Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Safety, Health,
and
Environment
Investigasi Kecelakaan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Industri 05710104 Anita Juraida, S.T., M.T

04
Abstract Kompetensi
Modul 4 ini menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan
kecelakaan dan upaya investigasi untuk menjabarkan penyebab
kecelakaan kecelakaan dengan metode
Systematic Causal Analysis
Tecknique (SCAT)
Pendahuluan

Spesifikasi kecelakaan kerja merupakan bagian dari program keselamatan dan


kesehatan kerja (K3) secara keseluruhan di tempat kerja. investigasi kecelakaan
merupakan suatu kegiatan inspeksi tempat kerja secara khusus yang dilakukan setelah
terjadinya peristiwa kecelakaan atau insiden yang menimbulkan penderitaan kepada
manusia serta mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap properti/harta benda dan
aset perusahaan lainnya. dengan demikian, investigasi kecelakaan dan insiden merupakan
suatu hal yang sangat penting dan krusial untuk dilakukan sesegera mungkin setelah setiap
adanya kejadian kecelakaan.  namun demikian, tujuan untuk melakukan investigasi sering
tidak dimengerti dengan baik, sebagai akibatnya mereka yang harus bertanggung jawab
justru hanya saling menunjuk dan menyalahkan pihak lain. sementara itu, tujuan utama
investigasi untuk mencari apa yang sebenarnya terjadi dan mendapatkan solusi terbaik
guna mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecelakaan sering terabaikan. 
bahkan meski tujuan dari investigasi telah didefinisikan secara baik sekalipun, investigasi
sering tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan
karena tidak dipahaminya manfaat dan keuntungan nyata yang begitu banyak dari
investigasi kecelakaan.  Pelaksanaan investigasi kecelakaan/insiden secara efektif antara
lain akan dapat:

1. Menjelaskan tentang apa yang terjadi.  investigasi secara cermat dapat menyelidiki
hal-hal melalui bukti konkrit dan mendapatkan pernyataan sebenarnya tentang apa
yang terjadi.

2. Menentukan penyebab sebenarnya. fakta kesedihan sering menyita waktu investigasi,


sehingga investigasi menjadi dangkal dan kurang berguna. oleh karena penyebab
sebenarnya tidak dapat diidentifikasi sehingga investasi waktu yang diluangkan untuk
investigasi menjadi sia-sia.

3. Menentukan risiko kecelakaan.  teknik Investigasi yang baik akan dapat memutuskan
kemungkinan terulangnya kecelakaan yang sama Dan kemungkinan potensi kerugian
yang besar. hal tersebut merupakan dua faktor penting di dalam menentukan jumlah
waktu dan biaya yang akan digunakan untuk tindakan perbaikan.

‘20 Safety, Health, and Environment


2 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Mengembangkan sarana pengendalian.  sarana pengendalian yang tepat untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko, sebagian besar berasal dari Investigasi yang
dilakukan dengan sebenarnya dan nyata nyata dapat memecahkan masalah yang
terjadi.

5. Mendefinisikan arah kecenderungan.  Apabila secara signifikan sejumlah laporan


dapat dianalisa, maka arah kecenderungan emergency akan dapat diidentifikasi dan
ditangani sesegera mungkin.

6. Mendemonstrasikan perhatian.  kejadian kecelakaan akan memberikan suatu


gambaran tantangan secara gamblang terhadap orang-orang agar selalu berhati-hati. 
Dengan demikian suatu investigasi harus dilakukan secara cermat dan objektif.

Landasan Hukum Investigasi K3

Sebagai dasar pedoman pelaksanaan program investigasi kecelakaan kerja di tempat kerja
adalah adanya peraturan perundangan bidang K3 yang secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Undang-undang

Dasar perundang-undangan untuk pelaksanaan investigasi kecelakaan kerja adalah


UU No. 1  tahun 1970 tentang keselamatan kerja titik di mana Di dalam pasal 11 (1)
dinyatakan bahwa pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga
kerja.

2. Peraturan Menteri

Sebagai petunjuk pelaksanaan pelaporan kecelakaan sebagaimana tersebut dalam UU


No. 11 tahun 1970 tersebut adalah peraturan Menteri Tenaga Kerja No:03/MEN/1998
tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan.

