Oleh :
SYUKRON MAHA RESTU
2016310010
STIT Prabumulih| 1
1.JUDUL : IMPLEMENTASI BBS (BEHAVIOUR BASED SAFETY)
SEBAGAI UPAYA PENURUNAN UNSAFE ACTION PADA AKTIVITAS
PENAMBANGAN BATU KAPUR PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)
Tbk SUMATERA SELATAN
2. PENDAHULUAN
STIT Prabumulih | 2
dunia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa minimnya sistem manajemen suatu perusahaan yang
berperan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Amirrudin, 2012).
Teori Bird menyatakan bahwa near miss yang terus berulang dan
kebanyakan disebabkan karena unsafe act atau unsafe behavior dapat
meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang lebih serius. Hal ini didukung
oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) (2011) tentang
penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Hasil riset National Safety Council
(NSC) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah
adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak
diketahui penyebabnya, Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont
Company (2005) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan
oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition (Cooper,
2009).
Menurut PT. Jamsostek, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia
pada tahun 2012 sebanyak 103.074 kasus dimana setiap hari tidak kurang
dari 6 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Menurut data dari
Kemenakertrans dalam Indra M, dkk (2014), menyebutkan bahwa sampai
pada tahun 2013 di Indonesia setiap hari tidak kurang dari 7 pekerja
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Indonesia merupakan negara
yang tingkat keselamatan kerjanya tergolong rendah. Angka tersebut
tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya 2 orang
meninggal per hari karena kecelakaan kerja (Indra M, dkk, 2014).
Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan
penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk
mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan safety performance
hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan pada pengurangan
unsafe behavior. Salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan
perilaku yaitu (BBS) Behavior Based Safety.
STIT Prabumulih | 3
Melalui kegiatan pemantauan di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
sumatera selatan penulis mencoba untuk memberikan penjelasan
mengenai upaya penurunan unsafe action melalui tugas akhir dengan
judul “implementasi bbs (behaveour based safety) Sebagai upaya
penurunan unsafe action pada aktivitas penambangan batu kapur PT
Semen baturaja (persero) tbk sumatera selatan”
STIT Prabumulih | 4
2.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis maka mafaat
penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yaitu menjelaskan bahwa hasil penelitian dapat
menambah wawasan, pengembangan ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan bidang ilmu suatu penelitian, adapun manfaat teoritis tersebut
antara lain:
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai peningkatan kualitas
keselamatan dan kesehatan kerja, dalam aktivitas penambangan
menggunakan metode BBS (Behavior Based Safety)
b. memberikan pengetahuan bagi penulis untuk meneliti di lapangan
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yaitu berupa hasil penelitian yang dapat memberikan
masukan pemikiran untuk pemecahan masalah, yang berhubungan
dengan topik penelitian, berikut ini adalah manfaat bersifat praktis.
a. Menjadi masukan bagi perusahaan dalam upaya pengendalian
bahaya dalam aktivitas penambangan dengan menggunakan
metode BBS (Behavior Based Safety).
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai BBS
(Behavior Based Safety),tindakan pekerja yang dapat
meningkatkan potensi bahaya terutama pada bagian penambangan
serta sebagai bahan masukan untuk mengurangi unsafe action
pekerja, sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan di bagian
penambangan batu kapur.
STIT Prabumulih | 5
3. Tinjauan Pustaka
3.1. BBS (behaveour based safety)
Behavior based safety adalah sistem yang digunakan perusahaan
untuk mengubah perilaku dan sikap karyawan yang tidak aman. Menurut
Straub (2005:32) dalam Saodah (2015:28), behavior based safety
mendidik karyawan untuk mencari akar penyebab perilaku rawan
kecelakaan. Hal ini menyadarkan kecenderungan perilaku karyawan yang
menyebabkan tingginya risiko kecelakaan kerja. Perilaku yang diamati
didokumentasikan dan dibahas dalam rapat, sehingga setiap orang dapat
memiliki lingkungan yang lebih aman.
Menurut Rahardjo (2010) dalam Tarwaka (2015:45), behavior based
safety adalah perilaku keselamatan manusia di area kerja dalam
mengidentifikasi bahaya serta menilai potensi risiko yang timbul hingga
dapat diterima dalam melakukan pekerjaan yang berinteraksi dengan
aktivitas, produk, dan jasa yang dilakukan.
Menurut Geller (2001) dalam Saodah (2015), behavior based safety
adalah proses pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kesehatan
kerja dan lingkungan dengan jalan menolong sekelompok pekerja untuk
mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan K3:
1. Mengumpulkan data kelompok pekerja
2. Memberikan feedback duaarahmengenaiperilakukeselamatan
dan kesehatan kerja (K3),
3. Mengurangi atau meniadakan hambatan sistem untuk
perkembangan lebih lanjut.
