Anda di halaman 1dari 14

Nama : Heri Eko Prasetyo S.

E BNT SNT PNT


NIM : 530074512
Prodi : Magister Manajemen Keuangan Online
Universitas Negeri Terbuka UPBJJ Pontianak
Dosen : Dr. Janita S Meliala S.E M.M
Sesi : Tugas I- K3 Manajemen SDM

Soal :

1. Anda telah dibekali pemahaman secara teoretis tentang K3, selanjutnya berdasarkan uraian
dari kasus di atas, menurut anda apakah PLN telah melaksanakan program K3 secara
menyeluruh sesuai dengan teori yang anda pelajari? Jika ya, uraikanlah point dalam
kegiatan belajar 1, 2, dan 3 pada Modul 7 dan keterhubungannya dengan kasus tersebut di
atas.

2. Dalam kasus tersebut PLN belum menyinggung mengenai kondisi eksternal terkait situasi
pandemic Covid-19, kesiapan program K3 dari PLN di situasi non pandemic seperti
diuraikan dalam kasus tersebut di atas secara otomatis memudahkan PLN untuk
menghadapi kondisi Pandemic. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?
Jelaskan?

3. Apakah PLN masih perlu mengadakan penyesuaian/penambahan program K3 nya terkait


dengan adanya situasi pandemic Covid-19? Berikan usulan yang didukung oleh teori-teori
dalam berbagai artikel ilmiah terkait K3.

Pembahasan :

A. Definisi dan Teori Menurut Para Ahli


• Sinambela(2017:365) menuturkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu bidang
yang terkait dengan keselamatan, Kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada
sebuah instansi maupun lokasi proyek”.
• Suparyadi dalam Zainal(2015:268) menerangkan Kesehatan kerja merupakan suatu
kondisi fisik, sosial dana mental tidak hanya ketidakadaan perihal penyakit atau kelemahan
pada saat melaksanakan kinerja. Kesehatan kerja adalah sumber daya hidup keseharian

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 1


bagi para pekerja, karena tanpa adanya Kesehatan maka tidak dapat melakukan kinerja
dengan baik”.
• Meggison dalam Taryaman(2016:137) Berujar bahwasanya “Kesehatan kerja adalah
suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko ini dapat terjadi karena adanya perihal dalam lingkungan kerja yang
melebihi periode waktu yang telah ditentukan dan lingkungan yang berdampak stress atau
gangguan fisik. Sedang keselamatan kerja sendiri merupakan suatu kondisi yang aman
atau selamat dari perihal kerusakan dan penderitaan atauapun juga kerugian di tempat
kerja yang bisa disebabkan oleh adanya penggunaan peralatan mesin, bahan dan proses
olahan, lingkungan kerja, lantai tempat bekerja serta metode kerja. Resiko keselamatan
dapat juga disebabkan oleh aspek lingkungan kerja yang terjadi dikarenakan terpotong,
sengatan aliran listrik, luka memar, kebakaran, patah tulang, keseleo, serta kerusakan
panca indera pada anggota bagian tubuh karenanya.
• Kasmir dalam Marwansyah(2016:266) mengemukakan bahawasanya Kesehatan kerja
adalah”Rangkaian upaya guna menjaga agar para pekerja tetap sehat dalam melakukan
kinerjanya artinya jangan sampai kondisi lingkungan bekerja menyebabkan
pekerja menjadi tidak sehat atau sakit”.
• Sumakmur dalam Taryaman(2016:138). Keselamatan kerja adalah “Keselamatan
yang bertalian dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan serta proses pengolahannya,
landasan tempat bekerja serta lingkungannya, hingga cara melakukan suatu
pekerjaan tersebut. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu Kesehatan/
kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/Masyarakat memperoleh
derajat Kesehatan yang tinggi baik secara mental, fisik dan sosial dengan usaha yang
preventif dan kualitatif, terhadap penyakit- penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh factor pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap penyakit umumnya”.
• Leon C.Meggison dalam Hamali(2018:164)”Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
mencakup istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan
kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan
ataupun kerugian di tempat kerja”.
• Zainal(2015:137) memberi pendapatnya bahwa “Lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan bisa pula mengakibatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
berdampak Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 2
pada kondisi fisiologis- fisikal serta psikologis tenaga kerja tersebut yang di mana jika
perusahaan melaksanakan Tindakan keselamatan dan Kesehatan yang efektif dan tepat
guna maka akan sedikit pekerja yang mengalami cidera atau penyakit jangka
pendek hingga panjang akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan di tempat perusahaan
tersebut bekerja”.
Maka berdasar paparan para ahli tersebut, penulis berkesimpulan bahwa Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah suatu keadaan di mana seorang karyawan/ pekerja dapat merasa aman
terlindungi saat mereka berada pada lokasi tempat perushaan/ instansi/ organisasi tempat mereka
bekerja, yang tentu terbebas dari gangguan kecelakaan yang terjadi baik efek secara jangka pendek
ataupun juga jangka panjangnya secara jasmani dan rohani karenanya.

Video 1. Hery MSDM K3 PT. PLN (Persero)


B. Pembahasan
# Nomor 1
Berdasar keselamatan dan Kesehatan Karyawan pada Modul 7 Buku Manajemen Sumber
Daya Manusia oleh Prof.Dr Mutiara Sibarani Panggabean, S.E M.E yang coba penulis
komparasikan dengan perihal K3 yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dengan menggunakan
metode penelitian lapangan dan juga kepustakaan dengan jenis data primer dan sekunder serta
Teknik Analisa deskriptif guna menganalisis data yang telah terkumpul melalui perbagai informasi
dan sumber yang didapat nantinya.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah
perusahaan. Dengan perihal tersebut maka SDM harus dijaga dengan baik sebagai aset tak ternilai
di dalam perusahaan. Perusahaan yang baik akan menyediakan fasilitas untuk menjaga keamanan
dan kenyamanan SDM. Perusahaan biasanya akan menyediakan pedoman bekerja dalam sebuah
perusahaan yang sudah terstandarisasi sehingga pekerjaan menjadi mudah untuk dilakukan.
Pedoman ini sering kali disebut dengan pedoman Kesehatan dan Keselamtan Kerja (K3). Salah
satu perusahaan yang menerapkan K3 adalah PT. PLN (Persero). Ancaman begitu besar dapat
terjadi di perusahaan ini dikarenakan lapangan kerja yang begitu luas sehingga terdapat beberapa
risiko kerja yang tinggi seperti jatuh dari ketinggian ataupun tersengat arus listrik.Oleh karena
Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 3
adanya bahaya kerja (hazard) yang tinggi maka diperlukan manajemen risiko yang meliputi
identifikasi hazard untuk mengetahui risiko yang menimbulkan bahaya kecelakaan kerja, analisis
potensi hazard, penilaian risiko, dan membuat suatu rekomendasi guna mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja.

Gb. 1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PLN (Persero)

K3 dalam penerapan ilmunya di kehidupan nyata khususnya dalam upaya mencegah


terjadinya kecelakaan kerja memiliki sebuah tujuan yang juga diatur kedalam UUD Nomor 1
Tahun 1970 diantaranya sebagai berikut.

o Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja yang melaksanakan
pekerjaan

o Meningkatkan efisiensi kerja

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 4


o Mencegah terjadinya kecelakaan ataupun penyakit yang diakibatkan kerja

o Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja

o Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien

o Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional

Jika melihat pernyataan yang ada yang dipaparkan oleh Antonius RT antono, EVP
Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan PLN dan komparatif perihal teoritis,
perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan perihal yang ada pada buku
SDM modul 7 Universitas Terbuka oleh Prof. Dr Mutiara Sibarani Panggabean, S.E M.M bahkan
dalam berbagai perihal data yang ada pihak PLN juga bertekad untuk melakukan Zero Accident
dengan memmperkecil kecelakaan kerja sampai nol. PLN membentuk Road Map K3 dengan target
Zero Accident di tahun 2023. Salah satu langkah dalam Road Map 2023 adalah membentuk
organisasi K3 di unit-unit induk PLN pada tahun 2013.Meskipun menurut pendapat penulis masih
ada beberapa perihal temuan data dalam progress nya yang belum dilakukan secara menyeluruh
dan optimal, masih adanya riak kecil dengan adanya bukti dari beberapa artkel jurnalistik yang
masih menemukan adanya kecelakaan kerja para Pegawai PLN dalam rentang perjalanan melalui
progress yang ditargetkan terkait zero accident tersebut. Namun terkait dengan perihal
penerapannya, menurut penulis PLN telah menerapkan BREAKTHROUGH CHARTER ZERO
ACCIDENT. Diantaranya adalah Implementasi sebagai berikut :
1. Contractor Safety Management System (CSMS), yang bertujuan Untuk memastikan bahwa
kontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan telah memenuhi standard dan kriteria
K3L yang ditetapkan perusahaan
2. Penguatan World Class Safety Culture, diantaranya PLN akan melakukan Penambahan
materi K3 dalam diklat penjenjangan
3. Penataan Kebijakan K3 Korporat, Pembuatan matriks role & responsibility K3 korporat,
diantaranya Implementasi Safety Patrol dan Inspeksi K3, Upskilling TAD pada Kampus
Yantek di seluruh Unit Induk Wilayah dan Distribusi
4. Digitalisasi Tool Safety Management (IT) seperti Digital Learning K3, Dashboard K3
Korporat, Pembuatan Safety Asset Management, Safety Mobile App

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 5


Berdasar Modul 7 keselamatan mengacu pada perlindungan karyawan dari cidera yang
disebabkan oleh kecelakaan yang berketerkaitan dengan pekerjaan.Sedangkan Kesehatan di
tempat kerja mengacu pada kebebasan dari penyakit fisik maupun emosional. Jika perusahaan
dapat menjalankan program keselamatan kerja dan Kesehatan sebagaimana mestinya, maka
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan terpenuhi secara maksimum dan perusahaan akan
memperoleh keuntungan maksimum.

Tujuan perusahaan mempunyai program keselamatan dan Kesehatan kerja adalah guna
memperkecil kecelakaan kerja sampai nol(zero accident). Untuk mencapai tujuan tersebut maka
perusahaan hendaknya :

1. Mematuhi peraturan keselamatan dana Kesehatan kerja yang dikeluarkan pemerintah


secara taat asas

2. Membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan kerja

3. Memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada karyawan

4. Menyediakan fasilitas keselamatan kerja yang optimum

5. Bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan

Sama halnya seperti yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero) yang dimana juga
berkomitmen untuk program zero accident 2023 yang pastinya juga sudah dilakukan perbagai
strategi guna memperkecil dan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan
sesuai dengan kondisi daripada PT. PLN (Persero) tersebut. PLN membentuk Road Map K3
dengan target Zero Accident di tahun 2023. Salah satu langkah dalam Road Map 2023 adalah
membentuk organisasi K3 di unit-unit induk PLN pada tahun 2013. Demi memperkuat
pengawasan K3 lantas dibentuklah Budaya K3 di tubuh PLN, budaya K3 adalah subkultur dari
budaya korporat yang spesifik mencakup urusan keselamatan kerja dengan tiga values, yakni
Peduli, Taat, Tanggap.

Adapun indikator keberhasilan dari budaya K3 itu terdiri atas lagging indicator dari empat
aspek, yakni Loss of Life, Loss of Production, Loss of Productivity, dan Loss of Asset. Keempat
indikator itu lantas dibuat indikator kinerja utama atau key performance indicators (KPI). Dengan
demikian pengelolaan K3 di PLN terus dilakukan dengan cara bersinergi antar unit, mengukur

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 6


pencapaian KPI lagging indicators, dan memperkuat budaya K3 di lingkungan PLN dan juga
kontraktornya

Tidak ketinggalan PLN terus membangun kesadaran untuk saling mengingatkan dan fokus
pencegahan terhadap K3 dalam menemukan dan menyelesaikan perihal unsafe condition dan
unsafe action, istilahnya lindung lingkungan.

Konsep dalam kematangan budaya keselamatan adalah perihal baru yang penting dalam
mengeksplorasi kegunaan potensial dari SCMM (Safety Culture Maturity Model) untuk
peningkatan keselamatan di dunia industry. Konsep model Safety Maturity Level ini berguna
karena memungkinkan kita untuk menetapkan tingkat kematangan saat ini dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkat berikutnya.
Di dalam modul 7 Manajemen SDM Universitas Terbuka dikemukakan menurut
Deler(2000) bahawa ada tiga penyebab utama kecelakaan , yaitu secara kebetulan (chance
accurance), Unsafe condition dan unsafe acts on the part of employee.

• Secara kebetulan kecelakaan bisa terjadi secara kebetulan. Umpama dialami oleh sesorang
yang terkena pecahan kaca pada saat ia melintasi suatu tempat di mana ada kaca jendela
jatuh. Kecelakaan secara kebetulan ini tentunya terjadi di luar kendali manajemen.

• Kondisi tidak aman (Unsafe Condition). Penyebab utama kecelakaan bisa diakibatkan oleh
kondisi yang tidak aman. Factor- factor yang menyebabkannya anatara lain berupa :

a. alat pengaman yang tidak sempurna

b. peralatan yang rusak

c. prosedur yang berbahaya di dala,,, di atas atau di sekitar peralatan dan mesin

d. tempat penyimpanan yang tidak aman

e. kurangnya pencahayaan

f. tidak berfungsinya ventilasi udara

Kecelakaan dapat pula terjadi karena pekerjaan itu sendiri, schedule kerja, dan iklim
psychological di tempat kerja. Dimana bekerja di bidang administrasi atau pembukuan
lebih aman daripada bekerja di pabrik. Karyawan yang bekerja di bawah tekanan dan dalam
iklim kerja yang kurang aman akan lebih sering mengalami kecelakaan.

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 7


• Sikap yang tidak diinginkan (Unsafe Acts)

Penyebab lain dari terjadinya kecelakaan adalah kecenderungan untuk berperilaku dan
mempunyai sikap yang tidak diinginkan (unsafe acts) . misalanya melemparkan bahan-
bahan, bekerja dengan tingkat kecepatan yang tidak aman, membuat alat- alat pengaman
menjadi tidak berfungsi dengan jalan mencabut, menyesuaikan atau menggunakan
prosedur yang tidak aman dalam pemuatan, penempatan, pencampuran dan
mengkombinasikan dan mengangkat dengan tidak sempurna.

#Nomor 2

Secara tersirat sebenarnya sudah termaktub bahwasanya adanya pandemic virus covid 19
ini juga merupakan perihal eksternal dalam perihal penyebab permasalahan terkait K3 khusunya
terlebih perihal Kesehatan di tempat kerja. Namun benar tidak tersinggung dalam pernyataan yang
diutarakan oleh Bapak Antonius dan Bapak Raswari dari KADIN terkait perihal pandemic
tersebut. Karena berbicara pandemic juga mestinya tidak terlepas dengan K3(Kesehatan di tempat
kerja).

Dan perihal bagaimana terkait situasi pandemic Covid-19, kesiapan program K3 dari PLN
di situasi non pandemic apakah seperti diuraikan dalam kasus tersebut di atas secara otomatis
memudahkan PLN untuk menghadapi kondisi Pandemic?. Bagi saya bukan dan belum
kesemuanya secara menyeluruh karena akan berbeda perihal kasus dalam perihal kasus K3 dari
PLN dalam situasi kecelakaan kerja yang non pandemic tadi (hazard karena tersengat listrik, jatuh
dari tiang dan Gedung gardu listrik, dll) dengan perihal yang ada pada masa pandemic di mana
pandemic ini bukan terjadi karena akibat kecelakaan dan kelalaian kerja namun dari factor
Kesehatan yang berada di tempat kerja yang memudahkan proses untuk menular dari satu
penderita ke penderita lainnya yang ada di kesemua lingkup termasuk bisa jadi di dalam institusi
PT. PLN (Persero) itu sendiri.

Dalam modul 7 hal 7.28 Manajemen SDM Universitas Terbuka Perihal Kesehatan di
tempat kerja menurut Mondy (2010), Kesehatan mengacu pada bebasnya para karyawan dari
penyakit fisik ataupun emosional. Masalah- masalah ini dapat mempengaruhi produktivitas dan
kualitas kehidupan kerja karyawan. Dalam perihal tersebut Flippo(1984:537) mengemukakan

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 8


bahwasanya program Kesehatan kerja dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Kesehatan fisik dan
Kesehatan mental.

Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diatur dalam undang-
undang. Perihal ini disebabkan dalam setiap pekerjaan, termasuk di dunia pendidikan, kecelakaan
kerja seringkali sulit dihindari. Ketidakpahaman dari kondisi tersebut dapat dikurangi dengan
mendesain pekerjaan sedemikian rupa guna mengurangi kecelakaan kerja dan sebagai tambahan
penyelia dan manajer berperan dalam mengurangi kondisi yang kurang aman ini dengan
melakukan pengecekan guna mengenali dan mengatasi kyang mungkin terjadi. Sedangakan untuk
mengurangi kecelakaan yang disebabkan oleh karyawan untuk berperilaku dan bersikap yang tidak
diinginkan (unsafe acts) dapat dikurangi melalui :

a. komitmen manajer puncak

b. pelatihan keselamatan

c. menyebarkan poster dan propaganda lainnya

d. program intensif dan program penguatan yang positif

e. Penetuan kebijaksanaan dalam penyelamatan

f. Melakukan pengawasan terhadap keselamatan dan kesehatan

g. Memonitor pekerjaan yang sangat berat (overload) dan menimbulkan stress

Sementara itu Flippo(1984) berpendapat bahwa tujuan program keselamatan dan kesehatan
kerja dapat dicapai , jika ada unsur- unsur yangmendukung, yaitu :

1. adanya dukungan dari pimpinan puncak

2. ditunjuknya direktur keselamatan

3. rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman

4. diberikannya poendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman

5. terpeliharanya catatan tentang keamanan

Pandangan tradisional telah berubah, Tidak selamanya kesehatan tergantung pada


perawatan kesehatan dan kondisi tiadanya sakit. Dewasa ini opini ada yang mengemukakan bahwa

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 9


kesehatan yang optimal seringkali dapat dicapai melalui keselamatan lingkungan, perubahan
organisasi, dan gaya hidup yang sehat.

#Nomor 3

Terkait dengan situasi pandemic saat ini, menurut saya tentunya PLN masih perlu
mengadakan penyesuaian/penambahan program K3 nya terkait dengan adanya situasi pandemic
Covid-19 ini. Seyogyanya harus beradatapsi dan menyesuaiakan aturan K3 ini terhadap situasi
pandemic yang ada. Pandemi Covid-19 telah menggangu aktifitas kegiatan di PLN. Oleh karena
itu untuk mencegah meluasnya wabah Covid- 19, diterapkan protokol kesehatan melakukan
Adapatasi Kebiasaan Baru (AKB). Permasalahan membangun kebiasaan baru yang diharapkan
menjadi budaya di lingkungan PLN tidaklah mudah, perlu komunikasi yang efektif dan intens,
terus menerus dilakukan melalui berbagai media kepada semua tenaga kerja sebagai bentuk
komitmen penerapan Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3).
Sebagai institusi yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), maka masalah pencegahan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun penyakit akibat
hubungan kerja (PAHK) perlu menjadi perhatian yang penting, sama halnya dengan upaya
pencegahan kecelakaan kerja. Beberapa penelitian terkait komunikasi K3 pernah dilakukan
sebelumnya, sayangnya lebih banyak terkait upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja. Sedang
perihal yang fokus terhadap efektifitas unsur-unsur komunikasi terhadap pencegahan suatu
penyakit berbahaya di tempat kerja masih jarang ditemukan. Namun demikian kesehatan
merupakan unsur K3 yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu jurnal penelitian yang dipublikasikan
oleh Sudargo tahun 2017 menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi
organisasi terhadap perilaku pencegahan kecelakaan kerja. Hal ini penting menjadi dasar
Satuan/Gugus Tugas Covid-19 dalam menyusun program untuk membangun kebiasaan baru
akibat perubahan kondisi dan lingkungan kerja. Komunikasi adalah salah satu faktor yang
memiliki hubungan cukup kuat terhadap perilaku tenaga kerja. Oleh karena itu intesitas
komunikasi K3 berkorelasi positif terhadap perubahan perilaku pekerja.
Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) upaya untuk mencegah penyebaran virus ini adalah dengan menggunakan masker,
mencuci tangan nmenggunkan sabun /desinfektan, dan menjaga jarak 1 sampai 2 meter atau lebih

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 10


dikenal 3M. Hal ini tentu mengubah perilaku sehari-sehari menjadi perilaku baru dalam rangka
beradaptasi dengan kondisi pandemi agar tetap aman dalam bekerja. Faktor yang mempengaruhi
perilaku kerja aman adalah adanya pengetahuan, komunikasi, dan alat pelindung diri. Perilaku
adalah hasil dari olah pengetahuan/ informasi yang diperoleh dari nara sumber informasi melalui
berbagai media. Pada masa transisi menuju normal yang baru (new normal) ini diperlukan edukasi
yang massif untuk membangun budaya baru berupa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) berkaitan
pola hidup sehat, aman, dan produktif di tempat kerja. Oleh karena itu komunikasi yang efektif
sangat mendukung pencapaian perubahan perilaku dalam membentuk adapatasi kebiasaan baru ini
agar pekerja tetap dapat bekerja secara produktif, sehat dan aman .
PT. PLN (Persero) siap melakukan langkah-langkah promotif, preventif maupun kuratif.
Kegiatan promotif dapat mempengaruhi perubahan lingkungan, perubahan sikap dan perilaku,
karena pelaksanaannya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
keselamatan. Program yang dilakukan adalah sosialisasi penyebaran Covid-19, perilaku adaptasi
kebiasaan baru yang harus dikembangkan, melakukan pemeriksaan kesehatan melalui tes cepat
(rapid test) dan tes usap (SWAB test) kepada pegawai maupun Tenaga Alih Daya (TAD) di
lingkungan PLN. Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh para karyawan adalah
pemahaman akan virus dan penyebaran virus Covid-19. Dengan informasi yang benar dan tepat,
diharapkan karyawan/pegawai dapat melakukan adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan
protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. PLN membentuk Satuan Tugas Covid-19 yang
beranggotakan pegawai di lingkungan PLN dan mitra kerja yang siap sedia melakukan upaya
pencegahan dan penanggulangan Covid-19 di lingkungan PLN. PLN sendiri juga sudah
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai Perturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012. Sebagai bentuk kepatuhan (compliant) terhadap SMK3 ini maka PLN
berkewajiban melakukan penyebaran informasi dan komunikasi terkait Kebijakan dan Program-
program K3 kepada seluruh karyawan di lingkungan PLN sesuai dengan kriteria 1.1.3 dan 2.4.1
Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tersebut. Tentunya komunikasi yang baik diperlukan
antara pihak manajemen dari pihak pekerja untuk membangun budaya selamat dan sehat sehingga
tetap bisa bekerja secara produktif.. Komunikasi sendiri dapat dilakukan secara langsung ketika
melakukan sosialisasi terkait K3, meeting, dan lainnya. Komunikasi tidak langsung dapat berupa
pemberian informasi melalui poster, madding, e-mail. Dalam kasus yang khusus ini manajemen
PLN terlibat langsung sebagai Tim Satuan Tugas Covid-19 dan memberikan informasi, memberi

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 11


arahan, mengambil keputusan langkah-langkah penanganan Covid-19. Untuk lebih memperluas
jangkauan komunikasi, tim melakukan penyebaran informasi lebih konkret kepada semua tenaga
kerja dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder)

Video 2. K3 PLN

C. Kesimpulan
K3 merupakan aspek penting dalam pelaksanaan hubungan kerja yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan sebagai salah satu jenis hak normatif pekerja/buruh. Pemenuhan K3
merupakan tanggung jawab atau kewajiban pemberi kerja atau perusahaan. sebagai upaya
pencegahan terjadinya KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) dan PAK (Penyakit Akibat Kerja).
Pelaksanaan K3 diupayakan untuk kondisi lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja sehingga
memberikan pengaruh positif bagi produktifitas pekerja. Pengaturan tentang kesehatan kerja dalam
peraturan perundang- undangan di Indonesia diberlakukan bagi pekerjaan sektor formal maupun
pekerjaan sektor non-formal. Pada masa pandemi seperti COVID-19 penerapan K3 perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari perusahaan atau pemberi kerja.
PT. PLN (Persero) sebagai salah satu bentuk lingkugan kerja memiliki karakteristik khusus yang
menempatkan pada situasi risiko tinggi terjadinya KAK ataupun PAK akibat COVID-19. Untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan melindungi pekerja dari paparan risiko potensi
bahaya di PT. PLN (Persero) telah diatur penerapan SCMM (Safety Culture Maturity Model).
Penerapan SCMM mempunyai sasaran utama bagi pekerja/karyawan PT. PLN (Persero). Namun
penerapannya juga berdampak pada pihak lain yang bukan merupakan karyawan PT.PLN
(Persero) yaitu mitra kerja, stake holder.
Pada situasi pandemic COVID-19 ini kinerja SCMM menjadi unsur penting dalam memberikan
perlindungan bagi pekerja/karyawan rumah sakit dan masyarakat.
Pada masa pandemi COVID-19, tenaga lapang PLN peran utama dalam penanganan COVID-19.
Posisi ini menempatkannya pada risiko tinggi terpapar COVID-19. Tingginya risiko pekerja/
karyawan terhadap PAK karena COVID-19 belum diimbangi dengan pengaturan terkait jaminan
perlindungan kerja. Ada empat jenis perlindungan yang sudah diatur dalam peraturan perund ang-
undangan yaitu pemberian penghargaan, perlindungan atas K3, pendayagunaan tenaga kesehatan
Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 12
dan jaminan kecelakaan kerja. Dari empat perlindungan tersebut baru perindungan atas K3 yang
diatur secara rinci dalam peraturan perundang-undangan. Bentuk perlindungan seperti pemberian
penghargaan masih belum ditemukan aturan yang menjamin implementasi perlindungannya.
Sementara itu, jaminan kecelakaan kerja dimasukkan ke dalam skema BPJS Ketenagakerjaan dan
akan menjadi beban perusahaan apabila belum terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk mengoptimalkan perlindungan tenaga medis dan tenaga kesehatan pada masa pandemic
dengan mempertimbangkan tugas penting yang harus dilakukan maka diperlukan pengawasan dan
pendampingan oleh pemerintah terkait dengan pelaksanaan SCCM di PT. PLN (Persero). Selain
itu untuk memberikan ketenangan pelaksanaan kerja bagi karyawan PT.PLN (Persero) yang
melakukan penanganan COVID-19 perlu diatur skema yag lebih rinci terkait dengan jaminan
pemberian penghargaan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Bersamaan
dengan pengaturan ini, pemerintah juga perlu merumuskan jaminan kecelakaan kerja bagi
Karyawan/Pekerja PT.PLN (Persero) yang terkena PAK melalui skema di luar program BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab PT.PLN (Persero) yang telah
berjuang dalam melakukan penanganan pandemi COVID-19 dalam K3 nya tersebut.

D. Referensi

1. A. T. Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, “Pengaruh Budaya Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi,” J. Rekayasa Sipil, vol. 6, no. 1,
pp. 83–95, 2012
2. Christian, Solikhah, Susita, D., & Martono, S. (2020). How to Maintain Employee Motivation Amid
The Covid-19 Virus Pandemic. International Journal of Economics and Business Administration,
8(4)
3. Febriani, B., Harahap, A., & Simanjuntak, D. (2021). Mengukur Dampak Keterampilan Kerja Dan
Kompensasi Masa Covid-19 Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan. Ecobisma
(Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Manajemen), 8 (1)
4. Kementerian Kesehatan, Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus
(2019-nCoV), Direktorat Jenderal Pencegahan dan pengendalian Penyakit, Maret 2020
5. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nomor

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 13


5/76/HM.01/VII/2020 Tentang Protokol Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kembali
Bekerja dalam Pencegahan Penularan Covid-19, no. 1. 2020, pp. 1–12
6. Materi Inisiasi Modul VII Manajemen SDM
7. Nurpratama, M., & Yudianto, A. (2021). Strategi Inovasi dan Rencana Implementasi
Untuk Mendorong SDM Unggul di Masa Pandemi. Jurnal Indonesia Sosial Sains, 2(1),
50-69
8. Panggabean.M.S 2021. Manajemen Sumber Daya Manuasia. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
9. Rusilowati. 2020. Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia selama pandemi Covid-19
Pada Karyawan Yang Bergerak Disektor Formal Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mea
(Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 4(2).
10. Sudargo, “Komitmen Manajemen Dan Komunikasi Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Banyu
Urip Blok Cepu - Bojonegoro,” Interak. - J. Ilmu Komun., vol. 6, no. 1, pp. 48–62, 2017.

Tugas I- K3_Manajemen SDM-HC7 14

Anda mungkin juga menyukai