KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
PROGRAM DIPLOMA-IV
TIM PENYUSUN
1
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA 2019
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam dunia industry dikenal dengan istilah
K3. Menurut Milyandra (2009), istilah keselamatan dan kesehatan kerja dapat
dipandang dalam dua sisi pengertian. Pengertian pertama mengandung arti
sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan pengertian kedua
sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu.
Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkankan sebagai suatu
ilmu terapan (applied science).
Philosophy Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
2
B. DEFINISI KESELAMATAN KERJA
Keselamatan (Safety) memiliki makna sebagai suatu kondisi mengendalikan
kerugian dan keselamatan (control of accident and loss), pengertian lain dari
keselamatan yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
mengendalikan (control) resiko yang tidak diinginkan dan tidak bisa diterima (the
ability to identify and eliminate unacceptable risk).
(sumber wikipedia.com)
3
• Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.
4
kerusakan dan kerugian terutama untuk para pekerja. Agar kondisi aman ini
tercapai ditempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu pekerjaan dapat
berjalan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan
bekerja secara maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan ditempat kerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesiin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja itu sendiri.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja,
keselamatan kerja adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan.
5
C. INDIKATOR
Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja
adalah :
• Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
o Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang
kurang diperhitungkan keamanannya.
o Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
o Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. •
Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi :
o Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
o Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik. o
Pengaturan penerangan.
D. TUJUAN
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan.
8
2. Kesehatan mental (jiwa) memcukup 3 kompenen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
a. Pikiran sehat tercemin dari cara berpikir atau jalan pikiran. b. Emosianal
sehat tercemin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih, dan sebagainya.
c. Spiritual sehat tercemin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam
fana ini, yakni tuhan Yang Masa Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat
dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual
adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan –
aturan agama yang diaturnya.
Menurut Undang – Undang Pokok kesehatan RI No.9 Tahun 1960, BAB I pasal
2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang tertuju agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
9
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
umum.
Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kesehatan
yaitu parkins (1938) mendefisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan
seimbang mempengaruhinya. Hal yang sama diantarakan oleh sedangkan
Pepkin’s (1978) menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara lain bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan
penyesuaian , sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan menurut
White (1977) menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda –
tanda sesuatu penyakit dalam kelainan.
Kondisi kesehatan perkerja harusnya terjadi perhatian karna perkerja adalah
penggerak atau asset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal
dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan ILO/WHO
(1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang setinggi
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencengahan penyimpangan kesehatan
diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi perkerjaan, pelindungan kerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemelihanraan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkasan sebagai
adaptasi perkerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
10
Kesehatan kerja adalah suatu kondis kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
perkerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani , rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencengahan dan pengobatan terhadap penyakit
umum.
Dalam OHSAS 18001: 2007, mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak
dan kontraktor), tamu atau orang lain ditempat kerja.
11
Dari kedua definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja diatas, dapat
disimpulkan bahwa K3 adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan
kesehatan pegawai di tempat kerja.
Menurut Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosa (2000), mengartikan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaanya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar tempat kerja tersebut.
12
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah. Mnegurangi, bahkan
menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang member keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).
Menurut Suma’mur (2006), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : a.
Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, social dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja.
13
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. f. Agar
terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Satria (2008)
adalah sebagai berikut :
1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat diapakai secara aman dan efisien.
3. Menjamin proses produksi berjalan lancar.
Kecelakaan Kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang
melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang direncanakan
yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan
yang tidak aman atau kedua-duanya (Sheddy Nagara, 2008).
14
Berdasarkan finisi kecelakaan kerja lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yan
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan
meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan yang
ketat.
Gambar
Diagram Teori Domino (Domino Squence Theory)
H.W. Heinrich dengan Teorii Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi
2, yaitu:
a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja.
Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi
kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini
bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya
kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya
15
adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang pengap, pencahayaan kurang,
terlalu bising, dan lain-lain.
Selanjutnya Frank Bird mengembangkan teori Heinrich tersebut. Frank Bird
menggolongkan penyebab terjadinya kecelakaan adalah sebab langsung (immediate
cause) dan faktor dasar (basic cause). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu
yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, misalkan terpeleset,
kejatuhan suatu benda, dan lain-lain. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah
merupakan faktor yang memicu atau memberikan kontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan tersebut. Misalnya tumpahan minyak yang menyebabkan lantai licin, kondisi
penerangan yang tidak baik, terburu-buru atau kurangnya pengawasan, dan lain-lain.
Meskipun penyebab tidak langsung hanyalah sebagai penyebab atau pemicu yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan, namun sebenarnya hal tersebutlah yang harus
dianalisa secara detail mengapa faktor pemicu tersebut dapat terjadi.
Disamping faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, teori-teori modern memasukkan
faktor sistem manajemen sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan.