STIT Prabumulih | 6
3.2. proses penerapan bbs (behaveour based savety)
STIT Prabumulih | 7
Berikut ini adalah proses penerapan BBS (behaveour based safety)
Perbuatan Perbuatan
aman beresiko
Tindakan pencegahan
segera dengan
menghentikan pekerja
tersebut
Tindakan guna
mendorong orang
untuk meneruskan Tindakan pencegahan
pekerjaan secara
aman agar tidak terulang
STIT Prabumulih | 8
3.3 . pendekatan BBS (behaviour based safety) untuk mengurangi
unsafe behaviour
Menurut Cooper (1999) dalam Tarwaka (2015:49) dalam
mengidentifikasi, terdapat kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan
program BBS, yaitu :
1. Melibatkan Pertisipasi Karyawan Berdasarkan Participatory
Approach.
Salah satu keberhasilan BBS adalah melibatkan seluruh pekerja
dalam safety management. Sebelumnya safety management bersifat top-
down approach dengan tendensi hanya berhenti pada tingkat
manajemen. Pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe
behavior tidak dilibatkan dalam proses perbaikan kinerja K3. BBS
mengatasi hal tersebut dengan menerapkan bottom up sehingga individu
yang berpengalaman di bidangnya terlibat langsung dalam
mengidentifikasi unsafe behavior (Tarwaka, 2015:49).
STIT Prabumulih | 9
3. Didasarkan pada Data Hasil Observasi
dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini menjadi umpan balik yang
STIT Prabumulih | 10
5. melibatkan Intervensi Secara Sistematis dan Observasional
STIT Prabumulih | 11
3.4. Kecelakaan Kerja
STIT Prabumulih | 12
.
Menurut teori Heinrich (1980, dalam Geller, 2001) tentang
keselamatan kerja menyatakan bahwa perilaku tidak aman (unsafe
behavior) merupakan penyebab dasar pada sebagian besar kejadian
hampir celaka dan kecelakaan di tempat kerja. Menurut DuPont, rasio
kecelakaan adalah 1:30:300:3.000: 30.000, yang artinya untuk setiap 30.000
bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali
kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000
kecelakaan ringan (Ramli, 2010:10).
STIT Prabumulih | 13
hubungan manajemen secara langsung dengan sebab kerugian
kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan lima faktor penyebab
secara berentetan adalah (Tarwaka, 2014:12) :
STIT Prabumulih | 14
dari para pekerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab
(Tarwaka, 2014:13):
1) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
2) Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom).
3) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe attitude and
habits).
4) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan atau mesin.
5) Penurunan konsentrasi (difficulty in concentrasing) saat bekerja.
6) Sikap masa bodoh (ignorance) dari tenaga kerja.
7) Kurang adanya motivasi kerja (improper motivation)
8) Kurang adanya kepuasan kerja (low job satisfaction).
9) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
3.5.4 Insiden
Insiden terjadi karena adanya kontak energi, atau bahan-bahan
berbahaya. Kecelakaan berupa terbentur, tertabrak benda/alat bergerak,
terjepit, kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, dan bahan beracun
(Tarwaka, 2014:12).
STIT Prabumulih | 15
3.5.5 Kerugian
Kerugian yaitu rentetan faktor sebelumnya mengakibatkan
kerugian pada manusia, harta benda atau properti, dan proses produksi
(Tarwaka, 2014:12).
4 Metode penelitian
4.1. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif.
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian interpretive dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian interpretive bertujuan untuk
menjelaskan dan menggambarkan agar diperoleh suatu pengertian
terhadap sesuatu yang diteliti, perilaku manusia merupakan objek dari
penelitian ini. Pendekatan studi kasus adalah kegiatan yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, pengambilan
data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang dipelajari
berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Sumantri, 2011:169).
STIT Prabumulih | 16
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
3. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung di lapangan.
4. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait dengan
upaya penerapan safety behavior di tempat kerja.
5. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, serta sumber lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
STIT Prabumulih | 17
4.4. Bagan alur penelitian
Judul:
Implementasi Bbs (Behaveiur Based Safety)
Sebagai Upaya Penurunan Unsafe Action Pada Aktivitas
Penambangan Batu Kapur
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Sumatera selatan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Selesai
STIT Prabumulih | 18
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan sesuai dengan surat permohonan yang diajukan
kepada bapak/ibu pimpinan, rencana kegiatan penelitian yang akan
dilakukan di PT semen baturaja Sumatera Selatan, akan dilaksanakan
pada tanggal ………………….. dengan kegiatan
5. Penulisan laporan
STIT Prabumulih | 19
DAFTAR PUSTAKA
Health and Safety Authority. 2013. Behavior Based Safety Guide Health
and Safety Authority. Dublih.
Indra M, Yusri Heni, Nurwidi Astuti. 2014, Faktor Individu dan Faktor
Pembentuk Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
Perilaku K3 di Unit Operasional PT Bukit Asam (Persero) Tbk Upte
Tahun 2014, FKM Unsri.
Ismail Faridah dan Ahmad Ezanee Hashim. 2012. Steps for the
Behavioural Based Safety: A Case Study Approach. Journal of
Engineering and Technology, Vol. 4, No. 5, Oktober 2012.
STIT Prabumulih | 20
Pemerintah Republik Indonesia. 1970. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Presiden Republik Indonesia: Jakarta.
STIT Prabumulih | 21