Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
y.heni@bapeten.go.id
Abstrak
Abstract
di Indonesia umumnya merangkul dimensi jarak sesuai dengan komitmen, serta komunikasi yang
kekuasaan yang lebar. Memperkokoh budaya efektif antara pimpinan dengan pekerja sangat
keselamatan harus mempertimbangkan dimensi diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan
budaya nasional, oleh karenanya tugas kita bersama kinerja keselamatan.
untuk memperkecil power distance atau jarak Kepemimpinan dalam keselamatan harus
kekuasaan, dengan memperbanyak interaksi dan memberikan contoh praktek yg baik tentang
komunikasi antara penguasa dengan rakyat, begitu keselamatan yang benar. Jika manajer melihat suatu
juga jarak antara pimpinan dengan pekerja. pekerjaan dilakukan tidak benar, maka manejemen
Pimpinan memiliki pengaruh dalam merubah harus segera turun mengoreksi kondisi tersebut
mindset pekerja, bagaimana cara mereka berpikir, untuk melihatkan komitmen yang tinggi dan
bersikap dan berperilaku untuk membangun budaya meyakinkan pada pekerja bahwa tidak ada toleransi
keselamatan. Perlu disadari bahwa unsur utama untuk suatu penyimpangan prosedur. Pemenuhan
dalam pengembangan budaya keselamatan, adalah ketentuan Keselamatan harus 100 %, tidak boleh
pembentukan sikap dan perilaku selamat, yang kurang agar suatu kecelakaan bisa dihindari.
dibangun dari nilai-nilai keselamatan yang Kita sering melihat kebijakan atau ucapan
ditanamkan dalam budaya organisasi . Gambar 1 pimpinan bahwa keselamatan adalah prioritas
menunjukkan Budaya Organisasi yang akan utama, kenyataan di lapangan kebijakan dan ucapan
mendukung keberhasilan pengembangan budaya pimpinan ini belum dilaksanakan. Pimpinan atau
keselamatan, dimulai dari personality and values, manajer perlu mewujudkan prioritas pertama dalam
emotiona , commitment pimpinan yang membentuk keselamatan dengan cara:
Leadership style dalam membangun best practices 1. Para manajer perlu memeriksa potensi
yang selalu dikembangkan untuk memperkokoh permasalahan aspek keselamatan, dengan
budaya organisasi. menggunakan matrik resiko.
2. Menjadikan aspek keselamatan dibahas
pertama dalam agenda pertemuan dan jadikan
keselamatan menjadi bagian dari bisnis.
3. Bila aspek keselamatan tidak dimasukkan dalam
budget, maka penyebabnya harus ya
disampaikan secara terus terang
4. Bila ada konflik prioritas produksi dengan
keselamatan maka dulukanlah aspek
keselamatan, pujilah pekerja yang telah
melaksanakan aspek keselamatan dengan baik
di depan koleganya.
Manajer sering mendelegasikan
tanggungjawab ke bawahannya. Sering
Gambar 1. Safety leadership model menyalahkan korban dan bukan mengidentifikasi
kegagalan sistem dan akar permasalahan , tidak
Faktor keteladanan dalam safety leadership sangat menanyakan isu-isu keselamatan, dan tidak senang
diutamakan dalam membangun budaya keselamatan mendengarkan informasi buruk tentang penerapan
dalam suatu organisasi. Pimpinan dan manajer dapat keselamatan dan menyalahkan si pembawa berita.
memberi contoh nilai-nilai keselamatan, yang Beberapa hal yang bisa ditingkatkan oleh manajer
ditunjukkan dalam perilaku dan tindakan serta etika untuk meningkatkan motivasinya adalah :
kerja untuk meningkatkan keselamatan. Pimpinan 1. Kunjungi lapangan secara perorangan dan
keselamatan harus menunjukkan kepedulian dan minta pekerja membantu menunjukkan kondisi
keteladanan yang tinggi melalui keterlibatannya dan perilaku tidak aman.
secara langsung dalam program keselamatan yang 2. Sampaikan apa yg dilakukan sebagai manajer
ditetapkan. untuk aspek keselamatan dan mengapa hal ini
Ibarat sebuah keluarga yang harmonis, maka dilakukan.
peran orang tua dalam membesarkan anak- Sering timbul perasaan saling curiga antara
anaknya, dilakukan dengan memberikan atasan dan bawahan, dimana masing-masing
kepedulian, kasih sayang dan perhatian terhadap merasa tidak melakukan aspek keselamatan secara
anak-anak. Orang tua akan mendorong anak- konsisten dan masing-masing saling merasa bahwa
anaknya untuk melakukan perubahan dengan sikap, secara diam-diam atasan ataupun bawahan
perilaku dan prestasi yang membanggakan keluarga melanggar peraturan. Untuk mengatasi hal ini
tersebut. Dengan demikian sikap keterbukaan dan seorang manajer perlu melakukan hal-hal sbb:
saling mempercayai, konsisten dalam bertindak 1. Jika tdk dapat melakukan sesuatu dilapangan
a teacher). Ketiga istilah ini saya kutip dari buku konsisten untuk datang ke fasilitas dan memberi
”Menjadi Manusia Pembelajar” yang ditulis oleh masukan, menyampaikan apa-apa yang dapat
Andreas Harefa, penulis 37 buku best seller. dilakukan untuk melakukan perbaikan kinerja
Sebagai manusia pembelajar, belajar terus keselamatan. Safety Leadership yang berjiwa
menerus ”disekolah” dan ”universitas” realitas ini, ksatria, juga dilakukan dengan mengakui jika Anda
menjadi suatu kebutuhan yang menyenangkan. sebagai atasan melakukan kesalahan. Konsentrasi
Seorang manusia pembelajar itu haus akan ilmu masalah keselamatan pada tujuan bukan pada
pengetahuan, selalu berusaha meningkatkan seseorang, dan berbesar hati dalam mendiskusikan
pengalamannya, serta mengembangkan sikap dan setiap perbedaan
perilaku positip, dalam membangun kepribadian Prioritas utama keselamatan dalam safety
dan aktulisasi diri. Manusia pembelajar inilah yang leadership diwujudkan dengan menciptakan iklim
akan pantas menjadi seorang pemimpin sejati keselamatan di lingkungan kerjanya. Kegiatan
(becoming a leader). Safety Pause yang diagendakan selama 5-10 menit
Untuk membangun safety leadership yang pertama dalam setiap pertemuan pimpinan,
efektif, kita bisa mempelajari dan memilih style merupakan salah best practices dalam membangun
pendekatan gaya kepemimpinan yang banyak budaya keselamatan yang kokoh.
dipakai oleh organisasi, yang mengutamakan aspek
keselamatan. Salah satu konsep yang Berbagi Pengetahuan
dikembangkan oleh Shell Global Solution (SGS)
dimana aspek motivasi, sikap dan perilaku Kepemimpinan untuk keselamatan harus jelas dalam
keselamatan dipertimbangkan dengan jelas. Materi membangun budaya keselamatan, mempunyai
ini digunakan oleh RU-IV Pertamina Cilacap, atribut tentang pentingnya pimpinan melakukan
transfer knowledge. Menurut kebudayaan India,
sebagai module untuk melakukan pengembangan
jika Tuhan dan guru bersanding bersama, siapakah
safety leadership. Pada module ini gaya
lebih dahulu disalami murid? Jawabannya guru,
kepemimpinan disusun dalam 4 kategori, yaitu
karena tanpa pengarahan dan bantuannya, murid
Telling, Teaching, Participating, Delegating.
tidak akan dapat bertemu dengan Tuhan. Seseorang
Konsep Teaching memberikan bimbingan
pembimbing atau guru adalah orang yang
dan arahan, serta penjelasan dan dorongan. Telling
pengalamannya dapat Anda jadikan pandangan
lebih pada memberikan petunjuk yang benar
untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
tentang apa, dimana, kapan dan bagaimana.
Kita semua tahu, bahwa pemimpin yang hebat
Delegating memberikan kebebasan, kepercayaan,
pasti punya segudang ilmu pengetahuan dan
dukungan dan monitoring. Sedangkan Participating
lebih cenderung memberikan dukungan, fasilitas, pengalaman yang tak ternilai harganya. Dengan
kerangka dan contoh. Anda bisa memilih style yang demikian pimpinan dapat berperan menjadi guru
paling cocok dikaitkan dalam 7 aspek yang bagi para juniornya, untuk membekali dan
berkaitan dengan budaya keselamatan. Semakin meningkatkan kemampuan dan kompetensi
banyak yang dipilih di kolom style yang ada, sumberdaya manusia, di lingkungan kerjanya.
disitulah gaya kepemimpinan anda yang paling Berdasarkan konsep behavior base safety
dominan. leadership team building gambar berikut, kita bisa
Contoh sebagai seorang supervisor harus dapat melihat dari pengalaman bekerja, training untuk
membuat keputusan, memotivasi orang, meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia
berkomunikasi, memberikan penugasan yg jelas, dapat diberikan oleh seorang pimpinan yang sudah
mengembangkan dan meng-coach pekerja, berpengalaman.
melibatkan pekerja dalam pelaksanaan “Safety Pernyataan Harvey S. Firestone “ Kita dapat
Walk and Talk”. sukses secara permanen, hanya ketika
mengembangkan orang lain”. Ia ingin
Dalam module safety leadership ini, juga
meninggalkan sesuatu secara permanen ketika ia
dijelaskan tentang bagaimana membangun seorang
meninggal. Ia ingin meningkatkan kehidupan
leader yang situasional, membangun “skills”
orang di berbagai penjuru dunia, atau yang lebih
sekelilingnya, flexible, mampu memakai berbagai
baik, ingin melihat mereka sibuk dengan sesuatu
style yang sesuai, mampu mendiagnosis kinerja
yang bermanfaat. Ini tidak berarti terkenal atau
keselamatan dengan tepat, memberikan perhatian
kaya. Ini hanya berarti orang melanjutkan misinya,
terhadap kompetensi dan komitmen, mendiskusikan
terhadap apa yang telah dibuat.
dan menyetujui tingkat pengawasan keselamatan
dengan anggota tim.
Dalam Safety leadership, keterlibatan
pimpinan dalam tim dilakukan dengan menanyakan
issue terkini dan ide baru, menjadi panutan,
DAFTAR PUSTAKA
1. Cooper,D. (2001). Improving Safety Culture: a
practical guide. Hill: Applied Behavior
Sciences
2. Hofstede, G; dan Peterson, M. Culture:
National Values and Organizational Practices.
Dalam Neal Ashkanasy, Celeste Wilderom,
dan Mark Peterson (Editor): Handbook of
Organizational Culture and Climate.
Thousand Oaks: Sage.
3. IAEA Safety Requirements No.GS-R-3 (2003)
. The Management System for Facilities and
Activities. Vienna
4. IAEA Safety Guide GS-G -3.1 (2006).
Application of the Management System For
Facilities and Activities. Vienna.
5. IAEA Safety Standards DS-349 ( 2008).
Application of the Management System for
Nuclear Instalations. Vienna.
6. IAEA ( 2008). Reference report for IAEA
Safety Culture Assessment Review Team
(SCART). Vienna.
7. John C Maxwell (2009). Mentoring 101: Hal-
hal yang harus diketahui oleh Para Pemimpin.
Copyright, MIC Publishing.
8. Reason,J. (1998). Achieving a safety culture:
Theory and Practice. Work & Stress
9. Schein, E. 1992. Organizational Culture and
Leadership. 2nd Ed. San Fransisco: Jossey-
Bass.