Soal :
1. Anda telah dibekali pemahaman secara teoretis tentang K3, selanjutnya berdasarkan uraian
dari kasus di atas, menurut anda apakah PLN telah melaksanakan program K3 secara
menyeluruh sesuai dengan teori yang anda pelajari? Jika ya, uraikanlah point dalam
kegiatan belajar 1, 2, dan 3 pada Modul 7 dan keterhubungannya dengan kasus tersebut di
atas.
2. Dalam kasus tersebut PLN belum menyinggung mengenai kondisi eksternal terkait situasi
pandemic Covid-19, kesiapan program K3 dari PLN di situasi non pandemic seperti
diuraikan dalam kasus tersebut di atas secara otomatis memudahkan PLN untuk
menghadapi kondisi Pandemic. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?
Jelaskan?
Pembahasan :
o Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja yang melaksanakan
pekerjaan
o Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja
o Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien
Jika melihat pernyataan yang ada yang dipaparkan oleh Antonius RT antono, EVP
Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan PLN dan komparatif perihal teoritis,
perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan perihal yang ada pada buku
SDM modul 7 Universitas Terbuka oleh Prof. Dr Mutiara Sibarani Panggabean, S.E M.M bahkan
dalam berbagai perihal data yang ada pihak PLN juga bertekad untuk melakukan Zero Accident
dengan memmperkecil kecelakaan kerja sampai nol. PLN membentuk Road Map K3 dengan target
Zero Accident di tahun 2023. Salah satu langkah dalam Road Map 2023 adalah membentuk
organisasi K3 di unit-unit induk PLN pada tahun 2013.Meskipun menurut pendapat penulis masih
ada beberapa perihal temuan data dalam progress nya yang belum dilakukan secara menyeluruh
dan optimal, masih adanya riak kecil dengan adanya bukti dari beberapa artkel jurnalistik yang
masih menemukan adanya kecelakaan kerja para Pegawai PLN dalam rentang perjalanan melalui
progress yang ditargetkan terkait zero accident tersebut. Namun terkait dengan perihal
penerapannya, menurut penulis PLN telah menerapkan BREAKTHROUGH CHARTER ZERO
ACCIDENT. Diantaranya adalah Implementasi sebagai berikut :
1. Contractor Safety Management System (CSMS), yang bertujuan Untuk memastikan bahwa
kontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan telah memenuhi standard dan kriteria
K3L yang ditetapkan perusahaan
2. Penguatan World Class Safety Culture, diantaranya PLN akan melakukan Penambahan
materi K3 dalam diklat penjenjangan
3. Penataan Kebijakan K3 Korporat, Pembuatan matriks role & responsibility K3 korporat,
diantaranya Implementasi Safety Patrol dan Inspeksi K3, Upskilling TAD pada Kampus
Yantek di seluruh Unit Induk Wilayah dan Distribusi
4. Digitalisasi Tool Safety Management (IT) seperti Digital Learning K3, Dashboard K3
Korporat, Pembuatan Safety Asset Management, Safety Mobile App
Tujuan perusahaan mempunyai program keselamatan dan Kesehatan kerja adalah guna
memperkecil kecelakaan kerja sampai nol(zero accident). Untuk mencapai tujuan tersebut maka
perusahaan hendaknya :
Sama halnya seperti yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero) yang dimana juga
berkomitmen untuk program zero accident 2023 yang pastinya juga sudah dilakukan perbagai
strategi guna memperkecil dan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan
sesuai dengan kondisi daripada PT. PLN (Persero) tersebut. PLN membentuk Road Map K3
dengan target Zero Accident di tahun 2023. Salah satu langkah dalam Road Map 2023 adalah
membentuk organisasi K3 di unit-unit induk PLN pada tahun 2013. Demi memperkuat
pengawasan K3 lantas dibentuklah Budaya K3 di tubuh PLN, budaya K3 adalah subkultur dari
budaya korporat yang spesifik mencakup urusan keselamatan kerja dengan tiga values, yakni
Peduli, Taat, Tanggap.
Adapun indikator keberhasilan dari budaya K3 itu terdiri atas lagging indicator dari empat
aspek, yakni Loss of Life, Loss of Production, Loss of Productivity, dan Loss of Asset. Keempat
indikator itu lantas dibuat indikator kinerja utama atau key performance indicators (KPI). Dengan
demikian pengelolaan K3 di PLN terus dilakukan dengan cara bersinergi antar unit, mengukur
Tidak ketinggalan PLN terus membangun kesadaran untuk saling mengingatkan dan fokus
pencegahan terhadap K3 dalam menemukan dan menyelesaikan perihal unsafe condition dan
unsafe action, istilahnya lindung lingkungan.
Konsep dalam kematangan budaya keselamatan adalah perihal baru yang penting dalam
mengeksplorasi kegunaan potensial dari SCMM (Safety Culture Maturity Model) untuk
peningkatan keselamatan di dunia industry. Konsep model Safety Maturity Level ini berguna
karena memungkinkan kita untuk menetapkan tingkat kematangan saat ini dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkat berikutnya.
Di dalam modul 7 Manajemen SDM Universitas Terbuka dikemukakan menurut
Deler(2000) bahawa ada tiga penyebab utama kecelakaan , yaitu secara kebetulan (chance
accurance), Unsafe condition dan unsafe acts on the part of employee.
• Secara kebetulan kecelakaan bisa terjadi secara kebetulan. Umpama dialami oleh sesorang
yang terkena pecahan kaca pada saat ia melintasi suatu tempat di mana ada kaca jendela
jatuh. Kecelakaan secara kebetulan ini tentunya terjadi di luar kendali manajemen.
• Kondisi tidak aman (Unsafe Condition). Penyebab utama kecelakaan bisa diakibatkan oleh
kondisi yang tidak aman. Factor- factor yang menyebabkannya anatara lain berupa :
c. prosedur yang berbahaya di dala,,, di atas atau di sekitar peralatan dan mesin
e. kurangnya pencahayaan
Kecelakaan dapat pula terjadi karena pekerjaan itu sendiri, schedule kerja, dan iklim
psychological di tempat kerja. Dimana bekerja di bidang administrasi atau pembukuan
lebih aman daripada bekerja di pabrik. Karyawan yang bekerja di bawah tekanan dan dalam
iklim kerja yang kurang aman akan lebih sering mengalami kecelakaan.
Penyebab lain dari terjadinya kecelakaan adalah kecenderungan untuk berperilaku dan
mempunyai sikap yang tidak diinginkan (unsafe acts) . misalanya melemparkan bahan-
bahan, bekerja dengan tingkat kecepatan yang tidak aman, membuat alat- alat pengaman
menjadi tidak berfungsi dengan jalan mencabut, menyesuaikan atau menggunakan
prosedur yang tidak aman dalam pemuatan, penempatan, pencampuran dan
mengkombinasikan dan mengangkat dengan tidak sempurna.
#Nomor 2
Secara tersirat sebenarnya sudah termaktub bahwasanya adanya pandemic virus covid 19
ini juga merupakan perihal eksternal dalam perihal penyebab permasalahan terkait K3 khusunya
terlebih perihal Kesehatan di tempat kerja. Namun benar tidak tersinggung dalam pernyataan yang
diutarakan oleh Bapak Antonius dan Bapak Raswari dari KADIN terkait perihal pandemic
tersebut. Karena berbicara pandemic juga mestinya tidak terlepas dengan K3(Kesehatan di tempat
kerja).
Dan perihal bagaimana terkait situasi pandemic Covid-19, kesiapan program K3 dari PLN
di situasi non pandemic apakah seperti diuraikan dalam kasus tersebut di atas secara otomatis
memudahkan PLN untuk menghadapi kondisi Pandemic?. Bagi saya bukan dan belum
kesemuanya secara menyeluruh karena akan berbeda perihal kasus dalam perihal kasus K3 dari
PLN dalam situasi kecelakaan kerja yang non pandemic tadi (hazard karena tersengat listrik, jatuh
dari tiang dan Gedung gardu listrik, dll) dengan perihal yang ada pada masa pandemic di mana
pandemic ini bukan terjadi karena akibat kecelakaan dan kelalaian kerja namun dari factor
Kesehatan yang berada di tempat kerja yang memudahkan proses untuk menular dari satu
penderita ke penderita lainnya yang ada di kesemua lingkup termasuk bisa jadi di dalam institusi
PT. PLN (Persero) itu sendiri.
Dalam modul 7 hal 7.28 Manajemen SDM Universitas Terbuka Perihal Kesehatan di
tempat kerja menurut Mondy (2010), Kesehatan mengacu pada bebasnya para karyawan dari
penyakit fisik ataupun emosional. Masalah- masalah ini dapat mempengaruhi produktivitas dan
kualitas kehidupan kerja karyawan. Dalam perihal tersebut Flippo(1984:537) mengemukakan
Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diatur dalam undang-
undang. Perihal ini disebabkan dalam setiap pekerjaan, termasuk di dunia pendidikan, kecelakaan
kerja seringkali sulit dihindari. Ketidakpahaman dari kondisi tersebut dapat dikurangi dengan
mendesain pekerjaan sedemikian rupa guna mengurangi kecelakaan kerja dan sebagai tambahan
penyelia dan manajer berperan dalam mengurangi kondisi yang kurang aman ini dengan
melakukan pengecekan guna mengenali dan mengatasi kyang mungkin terjadi. Sedangakan untuk
mengurangi kecelakaan yang disebabkan oleh karyawan untuk berperilaku dan bersikap yang tidak
diinginkan (unsafe acts) dapat dikurangi melalui :
b. pelatihan keselamatan
Sementara itu Flippo(1984) berpendapat bahwa tujuan program keselamatan dan kesehatan
kerja dapat dicapai , jika ada unsur- unsur yangmendukung, yaitu :
#Nomor 3
Terkait dengan situasi pandemic saat ini, menurut saya tentunya PLN masih perlu
mengadakan penyesuaian/penambahan program K3 nya terkait dengan adanya situasi pandemic
Covid-19 ini. Seyogyanya harus beradatapsi dan menyesuaiakan aturan K3 ini terhadap situasi
pandemic yang ada. Pandemi Covid-19 telah menggangu aktifitas kegiatan di PLN. Oleh karena
itu untuk mencegah meluasnya wabah Covid- 19, diterapkan protokol kesehatan melakukan
Adapatasi Kebiasaan Baru (AKB). Permasalahan membangun kebiasaan baru yang diharapkan
menjadi budaya di lingkungan PLN tidaklah mudah, perlu komunikasi yang efektif dan intens,
terus menerus dilakukan melalui berbagai media kepada semua tenaga kerja sebagai bentuk
komitmen penerapan Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3).
Sebagai institusi yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), maka masalah pencegahan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun penyakit akibat
hubungan kerja (PAHK) perlu menjadi perhatian yang penting, sama halnya dengan upaya
pencegahan kecelakaan kerja. Beberapa penelitian terkait komunikasi K3 pernah dilakukan
sebelumnya, sayangnya lebih banyak terkait upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja. Sedang
perihal yang fokus terhadap efektifitas unsur-unsur komunikasi terhadap pencegahan suatu
penyakit berbahaya di tempat kerja masih jarang ditemukan. Namun demikian kesehatan
merupakan unsur K3 yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu jurnal penelitian yang dipublikasikan
oleh Sudargo tahun 2017 menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi
organisasi terhadap perilaku pencegahan kecelakaan kerja. Hal ini penting menjadi dasar
Satuan/Gugus Tugas Covid-19 dalam menyusun program untuk membangun kebiasaan baru
akibat perubahan kondisi dan lingkungan kerja. Komunikasi adalah salah satu faktor yang
memiliki hubungan cukup kuat terhadap perilaku tenaga kerja. Oleh karena itu intesitas
komunikasi K3 berkorelasi positif terhadap perubahan perilaku pekerja.
Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) upaya untuk mencegah penyebaran virus ini adalah dengan menggunakan masker,
mencuci tangan nmenggunkan sabun /desinfektan, dan menjaga jarak 1 sampai 2 meter atau lebih
Video 2. K3 PLN
C. Kesimpulan
K3 merupakan aspek penting dalam pelaksanaan hubungan kerja yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan sebagai salah satu jenis hak normatif pekerja/buruh. Pemenuhan K3
merupakan tanggung jawab atau kewajiban pemberi kerja atau perusahaan. sebagai upaya
pencegahan terjadinya KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) dan PAK (Penyakit Akibat Kerja).
Pelaksanaan K3 diupayakan untuk kondisi lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja sehingga
memberikan pengaruh positif bagi produktifitas pekerja. Pengaturan tentang kesehatan kerja dalam
peraturan perundang- undangan di Indonesia diberlakukan bagi pekerjaan sektor formal maupun
pekerjaan sektor non-formal. Pada masa pandemi seperti COVID-19 penerapan K3 perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari perusahaan atau pemberi kerja.
PT. PLN (Persero) sebagai salah satu bentuk lingkugan kerja memiliki karakteristik khusus yang
menempatkan pada situasi risiko tinggi terjadinya KAK ataupun PAK akibat COVID-19. Untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan melindungi pekerja dari paparan risiko potensi
bahaya di PT. PLN (Persero) telah diatur penerapan SCMM (Safety Culture Maturity Model).
Penerapan SCMM mempunyai sasaran utama bagi pekerja/karyawan PT. PLN (Persero). Namun
penerapannya juga berdampak pada pihak lain yang bukan merupakan karyawan PT.PLN
(Persero) yaitu mitra kerja, stake holder.
Pada situasi pandemic COVID-19 ini kinerja SCMM menjadi unsur penting dalam memberikan
perlindungan bagi pekerja/karyawan rumah sakit dan masyarakat.
Pada masa pandemi COVID-19, tenaga lapang PLN peran utama dalam penanganan COVID-19.
Posisi ini menempatkannya pada risiko tinggi terpapar COVID-19. Tingginya risiko pekerja/
karyawan terhadap PAK karena COVID-19 belum diimbangi dengan pengaturan terkait jaminan
perlindungan kerja. Ada empat jenis perlindungan yang sudah diatur dalam peraturan perund ang-
undangan yaitu pemberian penghargaan, perlindungan atas K3, pendayagunaan tenaga kesehatan
Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 12
dan jaminan kecelakaan kerja. Dari empat perlindungan tersebut baru perindungan atas K3 yang
diatur secara rinci dalam peraturan perundang-undangan. Bentuk perlindungan seperti pemberian
penghargaan masih belum ditemukan aturan yang menjamin implementasi perlindungannya.
Sementara itu, jaminan kecelakaan kerja dimasukkan ke dalam skema BPJS Ketenagakerjaan dan
akan menjadi beban perusahaan apabila belum terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk mengoptimalkan perlindungan tenaga medis dan tenaga kesehatan pada masa pandemic
dengan mempertimbangkan tugas penting yang harus dilakukan maka diperlukan pengawasan dan
pendampingan oleh pemerintah terkait dengan pelaksanaan SCCM di PT. PLN (Persero). Selain
itu untuk memberikan ketenangan pelaksanaan kerja bagi karyawan PT.PLN (Persero) yang
melakukan penanganan COVID-19 perlu diatur skema yag lebih rinci terkait dengan jaminan
pemberian penghargaan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Bersamaan
dengan pengaturan ini, pemerintah juga perlu merumuskan jaminan kecelakaan kerja bagi
Karyawan/Pekerja PT.PLN (Persero) yang terkena PAK melalui skema di luar program BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab PT.PLN (Persero) yang telah
berjuang dalam melakukan penanganan pandemi COVID-19 dalam K3 nya tersebut.
D. Referensi