Secara umum keselamatan dan kesehatan mempunyai hubungan yang erat, namun memiliki perbedaan.
Keselamatan yaitu kondisi aman bagi tenaga kerja dari hal-hal yang membahayakan. Sedangkan
kesehatan merupakan kondisi tenaga kerja jauh dari potensi penyakit.
Di Indonesia, K3 telah mulai diberlakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu, telah muncul
kebijakan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mengatasi permasalahan keselamatan kerja dengan
adanya perundangan keselamatan kerja yang dikenal dengan Veiligheid Ordonantie/Reglement pada
1905 yang menjadi salah satu cikal bakal penerapan K3 di Indonesia.
Definisi K3
K3 memiliki beberapa definisi dari berbagai perspektif, mulai dari filosofi, etimologi dan keilmuan;
Menurut Filosofi, K3 merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur
Menurut Keilmuan, K3 adalah semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, ledakan dan pencemaran lingkungan.
K3 secara etimologi merupakan upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja dan bagi orang lain yang memasuki tempat kerja
maupun sumber dan proses produksi dapat digunakan secara aman dan efisien dalam pemakaian
Menurut OHSAS K3 adalah kondisi atau Faktor yang dapat berdampak Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Tenaga Kerja maupun Orang Lain (Tamu,Kontraktor, Buyer ataupun Pengunjung) di tempat kerja.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau
K3 merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Segala Kegiatan Untuk Menjamin Dan Melindungi
Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit
Akibat Kerja. (OHSAS 18001)
Dasar Hukum K3
K3 merupakan elemen penting yang harus diterapkan perusahaan untuk melindungi tenaga. Pemerintah
pun telah menetapkan sejumlah aturan dan regulasi terkait pelaksanaan K3.
K3 telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Pekerja. Pemerintah kemudian mengeluarkan UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Peraturan mengenai K3, yang meliputi tempat
kerja, hak dan kewajiban pekerja, serta kewajiban pimpinan tempat kerja.
Tujuan K3
Pelaksanaan K3 sangat penting bagi tenaga kerja sebab akan berdampak pada peningkatan produktivitas
pekerjaan. Bila perusahaan secara khusus memperhatikan K3, maka karyawan dapat bekerja dengan
aman, tentram, dan produktif dalam bekerja. Tujuan K3 meliputi :
Mencegah timbulnya berbagai penyakit akibat kerja, baik itu dalam bentuk fisik, psikis, infeksi,
keracunan atau penularan.
Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk digunakan.
Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup dari penerapan sistem K3 cukup lengkap dan luas, serta aspek-aspek yang mendukung
pelaksanaannya. Berikut cakupan dari penerapan ruang lingkup K3:
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah lokasi tempat para pekerja melakukan aktivitas kerjanya. Lingkungan kerja
harus dibangun dengan standar keamanan yang layak agar meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan
kerja yang membahayakan semua orang dan aset di dalamnya.
Alat kerja dan bahan produksi sangat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja. Kelengkapan
dan kondisi alat kerja maupun bahan harus dicek secara berkala. Selain itu bahan yang digunakan pada
aktivitas kerja pun perlu diperhatikan dengan baik.
Metode Kerja
Ruang lingkup K3 juga meliputi prosedur kerja atau metode kerja agar sesuai dengan standar keamanan
dan kesehatan untuk para pekerja. Seperti prosedur penggunaan alat pelindung diri, prosedur
pengoperasian mesin. Pada sistem manajemen K3 bahkan harus diatur batas jam kerja dalam sehari
agar dapat meminimalisir potensi risiko pada kesehatan pekerja.
Faktor penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun. Kecelakaan kerja bisa disebabkan oleh
sejumlah faktor, mulai dari faktor teknis maupun non teknis.
Faktor Teknis
Tempat Kerja
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat standar keselamatan, seperti ukuran ruangan, penerangan,
ventilasi udara, suhu tempat kerja, hingga tempat evakuasi .Jika tempat kerja tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber terjadinya
kecelakaan kerja, terutama mesin-mesin dengan ukuran yang besar. Mesin dan peralatan yang potensial
menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau
manusia.
Transportasi
Faktor kecelakaan kerja selanjutnya yaitu alat transportasi juga cukup banyak. Penggunaan kendaran
tidak tepat, dengan membawa beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik, kecepatan
kendaraan yang berlebihan, bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Faktor Non-Teknis
Human Error
Kelalaian tenaga kerja dalam bekerja bisa menjadi potensi kecelakaan, terutama pada saat
mengoperasionalkan mesin-mesin dan peralatan produksi. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan
dalam menjalankan peralatan kerja.
Bencana Alam
Bencana alam, seperti gempa, banjir dan lainnya bisa menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja.
Bencana alam dapat merusak bangunan perusahaan yang dapat menimbulkan kerugian materi dan
korban jiwa.
Sementara kerugian yang tidak terlihat seperti tuntutan ganti rugi, profit perusahaan turun, trauma
jangka panjang pada korban, merusak nama baik perusahaan, hingga menyebabkan proses produksi
terhenti.
Sistem Manajemen K3
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur secara khusus dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 turunan dari Pasal 87 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Sistem Manajemen K3 wajib dilaksanakan oleh perusahaan yang mempekerjakan
minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi kecelakaan kerja yang lebih
tinggi akibat karakteristik proses.
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Perusahaan atau organisasi yang akan ataupun telah
menerapkan SMK3 diharapkan dapat meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi, kemudian dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen dan pekerja, dan juga
perusahaan dapat menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Kegiatan sistem manajemen K3 meliputi accident preventions, inspection system, safety management
proses, departemen HSE, jobs safety analysis, dan hira/hiradc. Penerapan sistem manajemen K3 ini juga
terintegrasi dengan sistem perusahaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas utama oleh perusahaan, agar karyawan
memiliki rasa aman. Jika karyawan sudah memiliki rasa aman, maka karyawan pun akan lebih produktif
dalam bekerja, sehingga akan berdampak pada jalannya bisnis perusahaan yang akan lebih profit.