‘20 Safety, Health, and Environment


3 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Invetigator

Secara umum, pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan melakukan investigasi


kecelakaan dan insiden di tempat kerja adalah hak internal perusahaan sendiri dan pihak
eksternal. untuk Investigasi yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan,  mungkin
pengurus atau pimpinan perusahaan dapat menunjuk orang-orang yang kompeten seperti
jajaran supervisor,  Manager atau ahli K3 perusahaan. sedangkan investigasi atau
pemeriksaan kecelakaan dari eksternal, berdasarkan peraturan perundang jangan akan
dilakukan oleh pihak pemerintah,  yaitu pegawai pengawas Ketenagakerjaan dari dinas
tenaga kerja setempat dan dari pihak kepolisian Apabila terjadi kecelakaan yang
menyebabkan kematian dan kerugian/kerusakan besar.

Mengingat berdasarkan peraturan perundangan pengurus atau pengusaha mempunyai


kewajiban untuk melaporkan pihak kecelakaan yang terjadi, maka investigasi dari pihak
internal harus pula  dimaksudkan untuk pemenuhan peraturan perundangan tersebut. 
dalam bagian ini akan dibahas mengenai Investigasi yang dilakukan oleh internal
investigator.

Pertama kali yang harus dilakukan sebelum investigasi atau pemeriksaan kecelakaan
di lakukan adalah mendesain tentang Siapa saja yang akan ditunjuk sebagai investigator
atau tim investigasi. pilihan pertama yang harus ditunjuk sebagai investigator adalah orang
yang mempunyai interes atau kepentingan terhadap permasalahan yang ada.  di samping
itu investigator harus mampu bersikap objektif. temuan-temuan yang didapat harus
mengungkapkan fakta yang sebenarnya dan relevan terhadap permasalahan.  berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut maka supervisor pada tempat kerja di mana
Kecelakaan terjadi, manajer yang membawahi dan staf khusus mereka yang memiliki
pengetahuan cukup bidang K3 merupakan orang yang tepat untuk ditunjuk sebagai
investigator.

‘20 Safety, Health, and Environment


4 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tindakan Perbaikan

Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejadian kecelakaan
dari setiap penyebab kecelakaan yang terjadi.  salah satunya adalah dengan menurunkan
tingkat kekerapan atau probabiliti terjadinya kecelakaan. Cara lainnya adalah dengan
mengurangi potensi keparahan atau severity cedera/sakit atau kerusakan yang terjadi. 
Setiap tindakan perbaikan yang dilakukan juga mempunyai tingkat pengaruh yang
berbeda-beda, tingkat kepercayaan yang berbeda-beda biaya yang berbeda-beda dan efek
samping yang berbeda-beda pula.  secara garis besar, tindakan perbaikan akibat peristiwa
kecelakaan meliputi perbaikan yang hanya bersifat sementara dan bersifat permanen.

1. Tindakan Perbaikan Sementara

Sebagai respon dari berakhirnya proses investigasi di lapangan,  maka supervisor


harus tetap menyimpan suatu pertanyaan dalam benaknya mengenai “Apa yang dapat
saya lakukan sekarang untuk menjaga agar peristiwa kecelakaan/insiden yang lalu
tidak terulang kembali?” Sebagian besar tindakan perbaikan yang bersifat sementara
hanyalah suatu gejala dari tindakan yang tidak sesuai dengan standar dan kondisi
yang tidak aman. tidak ada yang salah dengan hal tersebut.  tindakan perbaikan
sementara yang dimaksud dapat berupa aktivitas seperti: memindahkan peralatan
kerja/mesin yang rusak, menutup lobang di lantai Jika ada lobang, memindahkan
pengaman yang tidak dapat berfungsi lagi, membersihkan lantai yang kotor dan
berdebu, dan tindakan serupa sejenisnya.  namun hal yang harus selalu diingat adalah
bahwa tindakan tersebut hanya bersifat sementara dan dan bukan merupakan solusi
masalah yang sebenarnya. tindakan perbaikan yang bersifat sementara ini dapat juga
dimulai dengan menangani penyebab dasar kecelakaan seperti:  jika Kecelakaan
terjadi karena kurangnya pengetahuan, maka perlu diberikan instruksi ulang sesegera
mungkin. sangat tidak efektif kalau hanya menunggu sampai ada program training
yang masih dalam tahap perencanaan

