Anda di halaman 1dari 25

Uraian Materi

Beberapa faktor-faktor penyebab dari kecelakaan kerja antara lain adalah


seperti penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung
kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja. Dalam pelaksanaannya
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga
tersebut disebabkan karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsure
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencenaan, tidak diharapkan oleh
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari
yang paling ringan sampai kepada yang paling berat dan tidak diinginkan.
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan
kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :

1. Sumber Bahaya (Hazard)


Suatu keadaan yang memungkinkan/ dapat menimbulkan kecelakaan,
penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.
2. Tingkat Bahaya (Danger)
Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat
dicegah dengan berbagai tindakan preventif.
3. Resiko (Risk)
Prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
4. Kejadian (Insident).
Munculnya kejadian yang bahaya/ kejadian yang tidak diinginkan, yang
dapat mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang
batas badan/ struktur.
5. Kecelakaan (Accident)
Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan kerugian.

89
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja merupakan suatu ilmu yang penerapannya untuk
meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan melaluii pemeriksaan
kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.

Produktifitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan dambaan setiap


manager atau pemilik usaha, karena dengan demikian sasaran keuntungan
akan dapat dicapai. Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat keadaan fisik
dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well
being of the individual).

2. Keselamatan Kerja
Selain kesehatan yang tak kalah pentingnya adalah Keselamatan Kerja.
Keselamatan kerja merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan
kerja. Menurut Suma’mur (1987), keselamatan kerja adalah keselamatan
yang mengoperasikan, mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.

Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik


barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang
bekerja. Keselamatan adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja
maupun masyarakat pada umumnya. Tasliman (1993) sependapat dengan
Suma’mur bahwa keselamatan dan kesehatan kerja menyangkut semua
unsur yang terkait di dalam aktifitas kerja. Ia menyangkut subjek atau orang
yang melakukan pekerjaan, objek (material) yaitu benda-benda atau barang-
barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang dipergunakan dalam bekerja
berupa mesin-mesin dan peralatan lainnya, serta menyangkut
lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda atau barang.

90
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik
adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain
menjadi hambatan langsung, juga merugikan secara tidak langsung yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk
beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. (Suma’mur,
1985).

Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan


penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara
melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset
perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD),
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi. Pendapat lain
mengatakan Keselamatan (safety) meliputi: (1). Mengendalikan kerugian
dari kecelakaan (control of accident loss) dan (2). Kemampuan untuk
mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bias
diterima (the ability to identify and eliminate unacceptable risks).

3. Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum


Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu: (1) aturan
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, (2) diterapkan untuk
melindungi tenaga kerja, (3) resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk suatu pekerjaan tentu saja harus memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatiakan. Setiap orang
yang bekerja ditempat kerja seharusnya memahami pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja. Sesuatu pekerjaan harus terselesaikan untuk dapat
menjamin keselamatan dan kesehatan dan keamanannya, dibutuhkan
kesadaran sumber daya (tenaga kerja) dalam menjaga keamanan dan

91
kesehatan kerja, dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengana prosedur
yang ada.

Pengertian dari umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) versi diantaranya adalah


K3 menurut Filosofi, K3 menurut Keilmuan serta K3 menurut standar
OHSAS 18001; 2007.

Berikut uraian tentang ketiga pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) tersebut.
1) Pengertian K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
2) Pengertian K3 Menurut Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan
Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja (PAK),kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
3) Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan
faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung
dan tamu) di tempat kerja.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/


paling sering digunakan diantara versi-versi pengertian K3 lainnya.
Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika pada Tahun 1911, dimana K3
sama sekali tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan para
pekerjanya. Kegagalan terjadi pada saat terdapat pekerjaan yang
mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja di tempat kerjanya tersebut.
Tempat kerja berargumen bahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan

92
tenaga kerjanya itu sendiri, demi menghindari kewajiban membayar
kompensasi kepada tenaga kerjanya.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran


yaitu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya
penyakit akibat kerja, mencegah/ mengurangi kematian dan cacat tetap,
pemeliharaan terhadap peralatan kerja, dapat meningkatkan produktifitas
kerja sehingga tenaga kerja tidak harus memeras tenaganya, dapat
menjamin keadaan tempat kerja yang aman dan sehat, dapat memperlancar
kegiatan dan pekerjaan pada bengkel tersebut.

Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yang


dikenal dengan Teori Domino. Konsep Teori Domino memberikan
perhatian terhadap kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan Teori Domino,
kecelakaan dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam lingkungan
kerja dan atau kesalahan tenaga kerja. Dalam perkembangannya, konsep
ini mengenal kondisi tidak aman (unsafecondition) dan tindakan tidak
aman (unsafe act).

Sistem Manajemen K3 mempunyai pola Pengendalian Kerugian secara


Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu sebuah kebijakan untuk
mengindarkan kerugian bagi perusahaan, properti, personel di perusahaan
dan lingkungan melalui penerapan Sistem Manajemen K3 yang
mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses,
bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen
yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check),
peningkatan (action).

Manajemen K3 diterapkan dalam suatu bengkel/ laboratorium. Alasan


tersebut dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan,
serta nama baik (Adrian, dkk, 2009). Berikut adalah argumentasi yang
menyatakan betapa pentingnya sistem manajemen k3 tersebut.

1) Alasan Manusiawi

93
Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha melakukan
sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan suatu tindakan yang tidak
manusiawi.
2) Alasan Ekonomi
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian
ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya
pengobatan, dan biaya santunan kecelakaan.
3) Alasan UU dan Peraturan
UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi
bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak
kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan
menggunakan teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan
kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan
kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.

4) Nama Baik Institusi

Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat


mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain.
Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting
terutama bagi industri jasa, termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan
dengan kepercayaan dari pemberi tugas/ pemilik proyek.

4. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah
disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik
Indonesia.

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari

94
yang paling ringan sampai pada yang paling berat. Untuk menghindari risiko
dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium khususnya pada
laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti
pemakaian APD, apabila petugas laboratorium tidak menggunakan alat
pengaman, akan semakin besar kemungkinan petugas laboratorium
terinfeksi bahan berbahaya, khususnya berbagai jenis virus (Dian dan
Athena, 2006).

Alat Perlindungan Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-


bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih
secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.

Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat dari alat perlindungan diri


adalah:
APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya
yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang berlebihan.
Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
Bentuknya harus cukup menarik.
Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena
salah dalam menggunakannya.
Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya.
Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.

5. Konsep Dasar K3 dan APD pada Pekerjaan Survei

95
Setiap pekerjaan mempunyai resiko, baik besar maupun kecil. Itulah
mengapa penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diperlukan
dalam setiap profesi, tidak terkecuali untuk mereka yang berkecimpung di
bidang Survei Pemetaan. Walaupun sekilas tidak berbahaya, namun
kenyataannya profesi Survei Pemetaan tidak sesederhana kelihatannya.
Banyak kondisi yang berpotensi menyebabkan luka, penyakit, cacat bahkan
kematian pada pekerja dalam pelaksanaan tugasnya.

Pekerjaan survei yang menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja harus


mampu mengoperasikan dengan benar alat dan perlengkapan yang
dibutuhkan, serta memperhatikan keselamatan kesehatan kerja dan
melengkapi diri dengan alat pelindung diri. Dimulai dari pekerjaan kantor
dan pekerjaan lapangan.
5.1. Tim Pengukuran/ Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga survei yang
berpengalaman. Personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini
adalah:

1. Ketua Tim (Team Leader/ Geodetic Engineer)


2. Survei (Chief Surveyor)
3. Pelaksana Survei (Surveyor)
4. Asisten pelaksana Survei (Asisten Surveyor)
5. Pengelola data (Data Processing)
6. Tim Survei (Crew Survey)

5.2. Peralatan Survei


Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu
peralatan yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi
spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran memenuhi kriteria
yang diinginkan (telah dikalibrasi).

Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain:


1. Alat ukur tanah seperti waterpass instrumen, theodolite, total station
yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya hingga 1 (satu)

96
detik dan akurasi pengukuran terhadap jaraknya adalah 5+3ppm serta
perlengkapannya, tegantung dari pekerjaan yang dilakukan. Beserta
dengan kelengkapan lainnya, seperti statif dan lainnya.
2. Komputer (hardware dan software), printer ukuran A3 (di kantor).
3. Kamera
4. Kompas (Shunto), GPS Handheld
5. Perlengkapan lapangan.

5.3. Persiapan Lapangan


Pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan lapangan terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain :

1. Memperhatikan keadaan lapangan


2. Melaksanakan pengukuran sesuai syarat ketentuan yang ditetapkan,
mengikuti SOP
3. Mempersiapkan diri untuk bekerja sesuai langkah-langkah melakukan
pengukuran
4. Mobilisasi Tim Pengukuran
5. Persiapan base camp
6. Persiapan material yang dibutuhkan
7. Koordinasi dengan instansi terkait
8. Pengenalan medan secara umum (orientasi lapangan)
9. Menentukan lokasi pemasangan titik-titik kontrol pemetaan
10. Menentukan batas-batas areal pengukuran.

Semua persiapan yang ditetapkan dikerjakan dengan sebaik-baiknya agar


tidak terjadi kecelakaan kerja dan alat dapat dipergunakan dengan baik dan
benar sehingga tidak terjadi kerusakan.

6. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:
a. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
c. Mencegah/ mengurangi kematian.

97
d. Mencegah/ mengurangi cacat tetap.
e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan
bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifnya.
g. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber
produksi lainnya.
h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
i. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri
serta pembangunan dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja yang
ditujukan bagi:
Manusia (pekerja dan masyarakat)
Benda (alat, mesin, bangunan dll)
Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh-
tumbuhan).

7. Alat Pelindung Diri pada Pekerjaan Survei


Alat perlindungan diri pada pekerjaan survei antara lain yaitu:

1) Alat Pelindung Diri/ APD bagian kepala meliputi:


Alat pelindung kepala bagian atas biasanya berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, pukulan atau kejatuhan benda tajam dan berat yang
melayang atau meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala
dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.
Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa
menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung. Berikut
Gambar 4.1 merupakan contoh alat pelindung bagian kepala yaitu helm
pengaman (safety helmet).

98
Gambar 4.1. Helm Pengaman (Safety Helmet)

Alat Pelindung Pernafasan


Alat perlindungan bagian pernafasan yang dimaksud adalah sebagai
perlindungan dari pencemaran oleh partikel-partikel (debu, kabut, asap,
dan uap logam). Gambar 4.2 menunjukan contoh bentuk masker,
respirator sebagai alat perlindungan pernafasan.

Gambar 4.2. Masker dan Respirator

2) Alat Pelindung Diri/ APD bagian badan meliputi:


Alat pelindung badan digunakan untuk melindungi tubuh dari benda
berbahaya, misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, cahaya, dan sebagainya.
Alat Pelindung Tangan
Bentuk alat perlindungan ini seperti sarung tangan (safety gloves)
pada Gambar 4.3.

99
Gambar 4.3. Sarung Tangan Kulit (Safety Gloves)

Sabuk Keselamatan (Safety Belt)


Berfungsi untuk membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh atau
terlepas dari posisi yang diinginkan. Beberapa pekerjaan mengharuskan
pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti pada
posisi miring, tergantung atau memasuki rongga sempit. Sabuk
keselamatan ini terdiri dari harness, lanyard, safety rope dan sabuk
lainnya yang digunakan bersamaan dengan beberapa alat lainnya seperti
karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain.

Alat Pelindung Kaki


 Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan
atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan
licin. Selain fungsi di atas, sepatu safety berkualitas juga memiliki
tingkat keawetan yang baik sehingga bisa digunakan dalam jangka
waktu yang panjang. Berbagai sepatu pelindung
ataupun safety shoes tersedia sesuai dengan kebutuhan. Ada yang anti
slip, antipanas, anti-bahan kimia, anti-listrik, dll.
Berikut merupakan Gambar 4.4 adalah contoh sepatu pelindung (safety
shoes).

100
Gambar 4.4. Sepatu (Safety Shoes)

 Sepatu Boot
Berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda
berat, tertusuk benda tajam, terkena pecahan kaca, terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan
licin. Bedanya dengan safety shoes umumnya adalah perlindungan
yang lebih maksimal karena modelnya yang tinggi dan melindungi
hingga ke betis dan tulang kering.
Berikut merupakan Gambar 4.5 adalah contoh sepatu Boot.

Gambar 4.5. Sepatu Boot

101
3) Alat Perlindungan Diri pada Alat Survei
Payung dan Jas hujan
Payung merupakan alat pelindung diri dari hujan maupun panas matahari
yang paling umum digunakan oleh berbagai kalangan. Ketika musim
penghujan sudah tiba payung jadi salah satu benda yang wajib dibawa
ketika keluar rumah, baik itu mau pergi kerja, sekolah, maupun aktivitas
luar rumah lainnya.

Ketika melakukan pekerjaan-pekerjaan survei yang menggunakan alat -alat


(pesawat ukur) yang semestinya terlindungi dari sinar matahari dan hujan,
maka pekerja harus menggunakan payung, agar alat tersebut terlindungi
dan terjaga. Payung merupakan salah satu solusi yang tepat untuk berjaga-
jaga agar kita tetap terlindung dari sinar matahari dan hujan.

Selain payung, jas hujan juga bias dimanfaatkan sebagai pelindung diri dari
hujan, juga dapat digunakan untuk pelindung alat, agar seluruh alat
terselimuti oleh jas hujan. Demi menghindari air hujan yang bias merusak
atau menggangu sistem kerja alat survei yang digunakan.

8. Kekurangan dan Kelebihan Pada APD


APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD
rusak atau rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera
dimusnahkan. Beberapa APD juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya
harus lebih diperhatikan dan dicatat waktu pembelian serta masa pemakaiannya.
Dalam Peraturan Menakertrans ini juga disebutkan bahwa pengadaan APD
dilakukan oleh perusahaan, dan pekerja berhak untuk menyatakan keberatan
untuk melakukan pekerjaan jika alat keselamatan kerja yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan. Berikut merupakan contoh bentuk
kekurangan-kekurangan yang ada pada alat perlindungan diri, seperti:

 Kemampuan perlindungan yang tak sempurna, karena memakai alat


pelindung diri yang kurang tepat.
 Fungsi dari alat pelindung diri ini hanya untuk mengurangi akibat dari
kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.

102
 Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan.
 Cara pemakaian alat pelindung diri yang salah.
 Alat pelindung diri tak memenuhi persyaratan standar.
 Alat pelindung diri yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
 Alat pelindung diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister,
filter, dan penyerap (cartridge).
 Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit bila dipakai berganti-ganti.

Adapun kelebihan dari alat perlindungan diri meliputi:


 Mengurangi resiko akibat kecelakaan.
 Melindungi seluruh/ sebagian tubuh dari kecelakaan.
 Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
 Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja

9. Cara Memilih dan Merawat Alat Perlindungan Diri


Ada beberapa cara memilih dan merawat alat perlindungan diri, yakni sperti:

a. Cara memilih Alat Perlindungan Diri:


 Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.
 Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis
pekerjaannya harus selalu digunakan selama mengerjakan tugas
tersebut atau selama berada di areal pekerjaan tersebut dilaksanakan.
 Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam
kantor, ruang istirahat, atau tempat-tempat yang tidak berhubungan
dengan pekerjaannya.
 Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai.

b. Cara merawat Alat Perlindungan Diri:


 Meletakkan Alat Pelindung Diri pada tempatnya setelah selesai
digunakan.
 Melakukan pembersihan secara berkala.

103
 Memeriksa Alat Pelindung Diri sebelum dipakai untuk mengetahui
adanya kerusakan atau tidak layak pakai.
 Memastikan Alat Pelindung Diri yang digunakan aman untuk
keselamatan, jika tidak sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.
 Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan, serta kondisinya.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan, maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

10. Manfaat APD


Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu usaha
dalam melindungi tenaga kerja di tempat kerja/ laboran/ praktikan di
laboratorium sehingga dapat mencapai produktivitas yang optimal. Salah satu
wujud dari penerapan K3 adalah dengan menggunakan APD secara disiplin.

Pengunaan APD merupakan suatu kewajiban. Pemanfaatan APD oleh tenaga


kerja/praktikan sampai saat ini masih merupakan masalah rumit dan sulit
dipecahkan. Hal ini karena faktor disiplin tenaga kerja/praktikan yang masih
rendah. Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk
melindungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit
atau kecelakaan kerja, sehingga penggunaan alat pelindung diri memegang
peranan penting. Hal ini penting dan bermanfaat bukan saja untuk tenaga kerja
tetapi untuk perusahaan (Septina, 2006).

Manfaat APD bagi tenaga kerja/ laboran/ praktikan seperti:


 Tenaga kerja/ praktikan dapat bekerja dengan perasaan lebih aman
untuk terhindar dari bahaya-bahaya kerja
 Dapat mencegah kecelakan akibat tenaga kerja/ laboran/ praktikan
dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuaihak dan
martabatnya sehingga tenaga kerja/ laboran/ praktikan akan
mampu bekerja secara aktif dan produktif.

104
 Tenaga kerja/ laboran/ praktikan bekerja dengan produktif
sehingga meningkatkan hasil produksi/prakteknya. Khusus bagi
tenaga kerja, hal ini akan menambah keuntungan bagi tenaga kerja
yaitu berupa kenaikan gaji atau jaminan sosial sehingga
kesejahteraan akan terjamin.

Manfaat APD bagi perusahaan adalah sebagai berikut:


 Meningkatkan produksi perusahaan dan efisiensi optimal
 Menghindari hilangnya jam kerja akibat absensi tenaga kerja
 Penghematan biaya terhadap pengeluaran ongkos pengobatan serta
pemeliharaan kesehatan tenaga kerja

Terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh bagi perusahaan/ laboratorium


yang hendak menerapkan penggunaan APD. Langkah-langkah tersebut antara
lain:

1. Menyusun kebijaksanaan penggunaan dan pemakaian APD secara


tertulis, serta mengkomunikasikannya kepada semua tenaga kerja/
praktikan dan tamu yang mengunjungi perusahaan/ laboratorium
tersebut.
2. Memilih dan menempatkan jenis APD yang sesuai dengan potensi
bahaya yang terdapat di tempat kerja/ laboratorium.
3. Melaksanakan program pelatihan penggunaan APD untuk meyakinkan
tenaga kerja/ laboratorium agar mereka mengerti dan tahu cara
menggunakannya. Untuk kegiatan praktikum di laboratorium dapat
berupa penjelasan pentingnya dan cara penggunaan APD.
4. Menerapkan penggunaan dan pemakaian APD serta pemeliharaannya
secara berkala.

Induk dari peraturan perundang-undangan K3 adalah Undang-Undang


No.1Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja atau bisa disebut dengan UU K3.
Karena APD merupakan salah satu perwujudan dari K3 maka dasar hukum APD
adalahUU K3 yang memang telah mengatur tentang APD.

105
UU K3 menetapkan syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan
dengan alat pelindung diri kepada pekerja. Pasal 9 Ayat (1) UU K3 mewajibkan
manajemem perusahaan untuk menunjukkan dan menjelaskan:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
b. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerja.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Pada Pasal 12 (b) UU K3 mengatur mengenai kewajiban dan hak tenagakerja


untuk memakai alat-alat pelindung diri, sedangkan Pasal 14 (c)
memerintahkan manajemen perusahaan untuk menyediakan secara cuma-
cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau keselamatan kerja.

