Anda di halaman 1dari 23

PROSEDUR KESELAMATAN

KERJA DAN LINGKUNGAN

NAMA: MUHAMMAD FARKHAN IBNU KASSOFI


KELAS: XI DPIB 1
NO.ABSEN: 19
ASAL SEKOLAH: SMK N 1 ADIWERNA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun di sebuah lokasi proyek. Tujuan dari pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja, serta melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam
kondisi aman sepanjang waktu. Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja, serta menyediakan
perawatan kesehatan, dan cuti sakit. Berdasarkan The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH), konstruksi adalah salah satu
pekerjaan yang paling berbahaya di dunia, menghasilkan tingkat kematian
yang paling banyak di antara sektor lainnya. Risiko jatuh adalah penyebab
kecelakaan tertinggi. Penggunaan peralatan keselamatan yang memadai
seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur pengamanan seperti
pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu mengurangi
risiko kecelakaan. Pada umumnya pada proses pembangunan
proyekkontruksi adalah kegiatan yang sangat banyak mengandung unsur
bahaya. Pekerjaan konstruksi adalah penyumbang angka kecelakaan yang
cukup tinggi. Dikarenakan banyaknya kasus kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja
bersangkutan. Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia masih
memprihatinkan. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mencatat angka kecelakaan kerja di Indonesia cenderung
terus meningkat. Sebanyak 123 ribu kasus kecelakaan kerja tercatat
sepanjang 2017 dengan nilai klaim Rp 971 miliar lebih. Angka ini meningkat
dari tahun 2016 dengan nilai klaim hanya Rp 792 miliar lebih. Sedangkan
berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah, tingkat kecelakaan kerja untuk wilayah Jawa Tengah mengalami
penurunan dari tahun 2016 ke tahun 2017. Angka kecelakaan kerja pada
tahun 2015 yaitu sebesar 3.083 kasus dan pada tahun 2016 naik menjadi
3.665 kasus, sedangkan pada tahun 2017 menurun menjadi 1.468 kasus.
Sering terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat dari kurang dipenuhinya
persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Maka
dari itu, pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan
pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti: UU RI No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan persyaratan serta
peraturanperaturan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja,
pada kenyataannya pelaksana proyek masih sering mengabaikan persyaratan
dan peraturan-peraturan dalam K3 tersebut karena pelaksana proyek kurang
sadar akan betapa besar risiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan
perusahaannya. Selain itu, keberadaan peraturan akan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) tidak diimbangi oleh upaya hukum yang tegas dan
sanksi yang berat, menyebabkan banyak pelaksana proyek yang sering
mengabaikan keselamatan serta kesehatan tenaga kerjanya. Selain secara
teknik, sistem pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga
harus membangun aspek moral, karakter, serta sikap pikir pekerja untuk
bekerja dengan selamat. Maka dari itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) konstruksi menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait langsung
dalam proyek konstruksi, mulai dari owner, kontraktor, maupun pekerja di
lapangan (baik tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja non ahli).


TUJUAN

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
proyek pembangunan bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
2. Untuk menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan bangunan
tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
3. Untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh terbesar terhadap
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan bangunan
tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PROSEDUR KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN

Konsep Dasar

1. Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari


sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan
sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Secara filosofis, keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya


untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani
maupunrohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan
manusia pada umumnya dantenaga kerja pada khususnya. Secara keilmuan,
keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya yang
mempelajari tentang tata cara penanggulangan kecelakaan kerja di tempat
kerja .

Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety


and Health Committee, yaitu :
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the
highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the
prevention among workers of departures from health caused by their
working conditions; theprotection of workers in their employment from risk
resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the
worker in an occupational environment adapted to his physiological and
psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man
and each man to his job.

Berdasarkan definisi di atas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:


1. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
2. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari
faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya.

Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk
menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang
tinggi dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

Dari definisi di atas terlihat konsentrasi K3 yang dirumuskan lebih


memperhatikan aspek kesehatan dengan penekanan terhadap pengendalian
terhadap potensi-potensi hazard (bahaya) yang ada di lingkungan kerja. Pada
definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek keserasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek ergonomic). Obyek K3 terletak
pada semua pekerja yang berada di tempat kerja mulai dari level tertingi
dalam manajemen sampai level terendah. Aspek yang diperhatikan meliputi
fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
Bila merujuk pada definisi di atas yang mana terdapat katapromotion,
prevention, protection, dan maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam
penerapannya dilakukan di semua tahapan proses. Tahapan yang dimaksud
misalnya tahap desain (preventif dan promotif), tahap proses berjalan
(protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi
khusunya untuk penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk
dan masalah limbah produksi.
2. Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Konstruksi dan
Utilitas Gedung. Peraturan perundang-undangan mewajibkan para
perencana dan pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan gambarnya yang
berkaitan dengan menggambar konstruksi dan utilitas gedung dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lembaga atau organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Lembaga atau organisasi yang mengatur tentang konstruksi gedung.
Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan bangunan gedung akan
disajikan sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksanaan dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
bangunan gedung.
2. Presiden Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2017 tentang arsitektur.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 19/Prt/M/2018 tentang penyelenggaraan izin mendirikan
bangunan, gedung, dan sertifikat laik fungsi bangunan gedung melalui
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018 tentang pembangunan bangunan gedung
negara.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018
tentang keselamatan kesehatan kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan.
3. Prosedur K3 Menggambar Konstruksi dan Utilitas Gedung
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggambar konstruksi dan utilitas
Gedung (dalam penyelesaian pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan
komputer) tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja disajikan sebagai
berikut.
1. Mengatur Posisi Duduk
Cara dan posisi duduk yang benar sebagai berikut:
a. Posisi kaki jangan bersila dan usahakan kaki kiri agak maju, sedangkan kaki
kanan agak di belakang. Kedua kaki jangan sejajar atau bengkok (lutut
bersilangan) karena akan berakibat cepat pegal.
b. Posisi tangan diletakkan pada posisi pengetikan yang benar menurut
sistem pengetikan yang benar (sistem 10 jari).
c. Posisi badan jangan membungkuk dan usahakan tegak dan rileks. Jangan
terlalu tegang karena mengakibatkan pinggang terasa tidak nyaman.
d. Usahakan pandangan mata tertuju pada naskah yang akan diketik. Jangan
terusterusan melihat ke monitor karena akan mengakibatkan mata cepat
lelah, bahkan dapat mengganggu kesehatan mata.
e. Usahakan menggunakan kursi yang nyaman ketika dipakai (ada sandaran
punggung dan sikunya). Posisi duduk juga berhubungan dengan meja dan
kursi komputer yang digunakan maka yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Mengatur posisi duduk
Sumber:www.sehatq.com

Mengatur dan memilih meja computer


a. Meja dilengkapi dengan alat sandaran kaki (foot rest).
b. Bagian bawah meja memberikan ruang gerak bebas bagi kaki.
c. Tinggi meja komputer sekitar 55—75 cm (disesuaikan dengan ukuran
kursinya dan tinggi operatornya).
d. Tempat keyboard dan mouse pada meja mudah dijangkau.
e. Meja komputer stabil/tidak mudah bergoyang. Mengatur dan memilih
kursi
a. Kursi fleksibel yang dapat mengikuti lekuk punggung, sandaran, serta
tingginya dapat diatur.
b. Tinggi kursi disesuaikan dengan kaki agar tidak menggantung ketika
duduk.
c. Kursi sebaiknya diberi roda sehingga mudah digerakkan.
2. Mengatur Jarak Pandang Mata
Jarak pandang mata ke layar monitor usahakan jangan terlalu jauh atau
terlalu dekat karena menyebabkan mata menjadi cepat lelah. Pengaturan
jarak pandang mata yang tepat akan membuat nyaman saat bekerja dan
menjaga kesehatan mata. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan
jarak pandangan mata ke layar monitor akan disajikan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Mengatur jarak pandang


Sumber:ag03s.blogspot.com

3. Mengatur Monitor
Monitor yang baik adalah monitor yang memiliki radiasi kecil dan
membutuhkan daya listrik yang kecil. Jenis monitor LCD lebih baik
dibandingkan jenis CRT. Monitor jenis LCD (Liquid Crystal Display) memiliki
efek radiasi pancaran yang rendah dan tidak menimbulkan kelelahan pada
mata. Selain itu, menggunakan daya listrik yang lebih kecil dibandingkan
dengan layar monitor jenis CRT. Namun, harga monitor ini masih sangat
mahal dibandingkan dengan monitor biasa (CRT). Seandainya menggunakan
monitor jenis CRT, sebaiknya menggunakan Screen Filter yang akan
mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh monitor tersebut. Adanya
pemutusan arus listrik yang mendadak dari PLN atau tanpa kesengajaan
power-off tertekan memungkinkan data yang telah disusun menjadi hilang
karena belum sempat menyimpannya. Oleh karena itu, diperlukan UPS
(Uninterruptable Power Supply). Dengan UPS, arus listrik masih dapat
mengalir ke komputer untuk beberapa saat sehingga kesempatan untuk
menyelamatkan data masih ada. Selain itu, kerusakan perangkat komputer
dapat diminamalisir.
4. Pelaksanaan K3 Menggambar Konstruksi dan Utilitas Gedung
Dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus diperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja sehingga peran teknologi dalam kehidupan
manusia menjadi sumber pemecahan masalah. Keberadaan komputer sangat
mendukung penyelesaian pekerjaan yang membutuhkan waktu cepat dan
hasil yang baik. Aplikasi komputer yang multifungsi, seperti pengolahan kata,
angka, gambar, media presentasi, perhitungan statistik, multimedia, dan
sebagainya mengharuskan pemakai komputer mengetahui syarat-syarat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam menggunakan komputer.
Kesehatan berhubungan dengan pengguna komputer, sedangkan
keselamatan kerja berhubungan dengan pengguna dan perangkat computer
yang digunakan. Jika syarat-syarat K3 dipenuhi, kesehatan akan lebih
terjamin. Perangkat komputer akan lebih awet/tahan lama dan hasil yang
dicapai akan lebih baik. Beberapa hal yang berkaitan dengan K3 sebagai
berikut.

Gambar 1.3 Dampak kondisi tempat kerja menggunakan computer


Sumber: solution-computer.blogspot.com

1. Pengaturan Tempat Kerja


Pengaturan tempat kerja mengatur tempat kerja seperti posisi dokumen,
telepon, dan mouse sangat penting untuk mencegah cidera otot.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menata tempat kerja sebagai berikut:
a. Atur meja agar sesuai dengan posisi tubuh kita sehingga nyaman dalam
bekerja. Apabila meja terlalu pendek dapat ditinggikan dan apabila terlalu
tinggi, kursi yang harus dinaikkan.
b. Apabila sering menerima telepon, dekatkan telepon agar mudah diraih
oleh tangan kita. Selain itu, dalam hal ini disarankan menggunakan earphone
karena menerima telepon dengan menjepit gagang telepon antara telinga
dan pundak, dapat berakibat gangguan otot leher.
c. Jika sering membaca file/naskah letakkan sedekat mungkin dengan
monitor, menyalin naskah dengan sering melihat ke kiri atau ke kanan yang
terlalu jauh dari monitor dapat mempercepat kelelahan di leher.
2. Pengaturan Kursi
Kursi merupakan komponen penting dalam ergonomi bekerja di depan
komputer.
Beberapa hal prinsip umum untuk kursi ergonomi sebagai berikut:
a. Lima roda pada kaki agar kursi stabil dan mudah digerakkan.
b. Posisi kursi (seat pan) dapat dinaikkan dan diturunkan.
c. Pelindung punggung untuk melindungi punggung bagian atas dan bawah
yang posisinya dapat diatur.
d. Pelindung lengan yang dapat dinaikkan dan diturunkan.
3. Keyboard dan Mouse
Posisi yang salah dalam pemakaian keyboard dan mouse dapat berakibat
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Beberapa hal yang harus diperhatikan agar
terhindar dari masalah tersebut disajikan sebagai berikut.
a. Usahakan posisi keyboard lurus dengan lengan agar terasa nyaman saat
bekerja. Penggunaan rak untuk keyboard disarankan yang dapat diatur agar
posisi keyboard menyesuaikan dengan tangan.
b. Saat mengetik, tangan geser ke kiri atau ke kanan sehingga posisi jari tetap
lurus. Jangan paksa jari-jari meraih tombol huruf yang jauh sehingga posisi
tangan tidak lurus.
c. Letakkan mouse sedekat mungkin dengan keyboard.
d. Untuk menggerakkan mouse, pastikan posisi tangan tetap lurus, lalu
gunakan pergelangan tangan saat menggerakkan mouse.
4. Monitor
Posisi yang salah dalam mengatur monitor dapat menyebabkan mata cepat
Lelah dan rasa nyeri pada leher. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengaturan
monitor disajikan sebagai berikut:
a. Letakkan monitor dan keyboard tepat di depan pekerja.
b. Tinggi monitor diatur sedikit di bawah mata kita, monitor yang terlalu
tinggi atau rendah akan menyebabkan nyeri pada leher dan pundak.
c. Jarak antara monitor dan pekerja sepanjang tangan (45—50 cm). Posisi
monitor yang terlalu dekat dapat menyebabkan mata cepat lelah.
d. Sudut monitor mengarah ke mata untuk menghindari sinar lampu yang
silau.
e. Apabila menggunakan kacamata baca (bifocal, progresive), turunkan
monitor lebih rendah dengan mengarahkan kepala ke atas bagi pengguna
kacamata baca (bifocal/progressive) agar tidak menyebabkan nyeri pada
leher.
f. Apabila menyalin dokumen, letakkan dokumen tersebut di dekat monitor
atau di bawah monitor untuk mengurangi nyeri pada leher karena terlalu
banyak menoleh.
5. Istirahat Sejenak (Break)
Bekerja di depan komputer tidak banyak melibatkan gerakan tubuh. Selain
itu, dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri otot. Untuk
menghindarinya, disarankan setelah 1 jam bekerja di depan komputer
istirahat sejenak 5–10 menit, dan melakukan peregangan otot.
6. Letak Kabel Komputer
Meletakkan kabel yang benar yaitu sebagai berikut:
a. Kabel dihindarkan dari air agar tidak korsleting listrik.
b. Kabel tidak menutupi bagian komputer yang bergerak seperti kipas
pendingin processor.
c. Atur kabel agar terurai secara rapi.
7. Penggunaan CPU (Central Processing Unit)
Hal yang perlu diperhatikan dalam meletakkan CPU sebagai berikut:
a. Tidak bersentuhan langsung dengan tangan basah.
b. Jangan meletakkan CPU tepat di bawah AC (Air Conditioner) karena air
tetesan AC dapat merusak CPU.
c. Buka Cassing CPU secara berkala untuk membersihkan debu yang ada pada
CPU/kipas pendingin CPU.

B.PERSYARATAN GAMBAR PROYEKSI BANGUNAN

1. Proyeksi adalah gambar dari suatu objek nyata ataupun rancangan, yang
dibuat dalam garis-garis pada bidang datar. Proyeksi dalam gambar teknik
berfungsi untuk menampilkan wujud suatu objek dalam bentuk gambar
utnuk suatu tujuan tertentu.

2. Proyeksi Isometri

Proyeksi isometri adalah proyeksi yang menampilkan objek pada gambar


secara tepat dengan panjang garis sumbu yang menggambarkan ukuran
sebenarnya. Pada proyeksi isometri tidak ada skala pengecilan pada ukuran
gambar dengan perbandingan sumbu X : Y : Z yaitu 1:1:1 dengan jarak antar
sumbu 120 derajat.
3. Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi dengan bidang proyeksi yang
tegak lurus terhadap proyektornya. Proyektor adalah garis yang
memproyeksikan suatu objek terhadap bidang proyeksi. Pada proyeksi
ortogonal terdapat beberapa sudut pandang yaitu pandangan depan,
pandangan atas, pandangan samping dan proyeksi piktorial. Seacara umum
proyeksi ortogonal terbagi menjadi dua jenis yaitu proyeksi Eropa dan
proyeksi Amerika.
a). Proyeksi Amerika

Proyeksi Amerika adalah proyeksi dengan letak bidang yang sama dengan
arah pandang. Proyeksi Amerika sering juga dikenal dengan istilah proyeksi
kwadran III atau proyeksi sudut ketiga.
b). Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa adalah proyeksi dengan letak bidang yang terbalik dengan
arah pandang. Proyeksi Eropa sering juga dikenal dengan istilah proyeksi
kwadran I atau proyeksi sudut pertama.

4.Persyaratan Gambar Proyeksi


Menggambar Proyeksi Bangunan
Sebelum membahas pengertian merancang dalam bangunan, kita harus
terlebih dahulu memahami pengertian kata-kata antara rancangan dan
rencana.

Rancangan = desain
Merancang = to design atau mendesain
Perancang = desainer
Rencana = plan
Merencana = to plan atau mengplan
Perencana = planner

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka kata-kata


perencanaan dan perancangan dalam biro-biro konsultan digabung
penggunaannya, karena mempunyai dua pengertian yang saling berkaitan.
Sebelum melaksanakan penggambaran suatu bangunan sebaiknya kita harus
terlebih dahulu mengetahui dasar-dasar dari perancangan sehingga apa yang
akan digambar sesuai dengan yang dimaksudkan.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam merancang adalah:

Tujuan
Dalam merancang suatu bangunan tentu saja tidak akan terlepas dari fungsi
bangunan itu sendiri. Penampilan dan karakter antara bangunan satu dengan
lainnya tentu berbeda, karena setiap bangunan mempunyai persyaratan
masing-masing.

Konstruksi
Disini yang utama dalam bangunan harus kuat atau tidak mudah roboh.
Adapun pemakaian sistem strukturnya tergantung juga dari perancang itu
sendiri. Untuk itu dalam menggambar bangunan perlu pengetahuan tentang
konstruksi karena sangat membantu dalam penyelesaian tugas.

Keindahan (Estetika)
Estetika disini menyangkut segi arsitektur sehingga keindahan disini harus
menyesuaikan diri dengan tujuan/fungsi di samping konstruksinya. Jadi
keindahan tidak boleh berdiri sendiri tanpa mengindahkan atau
mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

Hasil akhir dari penggambaran bangunan tidak hanya terletak indah


dipandang tetapi apakah bangunan tersebut kalau digunakan berfungsi
sesuai dengan tujuan dan harapan penghuninya.
Biasanya dalam perancangan dibagi dalam beberapa kelompok gambar. Ada
yang disebut gambar arsitektur, gambar sipil, gambar mekanik dan elektrik
kesemuanya menjadi satu dalam komponen bangunan yang tidak dapat
dipisahkan.

Dalam materi ini yang akan dibahas terutama menggambar bangunan


gedung dalam hal denah, tampak, potongan, dan detail konstruksi yang
berupa contoh dalam penggambaran bangunan.

Menggambar Denah, Tampak, dan Potongan


Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan digambar maka
terlebih dahulu memahami pengertian antara lain tentang denah, tampak,
potongan, rencana pondasi, rencana atap, rencana kusen pintu dan jendela,
rencana instalasi listrik dan detail konstruksi.

Denah
Denah merupakan tampak (potongan atau penampang mendatar) suatu
bangunan yang dilihat dari atas ke arah bawah diambil kurang lebih setinggi
1 meter, sehingga gambar denah bangunan akan terlihat:
– potongan dinding
– potongan kolom
– potongan kusen pintu dan jendela
– gambar penempatan perabot
– nama dan ketinggian suatu lantai ruangan
– jarak antara dinding ke dinding yang lainnya
– simbol bahan bangunan
Gambar denah bangunan biasanya menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50,
tergantung besar kecil gambar dan ukuran kertas gambar.

Tampak
Tampak merupakan penglihatan mata terhadap bangunan secara tegak lurus,
sesuai arah instruksi atau kode yang diberikan.

Misalnya tampak muka, tampak samping kanan, tampak utara atau tampak
A1.

Hasil gambar akan memperlihatkan bentuk atap, pintu dan jendela, model
bangunan ataupun tinggi rendahnya bangunan. Adapun skala gambar yang
digunakan biasanya sama dengan denah yaitu skala 1 : 100 atau 1 : 50
tergantung besar gambar yang diinginkan atau kertas yang digunakan.

Potongan
Gambar potongan adalah berupa pandangan penampang bangunan atau
konstruksi arah tegak sesuai dengan kode atau petunjuk arahnya. Kode atau
arah potongan biasanya ditunjukkan pada gambar denah. Gambar yang
terlihat berupa penampang gambar pondasi yang digunakan, lantai, dan
dinding. Di samping itu, juga ketinggian plafon dan lantai serta bentuk kuda-
kuda lengkap dengan nama dan ukuran kayu yang digunakan serta ketinggian
bangunan.

Skala gambar yang digunakan biasanya sama dengan denah dan tampak
yaitu skala 1 : 100 atau 1 : 50 tergantung besar gambar yang diinginkan dan
ukuran kertas gambar.
Rencana pondasi
Rencana pondasi merupakan gambar penempatan pondasi (pondasi pelat
setempat atau pancang) dan pondasi lajur, dimana titik, lebar dan jarak
antarpondasi ditentukan ukurannya. Dan gambar ini akan digunakan dalam
pembuatan papan piket (bouwpalk) yang selanjutnya akan digunakan
sebagai pedoman dalam penggalian.