2. Tindakan Perbaikan Permanen

Tindakan perbaikan yang bersifat permanen sangat diperlukan untuk dapat mengatasi
masalah yang sesungguhnya. perbaikan harus diarahkan baik terhadap faktor manusia

‘20 Safety, Health, and Environment


5 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
maupun faktor pekerjaan sebagai penyebab timbulnya kecelakaan titik untuk memulai
melakukan tindakan perbaikan permanen harus ada rekomendasi dari pengurus atau
jajaran manajer atas. Hal ini disebabkan karena tindakan perbaikan permanen
memerlukan adanya sejumlah biaya waktu dan bahan yang harus mendapat
persetujuan dari pimpinan perusahaan atau pihak eksekutif.

Hasil evaluasi terhadap risiko yang ada akan dapat membantu investigator dalam
membuat rekomendasi teknis. tingkat risiko pada situasi tertentu merupakan suatu
kombinasi antara tingkat potensi keparahan dan tingkat kekerapan yang mungkin terjadi. 
suatu potensi keparahan kecelakaan atau insiden tidak dapat ditentukan hanya dengan apa
yang terjadi. 

Hal ini disebabkan karena suatu kejadian yang tidak diharapkan mungkin hanya
menyebabkan sedikit kerugian sama tetapi mempunyai potensi yang dapat menyebabkan
kerugian besar apabila kecelakaan terulang kembali.  untuk itu, setiap rekomendasi harus
disertai dengan analisa tingkat kekerapan risiko yang mungkin terjadi dan berapa banyak
tindakan yang direkomendasikan dapat mengurangi risiko nya sama kecelakaan atau
insiden yang mempunyai potensi tingkat keparahan tinggi dan kemungkinan besar dapat
terulang kembali harus mendapat perhatian yang lebih besar. penilaian risiko merupakan
suatu hal yang penting di dalam membuat keputusan dan penetapan skala prioritas
pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.

Sistematika Teknik Analisa Penyebab Kecelakaan (STAPK)

Sistematika teknik analisa penyebab kecelakaan (STAPK) atau systematic causal


analisa tecknique (SCAT)merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menyelidiki
atau menginvestigasi kecelakaan atau insiden dengan potensi kerugian dan kerusakan
besar (Bird dan Germain,  1986). teknik analisa ini dilakukan dengan mengecek secara
cermat pada setiap tahapan proses investigasi. sementara itu, yang dimaksud dengan
kecelakaan atau insiden potensial tinggi adalah suatu kecelakaan atau insiden yang
melibatkan kerugian besar (Major Loss) atau bencana besar (catastrophe)  yang mungkin
menyebabkan banyak kematian dan kerusakan lingkungan secara luas. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan bahwa Teknik ini juga dapat digunakan untuk menganalisa

‘20 Safety, Health, and Environment


6 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kejadian kecelakaan atau insiden secara umum yang terjadi di tempat kerja. teknik analisa
penyebab ini berfokus pada penyebab dasar kecelakaan yang meliputi dua faktor penyebab
yaitu faktor personal pekerja dan faktor pekerjaan

Gambar 1 Faktor Penyebab Kecelakaan

‘20 Safety, Health, and Environment


7 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 2 Contoh Penggunaan Metode SCAT

‘20 Safety, Health, and Environment


8 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 3 Contoh Penggunaan Metode SCAT

‘20 Safety, Health, and Environment


9 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Departemen Pekerjaan Umum.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di


Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.

International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja,


Sarana Untuk Produktivitas, International Labour Organization, Jakarta.

International Labour Organization. (2018). Manajemen Risiko Kebakaran, International


Labour Organization, Jakarta.

Redjeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Suma’mur. (1994). Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, CV HAJI MASAGUNG,


Jakarta.

‘20 Safety, Health, and Environment


10 Anita Juraida, S.T., M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai