OLEH :
ARYA FEBRIAN SEMBIRING
NIM : 2005012004
ME-3H
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pengertian K3 Menurut
OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/paling sering
digunakan di antara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
lainnya. Sebagaimana diketahui, tahun 2017 merupakan tahun ke-3 bagi bangsa Indonesia
yang secara terus menerus berusaha mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia
berbudaya K3 tahun 2020. Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif
Dhakiri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur
dengan jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat tenaga kerja, hubungan
kerja atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.
Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan perlindungan terhadap
tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi
juga untuk mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga
dapat digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di
laksanakan dan di terapkan melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal 83
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Untuk itu, tema
peringatan bulan K3 Nasional tahun ini dimaksudkan untuk mendorong semua pihak
berpartisipasi aktif membudayakan K3 yang diharapkan menjadi bagian integral dalam
pembangunan nasional untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.
Setiap perusahaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan
usahanya. K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja,
yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Selain itu, penerapan K3 juga akan memberikan perlindungan pada sumber-sumber
produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13/2003 Pasal 87 disebutkan, setiap perusahaan
wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan.
Secara umum ada tiga faktor yang mendorong pentingnya penerapan K3 di suatu
perusahaan:
Alasan Perikemanusiaan
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
menjamin keselamatan kerja karyawan atas dasar perikemanusiaan. Hal ini untuk
mengurangi rasa sakit atau luka yang timbul akibat pekerjaan, baik yang diderita karyawan
atau yang memengaruhi keluarganya.
Mematuhi Peraturan Perundang-undangan
Negara menetapkan berbagai payung hukum yang mencakup pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam kegiatan usaha, baik dalam undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi menteri, hingga surat edaran. Perusahaan
yang tidak mematuhi berbagai peraturan tersebut akan mendapatkan sanksi.
Alasan ekonomi
Kecelakaan kerja akan berdampak pada pengeluaran yang cukup besar oleh perusahaan.
Karena itu, perusahaan perlu mempraktikkan K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dalam kegiatan usahanya sehingga menghindari terjadinya pengeluaran besar atau bahkan
kerugian.
Berikut penyebab terjadinya kecelakaan kerja secara umum, dikutip dari situs web Prodia
OHI:
Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari
peralatan/media elektronik, bahan, lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan
cara kerja.
Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang
dapat terjadi antara lain karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana.
Termasuk dalam kategori ini adalah cacat tubuh yang tidak kentara ( bodily defect),
kelelahan dan kelemahan daya tahan tubuh, sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.
Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti sejumlah prinsip
berikut:
Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja
(SSLK). Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang
memadai; memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan memiliki peraturan
kerja atau aturan perilaku di tempat kerja.
Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB II
JENIS KECELAKAAN
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi
karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan)
2. Berdasarkan Penyebabnya
Terdiri atas:
Mesin
Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1) Pembangkit tenaga
terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3) Mesin-mesin untuk mengerjakan
logam, (4) Mesin pengolah kayu atau penggergaji kayu, (5) Mesin pertanian, (6) Mesin
pertambangan, (7) Mesin lain yang tak terkelompokkan.
Peralatan lain
Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi : (1) Alat bertekanan
tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat instalasi pendingin, (4) Instalasi listrik,
termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5) Perkakas tangan bertenaga
listrik, (6) Perkakas, instrumen dan peralatan, diluar peralatan tangan bertenaga listrik, (7)
Tangga, tangga berjalan, (8) Perancah (Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak
terklasifikasikan.
Lingkungan kerja
Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya berupa: (1)
Di luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah tanah.
Perantara lain yang tidak terkelompakkan
Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak terkelompokkan terbagi atas: (1)
Hewan, (2) Penyebab lain
Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data
Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri dalam
satu kelompok.
Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi (1995:156) dalam analisa sejumlah kecelakaan,
kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang
jenis dan macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Berdasarkan Lokasi
Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok daerah kerja : seismik,
pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran.
2. Kesalahan Orang
1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim.
2. Masalah fisik atau mental.
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
4. Perhatian yang kurang.
4. Kecelakaan
1. Kejadian yang tidak terduga.
2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
3. Terjatuh.
4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan kerja yaitu:
Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan ditempat kerja dan pengaturan suhu udara dari ruang kerja.
Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan.
Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan meliputi pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat
5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba
kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang
diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya
tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno
dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri,
namun mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah
tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak
mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai. Hingga saat ini belum
diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan di
Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara
polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna
Nur/Sup).
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga
mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini
memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian.
Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-
kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam
tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat
diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana
apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang
menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan
kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan
dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih
memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang
sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
SOLUSI MENGATASI KECELAKAAN KERJA
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari
adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal
yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,
pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.
1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya
gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-
barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan
dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang- orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan
garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang
yang tidak pada
2. Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang
tidak beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi
berupa uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus
diperhatikan
3. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian
yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan
mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat
membatasi aktivitas Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan
kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
4. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat
pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan
kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena
terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena
perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri
5. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan Udara yang baik dalam
suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh
terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk
sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin
yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam
suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan
dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono, 1988: 104-111).
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif pencegahan
selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki
standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-
alat pelindung diri, monitoring perlatan dan
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
3. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda
peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang
4. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja
pada
5. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.
(Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).
BAB III
DAERAH BERBAHAYA LINGKUNGAN KERJA
BAB IV
GAS BERACUN LINGKUNGAN KERJA
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Karbon monoksida dapat diserap paru-paru dengan mudah. Hal ini menggantikan oksigen
yang masuk ke dalam paru-paru. Selain itu, karbon monoksida juga lebih mudah berikatan
dengan hemoglobin. Ketika seseorang terpapar atau menghirup gas karbon monoksida,
kemampuan darah untuk mengikat oksigen akan berkurang. Hal ini karena gas CO lebih
mudah terikat dengan hemoglobin dan kemudian membentuk carboxyhaemoglobin
(COHb). ... Akibatnya, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen (hipoksia
4 . Klorin
Paparan gas yang mengandung klorin dalam jumlah banyak bisa menyebabkan iritasi dan
gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya gejala sesak napas, hidung berair,
nyeri dada, batuk, dan mengi. Paparan gas klorin juga bisa memicu kambuhnya gejala pada
penderita asma.
5 . Arsenik
Arsenik organik biasanya tidak beracun bagi manusia, kecuali jika paparannya dalam jumlah
besar. Sementara itu, arsenik anorganik sangat berbahaya bagi tubuh dan bisa menyebabkan
keracunan arsenik. Gejala keracunan arsenik meliputi mual dan muntah, diare, kram otot,
nyeri perut, dan perubahan warna kulit.
BAB V
BAHAN-BAHAN KIMIA YANG BERBAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA
1. Aseton
Aseton adalah zat yang banyak ditemukan di cairan penghapus kuteks, pelitur mebel, serta
wallpaper.Ketika terekspos udara, aseton menguap dengan sangat cepat dan mudah sekali
terbakar. Aseton adalah bahan kimia berbahaya yang bisa menyebabkan keracunan fatal.
Namun, Anda tak perlu khawatir. Hal ini sangat jarang terjadi karena tubuh mampu memecah
aseton dalam jumlah besar yang terserap ke dalam sistem.
Untuk sampai bisa keracunan, Anda harus mengonsumsi atau menelan porsi aseton dalam
jumlah luar biasa besar dalam waktu singkat.
Gejala keracunan aseton ringan termasuk:
sakit kepala,
bicara cadel,
lesu,
kurang koordinasi indera gerak,
rasa manis di mulut.
Oleh karena itu, penggunaan aseton untuk menghapus kuteks warna-warni di kuku Anda
harus dilakukan di ruangan terbuka dan jauh dari nyala api.
Selalu jauhkan produk-produk yang mengandung aseton dari jangkauan anak.
Alternatif lainnya, gunakan produk penghapus kuteks yang mencantumkan label bebas
aseton. Hal yang sama juga berlaku untuk produk pemoles furnitur rumah Anda.
2. Benzena
Bahan kimia selanjutnya yang tergolong berbahaya adalah benzena. Zat kimia yang satu ini
banyak ditemukan di cat, lem, deterjen, asap rokok, hingga kapur barus.
Benzena menguap ke udara dengan sangat cepat. Benzena bekerja dengan mengacaukan kerja
sel dalam tubuh.
Sebagai contoh, paparan benzena jangka panjang dalam dosis besar berisiko menyebabkan
sumsum tulang untuk tidak memproduksi cukup sel darah merah.
Benzena juga berpotensi merusak sistem kekebalan tubuh dengan mengubah kadar antibodi
dan menyebabkan hilangnya sel darah putih.
Dalam jangka panjang, benzena berlebihan bisa menyebabkan anemia. Lebih buruk lagi,
paparan berat berkepanjangan berpotensi menimbulkan leukemia.
Cari produk rumah tangga yang berlabel bebas benzena, dan sebisa mungkin kurangi
penggunaan kapur barus untuk meredam bau tak sedap di rumah.
Bunga lavender segar, selain dapat mempercantik rumah, harumnya ampuh untuk usir bau
apek dan serangga pengganggu.
3. Etanol
Etanol, atau yang memiliki nama lain etil alkohol, adalah jenis alkohol yang umum
ditemukan di hampir semua produk rumahan.
Mulai dari parfum, deodoran, sampo, sabun cuci piring, hingga obat kumur dan hand
sanitizer, etanol terkandung di dalam hampir seluruh produk yang Anda pakai sehari-hari.
Paparan terhadap etanol yang masih dalam batas wajar tak selalu membawa dampak buruk
bagi kesehatan.
Namun, jika Anda terkena kontak dengan etanol murni dalam jumlah besar (oral, kulit,
maupun hirup) gejala keracunan bisa bervariasi, mulai dari:
mual dan muntah,
reaksi alergi kulit,
kejang,
bicara melantur,
koordinasi tubuh kacau,
mata terasa panas terbakar,
koma (hanya dalam kasus ekstrem).
Akan tetapi, paparan etanol dengan kadar yang tinggi lebih mungkin terjadi dalam
lingkungan kerja seperti di industri atau laboratorium, di mana etanol murni kadang
digunakan.
Paparan etanol di udara dan air di lingkungan umum terbilang sangat rendah karena senyawa
ini mudah dipecah oleh sinar matahari.
4. Formalin
Anda mungkin pernah mendengar formalin sebagai zat pengawet makanan. Ternyata,
formalin juga tergolong bahan kimia berbahaya yang banyak ditemukan di produk rumahan.
Formaldehida alias formalin adalah senyawa kimia yang umum digunakan untuk
memproduksi bahan bangunan dan berbagai produk rumah tangga, seperti asbes, resin,
kompor gas, asap rokok, serta pestisida.
Dengan demikian, mungkin ada jejak formalin dalam konsentrasi yang cukup besar baik di
dalam maupun luar ruangan.
Kadar formalin yang tinggi di udara berisiko menyebabkan efek samping seperti iritasi kulit,
mata, hidung, dan tenggorokan.
Orang dengan masalah pernapasan juga bisa mengalami serangan asma serta bronkitis akibat
paparan formalin di udara.
Paparan berkepanjangan dalam kadar yang tinggi bahkan berpotensi menyebabkan jenis
kanker tertentu.
5. Toluena
Toluena adalah agen pelarut yang banyak terkandung di dalam cat, parfum, lem, tinta, serta
produk pembersih rumah.
Uap dari toluena yang terhirup manusia berisiko memicu gejala keracunan yang berkaitan
dengan sistem saraf pusat, seperti:
sakit kepala,
mual dan muntah,
pusing,
mengantuk,
kelelahan.
Selain itu, paparan toluena dalam jangka panjang juga berpotensi menyebabkan iritasi mata
dan sistem pernapasan.
