Manajemen traine
Dosen pengampu :
Ahmad Juhari, SE, MM
Disusun oleh :
Abdul aziz 41120011
Maliki 41120032
Pahrudin 41120046
Saeful mikdar hakiki 41120049
Wawan sarwani 41120056
1. Pendahuluan
Pelatihan Safety Culture, yang dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal
dengan istilah Budaya K3, merupakan bagian dari budaya korporat (corporate
culture). Dalam peraturan perundangan, Budaya K3 (Safety Culture) sudah
digalakkan menjadi tema Bulan K3 yang ditetapkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan. berdasarkan Kepmenaker No. 386 Tahun 2014. Namun,
penerapan Safety Culture di dunia industri sebenarnya sudah menjadi identitas
dari budaya perusahaan secara keseluruhan.
Penerapan Safety Culture di perusahaan tidak hanya mencegah kecelakaan
kerja namun menjadi jaring pengaman bagi roda bisnis perusahaan dengan
mengelola peluang terjadinya insiden-insiden yang dapat menjadi bahaya paten
menuju kecelakaan kerja yang akan merugikan perusahaan. Untuk itu diperlukan
kesiapan sumber daya perusahaan yang mumpuni dalam membangun Safety
Culture dalam organisasi.
2. Tujuan
Secara umum, tujuan yang akan dicapai dari pelatihan ini adalah peserta
pelatihan memahami apa yang dimaksud dengan Culture dalam dunia K3. Culture
yang dimaksud diantaranya adalah
a) Community Culture
Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), "community
culture" atau budaya keselamatan komunitas merujuk pada sikap, nilai,
norma, dan praktik yang berkaitan dengan keselamatan di tempat kerja
yang terbentuk di dalam suatu komunitas atau lingkungan kerja. Budaya
keselamatan komunitas ini sangat penting karena dapat memengaruhi
perilaku dan sikap individu terhadap keselamatan di tempat kerja.
Membentuk budaya keselamatan yang kuat dalam sebuah komunitas atau
lingkungan kerja bukanlah tugas yang mudah, tetapi memiliki dampak
yang sangat positif dalam mengurangi risiko kecelakaan dan cedera, serta
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas di tempat kerja.
b) Organizational Culture
Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), "Organizational
Culture" atau budaya organisasi merujuk pada sekumpulan nilai, norma,
kebiasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan keselamatan yang tumbuh
dan berkembang di dalam suatu organisasi. Budaya keselamatan dalam
organisasi memainkan peran penting dalam memengaruhi sikap, tindakan,
dan keputusan individu-individu terkait keselamatan di tempat kerja.
Budaya organisasi yang kuat dalam hal keselamatan merupakan faktor
kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mengurangi
risiko kecelakaan. Ini memerlukan komitmen dari semua tingkatan dalam
organisasi untuk membangun, memelihara, dan terus meningkatkan
budaya keselamatan yang positif dan proaktif.
c) Safety Culture.
Safety Culture" atau budaya keselamatan dalam konteks Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merujuk pada nilai-nilai, keyakinan, sikap, dan
perilaku yang berkaitan secara langsung dengan keselamatan di tempat
kerja. Ini mencakup cara individu dan kelompok dalam suatu organisasi
memandang, memahami, dan bertindak terhadap aspek keselamatan di
lingkungan kerja. Safety Culture bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan memastikan bahwa keselamatan menjadi prioritas
utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan di tempat kerja. Budaya ini
melibatkan seluruh strata organisasi dan menjadi pondasi untuk mencegah
kecelakaan serta menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh individu di
lingkungan kerja.
Lebih lanjut, Kami menyiapkan peserta untuk dapat memahami detail aspek
Safety Culture, yaitu:
a) Perbedaan Safety Culture dengan Safety Climate berdasarkan beberapa
pemodelan Culture yang terdapat di dunia K3.
b) Pemodelan dalam Safety Culture (contoh: Safety Culture Maturity
Level, World-class Company Model, dll).
4. Sasaran
Pelatihan ini sangat cocok untuk para calon pekerja, pekerja professional,
top management, dan stakeholders serta para decision maker di organisasi. Untuk
dapat menciptakan Budaya K3 perusahaan maka diharapkan para peserta dapat
menjadi role model yang akan menjadi contoh leader yang menginspirasi
para follower mereka di perusahaan.
6. Tenaga Ahli
Pelatihan akan dibimbing oleh 1 (satu) orang Pengajar Ahli dan dipandu
Asisten Ahli. Anggota tim merupakan Tenaga Ahli yang mumpuni di bidangnya
berdasakan pengalaman akademis dan praktis.
c) top management
Pencapaian ini pada intinya bertujuan untuk mengubah sikap, perilaku,
dan kebijakan top management sehingga mereka tidak hanya memahami
pentingnya keselamatan, tetapi juga mempraktikkan serta mendorong
budaya keselamatan di seluruh organisasi dengan membawa perubahan
positif dan berkelanjutan dalam lingkungan kerja.
d) pekerja professional
Pencapaian ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme seseorang dengan menyertakan kesadaran yang lebih baik
akan keselamatan, membantu mereka untuk beroperasi dalam batas-batas
keselamatan yang lebih tinggi, dan meminimalkan risiko terhadap diri
mereka sendiri serta rekan kerja mereka.