Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun di sebuah lokasi proyek. Tujuan dari pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja, serta melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam
kondisi aman sepanjang waktu. Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja, serta menyediakan
perawatan kesehatan, dan cuti sakit. Berdasarkan The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH), konstruksi adalah salah satu
pekerjaan yang paling berbahaya di dunia, menghasilkan tingkat kematian
yang paling banyak di antara sektor lainnya. Risiko jatuh adalah penyebab
kecelakaan tertinggi. Penggunaan peralatan keselamatan yang memadai
seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur pengamanan seperti
pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu mengurangi
risiko kecelakaan. Pada umumnya pada proses pembangunan
proyekkontruksi adalah kegiatan yang sangat banyak mengandung unsur
bahaya. Pekerjaan konstruksi adalah penyumbang angka kecelakaan yang
cukup tinggi. Dikarenakan banyaknya kasus kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja
bersangkutan. Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia masih
memprihatinkan. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mencatat angka kecelakaan kerja di Indonesia cenderung
terus meningkat. Sebanyak 123 ribu kasus kecelakaan kerja tercatat
sepanjang 2017 dengan nilai klaim Rp 971 miliar lebih. Angka ini meningkat
dari tahun 2016 dengan nilai klaim hanya Rp 792 miliar lebih. Sedangkan
berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah, tingkat kecelakaan kerja untuk wilayah Jawa Tengah mengalami
penurunan dari tahun 2016 ke tahun 2017. Angka kecelakaan kerja pada
tahun 2015 yaitu sebesar 3.083 kasus dan pada tahun 2016 naik menjadi
3.665 kasus, sedangkan pada tahun 2017 menurun menjadi 1.468 kasus.
Sering terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat dari kurang dipenuhinya
persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Maka
dari itu, pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan
pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti: UU RI No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan persyaratan serta
peraturanperaturan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja,
pada kenyataannya pelaksana proyek masih sering mengabaikan persyaratan
dan peraturan-peraturan dalam K3 tersebut karena pelaksana proyek kurang
sadar akan betapa besar risiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan
perusahaannya. Selain itu, keberadaan peraturan akan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) tidak diimbangi oleh upaya hukum yang tegas dan
sanksi yang berat, menyebabkan banyak pelaksana proyek yang sering
mengabaikan keselamatan serta kesehatan tenaga kerjanya. Selain secara
teknik, sistem pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga
harus membangun aspek moral, karakter, serta sikap pikir pekerja untuk
bekerja dengan selamat. Maka dari itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) konstruksi menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait langsung
dalam proyek konstruksi, mulai dari owner, kontraktor, maupun pekerja di
lapangan (baik tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja non ahli).
TUJUAN
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
proyek pembangunan bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
2. Untuk menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan bangunan
tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
3. Untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh terbesar terhadap
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan bangunan
tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk
menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang
tinggi dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
3. Mengatur Monitor
Monitor yang baik adalah monitor yang memiliki radiasi kecil dan
membutuhkan daya listrik yang kecil. Jenis monitor LCD lebih baik
dibandingkan jenis CRT. Monitor jenis LCD (Liquid Crystal Display) memiliki
efek radiasi pancaran yang rendah dan tidak menimbulkan kelelahan pada
mata. Selain itu, menggunakan daya listrik yang lebih kecil dibandingkan
dengan layar monitor jenis CRT. Namun, harga monitor ini masih sangat
mahal dibandingkan dengan monitor biasa (CRT). Seandainya menggunakan
monitor jenis CRT, sebaiknya menggunakan Screen Filter yang akan
mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh monitor tersebut. Adanya
pemutusan arus listrik yang mendadak dari PLN atau tanpa kesengajaan
power-off tertekan memungkinkan data yang telah disusun menjadi hilang
karena belum sempat menyimpannya. Oleh karena itu, diperlukan UPS
(Uninterruptable Power Supply). Dengan UPS, arus listrik masih dapat
mengalir ke komputer untuk beberapa saat sehingga kesempatan untuk
menyelamatkan data masih ada. Selain itu, kerusakan perangkat komputer
dapat diminamalisir.
4. Pelaksanaan K3 Menggambar Konstruksi dan Utilitas Gedung
Dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus diperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja sehingga peran teknologi dalam kehidupan
manusia menjadi sumber pemecahan masalah. Keberadaan komputer sangat
mendukung penyelesaian pekerjaan yang membutuhkan waktu cepat dan
hasil yang baik. Aplikasi komputer yang multifungsi, seperti pengolahan kata,
angka, gambar, media presentasi, perhitungan statistik, multimedia, dan
sebagainya mengharuskan pemakai komputer mengetahui syarat-syarat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam menggunakan komputer.
Kesehatan berhubungan dengan pengguna komputer, sedangkan
keselamatan kerja berhubungan dengan pengguna dan perangkat computer
yang digunakan. Jika syarat-syarat K3 dipenuhi, kesehatan akan lebih
terjamin. Perangkat komputer akan lebih awet/tahan lama dan hasil yang
dicapai akan lebih baik. Beberapa hal yang berkaitan dengan K3 sebagai
berikut.
1. Proyeksi adalah gambar dari suatu objek nyata ataupun rancangan, yang
dibuat dalam garis-garis pada bidang datar. Proyeksi dalam gambar teknik
berfungsi untuk menampilkan wujud suatu objek dalam bentuk gambar
utnuk suatu tujuan tertentu.
2. Proyeksi Isometri
Proyeksi Amerika adalah proyeksi dengan letak bidang yang sama dengan
arah pandang. Proyeksi Amerika sering juga dikenal dengan istilah proyeksi
kwadran III atau proyeksi sudut ketiga.
b). Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa adalah proyeksi dengan letak bidang yang terbalik dengan
arah pandang. Proyeksi Eropa sering juga dikenal dengan istilah proyeksi
kwadran I atau proyeksi sudut pertama.
Rancangan = desain
Merancang = to design atau mendesain
Perancang = desainer
Rencana = plan
Merencana = to plan atau mengplan
Perencana = planner
Tujuan
Dalam merancang suatu bangunan tentu saja tidak akan terlepas dari fungsi
bangunan itu sendiri. Penampilan dan karakter antara bangunan satu dengan
lainnya tentu berbeda, karena setiap bangunan mempunyai persyaratan
masing-masing.
Konstruksi
Disini yang utama dalam bangunan harus kuat atau tidak mudah roboh.
Adapun pemakaian sistem strukturnya tergantung juga dari perancang itu
sendiri. Untuk itu dalam menggambar bangunan perlu pengetahuan tentang
konstruksi karena sangat membantu dalam penyelesaian tugas.
Keindahan (Estetika)
Estetika disini menyangkut segi arsitektur sehingga keindahan disini harus
menyesuaikan diri dengan tujuan/fungsi di samping konstruksinya. Jadi
keindahan tidak boleh berdiri sendiri tanpa mengindahkan atau
mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.
Denah
Denah merupakan tampak (potongan atau penampang mendatar) suatu
bangunan yang dilihat dari atas ke arah bawah diambil kurang lebih setinggi
1 meter, sehingga gambar denah bangunan akan terlihat:
– potongan dinding
– potongan kolom
– potongan kusen pintu dan jendela
– gambar penempatan perabot
– nama dan ketinggian suatu lantai ruangan
– jarak antara dinding ke dinding yang lainnya
– simbol bahan bangunan
Gambar denah bangunan biasanya menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50,
tergantung besar kecil gambar dan ukuran kertas gambar.
Tampak
Tampak merupakan penglihatan mata terhadap bangunan secara tegak lurus,
sesuai arah instruksi atau kode yang diberikan.
Misalnya tampak muka, tampak samping kanan, tampak utara atau tampak
A1.
Hasil gambar akan memperlihatkan bentuk atap, pintu dan jendela, model
bangunan ataupun tinggi rendahnya bangunan. Adapun skala gambar yang
digunakan biasanya sama dengan denah yaitu skala 1 : 100 atau 1 : 50
tergantung besar gambar yang diinginkan atau kertas yang digunakan.
Potongan
Gambar potongan adalah berupa pandangan penampang bangunan atau
konstruksi arah tegak sesuai dengan kode atau petunjuk arahnya. Kode atau
arah potongan biasanya ditunjukkan pada gambar denah. Gambar yang
terlihat berupa penampang gambar pondasi yang digunakan, lantai, dan
dinding. Di samping itu, juga ketinggian plafon dan lantai serta bentuk kuda-
kuda lengkap dengan nama dan ukuran kayu yang digunakan serta ketinggian
bangunan.
Skala gambar yang digunakan biasanya sama dengan denah dan tampak
yaitu skala 1 : 100 atau 1 : 50 tergantung besar gambar yang diinginkan dan
ukuran kertas gambar.
Rencana pondasi
Rencana pondasi merupakan gambar penempatan pondasi (pondasi pelat
setempat atau pancang) dan pondasi lajur, dimana titik, lebar dan jarak
antarpondasi ditentukan ukurannya. Dan gambar ini akan digunakan dalam
pembuatan papan piket (bouwpalk) yang selanjutnya akan digunakan
sebagai pedoman dalam penggalian.
Rencana atap
Rencana atap merupakan gambar rencana penempatan kuda-kuda, nok,
gording, kaso dan reng yang ditentukan jarak dan penampang kayu atau
bahan yang digunakan. Ukuran penampang dan jarak bahan yang digunakan
tergantung penutup atap yang dipakai.
Dengan kode yang dibuat diharapkan dalam gambar detail kusen pintu dan
jendela tidak akan menjadikan salah dalam pembuatan ataupun dalam
pemasangan nantinya. Gambar menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50
tergantung besaran dan kertas gambar.
Detail konstruksi
Gambar detail konstruksi merupakan gambar penjelas suatu konstruksi
tertentu yang diperlukan. Gambar penjelas biasanya lebih besar agar dalam
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ukuran dan bahan yang
digunakan.
Bentuk gambar dapat hanya berupa tampak denah, muka dan samping atau
denah, tampak muka dan potongan melintang. Dan bilamana bentuk
konstruksinya cukup sulit untuk dimengerti dengan gambar aksometri maka
perlu juga digambarkan secara gambar isometri atau proyeksi miring.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka penulis dapat
mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji T, dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Penerapan K3 pada proyek pembangunan bangunan tinggi
di wilayah kecamatan Banyumanik tergolong belum baik.
Ha : Penerapan K3 pada proyek pembangunan bangunan tinggi
di wilayah kecamatan Banyumanik tergolong baik.
Didapatkan nilai thitung: 6.611 > ttabel: 1.986, yang berarti Ha diterima,
jadi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek
pembangunan bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik
sudah tergolong baik.
2. Dari perhitungan regresi ganda didapatkan persamaan persamaan Y = -
3.003 + 0.1082414X1 + 0.054604163X2 + 0.410965542X3. Yang
berarti dapat disimpulkan bahwa penerapan K3 pada proyek
pembangunan bangunan tinggi wilayah Kecamatan Banyumanik akan
naik jika faktor manajemen K3 (X1), faktor pelaksanaan K3 (X2), serta
faktor pengawasan K3 (X3) bertambah karena memiliki tanda positif
(+). Sedangkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi bangunan tinggi wilayah Kecamatan Banyumanik
mempunyai nilai negatif (-) yang berarti tidak akan ada penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), jika tidak ada faktor
manajemen K3, faktor pelaksanaan K3, serta faktor pengawasan K3.
3. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki
pengaruh atau hubungan kuat terhadap penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan menggunakan perhitungan koefisien
korelasi. Berdasarkan uji F hasil koefisien korelasi signifikan
4. Faktor yang memberikan sumbangan atau pengaruh terbesar kepada
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan
bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik adalah faktor
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu sebesar 73%.
Saran
Dari hasil kesimpulan di atas ada beberapa hal yang dapat menjadi saran
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan, karena pada setiap lokasi
proyek atau objek penelitian pasti memiliki penerapan yang berbeda.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor penunjang
yang dapat mempengaruhi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proyek konstruksi.
3. Bisa melakukan objek penelitian selain proyek gedung dalam
melakukan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi.