Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan yang sedang dilaksanakan menuntut adanya jaminan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang sangat penting artinya untuk
melindungi tenaga kerja. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sangat
penting sebagai upaya pencegahan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja.
Hal ini merupakan bentuk upaya dalam menciptakan lingkungan kerja yang
aman, nyaman dan sehat serta dapat menekan angka kecelakaan akibat kerja
dan penyakit akibat kerja. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak
mungkin terwujud jika keselamatan dan kesehatan kerja sebelum menjadi
budaya di lingkungan kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus
kecelakaan kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni
2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia
usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting
perusahaan.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada
perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru
menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di
Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah
itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program
K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika
diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan
kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah
K3 tidak selayaknya diabaikan.
Di samping itu standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling
buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya,

1
termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai
contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal pada tahun 2001
di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di Bangladesh 11.768 kasus.
Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga tidak menggambarkan kenyataan
di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang lebih
tinggi lagi. Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen
Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili
tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan
masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang
berwenang. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undang-
undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang
dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang
memadai. Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan
kasus kecelakaan kerja sangat ringan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PLN Batam)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) di B’right PLN Batam
2. Untuk mengetahui potensi bahaya pada alat dan prosedur kerja dan
pengendaliannya

2.3 Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan dan tambahan pengetahuan lebih rinci tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam
bidang pencegahan kecelakaan kerja sehingga menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan langkah-langkah dalam

2
upaya penerapan standar-standar keselamatan dan kesehatan kerja
industri, demi menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman,
selamat, sehat serta terjadi penurunan angka kecelakaan kerja di
perusahaan.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT B’right PLN Batam dalam bidang
pencegahan kecelakaan kerja.
3. Bagi Tenaga Kerja
Pengetahuan bagi tenaga kerja agar lebih mengerti dan
memahami tentang pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan tenaga kerja dapat mengimplementasikan tindakan yang aman
di tempat kerja agar tujuan dari diadakannya Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dapat tercapai dengan baik.
2.4 Ruang Lingkup Praktek
Ruang Lingkup praktek ini adalah penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Definisi SMK3 Secara normatif sebagaimana terdapat pada
PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan. Keselamatan
Kerja merupakan Pencegahan kecelakaan yang perlu dipehatikan dalam suatu
pekerjaan. Tidak hanya keselamatan manusia tetapi juga terhadap kondisi
kerja yang mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya terhadap biaya
proyek. Kesehatan Kerja merupakan Masalah kesehatan yang dapat
menghambat seorang pekerja dalam kegiatan bekerja. Seseorang yang sehat
berarti bebas dari penyakit, cedera, maupun problem mental dan emosi yang
membuatnya dapat beraktivitas secara normal (Silalahi, 1985). Keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di
tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Alasan Penerapan SMK3 adalah karena SMK3 bukan hanya tuntutan
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga
tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi
pekerjanya.
Penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri antara
lain :
1. Manfaat Langsung
 Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.

4
 Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
 Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena
tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
2. Manfaat tidak langsung :
 Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
 Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan
perusahaan.
 Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga
membuat umur alat semakin lama.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan


peraturan/standar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan.
Prinsip-prinsip penerapan SMK3 mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu:
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
kesela-matan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan
dan kesehata kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
Elemen Audit SMK3
Audit SMK3 baik internal maupun eksternal pelaksanaannya didasarkan
oleh 12 elemen audit. Elemen audit tersebut dibagi menjadi 166 kriteria audit.
Elemen audit SMK3 terdiri atas 12 yaitu:
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
Pihak manajemen dan seluruh karyawan membangun komitmen K3 dan
bersama-sama memelihara komitmen tersebut.

