1807101010118
Elektif Manajemen K3
Secara umum K3 merupakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3 tidak hanya di Indonesia tetapi di
seluruh dunia harus memperhatikan K3, bahkan di dalam negeri saja setiap proyek pemerintah
harus ada ahli K3. Misalnya dalam pembangunan jalan, jembatan, pembangunan gedung dsb
maka salah satu persyaratannya adalah adanya manajemen K3.
Keselamatan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek yang amat penting karena K3
sangat berkaitan erat dengan kehidupan para pekerja baik jiwa maupun raga nya kemudian
semua area kerja tentunya memiliki potensi bahaya. Potensi bahaya inilah yang akan
mengakibatkan kecelakaan sehingga dapat mengancam jiwa pekerja. Kemudian agar pekerja
dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya penanggulangan dan penanganan kecelakaan di
lingkungan kerja. Ada beberapa ruang lingkup; yang pertama adalah potensi bahaya dan konsep
dasar sistem manajemen kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja atau dikenal dengan SMK3.
Ada beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang pada akhirnya akan
mengakibatkan cedera dan kerusakan boleh jadi diawali dengan situasi kerja yang tidak
menguntungkan yang tidak kondusif ditambah lagi dengan adanya kesalahan daripada bekerja,
kemudian ada beberapa tindakan-tindakan yang tidak aman sehingga inilah yang mengakibatkan
kecelakaan kerja yang pada akhirnya akan menjadikan sebuah kerusakan atau cedera. Hai ini
dikenal degan efek domino atau teori “domino heinrich.” Bila kita ingin memperbaiki atau
mencegah terjadinya kecelakaan yang akan mengakibatkan cedera dan kerusakan maka kita
harus fokus pada situasi kerja yang nyaman kemudian meminimalisir kesalahan daripada
pekerja. Sehingga teori domino menyebutkan bahwa suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa
tunggal melainkan merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan.
Teknik Identifikasi
Teknik identifikasi amat penting di dalam hal pencegahan terhadap kerusakan kecelakaan
kerja.
1. Survei keselamatan kerja. bersifat umum, menyeluruh namun kelemahannya tidak terinci.
2. Patroli keselamatan kerja. dilakukan pada area yang sudah disepakati yang menjadi area
yang akan dipantau kemudian perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan
cakupan menyeluruh atas area kerja.
3. Pengambilan sampel keselamatan kerja, melihat pada satu aspek kesehatan dan keselamatan
kerja saja karena tidak menyeluruh.
4. Audit keselamatan kerja, merupakan inspeksi tempat kerja dengan teliti kemudian dilakukan
dengan pencarian untuk mengidentifikasi semua jenis bahaya lalu dapat dikembangkan
menjadi sistem peringkat untuk mengukur derajat kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan kemudian audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikan-perbaikan apa
saja yang telah dilakukan.
5. Pemeriksaan lingkungan, adalah lekukan berdasarkan pengukuran konsentrasi dan zat kimia
di atmosfer kemudian dia juga bersifat mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap
kesehatan di tempat kerja.
6. Laporan kecelakaan, adalah laporan yang dilakukan atau dilaksanakan pasca terjadi
kecelakaan.
7. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi, laporan-laporan insiden dalam keadaan sedikit
berbeda akan menyebabkan kecelakaan.
8. Saran maupun kritik daripada karyawan.
Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka pengendalian risiko guna menciptakan tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. SMK3 ini adalah sebuah sistem manajemen yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan lainnya seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan.
Manfaat daripada penerapan sistem manajemen K3 ini adalah mengurangi jam kerja yang
hilang akibat kecelakaan kerja, menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja,
menciptakan tempat kerja yang efisien produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam
bekerja, meningkatkan image market terhadap perusahaan, menciptakan hubungan yang
harmonis bagi pekerja dan perusahaan, perawatan terhadap mesin dan peralatan sehingga alat
tersebut semakin lama dan tahan lama.
1. Komitmen dan kebijakan mengenai SMK3 baik secara internal perusahaan maupun di
eksternal perusahaan seperti peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai SMK3.
2. Perencanaan SMK3 meliputi daripada hasil analisis resiko, persyaratan hukum, rekaman
kecelakaan, hasil audit persyaratan internal perusahaan dan hasil investigasi.
3. Penerapan SMK3 di perusahaan.
4. Pengukuran secara objektif dari kinerja SMK3 yang telah berjalan melalui indikator K3.
5. Evaluasi SMK3 yang telah berjalan akan dicocokkan dengan perencanaan awal. Tindak lanjut
dari pada hasil evaluasi akan dilakukan untuk peninjauan ulang kembali dan peningkatan oleh
manajemen untuk selanjutnya dilaksanakan peningkatan secara berkelanjutan.
Kebijakan SMK3
1. Pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus yang memuat
seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3.
2. Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja
yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja pemasok
dan pelanggan.
Bentuk komitmen:
Mewujudkan organisasi K3
Menyediakan anggaran
Menyediakan tenaga kerja dibidang K3
Melakukan koordinasi terhadap perencanaan K3
Melakukan penilaian kerja dan melakukan tindak lanjut pelaksanaan K3
Pengelolaan Komunikasi
Tujuan pengelolaan komunikasi adalah agar semua prosedur perusahaan memahami dan
mendukung sistem ini bagaimana mereka bisa mendukung jika mereka tidak paham
sehingga persepsi mereka berbeda-beda oleh karena itu perlu adanya pengelolaan
komunikasi yang tepat.
Pertimbangan pengelolaan komunikasi:
- Kebijakan dan sasaran K3
- Dokumentasi SMK3 yang relevan
- Prosedur identifikasi bahaya penilaian dan pengendalian resiko
- Uraian jabatan
- Hasil tinjauan pekerja terkait dengan K3 dan juga kemudian program pelatihan.
Berdasarkan PERPRES No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja sedangkan penyakit terkait kerja yaitu
penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab dimana faktor pekerjaan dan atau
lingkungan kerja memberikan peranan bersama faktor lain dari luar tempat kerja dalam hal ini
faktor gabungan tersebut saling berpengaruh untuk mempermudah kejadian, kekambuhan dan
atau memperberat atau memperparah gangguan kesehatan ataupun kepada pekerja. Penyebabnya
sering terdiri dari beberapa faktor atau multifaktor.
Kriteria umum penyakit akibat kerja antara lain adanya hubungan antara pajanan yang
spesifik dengan penyakit, ada fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi daripada masyarakat umum, selanjutnya penyakit dapat dicegah dengan
melakukan tindakan preventif di tempat kerja. Penyakit akibat kerja berdasarkan keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. 333 Tahun 1989 adalah ditemukan atau di diagnosa saat
pemeriksaan kesehatan berkala dan oleh dokter dengan dasar pemeriksaan klinis, pemeriksaan
kondisi lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dengan pendekatan epidemiologis atau
komunitas yaitu untuk identifikasi hubungan kausa atau penyebab antara pajanan dan
penyakit diantaranya kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu dan
hubungan dosis.
Pendekatan klinis atau individu yaitu untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja antara
lain diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan, jumlah pajanan yang dialami,
peranan faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan dan diagnosis penyakit akibat kerja atau
bukan penyakit akibat kerja. Tujuan dari diagnosis penyakit akibat kerja yaitu hak pekerja, dasar
terapi, membatasi kecacatan dan untuk melindungi pekerja lain.
- Tempat kerja
- Sanitasi makanan
1. Aman
4. Bernilai bergizi
5. Memenuhi standar
6. Hygienis
Bangunan
Peralatan
Intervensi yang harus dilakukan oleh perusahaan di dalam hal mencegah atau
mengurangi terpaparnya penyakit dari berbagai sisi:
Perencanaan infrastruktur dan manajemen
Drainase
1. Garbage adalah sisa-sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang telah membusuk
Pengelolaan Sampah
3. Dibakar
4. Dijadikan pupuk
5. Daur ulang
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga industri
maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
1. Program hygiene dan sanitasi mencakup semua aspek produksi dan pengolahan
produk pangan
2. Program hygiene para pekerja
3. Program sanitasi mencakup daripada rumah tangga atau industri umum sampai dengan
penanganan limbah dan fasilitas umum
• Setiap pekerja yang terjangkit penyakit menular tidak diperkenankan untuk bekerja
• Pekerja yang menderita luka terbuka terbakar dan infeksi bakteri lainnya tidak
diperkenankan bekerja di ruang pengolahan
• Pekerja wajib mencuci tangan dengan air bersih setelah dari kamar mandi atau WC
• Pekerja melakukan pemeriksaan umum atau berkala atau reguler setiap enam bulan
sekali
Kuliah 5: K3 di Laboratorium
1. Kewaspadaan kebakaran
Teriakan kode merah tiga kali, tekan tombol alarm kebakaran, kenakan helm
keamanan yang warna merah kemudian evakuasi titik api dan panggil bantuan atau
hubungi security. Penggunaan APAR yang pertama secara umumnya adalah bersiap
dengan posisi kuda-kuda sehingga posisi kuat kemudian:
• Pegang tuwas dan tarik pin
• Arahkan nozzle ketika api dengan jarak lebih kurang dua sampai dengan tiga meter
jangan terlalu jauh juga jangan terlalu dekat
• Satukan tuwas
• Sapukan kanan dan kiri ke area titik api mengikuti arah angin
• Pemeriksaan awal
• Pemeriksan berkala
• Pemeriksaan khusus
B3 adalah suatu zat yang atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau
kelangsungan hidup manusia makhluk lain dan atau lingkungan hidup pada umumnya.
Alat penanganan tumpahan B3 atau spill kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk
menangani jika terjadi tumpahan baik berupa cairan tubuh pasien seperti darah, muntah,
urine, dahak atau bahan kimia lainnya agar tidak membahayakan pekerja dan lingkungan
sekitar. Tujuannya adalah sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah
infeksi pada layanan kesehatan dan mencegah dampak akibat tumpahan bahan kimia.
4. Penggunaan APD
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja yang paling sedikit digunakan melindungi tenaga kerja dan
merupakan cara terakhir untuk melindungi kemudian bisa merupakan satu-satunya pilihan
misalnya pada tempat-tempat yang memang mempunyai hingga infeksi tinggi seperti
laboratorium TB, laboratorium flu burung atau sekarang mungkin laboratorium covid.
• Syarat-syarat APD:
Pasal 3 ayat 1 butir F: memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Pasal 9 ayat 1 butir C: pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD bagi TK yang bersangkutan
Pasal 12 butir B: dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai APD yang diwajibkan
Pasal 14 butir C: pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma-Cuma APD yang
diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
APD di laboratorium:
1. Masker
2. Gloves/handschoon
3. Jas kerja/jas lab
4. Sepatu tertutup