BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/
perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Konsep dasar mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak aman karena
Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip
dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pekerjaan harus terdapat
pada lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat, kondisi pekerjaan harus
sesuai dengan pekerja, dan pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai
yang sehat dan produktif. Namun tujuan K3 dapat juga dirinci sebagai berikut
(Kurniawidjaja, 2010) :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
6
7
aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh
hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan keselamatan
kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan
segala kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan saat menjalankan
pekerjaan.
mengendalikan atau menghambat sumber bahaya yang dapat terjadi ditempat kerja
sumber bahaya yang terjadi di tempat kerja. Saat terjadi kecelakaan, penting dan
sangat dirasakan arti persiapan baik fisik maupun mental para karyawan dalam
dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu ditentukan disebut
resiko kesehatan, contohnya yaitu seperti lingkungan yang dapat membuat stress dan
2.2.1. Defenisi
kerja. Upaya menciptakan atau membangun budaya kesehatan dan keselamatan kerja/
safety culture merupakan langkah pertama dalam upaya mencapai keamanan pasien
menciptakan kepemimpinan serta budaya yang terbuka dan adil (Rachmawati, 2011)
menjadi penting hanya setelah kecelakaan; ini sering disebut sebagai "budaya
untuk mengelola semua bahaya; ini sering disebut sebagai "Budaya keselamatan
masalah yang mereka temukan, tetapi menghindari masalah terlebih dahulu untuk
keselamatan yang dinamis, di mana keselamatan dibangun ke dalam cara kerja dan
berpikir. Dengan demikian, budaya keselamatan yang buruk atau patologis dapat
berkembang menjadi budaya keselamatan yang positif atau generatif jika perubahan
sebagai bagian dari budaya organisasi dan perbedaan konsep ini serta iklim
Jumlah faktor penyusun berkisar antara 2-19 tetapi hampir selalu mencakup
adalah kerangka kerja yang diperlukan dalam suatu organisasi dan merupakan
tanggung jawab dari hirarki manajemen. Komponen kedua adalah sikap staf/individu
pada semua tingkatan dalam merespon dan memanfaatkan kerangka kerja tersebut.
b. Menetapkan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas untuk setiap
keselamatan
organisasi
psikologis, situasional, dan perilaku yang dapat diukur dengan baik menggunakan
what is believe). Berkaitan tentang apa yang dirasakan terkait aspek pribadi,
2. Aspek perilaku K3 pekerja (Behavioral aspects, what people do, what is done).
3. Aspek Situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (Situasional aspects, what
misalnya: SOP, Sistem manajemen K3. Lingkungan kerja dan lain sebagainya
Karakteristik ini dibentuk oleh atribut atribut dan atribut dibentuk oleh
Perka BATAN Nomor 200 Tahun 2012, Budaya keselamatan terdiri dari 5 (lima)
12
tujuan, sasaran dan rencana yang tertuang dalam rencana strategik. Oleh karena
itu diperlukan usaha untuk meyakinkan setiap individu bahwa keselamatan dan
c. Akuntabilitas Keselamatan
13
ditetapkan, dan tanggung jawab serta rasa memiliki keselamatan terdapat pada
Peran dan tanggung jawab secara jelas didefinisikan dan dipahami termasuk di
berlaku.
d. Keselamatan terintegrasi
keselamatan pada pasien. Untuk budaya keselamatan yang kuat maka harus jelas
kepuasan kerja serta kondisi kerja seperti waktu, beban kerja dan tekanan
terpelihara dengan baik dan mencerminkan komitmen yang tinggi. Pada setiap
pentingnya.
pada setiap individu. Setiap individu didorong untuk melaporkan secara terbuka
terhadap penyimpangan dan kesalahan yang ada pada setiap proses kerja.
2.3 Kepuasan
nyata dapat dirasakan setelah pengguna jasa menerima pelayanan. Dalam hal ini,
salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa. Kualitas jasa bisa digambarkan lewat lima dimensi penentu
kualitas jasa. Disamping itu, kepuasan pelanggan juga ditentukan oleh kualitas
barang, harga, nilai produk, faktor-faktor yang bersifat pribadi dan hal-hal lainnya
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,
maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan
15
akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat
puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari
kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan
setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik
tentang perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu
karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan
terpenuhi.
2011).
Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau
a. Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali
datang.
b. Mutu informasi yang diterima, seperti: apa yang dikerjakan, apa yang dapat
diharap.
c. Prosedur perjanjian
d. Waktu tunggu
f. Fasilitas perhotelan
16
Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000)
a. Karakteristik produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik
antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi
penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang
b. Harga yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan
aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai
kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi
biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih
sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan
a. Lokasi meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan
salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit.
Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
17
kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat
parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini
tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu
memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk
menarik konsumen.
c. Image yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image
memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan.
Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui
panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari
orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif
terhadap rumah sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. Pasien akan
tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang
diinginkan pasien.
d. Desain visual meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak
rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu
rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam
e. Suasana meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit yang
tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien
18
dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang
menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan sangat
senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi
f. Komunikasi yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan
terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat
inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan
dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang
a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari
rumah sakit.
berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya
e. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan
disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang
Fasilitas ruang inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang
g. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan
Tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini
terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)
dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga
dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter,
a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika
b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari
rumah sakit.
a. Fasilitas – fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang inap, kualitas
makanan atau kios-kios penjual makanan yang terjamin kesehatannya, privasi dan
- Tingkatan dari pada evaluasi baik atau tidak untuk dirinya, melebihi atau dibawah
1. Bukti langsung adalah segala sesuatu yang tampak seperti: fasilitas, peralatan,
3. Daya tanggap adalah elemen yang berkaitan dengan kesediaan karyawan dalam
membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, petugas dapat
sifat dapat dipercaya petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan
(Syafrudin, 2011).
bahwa: “ kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan
hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk / jasa yang dirasakan
c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang (Syafrudin,
2011).
c. Promosi gratis dari setiap informasi yang disampaikan oleh pelanggan yang puas.
3. Merencanakan strategi.
pasar usaha yang dimasuki, dan bagaimana menyediakan nilai mutu bagi pelanggan.
kepuasan pelanggan.
pelanggan, yaitu:
2. Pelanggan adalah orang yang paling penting dalam setiap bisnis kita.
5. Pelanggan adalah darah kehidupan kita, tanpa mereka kita tidak berarti apa-apa
(Syafrudin, 2011).
24
Penerapan :
Sumber daya, peran, tanggun
jawab, akuntabilitas dan
wewenang
Kompetensi, pelatihan,
kepedulian
Komunikasi, partisipasi dan
konsultasi
Nilai Keselamatan
Integrasi
Kesiapsiagaan dan tanggap
darurat
Optimalisasi Kepuasan
Pasien
Skema 1 Kerangka Teori (Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi, 2012)
25
Budaya Penerapan K3
1. Nilai keselamatan
Kepuasan Pasien
2. Kepemimpinan
3. Akuntabilitas
4. Keselamatan terintegrasi
5. keselamatan Penggerak
Pembelajaran