Ketimpangan dan kurangnya perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, Pemantauan dan
pembinaan menyebabkan terjadinya multiple cause sehingga kecelakaan kerja dapat
terjadi
Menurut ILO, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi 4 golongan,
yaitu: a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut
: - Terjatuh
- Tertimpa benda
- Tertumbuk
- Terjepit
- Gerakan melebihi kemampuan
- Pengaruh suhu
- Terkena arus listrik
- Terkena bahan-bahan bernahaya/radiasi
16
17
pneumoconiosisbanyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk
atau terhisap kedalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosisyang
banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industridan teknologi,
yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa
SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap.Debu silikabebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja,
keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda)dll. Selain dari itu, debu silika juga banyakterdapatdi tempat
penampang besi, timahputih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara
sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu silikabebas SiO2.
Pada saat dibakar, debu silikaakan keluar dan terdispersi ke udara
bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida
besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk
tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasankeselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan yamg ketat sebab penyakit silikosis belum
ada obatnya yang tepat.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakitasbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah magnesium silikat.
Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain
sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak
tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar
jangan mengakibatkan asbestosis ini.
18
c. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu
kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-paru.
Pencemaran ini dapat dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil,
perusahaan,atau pergudangan kapas. Masa inkubasi penyakit bisnosis cukup
lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini berupa
sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu hari awal
kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat,
penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan
mungkin juga disertai dengan emphysema
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan
oleh debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan
penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif
(stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler
pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis
ada tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis,
dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan
penyakit saliran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut
dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai
dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industriyang menggunakan logam
campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik
pembuatantabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industrinuklir.
19
f. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut
atau karena virus kronis, misal: asbestosis. Seperti gejalaChronic Obstructive
Pulmonary Disease(COPD)atauedema paru akut. Penyakit inidisebabkan oleh
bahan kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
dan kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90%
merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting
riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab,
membuat peka,atau karena faktor lain.
h. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilang
pendengaran.
i. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaandaripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada
riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang
yang tidak wajar.
j. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja
(karsinogen)sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi
epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai>20
tahun sebelum diagnosis.
20
k. Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan
kimia lain di tempat kerja.
l. Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentangpekerjaan, serta bahan toksik
yang ada.
m. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol,atau tidak diketahui penyebabnya.Depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan
depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu, Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
n. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia
atau lingkungan sick building syndrome.Multiple Chemical Sensitivities(MCS),
misal: parfum, derivate petroleum, rokok.
Berikut ini merupakan faktor – factor penyebab Penyakit Akibat Kerja, antara
lain: a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria,
Heat Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap sel
tubuh manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
21
7) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme,
Polineurutis
Pencegahan :
1) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2) Pengaturan ventilasi danpenyediaan air minum yang cukup memadai.
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5) Pelindung mata untuk sinar laser
6) Filter untuk mikroskop
b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping(produk),
sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun
partikel Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencerrnaan kulit danmukosa.Masuknya dapat secara akut dan sevara
kronis.Efekterhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan
sistematik,kanker, kerusakan kelainan janin.
Terjadi pada petugas/ pekerja yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi
dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1) Material safety data sheet(MSDS) dari seluruh bahan kimiayangada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
22
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
jas laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Biologi
1) Viral Desiases: rabies, hepatitis
2) Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
3) Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
Lingkungan kerja padaPelayanan Kesehatanfavorablebagi berkembang
biaknya strainkuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi,dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah
dan sekreta (misalnya HIV dan HepatitisB) dapat menginfeksi pekerja sebagai
akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus.Angka kejadian infeksi nosokomial di unit
Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi
pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di Rumah Sakitmempunyai
risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek
pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang
infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen
maupundebu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
Pencegahan :
1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihandasar tentang kebersihan,
epidemilogi,dan desinfeksi.
2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami
untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
23
3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
4) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius,dan spesimen secara benar.
6) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8) Kebersihan diri dari petugas.
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan
kerja yang salah, dan kontruksiyang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan
fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan
kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi,dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses,dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan,dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman,dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut
dikenal sebagaiTo fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerja
komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerjaberlebihan,
24
kerja kurang, kerja shift, dan terpencil).Manifestasinya berupa stress.Beberapa
contoh faktor psikososialyang dapat menyebabkan stressantara lain: 1)
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergencydan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di
tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja.
4) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal
ataupun informal
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan
suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7
langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman :
a. Menentukandiagnosis klinis
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahuludengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
pekerjaan atau tidak.
b. Menentukanpajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan
mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenairiwayat pekerjaannya secara cermat dan
teliti, yang mencakup :
1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis
2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
3) Bahan yang diproduksi
4) Materi (bahan baku) yang digunakan
25
5) Jumlah pajanannya
6) Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
7) Pola waktu terjadinya gejala
8) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
9) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya)
c. Menentukan apakah pajananmemang dapat menyebabkanpenyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita.
Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanyadasar ilmiah yang
menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
d. Menentukanapakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untukdapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang
ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Menentukanapakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruh
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaanyang
dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD? Riwayat
adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah
pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan
penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebabpenyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
penyakit?Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat
digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
26
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan olehpekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu
kondisi yang telah ada sebelumnya. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan
sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau
tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut
pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan
apabila penyakit telah ada pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk
menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang
spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapatbaik dari pemeriksaan
klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan),
dan data epidemiologis.
Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja,
diantaranya: 1) Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
2) Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut 3)
Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapatditempuhseperti
berikut ini:
1) Pencegahan Pimer – Healt Promotio
a. Perilaku Kesehatan
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi
27
2) Pencegahan Skunder –Specifict Protectio
a. Pengendalian melalui perundang-undangan
b. Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatasjam
kerja c. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri
(APD) d. Pengendalian jalur kesehatan imunisasi
3) Pencegahan Tersier’
a. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
d. Surveilans
e. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
f. Pengendalian segera ditempat kerja
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan
adalah deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin.
Dengan demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulkan kecacatan. Sekurang
kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut.Pada banyak kasus,
penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat.
Ada dua faktor yang membuat penyakit mudah dicegah.
1) Bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur,dan dikontrol. 2) Populasi
yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta
dilakukan pengobatan.
Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan penanganan yang
tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja sangat penting. Sekurang
kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam deteksi dini yaitu:
1) Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis
laboraturium. Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan
terhadap pestisida organofosfat, penurunan kadarhemoglobin (HB), sitologi
sputum yang abnormal,dan sebagainya.
28
2) Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilaimelalui pemeriksaan
fisik laboraturium. Misalnya elektrokardiogram, uji kapasitas kerja fisik, uji
saraf,dan sebagainya.
3) Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis.
Misalnyarasa kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarut
pelarut organik.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh yaitu
pemeriksaan kesehatan.Pemeriksaan kesehatan inimeliputi:
1) Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan
pada pos pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang
mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik yang ditunjang dengan pemeriksaan lain
seperti darah, urine, radiologis, serta organ tertentu, seperti mata dan telinga,
merupakan data dasar yang sangat berguna apabila terjadi gangguan
kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan selang
waktu teratur setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical
check-uprutin tidak selalu diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama
bila tidak ada indikasi yang jelas. Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada
organ dan sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-bahan
berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh,audiometriadalah uji yang sangat
penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising.
Sedang pemerikaanradiologis dada(foto thorax) pentinguntukmendeteksi
tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis, karena lingkungan kerja
tercemar debu.
29
I. Alat Keselamatan Kerja Kapal
Keselamatan kerja merupakan prioritas penting bagi pelaut profesional saat bekerja di
atas kapal. Seluruh perusahaan pelayaran memastikan bahwa crew mereka mengikuti
prosedur keamanan pribadi dan aturan semua operasi yang dibawa diatas kapal. Untuk
mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah awal memastikan bahwa seluruh crew
kapal memakai peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai macam jenis
pekerjaan yang dilakukan pada kapal.
Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada disebuah kapal untuk
menjamin keselamatan pekerja.
1) Menggunakan Pelindung
Pakaian pelindung adalah coberall yang
melindungi tubuh anggota awak dari
bahan
bahan berbahaya seperti minyak panas,
air,
percikan pengelasan dll hal ini dikenal
‘Dangri’ or
‘Boiler Suit’
30
2) Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia
adalah
kepala. Perlu perlindungan terbaik yang
sediakan
oleh helm plastik keras di atas kapal.
Sebuah tali
dagu juga di sediakan dengan helm yang
menjaga
helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
3) Sepatu Safety
Max dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, terbuat dari logam
keras yang sangat berbahaya bagi pekerja. Manfaat Sepatu Safety disini untuk
memastikan bahwa tidak ada luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas
kapal.
4) Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di
kapal,
sarung tangan ini digunakan dalam operasi
dimana
hal ini menjadi keharusan untuk lindungi tangan
orang-orang. Beberapa sarung tangan yang
diberikan adalah sarung tangan tahan panas, untuk
bekerja di permukaan yang panas, sarung tangan
kapas, untuk operasi pekerjaan yang normal,
sarung tangan las, sarung tangan kimia, dll.
31
5) Googles
Mata adalah bagian paling sensitif dari
tubuh
manusia dan pada oprasi sehari-hari
memiliki
kemungkinan besar untuk cedera mata,
kaca
pelindung atau kacamata digunakan
untuk
perlindungan mata, sedangkan kacamata las
digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
6) Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110
– 120db ini merupakan frekuensi suara yang
sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan
dalam beberapa menit dapat menyebabkan
sakit kepala, iritasi dan gangguan
pendengaran. Sebuah penutup telinga atau
stiker telinga digunakan pada kapal untuk
mengimbangi suara yang di dengar oleh
manusia dengan aman.
