ribut, saling menyalahkan….. 
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

2. Fase Dependen

- Karyawan melihat K3 sebagai sebuah aturan/prosedur yang harus diikuti.


- Tingkat kecelakaan dapat menurun dan manajemen percaya bahwa K3 dapat
dikelola jika karyawan mau mengikuti aturan.
- Nah bisa dikatakan di fase ini orang-orang udah mulai “ngeh” tentang K3. Tapi baru sebatas
takut ama bos, takut dipecat, takut ditilang… hihihi.
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

3. Fase Independen
- Perusahaan dalam tahap ini sudah menekankan pengetahuan, penerapan, pembiasaan,
pengakuan individu terkait dengan Isu K3, metode K3, komitmen K3 serta standar K3.
- Setiap individu karyawan bertanggung jawab atas K3 untuk diri mereka sendiri
- Proses internalisasi sebuah nilai K3 juga ditanamkan kepada seluruh karyawan
- Di Fase ini sudah ada keterlibatan dan komitmen yang kuat akan pelaksanaan K3, udah mulai
sadar kalo K3 itu penting untuk keselamatan mereka, bukan karena takut ditilang 
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

4. Fase Interdependen
- Perusahaan dalam tahap ini terlibat aktif dalam membantu orang lain untuk melaksanakan K3.
Lebih cocoknya, mereka menjadi “Penjaga Orang Lain” (Others keepers) karena mereka telah
bisa menjaga diri sendiri.
- K3 merupakan sebuah tanggung jawab tim baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain
- Karyawan, manajemen maupun masyarakat mulai sadar kalo K3 itu bukan cuma buat diri mereka
sendiri, tapi juga untuk orang lain
- Fase ini ada proses saling mengingatkan (intervsensi & Peduli) supaya semua sama-sama merasa aman
dan nyaman
- Perusahaan tidak menerima standar yang rendah dan mengambil risiko.
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

Sebagai Profesional K3, konsep Budaya K3 ini sangat penting untuk


dipahami karena dengan konsep ini kita bisa menaikkan level K3 kita. Dari
sebelumnya mungkin semua pekerjaan K3 hanya ada di Departemen K3,
dengan adanya kurva ini, kita bisa mencoba untuk menjadikan K3 sebagai
kebanggaan bersama. K3 tidak hanya sebatas emblem di baju, slogan,
atau hanya sebagai alat untuk menaikkan kesejahteraan kita saja, lebih
jauh daripada itu, K3 bisa menjadi sebab keluarga kita tetap lengkap
karena kepala keluarganya bekerja dengan aman dan sehat.

Referensi
Hewitt, M. (2009). Relative Culture Strength : A Key to Sustainable World Class Safety Performance. Wilmington: DuPont.
Krzywicki, R. S., & Keesey, M. B. (2011). Using Safety Perception Survey to assess your organization’s Safety Culture. DuPont.
BBS Sekilas tentang konsep Budaya K3 (lanjutan..)

Nah.., setelah penjelasan singkat 4 fase tersebut, di mana tingkat


Budaya K3 perusahaan Anda?
BBS
Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:

1. Toolbox Meeting/Safety Talk yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan shift 1 & shift 2
a. Topik meeting yang dibahas adalah terkait aktifitas secara umum dan sosialisasi beberapa
Prosedur/JSA/HIRADC (dilakukan secara berulang) yang relevan dengan scope pekerjaan

b. Pembicara topik meeting pun dirandom setiap harinya dengan tujuan meng-Edukasi pekerja dalam
berkomunikasi

Contoh kegiatan toolbox meeting/safety talk


BBS
Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:

2. Melakukan inspeksi peralatan dan lokasi kerja sebelum dimulainya pekerjaan


a. Inspeksi dilakukan pekerja departemen dengan cara mengisi form checklist yang relevan
b. Jika ditemukan ketidaksesuain pada saat inspeksi atau hal yang perlu diperbaiki, segera laporkan ke
pengawas dan disampaikan ke departemen terkait untuk perbaikannya.
BBS
Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:

3. Safety Observation Card yang diisi oleh setiap karyawan dan idealnya setiap orang mengisi 1
kartu per hari/minggu (menyesuaikan dengan prosedur kerja perusahaan yang berlaku)
a. Setiap temuan UAUC dan non UAUC, akan direkap oleh tim QHSE dan disummary serta
dibuatkan skala prioritas, temuan mana saja yang akan ditindaklanjuti terlebih dahulu.

Contoh STOP Card Contoh SO Card


BBS
Sekilas tentang STOP (Safety Training Observation Program) Card
STOP card merupakan produk Dupont yaitu kartu saku yang dapat di bawa saat
melakukan observasi, yang terdiri dari 6 Observasi dari 2 Pengamatan(Tindakan Tidak
Aman dan Tindakan Aman).

1. Reaction of People – Reaksi Pekerja;


2. PPE - APD;
3. Positions of People – Posisi Pekerja;
4. Tools & Equipment - Peralatan;
5. Procedure & Orderliness - Procedure;
6. Orderliness Standards – Kerapihan;
Contoh STOP Card
STOP Card adalah lisensi DuPont, jadi selayaknya mesti
membayar royalti/copy right untuk penggunaannya

www.dupont.com/stop (sumber : dari STOP card)


BBS

Contoh STOP Card


BBS
9 Prinsip STOP

1. Semua cedera bisa dicegah.


2. Keterlibatan karyawan sangat penting.
3. Manajemen bertanggung jawab untuk mencegah cedera.
4. Semua paparan operasi dapat diamankan.
5. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman sangat penting.
6. Bekerja dengan aman adalah kondisi kerja.
7. Manajemen adalah suatu keharusan.
8. Semua kekurangan harus segera diperbaiki.

9. Kami akan mempromosikan keselamatan di luar pekerjaan bagi karyawan kami.


BBS

Contoh Hazard Observation Card


BBS
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3
BBS
Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:

4. HSE Weekly Meeting level supervisor yang di hadiri oleh 1 spv perwakilan setiap dept
a. Setiap perwakilan menyampaikan UAUC terkait QHSE yang ada di area kerja masing-masing dan
memfokuskan pada temuan UAUC yang significant/prioritas, dan setiap spv memberikan solusi untuk
perbaikannya, dan rekomendasi final terkait langkah perbaikannya akan diputuskan
secara bersama dengan mempertimbangkan segala aspek
BBS
Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:

5. 5R & Safety Management Patrol & Meeting P2K3 dilakukan rutin 1x per bulan
a. 5R & Safety Management Patrol diikuti dari setiap perwakilan dept level spv & manager dan wajib
diikuti juga oleh level Direksi

b. Idealnya, 5R & Safety Management Patrol dilaksanakan pagi hari dan dilanjutkan meeting P2K3 pada
siang hari untuk membahas kinerja QHSE per bulannya, temuan pada saat safety management patrol
dan temuan terkait 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

Contoh Safety Management Patrol Contoh Meeting P2K3


BBS Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:
6. Implementasi punishment berjenjang
Contoh punishment dari incident case :
1 2 3
Hasil penyelidikan lanjutan,
Terjadi insiden forklift Hasil penyelidikan awal,
ditemukan akar masalah (root cause)
menabrak pembatas jalan 1. Penyebab langsung: Kelelahan
dari penyebab dasar tersebut adalah
yang mengakibatkan Operator forklift
tidak adanya pengelolaan waktu kerja
kerusakan pembatas dan 2. Penyebab Dasar: Operator
dari supervisor dan kurangnya
tidak ada cedera pekerja kurang istirahat di rumah,
pengawasan terkait jam kerja dari
akibat dari panjangnya jam
manager
kerja di hari sebelumnya.

6 5 4
Berdasarkan prosedur yang Dari akar masalah tersebut,
Punishment yang diberikan berlaku, punishment diberikan dapat disimpulkan adanya
mengacu ke kepada level supervisor dan factor kelalaian yaitu :
prosedur/peraturan di manager karena masuk dalam - Lemahnya monitoring &
perusahaan yang berlaku kategori factor kelalaian controlling dari level
monitoring dan controlling supervisor dan manager

Metode punishment berjenjang ini untuk meng-edukasi level spv & manager untuk bertanggung jawab secara
ketat dan konsisten dalam melaksanakan monitoring & pengawasan pekerjaan di departemennya.
BBS Contoh Kegiatan Penerapan BBS di Tempat Kerja:
7. Implementasi aplikasi “Corrective Tracking System (CTS)” secara komputerisasi
Contoh simulasi :
1 2 3

Temuan tersebut akan


Ditemukan ketidaksesuaian Selanjutnya, Admin QHSE meng-input
dikomunikan dengan dept terkait
saat Internal/External data dari kolom 2 ke dalam system CTS
untuk menentukan langkah
Audit, UAUC pada insiden yang secara otomatis terkirim ke admin,
perbaikan dan batas waktu
spv & manager dept terkait
(due date) perbaikan

6 5 4
Dan apabila dalam batas waktu Jika dalam batas waktu (due date)
yang ditentukan, langkah tersebut, evidence closing berupa Aplikasi CTS akan mengingatkan secara
perbaikan belum dilakukan, soft tersedia dari dept terkait, maka otomatis setiap waktu (berkala) ke dept
maka temuan akan secara data tersebut diupload ke system CTS terkait untuk segera implementasi
otomatis dinaikkan ke level dan otomatis terbaca oleh Admin langkah perbaikan
tertinggi dari department QHSE
tersebut, contohnya ke Level
Direksi
Metode ini untuk meng-edukasi kerjasama tim setiap Dept. untuk bertanggung jawab melakukan perbaikan dan pencegahan
supaya tidak temuan tersebut tidak terulang kembali.
BBS

Kunci Utama Dasar yang Wajib dimiliki Personil HSE (K3L) Untuk mengelola
Based Behavior Safety dengan tujuan Membudayakan K3

1. Penguasaan Metode Komunikasi


2. Analisa, Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko & Pendokumentasian SMK3
3. Monitoring & Controlling

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program /
Memantau perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas
apa yang kita lakukan. Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.
(seri monograf 3, UNESCO Regional Office for Education in Asia and teh Pasific)

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Fungsi pokok dari suatu Pengawasan adalah untuk mencegah terjadinya
penyimpangan atau kesalahan-kesalahan, memperbaiki adanya berbagai macam penyimpangan atau
kesalahan yang terjadi,
(Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)
BBS
BBS
Referensi Materi :

- The Dupont Integrated Approach (DnA) For Safety : A Catalyst to Accelerate Performance, 2012
- Hewitt, M. (2009). Relative Culture Strength : A Key to Sustainable World Class Safety
Performance. Wilmington: DuPont.
- Krzywicki, R. S., & Keesey, M. B. (2011). Using Safety Perception Survey to assess your
organization’s Safety Culture. DuPont.
- COAA (Construction Owner Association of Alberta) : Behavior Based Safety Practice
- PT. PPLI
BBS

Anda mungkin juga menyukai