Adapun peraturan lainnya yang mengatur tentang APD salah satunya adalah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Permenakertrans tersebut mengatur APD
sebagimana termuat pada Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (1) seperti berikut:
a. Pasal 1 ayat (2) tentang Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja
“Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja”.
b. Pasal 2 ayat (1) tentang Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
“Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempatkerja”
Pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan zat gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja”.

106
11. Aplikasi K3 dan APD
 Dasar –Dasar Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama yang mutlak dilakukan untuk keselamatan adalah
seperti berikut:
 Usaha menyadarkan kembali, dapat dilihat seperti Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Menyadarkan Kembali

 Menghindari Pendarahan
Penderita luka parah membutuhkan pertolongan yang dilakukan
segera oleh tenaga P3K yang terlatih, apabila tenaga medis tidak
cepat didapat/ datang ke lokasi kejadian. Sebaiknya suatu
pekerjaan harus mempunyai tenaga medis yang profesional, atau
tenaga P3K yang terlatih. Agar, jika terjadi sesuatu hal kecelakaan
yang tidak diinginkan, korban bias langsung dapat ditangani secara
cepat, atau setidaknya mempunyai pekerja yang mengetahui
tindakan yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama sampai
pertolongan semestinya datang/ sampai kelokasi kejadian.

Mengetahui letak kotak P3K atau ruang tempat pertolongan


pertama adalah point penting yang harus ditegaskan kepada
pekerja. Agar jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan (luka/
kecelakaan) dapat segera memperoleh alat-alat kesehatan yang ada
pada kotak P3K. tidak lagi mencari-cari dimana letaknya, langsung

107
menolong korban. Berikut Gambar 4.7 adalah Gambar yang
meunjukan tempat P3K.

Gambar 4.7. Kotak P3K

Ada beberapa aturan terpenting pada P3K, yakni seperti:


a. Pelajari apa yang tidak boleh dilakukan
b. Pelajari dengan benar apa yang harus dilakukan
c. Kirimkan kepada ahli P3K dan kepada dokter dengan segera
setiap terjadi kecelakaan gawat.

Kecelakaan saat bekerja, tetap dihindari dan sangat tidak diharapkan,


oleh karena itu selalu ditetapkan Standar Operasional Pekerjaan (SOP),
namun demikian tidak dapat dipastikan selalu akan berjalan dengan baik.
Apabila terjadi hal hal yang tidak di inginkan ataupun kecelakaan, maka
diperlukan tindakan pertolongan.
a. Jenis - jenis kecelakaan pada waktu kerja
Suatu saat, ada kemungkinan kontraktor harus melakukan
pertolongan pertama, apabila terjadi peristiwa sebagai berikut:
 pendarahan,
 kejutan (shock),
 keracunan,
 terkena pecahan kaca, terkena benda tajam, paku dan benda
keras lain,
 luka bakar api atau luka bakar karena cairan kimia,

108
 luka pada mata,
 luka kecil dan
 sengatan listrik.

b. Solusi yang dilakukan untuk pertolongan kecelakaan pada


waktu kerja

 Pendarahan dan Cara Menghentikannya


Penghentian pendarahan, pada umumnya dapat dilakukan
dengan menekan luka berdarah tersebut. Jika pada kasus tertentu
pendarahan tidak bisa dihentikan dengan cara ini, maka
memanggil segera tenaga medis, dokter.

 Pendarahan hidung
- Dudukan korban dengan tenaga dengan kepala menunduk
- Cegahlah korban memaksa darah keluar dari hidungnya
- Pijit, atau mintalah korban untuk memijit cuping hidungnya
keras–keras (Gambar 4.8)
- Jika pendarahan tidak berhenti selama 5–10 menit usahakan
agar mendapat perawatan medis.

Gambar 4.8. Memijit Hidung

 Pendarahan karena luka


- Mintalah pertolongan medis
- Perlihatkan semua luka

109
- Tutup dan tekanlah luka dengan tangan atau pencet tepi
luka bersama–sama agar menutup, jika sempat tutuplah
luka dengan sapu tangan, atau kain yang bersih sebelum
ditekan
- Penekanan dapat dilakukan dengan memberi bantalan tipis
pada luka kemudian diikat erat – erat dengan perban.
Bantalan harus cukup lebar menutupi seluruh luka dan
seluruh bantalan harus trtutup perban.
- Jika penderita merasakan kesakitan karena ikatan perban
terlalu kencang, ikatan perban (Gambar 4.9)
- Jika pendarahan masih berlangsung, beri bantalan dan
perbanlah lagi, tanpa melepas ikatan bantalan yang
pertama.
- Bahan yang dipakai untuk menekan pendarahan terbuat dari
bahan kayu, atau logam. Cara seperti ini dapat pula
digunakan untuk menolong korban yang patah tulang.

Gambar 4.9. Memperban Luka

 Kejutan
Hampir setiap kecelakaan, cedera atau luka-luka selalu diikuti
oleh kejutan. Keadaan penderita pucat, dingin dan lunak
kulitnya lemas badan dan denyut nadi makin cepat mungkin
juga tidak sadarkan diri.
- Pindahkan korban di tempat yang nyaman dan tenang.
- Jaga korban agar tenang dan tetap hangat badannya.

110
- Longgarkan baju.
- Usahakan agar korban merasa tenang dan yakinkan bahwa
pertolongan segera dating

 Keracunan
Untuk semua peristiwa keracunan, Kirimkan kepada tenaga
medis secepat mungkin.
- Pindahkan ketempat yang segar.
- Lakukan seperti merawat shock.
- Buat pertolongan pernafasan, jika pernafasan berhenti.
Jangan melakukan pertolongan pernafasan melalui kontak
mulut ke mulut, bila terjadi racun terminum melalui mulut
(asam, alkali dan lain-lain)
- Amankan dan simpan cairan yang diduga racun untuk
contoh.
- Ambil dan muntahkan korban untuk pemeriksaan
dokter/klinik
 Luka Bakar Api
Penanganan segera secara medis tergantung pada sejauh mana
tingkat penderitaannya.
- Penanganan terbaik luka bakar adalah dengan mengucurkan
air dingin dan bersih kebagian yang terbakar (Gambar 4.10)
- Jangan menarik atau menyobek baju dari luka bakarnya.
- Jangan mencoba memindah benda-benda yang menempel
pada kulit yang terbakar.
- Lakukan perawatan seperti menangani kejutan (shock).
- Tutuplah luka bakar dengan bahan-bahan steeril seperti
perban kering, handuk atau kertas jika ada.
- Jangan sentuh bagian luka bakar yang menggelembung,
atau bagian otot-otot yang terbakar.

111
Gambar 4.10. Mengucurkan Air Dingin Pada Luka

 Kecelakaan dan Luka Pada Mata


Janganlah menggosok-gosok mata jika ada benda-benda yang
masuk didalamnya.
- Usahakan agar mata tetap dibuka
- Jangan sentuh mata dengan apapun juga
- Usahakan mendapat perawatan medis
- Longgarkan perban pada mata
- Bimbinglah korban ketempat perawatan medis (Gambar
4.11)

Gambar 4.11. Membawa Korban Ketempat Perawatan

 Luka mata:

112
- Perbanlah matanya longgar-longgar
- Bimbinglah korban untuk perawatan
- Jangan menyentuh mata

 Luka Goresan dan Memar


Setiap luka meskipun ringan harus diobati dan dicatat
kejadiannya. Setiap luka akan berakibat infeksi dan membusuk
jika tidak segera diobati.
- Pada luka goresan, biarkan darah mengalir beberapa menit
untuk membuang kemungkinan infeksi.
- Jangan membalut luka dengan baju-baju lusuh atau sapu
tangan yang kotor pada luka.
- Bersihkan luka dengan bahan-bahan yang lunak.
- Berilah obat anti septic, steril atau bahan aid untuk luka-
luka ringan.
- Panggilkan tenaga medis jika lukanya parah dan terlalu
dalam
Luka memar yang berat memerlukan perawatan medis segera
jangan ditunda.

113

Anda mungkin juga menyukai