Dalam gambar biasanya menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50 sesuai


besaran gambar dan kertas yang digunakan.

Rencana atap
Rencana atap merupakan gambar rencana penempatan kuda-kuda, nok,
gording, kaso dan reng yang ditentukan jarak dan penampang kayu atau
bahan yang digunakan. Ukuran penampang dan jarak bahan yang digunakan
tergantung penutup atap yang dipakai.

Dalam gambar biasanya menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50 sesuai


besaran gambar dan kertas yang digunakan.

Rencana kusen pintu dan jendela


Denah rencana kusen pintu dan jendela merupakan gambar penempatan
bentuk kusen pintu dan jendela pada dengan bangunan di samping juga
sebagai penjelasan arah bukaan pintu dan jendela.

Dengan kode yang dibuat diharapkan dalam gambar detail kusen pintu dan
jendela tidak akan menjadikan salah dalam pembuatan ataupun dalam
pemasangan nantinya. Gambar menggunakan skala 1 : 100 atau 1 : 50
tergantung besaran dan kertas gambar.

Rencana instalasi listrik


Merupakan gambar penempatan titik lampu dan jenis lampu yang digunakan
serta sakelar dan stop kontak yang diperlukan sehingga dapat menghitung
kebutuhan bahan untuk keperluan penerangan. Gambar menggunakan skala
1 : 100 atau 1 : 50.

Detail konstruksi
Gambar detail konstruksi merupakan gambar penjelas suatu konstruksi
tertentu yang diperlukan. Gambar penjelas biasanya lebih besar agar dalam
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ukuran dan bahan yang
digunakan.

Gambar penjelas biasanya menyangkut tentang ukuran lubang dan cowakan


serta penempatan konstruksinya.

Bentuk gambar dapat hanya berupa tampak denah, muka dan samping atau
denah, tampak muka dan potongan melintang. Dan bilamana bentuk
konstruksinya cukup sulit untuk dimengerti dengan gambar aksometri maka
perlu juga digambarkan secara gambar isometri atau proyeksi miring.

Skala gambar yang digunakan dapat 1 : 2 ; 1 : 5 ; 1 : 10 atau 1 : 20 sesuai


dengan kebutuhan dan kejelasan gambar.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka penulis dapat
mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji T, dengan hipotesis sebagai berikut:
 H0 : Penerapan K3 pada proyek pembangunan bangunan tinggi
di wilayah kecamatan Banyumanik tergolong belum baik.
 Ha : Penerapan K3 pada proyek pembangunan bangunan tinggi
di wilayah kecamatan Banyumanik tergolong baik.
Didapatkan nilai thitung: 6.611 > ttabel: 1.986, yang berarti Ha diterima,
jadi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek
pembangunan bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik
sudah tergolong baik.
2. Dari perhitungan regresi ganda didapatkan persamaan persamaan Y = -
3.003 + 0.1082414X1 + 0.054604163X2 + 0.410965542X3. Yang
berarti dapat disimpulkan bahwa penerapan K3 pada proyek
pembangunan bangunan tinggi wilayah Kecamatan Banyumanik akan
naik jika faktor manajemen K3 (X1), faktor pelaksanaan K3 (X2), serta
faktor pengawasan K3 (X3) bertambah karena memiliki tanda positif
(+). Sedangkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi bangunan tinggi wilayah Kecamatan Banyumanik
mempunyai nilai negatif (-) yang berarti tidak akan ada penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), jika tidak ada faktor
manajemen K3, faktor pelaksanaan K3, serta faktor pengawasan K3.
3. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki
pengaruh atau hubungan kuat terhadap penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan menggunakan perhitungan koefisien
korelasi. Berdasarkan uji F hasil koefisien korelasi signifikan
4. Faktor yang memberikan sumbangan atau pengaruh terbesar kepada
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan
bangunan tinggi di wilayah kecamatan Banyumanik adalah faktor
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu sebesar 73%.

Saran
Dari hasil kesimpulan di atas ada beberapa hal yang dapat menjadi saran
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan, karena pada setiap lokasi
proyek atau objek penelitian pasti memiliki penerapan yang berbeda.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor penunjang
yang dapat mempengaruhi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proyek konstruksi.
3. Bisa melakukan objek penelitian selain proyek gedung dalam
melakukan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai