Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegagalan (risk off failures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat
kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara
umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan (fatigue)
b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab
awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di
tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi
penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan
lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah
keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan
dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka
perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas khusus
menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program,
membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam
rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan
informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses perencanaan serta
menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta membuat
laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para pekerja
kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas
(AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota
termasuk Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun
multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan
terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen
lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah
dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen
Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.

1
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana definisi umum dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2. Bagaimana tujuan dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
3. Bagaimana aspek, factor dan prinsip penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
4. Bagaimana manfaat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
5. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
6. Bagaimana dasar hukum penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
7. Bagaimana Undang-Undang Jasa Konstruksi dan K3 Konstruksi?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Manajemen dan Kesehatan Kerja.


2. Untuk mengetahui tujuan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Untuk mengetahui aspek, factor dan prinsip dari Sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
4. Untuk mengetahui manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Untuk mengetahui penarapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum penerapan Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
7. Untuk mengetahui Undang-Undang Jasa Konstruksi dan K3 Konstruksi yang
diterapkan di Indonesia

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari makalah yang kami buat adalah sebagai berikut


1. Dapat menambah wawasan mengenai pentingnya manajemen k3 dalam sebuah
konstruksi agar resiko kecelakaan dapat diminimalisir.
2. Pembaca dapat mengetahui peraturan-peraturan yang mengatur mengenai system
manajemen k3

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Umum SMK3

Definisi umum dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat dikaji dari beberapa aspek
sebagai berikut (PPNS ITS – Depnakertrans, 2007) :

1. Secara filosofis, K3 dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur.

2. Secara keilmuan juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Secara praktis, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta
bagi orang
lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara
aman dan efisien dalam pemakaiannya.

Dari ketiga uraian tersebut, maka secara umum K3 dapat didefinisikan sebagai suatu
pemikiran yang mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan pekerja dan lingkungan kerjanya.

Sementara itu, berdasarkan Kepmen Kimpraswil tahun 2004 tentang Pedoman Sistem
Manajemen K3 Konstruksi, Keselamatan Kerja adalah suatu keadaan atau faktor yang
menjamin atas keamanan bekerja baik bagi pekerja, pengunjung, ataupun siapa saja yang
berada ditempat kerja, termasuk yang berada di lingkungan di sekitar tempat kerja terhadap
bahaya insiden ataupun kecelakaan yang diprediksi akan terjadi. Sedangkan kesehatan kerja
adalah suatu keadaan bagi manusia dan lingkungannya yang bertujuan menjamin dalam
mencapai derajat kesehatan bekerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, bagi pekerja, pengunjung, ataupun siapa saja yang
berada di tempat kerja dan sekitarnya terhadap penyakit-penyakit / gangguan-gangguan
kesehatan ataupun bahaya adanya faktor penyakit-penyakit yang bersifat umum sebagai akibat
keadaan kerja di tempat kegiatan kerja yang diprediksi akan terjadi

3
Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut
OHSAS 18001:2007 adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja.. Sistem manajemen K3
adalah pengelolaan K3 dengan menerapkan sistem manajemen untuk mencapai hasil yang
efektif dalam mencegah kecelakaan dan efek lain yang merugikan. Berdasarkan definisi
tersebut maka Sistem Manajemen K3 juga terjadi atas komponen-komponen yang saling
terkait dan terintegrasi satu dengan lainnya. Komponen-komponen ini sering disebut elemen
sistem manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) :

 Merupakan suatu rangkaian proses kegiatan K3 yang memiliki siklus dimulai dari
kegiatan PERENCANAAN , IMPLEMENTASI, PEMANTAUAN dan PENINJAUAN
KEMBALI.

 Prinsip dasar manajemen perbaikan melalui siklus Plan – Do – Check – Action.


 PLAN :
Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
dipersyaratkan pelanggan dan kebijakan organisasi.

 DO :
Menerapkan proses proses tsb.
 CHECK :
Memantau dan mengukur proses dan produk terhadap kebijakan,sasaran,persyaratan
produk dan melaporkan hasilnya.
 ACTION :
Mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses secara bekesinambungan.
 Rangkaian merupakan rangkaian tertutup yang mengandung spirit PERBAIKAN
BERKESINAMBUNGAN.

4
Gambar 1.1. Prinsip Dasar SMK3 Versi
OHSAS 18001 : 1999

Pengelolaan K3 melalui pendekatan Sistem Manajemen :


 Melibatkan seluruh aspek sumberdaya yang mempengaruhi K3 ditempat kerja.
 Mencakup seluruh fungsi manajemen P-D-C-A.
 Mencakup kegiatan yang bersifat Preventif,Kuratif,Rehabilitatif dan Promotif.
 Mendorong peran aktif seluruh tingkatan Manajemen dan tenaga kerja.
 Pemenuhan terhadap perundang undangan Standar Nasional dan Internasional.
 Menjamin proses peningkatan berkesinambungan.
 Terintegrasi dengan Sistem Manajemen

2.2. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3

Dilihat dari kondisi kerja pada industri konstruksi dan definisi umum diatas, maka tujuan
penerapan SMK3 adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenali dan memahami berbagai sumber kecelakaan dan penyakit akibat
pekerjaan di lingkungan proyek konstruksi
2. Agar dapat menganalisis tingkat resiko kecelakaan dan penyakit yang ada

5
3. Sebagai upaya untuk menekan dan atau mengendalikan sumber kecelakaan dan
penyakit
4. Sebagai upaya untuk menciptakan kondisi kerja yang mampu menjamin keselamatan,
kesehatan dan kenyamanan pekerja
5. Secara komprehensif, tujuan penerapan SMK3 adalah untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas yang optimal yang bermuara
pada peningkatan kualitas hidup baik bagti pekerja maupun bagi perusahaan.

Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dijelaskan


bahwa terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan SMK3. Adapun tujuan dari penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :

1) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Menurut Suma’mur (1992), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai
berikut:

1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
2) Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3) Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas kondisi
kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan
khusus.

6
1. Tujuan umum yaitu :
a. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu
terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan
peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
b. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.

2. Sedangkan secara khusus antara lain :


a. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan
penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan
hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan
penyesuaian antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.

2.3. Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.3.1. Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan
oleh perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):

a. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam


beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti
ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja
sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses
produksi dan di samping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.

c. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang


berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh
karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan, misalnya menggunakan

7
peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan
penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):

a. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun psikososial.

2.3.3. Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan


dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):

a. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.


b. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
c. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
d. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan
kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan
kerja atau aturan keprilakuan.
e. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
f. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

2.4. Manfaat Sistem Manajemen K3

Karena SMK3 bukan hanya tanggung jawab pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia
internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja
yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak
manfaat bagi industri kita antara lain :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

8
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.

2.5. Penerapan Sistem Manajemen K3

Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan ditemukan ada dua model yaitu
rational organisation theory dan socio-technical system theory. Rational organisation
theory menekankan pada pendekatan top-down,penerapan sistem manajemen
keselamatan didasarkan pada kebijakan atau instruksi dari top level manajemen dan
diteruskan sampai pada level yang paling bawah. Sementara socio-technical system
theory melakukan pendekatan dengan intervensi organisasi yang didasarkan pada analisa
hubungan antara teknologi,orientasi dari pekerja dan struktur organisasi
(Gallagher,2001).
Gallagher juga mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe,
yaitu:

1. Safe Person Control Strategy


Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada kontrol perilaku pekerjaan.
2. Safe Place Control Strategy
Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada bahaya dari sumbernya melalui
identifikasi,kajian dan pengendalian.
3. Traditional Management;
a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh supervisor dan EHS specialis.
b. Integrasi sistem manajemen keselamatan ke dalam sistem manajemen yang
lebih luas masih sangat rendah.
c. Keterlibatan karyawan masih rendah.
4. Innovative Management
a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh senior dan line manager.
b. Integrasi sistem manajemen keselamatan kedalam sistem manajemen yang
lebih luas sudah sangat baik.
c. Keterlibatan karyawan tinggi.

2.6. Dasar Hukum Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, maka dengan
mengacu pada Undang-undang Dasar 1945 khususnya pasal 27 ayat 2 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai produk hukum yang terkait dengan
bidang K3 dengan hierarkinya mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah sampai

9
dengan peraturan menteri. Di antara produk hukum tersebut yang terkait langsung dengan
pelaksasanaan K3 untuk industri konstruksi adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

b. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;

c. Peraturaan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 tentang Tata Cara


penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan kesehatan Kerja;

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

f. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknis


Keselamatan dan kesehatan kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan; dan

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 09/PER/M/2008 tentang Pedoman


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.

h. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.

Menurut Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
selamat, aman, efisien dan produktif. SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah SMK3
pada sektor jasa konstruksi yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara
lain pekerjaan konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem

10
penyediaan air minum dan perpipaannya, sistem pengolahan air limbah dan perpipaannya,
drainase, pengolahan sampah, pengaman pantai, irigasi, bendungan, bending, waduk, dan
lainnya. Pada Bab 3 peraturan menteri PU nomor 9 tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang
ketentuan penyelenggaraan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
konstruksi, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1. Kegiatan jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa/penyedia jasa terdiri
dari jasa pemborongan, jasa konsultasi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya
melibatkan tenaga kerja dan peralatan kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
fisik di lapangan wajib menyelenggarakan SMK 3 konstruksi bidang pekerjaan umum.
2. Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum wajib menggunakan
pedoman ini beserta lampirannya
3. Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dikelompokkan menjadi
3 (tiga) kategori, yaitu:
a) Risiko Tinggi, adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia
dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi
b) Risiko Sedang, adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa
manusia serta terganggunya kegiatan konstruksi
c) Risiko Kecil, adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya
kegiatan konstruksi
4. Kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
dibagi mencapai 3 (tiga), yaitu:
a) Baik, bila mencapai hasil penilaian >85%;
b) Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%;
c) Kurang, bila mencapai hasil penilaian <60%.
5. Dalam rangka penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum harus
dibuat Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) oleh penyedia jasa
dan disetujui oleh pengguna jasa.

11
6. Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/atau bertanggung
jawab dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
7. Untuk kegiatan swakelola, perlu ada penentuan tentang:
a) Pihak yang berperan sebagai penyelenggara langsung
b) Pihak yang berperan sebagai pengendali.

Menurut PP No. 50 Tahun 2012 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Mengapa perlu adanya Sistem
Manajemen K3? Sistem manajemen diperlukan untuk meningkatkan upaya K3 yang
dijalankan dalam perusahaan agar berjalan secara efisien dan efektif.
Menurut PP No. 50/2012, penerapan SMK3 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana,terukur, terstruktur, dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, adan efisien untuk mendorong
produktivitas.
4. Pengelolaan K3 dapat lebih komprehensif karena mengikuti kaidah manajemen yang
baik, yaitu dimulai dengan proses perencanaan, kemudian penerapan yang didukung
oleh sistem pengukuran dan pemantauan dan terakhir dilakukan tinjau ulang secara
berkala untuk memperbaiki proses secara berkesinambungan.

2.7. Undang-Undang Jasa Konstruksi dan K3 Konstruksi

Tujuan Undang-Undang Jasa Konstruksi :


a. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kukuh, handal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi
yang
berkualitas;
b. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan

12
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;
d. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan
menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun;
e. menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan
f. menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.

Peraturan K3 Konstruksi Indonesia

 01. UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi


 02. Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum
 03. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
 04. Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
 05. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
KEP.174_MEN_1986 No.104_KPTS_1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi
 06. Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan
 07. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 08. Permen PUPR02-2018. 

Kaitan Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017, bahwa dalam undang-undang
tersebut diatur mengenai:

Persyaratan Usaha Jasa Konstruksi


Paragraph 1
Umum

Pasal 26
(1) Setiap usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan
memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan.
(2) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang akan
memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha.

Paragraf 2
Tanda Daftar Usaha Perseorangan dan Izin Usaha

Pasal 27
Tanda Daftar Usaha Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) diberikan
oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada usaha orang perseorangan yang berdomisili di
wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13
Pasal 28
Izin Usaha sebagaimana dimasud dalam Pasal 26 ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 29
(1) Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan berlaku untuk melaksanakan kegiatan
usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28
membentuk peraturan di daerah mengenai Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan.

Paragraf 3
Sertifikat Badan Usaha

Pasal 30
(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Badan
Usaha.
(2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
1. diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Menteri.
(3) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
1. paling sedikit memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasifikasi usaha; dan
d. kualifikasi usaha.
(4) Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan
usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga Sertifikasi
Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Menteri kepada asosiasi
badan usaha yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban
yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi badan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diatur dalam Peraturan Menteri.

UUJK BAB XII-SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 89


(1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;

14
b. denda administratif; dan/atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
(2) Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak memenuhi kewajiban memiliki Izin
Usaha yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dan Pasal 34 ayat
(3), dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif; dan/atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

 Kaitan Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 dan K3 Konstruksi,


bahwa dalam undang-undang tersebut diatur mengenai :

Pasal 9 UUJK Persyaratan Usaha, Keahlian dan Keterampilan :

1. Perencana dan pengawas orang peseorangan harus memiliki sertifikat keahlian


2. Pelaksana orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan
sertifikat keahlian kerja
3. Orang perseorang yang dipekerjakan oleh Badan Usaha sebagai perencana atau
pengawas harus memiliki sertifikat keahlian
4. Tenaga Kerja yang melaksanakan harus memiliki sertifikat keterampilan dan sertifikat
keahlian

UUJK-BAB IV PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI-PASAL 23 :

1. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan


pengawasan yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan,
pengerjaan dan pengakhiran
2. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang ketehnikan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja serta tata
lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.

UUJK-BAB X SANKSI KHUSUS - PASAL 43 :

1. Barang siapa yang lalai dalam perencanaan konstruksi dan mengakibatkan kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 10% (sepuluh persen) dari Nilai Kontrak
2. Barang siapa yang lalai dalam pelaksanaan konstruksi dan mengakibatkan kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lam 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 5% (lima persen) dari Nilai Kontrak
3. Barang siapa yang lalai dalam pengawasaan konstruksi dan mengakibatkan kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lam 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 10% (sepuluh persen) dari Nilai Kontrak.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sistem
manajemen yang terintergrasi untuk menjalankan dan mengembangkan kebijakan K3
yang telah ditetapkan perusahaan serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin
terjadi di perusahaan. System manajemen K3 mempunyai tujuan umum dan tujuan
khusus. Apabila tujuan-tujuan tersebut telah tercapai, dapat membawa manfaat bagi
perusahaan atau industri,lingkungan, dan juga bagi pekerja yang bersangkutan, dimana
manfaat tersebut dapat berupa manfaat secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem Manajemen K3 ini diatur oleh UU yang telah ditetapkan oleh Negara.

3.2. Saran
Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan adanya
manajemen K3. Agar kebijakan-kebijakan yang disusun oleh manajemen K3 dapat
terlaksana dengan baik maka diperlukan sosialisasi secara terus-menerus oleh oknum-
oknum yang bersangkutan dengan bidang tersebut, sosialisasi tersebut dapat berupa
Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia Kerja agar semua orang mementingkan
Keselamtan kerja itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Riadi, Muchlisin. “Pengertian Tujuan dan Prinsip Keselamatan Kesehatan Kerja”. 25 Oktober
2018 pukul 22.54 WITA. https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-tujuan-dan-
prinsip-keselamatan-kesehatan-kerja-k3.html.

Hastu, Tripupasari. “Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. 1 November


2018 pukul 13.30 WITA. http://kumpulan-makalahh.blogspot.com/2012/12/sistem-
manajemen-keselamatan-dan.html.

Consultan, Fresh. “Undang-Undang Jasa Konstruksi Kaitan dengan Konstruksi”. 30 Oktober


2018 pukul 02.14 WITA. http://freshconsultant.co.id/tag/undang-undang-jasa-konstruksi-
kaitan-dengan-k3-konstruksi/.

Konstruksi, Sibima. “Peraturan K3 Konstruksi Indonesia”. 30 Oktober 2018 pukul 02.14


WITA. http://sibima.pu.go.id/mod/page/view.php?id=16201.

17

Anda mungkin juga menyukai