Bahkan, ibu hamil yang terpapar toluena dalam dosis tinggi berisiko melahirkan bayi dengan
keadaan cacat.
Maka itu, periksa label produk rumahan Anda yang mengandung toluena. Jika Anda
memakai produk berbahan toluena, buka pintu dan jendela lebar-lebar guna memperlancar
sirkulasi udara.
Akan lebih baik lagi jika Anda memakai produk berbahan toluena di tempat terbuka, seperti
teras rumah atau garasi.
6. Amonia
Amonia merupakan jenis gas yang memiliki bau tajam. Zat kimia berbahaya yang satu ini
bisa ditemukan di produk pemutih, pembersih kaca, cat, serta pemoles furnitur.
Apabila amonia terlepas di udara dengan kadar yang tinggi, hal ini berisiko menimbulkan
efek berupa iritasi kulit dan mata.
Jika Anda tak sengaja menghirup udara dengan amonia, Anda juga bisa mengalami iritasi
tenggorokan, hidung, hingga paru-paru.
Bahan kimia yang satu ini memang tergolong bersifat korosif dan berbahaya, bahkan
berpotensi merusak sel-sel apabila terpapar tubuh dalam jangka panjang.
7. Karbon monoksida
Mungkin Anda sudah familiar dengan karbon monoksida yang banyak terkandung dalam
polusi udara. Nah, ternyata gas beracun yang satu ini juga bisa ditemukan di rumah, lho.
Karbon monoksida alias CO bisa muncul dari asap pembakaran sampah, mobil, atau asap dari
masakan di dapur.
Tanpa Anda sadari, kadar karbon monoksida yang berlebihan di udara berisiko menimbulkan
keracunan, mulai dari sakut perut, pusing, sakit kepala, hingga nyeri dada.
Oleh karena itu, pastikan Anda memiliki sirkulasi udara yang baik di rumah agar karbon
monoksida tidak menumpuk di dalam ruangan.
8. Asam sulfat
Satu lagi bahan kimia beracun yang umum terdapat di produk rumahan adalah asam sulfat.
Asam jenis ini biasanya dapat Anda temukan di deterjen, pupuk, serta pembersih toilet.
Asam sulfat adalah zat kimia yang sangat kuat dan bersifat korosif. Ketika terpapar tubuh,
Anda mungkin akan mengalami gejala berupa:
kesulitan bernapas,
sensasi terbakar di tenggorokan,
demam,
mual dan muntah,
penglihatan buram,
pusing dan sakit kepala.
BAB VI
PEMADAM KEBAKARAN
1. Tekanan tinggi dari kompressor udara dapat masuk kejaringan tubuh melalui kulit dan
menyebabkan udara emboli (gelembung udara maupun penggumpalan dalam syaraf aliran
darah) hal ini dapat berakibat fatal bila mencapai jantung, paru atau otak.
2. Tekanan yang tinggi dapat berakibat selang terpelanting maupun serpihan material
beterbangan yang sangat berbahaya menyebabkan iritasi apabila terkena mata.
3. Suaranya bisingnya dapat mencapai 90-130 dB yang melebihi nilai ambang batas safety
telinga tanpa perlindungan (85 dB). Suara bising dan getaran konstan ini juga bisa
menyebabkan stress di tempat kerja.
4. Keracunan pernapasan bisa terjadi ketika kompresor tersebut menggunakan oli yang tidak
baik maupun filter udara yang tidak pernah diganti rutin, terutama untuk penggunaan
kompresor udara dengan bahan bakar diesel maupun bensin.
5. Hembusan serpihan debu logam ke bagian tubuh dapat menyebabkan resiko luka. Tanpa
perlengkapan Goggle kacamata Safety juga, Mata dapat cidera akibat partikel yang
berterbangan masuk ke dalam mata. Tekanan yang tinggi yang masuk ke telinga dapat
merusak genderang telinga.
6. Partikel halus yang mengandung logam berat, batubara, silika apabila masuk ke kulit dapat
menyebabkan penyakit dalam yang kronis seperti paru-paru, kanker, dll. Penyakit Infeksi
saluran pernapasan ini umumnya terjadi pada workshop yang menggunakan aplikasi sand
blasting maupun rumahnya berdekatan dengan industri yang menggunakan kompresor sand
blasting ini.
7. Baju kerja jadi sulit dibersihkan dan dicuci karena partikel hembusan kompresor tersebut
justru menempel ke serat kain dan menyebabkan luka pada kulit yang tergesek.
8. Udara terkompresi dapat memasuki tubuh melalui pori-pori kulit pada pusar perut, bahkan
melalui lapisan pakaian, dan menghancurkan usus. Terlihat sepele memang, namun kasus
keracunan darah ditempat kerja akibat kompresor memang tidak beresiko langsung, tetapi
secara perlahan dan terakumulasi.
9. Kapasitas tangki kompresor tanpa fitur auto cut off maupun fitur pressure gauge yang baik
dapat mengancam ledakan serius.
10. Resiko alergi pada kulit yang terhembus angin bertekanan tinggi yang didalamnya
memiki kandungan oli dan cairan pelicin udara yang berasal dari air filter dimesin kompresor.
BAB VIII
SISTEM EMERGENCY
Emergency Stop Mesin merupakan equipment mesin yang di rancang sebagai alat
perlengkapan safety yang bertujuan untuk mematikan mesin secara darurat pada saat kondisi
mesin running atau untuk mematikan mesin agar tidak bisa running pada saat ada perbaikan
mesin. Equipment Emergency Stop Mesin atau safety device itu sendiri harus di tempatkan
pada posisi - posisi yang strategis atau di area yang mudah di jangkau oleh semua pekerja
atau operator mesin itu sendiri.
Adapun yang termasuk macam - macam Bentuk Emergency Stop yang biasa di gunakan di
Pabrik Industri adalah sebagai berikut :
Emergency Stop berbentuk push button ini berupa tombol yang mempunyai kepala berwarna
merah yang cara kerjanya adalah hanya dengan di tekan kepala push button tersebut, maka
secara otomatis mesin akan berhenti atau stop.
Dan tentunya di bawah kepala push button tersebut sudah terangkai berupa rangkaian kabel
yang terhubung ke program yang di buat oleh para Teknisi Elektrik yang di saat push button
tersebut di tekan maka secara langsung mesin akan stop atau berhenti dengan sendirinya.
Push Button ini biasanya di tempatkan pada panel - panel utama untuk mengoperasikan
mesin atau juga bisa di pasang pada sudut -sudut mesin yang biasa di lalui operator mesin.
Ada beberapa bentuk atau model push button yang di gunakan oleh pabrik Industri dan
tentunya itu berdasarkan kebutuhan dari pabrik tersebut yaitu :
Ada model push button dengan cara kepala push buttonya cukup di putar pada saat
menormal kondisikan.
Dan ada model yang dengan cara di tarik kepala push buttonnya pada saat di normal
kondisikan.
Jadi Pada dasarnya push button pada saat di tekan akan berfungsi mematikan mesin dan pada
saat di tarik kepala push buttonnya akan mengembalikan posisi normal.
2) EMERGENCY STOP MESIN BERBENTUK SAFETY WIRE.
Emergency Stop Berbentuk Safety Wire merupakan Model Emergency Stop yang terbuat dari
rangkaian seling wire dan Limit Switch, Kemudian Limit Switch tersebut akan di teruskan
dengan berupa rangkaian kabel dan program untuk stop mesin.
Sedangkan cara kerja Emergency Stop Mesin berbentuk Safety Wire tersebut adalah pada
saat Safety Wire di sentuh atau di tarik oleh operator maka safety wire akan menarik kepala
tuas limit switch kemudian limit switch tersebut akan menghubungkan ke program stop
mesin.
Jika akan mengembalikan ke dalam posisi normal, maka kepala tuas limit switch tersebut
harus di kembalikan secara manual dengan tangan operator.
Emergency stop berbentuk Safety Wire ini bisa mempunyai jangkauan yang lebih luas dari
pada Push Button, karena Safety wire ini bisa di Instalasi sepanjang wire sesuai kebutuhan.
Emergency Stop Mesin Berbentuk Sensor ini merupakan rangkaian Emergency Stop dari
gabungan dua sensor yang cara kerjanya adalah apabila di antara celah dua sensor tersebut
terhalang oleh benda atau tertutup oleh benda maka secara otomatis mesin akan stop dengan
sendirinya.
Emergency Stop Berbentuk Sensor ini juga mempunyai jangkauan yang cukup panjang atau
luas sehingga lebih memudahkan operator untuk membuat mesin stop secara tiba - tiba,
karena hanya membutuhkan operator menutup celah antara sensor saja maka mesin akan stop
dengan sendirinya.
Adapun cara memasang Emergency Stop berbentuk Sensor ini adalah dengan cara antar
muka sensor saling berhadapan sampai kondisi mata sensor benar - benar centre dan lurus
sehingga jika jarak tatapan antar sensor tersebut terhalang atau tertutup benda asing maka
sensor akan bekerja untuk mematikan mesin.
Dengan kata lain apabila area tatapan antar sensor tersebut di lalui atau tertutup oleh operator
maka sensor tersebut akan bekerja untuk mematikan mesin melalui program Elektrik.
Emergency Stop Mesin berbentuk Kick Plate merupakan Emergency Stop Gabungan antara
plate dan Limit Switch.
Adapun cara kerjanya adalah apabila kick plate terdorong oleh operator maka plate tersebut
akan mendorong Limit Switch dan limit swicth tersebut akan mematikan mesin melalui kabel
Instalasi ke program stop mesin.
Pembuatan ukuran Kick Plate ini tergantung kebutuhan di mesin produksi karena
pemasangan kick plate ini biasanya di bawah sehingga cara mematikan mesin melalui kick
plate ini adalah dengan menggunakan kaki atau di tendang oleh operator.
Apabila kick plate sudah di tendang oleh operator maka secara otomatis limit switch akan
berubah posisi sehingga untuk mengembalikan ke posisi normal, maka limit switch harus di
kembalikan ke semula dengan tangan operator.
5) EMERGENCY STOP MESIN BERBENTUK PINTU SAFETY.
Emergency Stop Berbentuk Pintu Safety ini mempunyai tujuan untuk menutupi area mesin
agar tidak ada pekerja yang masuk ke area tersebut pada saat kondisi mesin sedang running
karena berbahaya.
Adapun gabungan Emergency Stop Berbentuk Pintu Safety ini adalah menggunakan pintu
masuk area mesin dengan di tempelkan limit switch emergency, sehingga di saat pintu masuk
tersebut di buka maka dengan otomatis pintu akan mendorong limit switch dan limit switch
tersebut akan mematikan mesin yang sedang running.
Emergency Stop model pintu ini biasanya di pasang pada area -area mesin yang tidak boleh
di masuki oleh operator atau pekerja yang lain pada saat mesin produksi running karena di
dalam area mesin tersebut mempunyai potensi bahaya yang sanga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/288
https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/proteksi/read/pengertian-dan-tujuan-
keselamatan-kerja
https://www.dosenpendidikan.co.id/kecelakaan-kerja/
https://hellosehat.com/hidup-sehat/kebersihan-diri/bahan-kimia-beracun-dalam-produk-
rumah-tangga/
https://www.google.com/search?
q=gas+beracun&oq=gas+berac&aqs=chrome.2.69i59j69i57j0i512l8.5444j0j15&sourceid=ch
rome&ie=UTF-8#:~:text=Karbon%20Monoksida%20(CO,Arsenik.
https://www.pelatihank3.co.id/informasi/mengenal-peralatan-pemadam-kebakaran-beserta-
fungsinya.html
https://metalextra.com/10-resiko-bahaya-memakai-kompresor-dan-udara-terkompresi/
https://samiinstansi.blogspot.com/2020/03/macam-macam-bentuk-emergency-stop-
mesindipabrikindustri.html