7) Safety Harness
Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan
pengecetan permukaan yang tinggi
memerlukan anggota crew untuk
menjangkau daerah-daerah yang tidak
mudah di akses. Safety harness di gunakan oleh
operator di suatu ujung dan di ikat pada titik kuat
pada ujung talinya.
8) Masker
Kan karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan
menor yang berbahaya bagi tubuh manusia jika
terhirup secara langsung, untuk menghindari masker
wajah digunakan sebagai perisai dari partikel
berbahaya.
32
9) Chemikcl Suit
Bahan kimia di atas kapal sangat
sering digunakan dan beberapa
bahan kimia sangat berbahaya bila
berkontak langsung dengan kulit
manusia, Chemical suit digunakan
untuk menghindari situasi seperti itu.
10) Welding Perisai
Welding adalah kegiatan yang umum di
atas kapal untuk perbaikan struktural dll.
Juru las yang dilengkapi dengan perisai
las atau topeng yang melindungi mata
dari kontak langsung dengan sinar
ultraviolet dari percikan las. Hal ini harus
diperhatikan dan sebaiknya pemakaian
Welding sheeld sangat diharuskan untuk
keselamatan pekerja.
33
J. Klasifikasi Barang – Barang Berbahaya
Berdasar asosiasi angkutan udara internasional – IATA (International Air Transport
Association). Definisi dari Dangerous Goods (Barang Berbahaya) yaitu: bahwa
suatu barang berbahaya adalah bahan atau zat yang berpotensi dapat
membahayakan secara nyata terhadap kesehatan, keselamatan atau harta milik
apabila diangkut dengan pesawat udara. Bahaya yang ditimbulkan akan berakibat
pada keselamatan.
Dangerous Goods (Barang Berbahaya) dibagi menjadi 9 (sembilan) Klasifikasi
yaitu:
1) Bahan Peledak (Explosives), Bahan yang mudah meledak. Contoh: Dinamit,
TNT, Nitrogliserin, Senjata, Amunisi, Peluru, Kembang Api
2) Bahan Gas (Gases), Semua bahan gas, termasuk gas yang telah dikompresi.
Baik itu Gas Mudah Terbakar, Gas Tidak Mudah Terbakar (telah dikompresi),
Gas Beracun. Contoh: Acetylene, Hydrogen, Propane, Nitrogen, Neon,
Carbon dioxide, Fluorine, Chlorine, Hydrogen cyanide, Aerosol.
3) Bahan Cair Mudah Terbakar (Flammable Liquids), Benda Cair yang mudah
terbakar dibawah suhu 35°C dan tekanan dibawah 101.3 kPa. Contoh: Diethyl
34
ether, Carbon disulfide, Gasoline (Bensin), Acetone, Kerosene, Paraffin,
Diesel (Soilar), Paint(Cat), Alcohol.
4) Bahan Padat Mudah Terbakar (Flammable Solids), Bahan Padat yang mudah
terbakar akibat gesekan. Contoh: Korek Api, Phospor, Kalsium Karbid,
Magnesium, Sodium, Potassium.
5) Bahan Rentan Oksidasi, Bahan yang bila terkena oksigen mempunyai daya
rusak. Contoh: Kalsium Klorat, Ammonium nitrate, Hydrogen peroxide,
Potassium permanganate, Benzoyl peroxide, Organic peroxides.
6) Bahan Beracun dan Menular, Bahan beracun ataupun zat beracun, bakteri,
virus (diatur oleh WHO – World Health Organization) yang bisa menyebabkan
luka, infeksi dan menular. Contoh: Pestisida, Rabies.
7) Bahan Radioaktif, Bahan atau zat maupun kombinasinya yang mengeluarkan
sinar radiasi sehingga membahayakan bagi manusia, binatang dan barang.
Contoh: Uranium, Plutonium.
8) Bahan Korosif, Bahan atau zat yang dapat melarutkan jaringan organik atau
menimbulkan korosi (karat) pada logam. Contoh: Asam sulfat, Asam klorida,
Alkali – kalium hidroksida, Alkali – natrium hidroksida.
9) Bahan atau barang lainnya yang dianggap berbahaya, Barang atau benda
benda lainnya yang dianggap dapat membahayakan serta dapat menimbulkan
resiko terhadap manusia (petugas), pesawat apabila tidak ditangani dengan
baik. Contoh: Gunting, Pisau atau Cutter, Obeng, dll.
35
Referensi
1. “Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)”, 14 Januari 2020
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-20152-
kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf
2. “Klasifikasi Dangerouse Goods”, 14 Januari 2020 https://dsicargo.co.id/post/klasifikasi
dangerous-goods
36