5
2. Strategi pendokumentasian
Perusahaan mendokumentasikan seluruh sistem, prosedur, instruksi kerja
dan formulir yang berkaitan dengan pelaksanaan K3 di tempat kerja.
3. Peninjauan ulang perancangan (design) dan kontrak.
Perusahaan melakukan peninjauan ulang untuk setiap desain dan kontrak
yang ada yang berkaitan dengan aspek-aspek K3.
3. Pengendalian dokumen
Perusahaan memiliki sistem pengontrolan dokumen yang berhubungan
dengan aspek K3 untuk memberikan status dokumen, tanggal dan
persetujuan.
4. Pembelian
Perusahaan menginetgrasikan aspek-aspek K3 dalam melakukan
pembelian.
5. Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3
Perusahaan memastikan bahwa semua proses kerja dan semua aspek
terkait yang ada di seluruh tempat kerja telah diterapkan dengan aman.
6. Standar pemantauan
Perusahaan memiliki sistem pemantauan lingkungan tempat kerja dan
pemantauan kesehatan karyawan.
7. Pelaporan dan perbaikan kekurangan.
Perusahaan memiliki suatu sistem pelaporan dan perbaikan terhadap
setiap kekurangan yang ada.
8. Pengelolaan material dan perpindahannya
Perusahaan memiliki suatu sistem yang mengatur penanganan dan
perpindahan material dimana sistem tersebut juga mengintegrasikan
aspek K3.
9. Pengumpulan dan penggunaan data
Perusahaan memelihara catatan yang ada dan menyebarluaskan data yang
berkaitan dengan kegiatan K3 di perusahaan.
10. Audit Sistem Manajemen K3.

6
Perusahaan memiliki suatu sistem yang memastikan seluruh karyawan
dan manajemen yang ada di tempat kerja telah memperoleh pelatihan
untuk setiap jenis tugas yang dilakukan.
11. Pengembangan keterampilan dan kemampuan

2.2 Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu perlu melihat penyebab dan dampak yang
ditimbulkannya. Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk
terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.
Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut. Suatu risiko bisa menjadi tinggi atau
rendah, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada.
2.2.1 Potensi bahaya yang mengakibatkan dampak risiko jangka panjang pada
kesehatan
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan
sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika
terjadi pajanan (“exposure”) yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat
menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber
bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat
kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik,
faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi.
2.2.2 Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada keselamatan
Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki
potensi menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang
tidak dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia
atau sebaliknya tetapi tidak diikuti. Sebagai contoh:
 alat berat jatuh menimpa kaki pekerja dan mengakibatkan patah
tulang

7
 posisi papan perancah tidak benar dan jatuh ketika pekerja
melangkah.

Selain kecelakaan kerja, terdapat kejadian yang tidak biasa di tempat


kerja yang mungkin dapat berakibat membahayakan orang atau properti
jika keadaan sedikit berbeda. Hal ini biasa disebut “Hampir celaka”. Baik
kecelakaan atau hampir celaka mengakibatkan cedera, masing-masing
harus diselidiki untuk menentukan akar penyebabnya. Tindakan korektif
kemudian dapat diambil untuk mencegah kemungkinan terulangnya
kejadian dan cedera yang sama.

Kecelakaan atau hampir celaka jarang terjadi karena satu hal.


Sebaliknya, seringkali dipicu oleh beberapa faktor kausal yang
mengakibatkan kecelakaan. Faktor-faktor ini seperti penghubung dalam
rantai yang berakhir dengan kecelakaan.

2.3 Keselamatan Listrik


Listrik merupakan energi dibangkitkan oleh sumber energi biasanya
generator dan dapat yang mengalir dari satu titik ke titik lain melalui
konduktor dalam rangkaian tertutup.

Potensi bahaya listrik adalah:


 Bahaya kejut listrik
 Panas yang ditimbulkan oleh energi listrik
 Medan listrik
Pekerja dapat mengalami bahaya listrik pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Pekerja berhubungan/menyentuh kedua konduktor pada rangkaian
listrik yang bertegangan.
 pekerja berada pada bagian antara konduktor yang ditanahkan
(grounding) dan konduktor yang tidak ditanahkan (grounding)

8
 Pekerja berada pada bagian konduktor yang ditanahkan dengan
material yang tidak ditanahkan.

Dampak cidera akibat bahaya arus kejut pada manusia (pekerja) tergantung:
a. besar arus yang mengalir ke tubuh manusia
b. bagian tubuh yang terkena
c. lama/ durasi pekerja terkena arus kejut
Besar arus yang mengalir tergantung besar beda potensial dan resistansi.
Efek arus kejut pada manusia dapat mengakibatkan kematian. Arus kejut
listrik yang mengenai tubuh akan menimbulkan:
a. menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan.
b. Panas yang ditimbulkan oleh arus dapat menyebabkan kulit atau tubuh
terbakar, khususnya pada titik dimana arus masuk ke tubuh.
c. Beberapa kasus dapat menimbulkan pendarahan, atau kesulitan
bernafas dan gangguan saraf.
d. Gerakan spontan akibat terkena arus listrik, dapat mengakibatkan
cidera lain seperti akibat jatuh atau terkena/tersandung benda lain.
Pengendalian bahaya listrik dari sentuh langsung
1. Mengisolasi bagian aktif
2. Menutup dengan Penghalang atau Selungkup
3. Membuat rintangan untuk Peralatan yang mempunyai tegangan
tinggi
4. Memberi Jarak aman atau diluar jangkauan
5. Menggunakan alat pelindung diri.

9
Pengendalian listrik dari sentuh tidak langsung yaitu dengan Memasang
grounding/pembumian pada peralatan listrik
2.4 Profil B’right PLN Batam
2.4.1 Sejarah Berdiri B’right PLN Batam
Kiprah pengelolaan ketenagalistrikan untuk melayani kebutuhan
listrik masyarakat Batam, awalnya dilakukan oleh Pertamina, tepatnya
pada tahun 1971. Kala itu, Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama
yang mengelola daerah industri Pulau Batam. Bermodalkan PLTD yang
memiliki daya pasang cukup rendah, 2 x 188 KvA, sehingga waktu itu
listrik hanya bisa dirasakan oleh Pertamina dan perumahan karyawannya
saja.
Seiring dengan perkembangan Batam yang mulai meningkat,
akhirnya tahun 1976 pemerintah Indonesia membentuk Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB) untuk mengelola
kota yang berbentuk Kalajengking ini dimana Kepala OPDIPB diserahkan
ke tangan Menteri Penertiban Aparatur Pembangunan JB Sumarlin. Sejak
itu, semua proyek yang dikelola Pertamina diambil alih oleh OPDIPB,
termasuk pengelolaan ketenagalistrikan. Bisnis ketenagalistrikan saat itu
dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB). Kapasitas
pembangkit pun masih rendah, hanya sebesar 17,5 MW.
Setelah tugas JB Sumarlin usai, tepat tahun 1978 Ketua Otorita
Batam dipegang oleh Prof Dr Ing Bj. Habibie. Dalam pimpinan Habibie,
Batam sudah mulai diarahkan sebagai kota industri. Listrik sebagai
kebutuhan vital dalam industri dan kalangan usaha, tentu membutuhkan
pasokan listrik dan mulai saat itu dilakukan pembangunan PLTD di
Sekupang dan Batuampar. Total daya terpasang pada periode 1976-1992
sebesar 45,5 MW dan disalurkan ke daerah Sekupang dan Batuampar.
Perkembangan Batam kala itu pun tak dapat terbendung lagi.
Investor-investor asing sudah mulai melirik potensi yang ada di Batam.
Tak pelak lagi kalau Otorita Batam saat itu cukup kewalahan
mengelolanya, sehingga satu persatu dilepas, termasuk bisnis
ketenagalistrikan. Akhirnya, pada 1 Januari 1993 berdasarkan kesepakatan

10
pemerintah dan OB, pengelolaan ketenagalistrikan diserahkan ke PT PLN
(Persero) Wilayah Khusus Batam.
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan
Pembinaan BUMN, selaku Pemegang saham PT PLN (Persero) dalam
surat No S-23/M-PM-PBMUN/2000 tanggal 23 Agustus 2000, pada
tanggal 3 Oktober 2000, status PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam
berubah menjadi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam)
dengan status sebagai anak perusahaan PT PLN (Persero), sebagai unit
mandiri yang mengelola kelistrikan dari hulu sampai hilir. Dan pada Juni
2008 PT PLN Batam melakukan rebranding menjadi b’right PLN Batam.
Tahun 2015 bright PLN Batam membantu PT PLN (Persero)
Wilayah Riau & Kepualuan Riau dengan interkoneksi Batam-Bintan.
Interkoneksi kelistrikan adalah bagian program merangkai pulau.Tahap
awal daya Listrik dialirkan sebesar 20 MW dari Batam ke Bintan melalui
gardu induk Tanjung Uban sebagai titik terima energi dari saluran
kelistrikan Batam. Proyek interkoneksi jaringan 150 KV berjarak ± 17,9
KM dari Batam ke Bintan ini digesa untuk menjawab keraguan PMA
yang akan berinvestasi serta untuk menopang pertumbuhan perekonomian
provinsi Kepulauan Riau menuju double digit. Tahap berikutnya, evakuasi
daya ditargetkan sampai 75 MW mengalir ke Pulau Bintan.
Sampai dengan akhir 2017, b’right PLN Batam memiliki
kapasitas terpasang kurang lebih 623,286 MW dan daya mampu kurang
lebih 547,490 MW dengan beban puncak Batam-Bintan 415 MW. Di sisi
produksi, sejak tahun 2004 b’right PLN Batam menerapkan fuel mix
strategy, dan sampai dengan tahun 2011 komposisi pemakaian energi
primer tercatat sebesar 59.92% menggunakan bahan bakar gas, 34.82
menggunakan bahan bakar batu bara dan 5.26% berbahan bakar minyak.
Di usia ke-17 bright PLN Batam telah menjadi perusahaan yang
berkembang tidak hanya menyalurkan energi untuk pulau Batam namun
hingga ke beberapa daerah di Indonesia. bright PLN Batam diberi
penugasan oleh PT PLN (Persero) selaku holding untuk membantu
program 35.000 MW yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini demi

11
menuntaskan masalah kelistrikan dan menaikkan rasio elektrifikasi di
beberapa daerah di Indonesia. Bentuk partisipasi bright PLN Batam adalah
menyediakan pembangkit listrik di beberapa daerah di wilayah usaha PT
PLN (Persero) menggunakan Mobile Power Plant (MPP) berbahan bakar
gas dengan total kapasitas 500 MW. Untuk proyek MPP 500 MW bright
PLN Batam membentuk unit bisnis agar fokus terhadap proyek tersebut
yaitu bright Energy Services (bES).

2.5 Manajemen Risiko B’right PLN Batam


Penerapan Manajemen Risiko bright PLN Batam merupakan suatu
keharusan dengan tujuan agar setiap potensi risiko yang akan timbul di masa
mendatang dapat diidentifikasi, dikelola dan dikendalikan seminimal
mungkin. Situasi lingkungan internal dan eksternal Perusahaan yang
berkembang pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan
usaha sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola perusahaan yang
sehat (good corporate governance) dan penerapan manajemen risiko.
Kebijakan Penerapan Manajemen Risiko di bright PLN Batam
berdasarkan Keputusan Direksi bright PLN Batam No 0004.K/DIR/2011 dan
paparan profil Risiko Korporat terkait pencapaian sasaran-sasaran RKAP
bright PLN Batam. Direksi juga berupaya memberikan pemahaman terkait
manajemen risiko kepada seluruh insan bright PLN Batam dengan
menerbitkan SK Direksi No. 046 tanggal 26 April 2011 tentang Penerapan
Audit Berbasis Risiko Di Lingkungan bright PLN Batam, SK Direksi No.
0094 tanggal 12 Oktober 2011 tentang Road Map Penerapan Manajemen
Risiko, Surat Edaran Direksi No 0012 tanggal 29 November 2011 tentang
Penyusunan Dokumen Manajemen Risiko,SE Direksi No 0011 tanggal 19
November 2011 tentang Pedoman Evaluasi Dan Tatacara Assesment Maturity
Level Penerapan Manajemen Risiko Korporat (ERM) untuk mendukung
pengelolaan risiko yang efektif, konsisten dan berkesinambungan. Dengan
semakin membaiknya level maturitas Enterprised Risk Management (ERM)
yang selaras dengan standar internasional ISO 31000 dan penerapan RBA
(Risk Base Audit) mendukung perubahan paradigma pengelolaan perusahaan

12
dari crisis management, yang bersifat reaktif-korektif terhadap suatu
permasalahan yang timbul, menjadi risk base internal audit berupa
pengelolaan preventif sebelum suatu risiko benar -benar terjadi sebagai
sebuah permasalahan. Dalam rangka peningkatkan kualitas dan
mengkoordinasikan penerapan manajemen risiko,bright PLN Batam telah
melaksanakan forum manajemen risiko PT PLN (Persero) dan anak
perusahaan pada tanggal 25 September 2014. Penerapan Manajemen Risiko
bright PLN Batam yaitu dilakukannya perubahan-perubahan organisasi,
seperti penyesuaian organisasi, perumusan kebijakan dan strategi baru yang
disesuaikan dengan Basel II Framework, penyiapan sumber daya manusia,
penerapan metodologi baru terutama yang berkaitan dengan identifikasi,
pengukuran dan pemantauan risiko yang mengacu pada penyempurnaan
Teknologi Sistem Informasi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bright PLN Batam memandang
bahwa perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
suatu kewajiban dan kebutuhan. Kebijakan mengenai K3 tertuang dalam
Keputusan Direksi nomor: 0038.K/DIR/2013 tanggal 28 Februari 2013
tentang Penerapan Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dan menjadi klausul tertentu yang terdapat pada Perjanjian Kerja
Bersama. Pelaksanaan seluruh kebijakan dan prosedur K3 di perusahaan
ditangani oleh Operation and Maintenance Department dimana karyawan
terlibat dalam struktur formal kepengurusan. Perusahaan telah menyediakan
alokasi dana untuk kegiatan rutin, pemeliharaan dan investasi K3 sebesar
Rp1.844.526.100 pada tahun 2014. Sebagaimana komitmen bright PLN
Batam terhadap penerapan SMK3 untuk memperhatikan keselamatan
lingkungan kerja yaitu zero accident dan budaya “safety first”. Selama tahun
2014, tidak terdapat kecelakaan kerja di bright PLN Batam baik oleh pegawai
tetap maupun pegawai outsource, sehingga rasio kecelakaan kerja sebesar 0%
Salah satu upaya untuk mewujudkan kinerja unggul K3 adalah peningkatan
kompetensi pegawai, termasuk keluarganya, terkait dengan penyakit akibat
kerja (PAK) dan penyakit menular dan berbahaya.

13
Pengelolaan alam yang tepat menghindari terjadinya kerusakan lingkungan
yang berdampak negatif bagi para warga ataupun komunitas di sekitar area
lingkungan perusahaan maupun bagi perusahaan itu sendiri. Sebagai bentuk
nyata dari komitmen Kami terhadap pengelolaan lingkungan, pada tahun
2014 bright PLN Batam merealisasikan untuk pemeliharaan rutin lingkungan
tahunan sebesar Rp 608.192.500,-. Adapun realisasi pelestarian lingkungan
hidup sebesar Rp 468.168.000,- serta penanaman pohon sebanyak 1.600
pohon. bright PLN Batam menyadari bahwa untuk mewujudkan pemanfaatan
energi yang berkelanjutan dapat dicapai melalui upaya efisiensi penggunaan
energi pada seluruh aktivitas rantai pasokan dan aktivitas pendukung. Selain
itu, penggunaan energi secara efisien juga dapat berkontribusi pada
pengurangan emisi dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Berikut
merupakan inisiatif yang Kami lakukan dalam melakukan pengelolaan
lingkungan dan aktivitas pendukung yang kami kelola langsung.
1. Upaya Efisiensi Bahan Bakar Kami melakukan upaya efisiensi bahan
bakar. Berikut tabel produksi perbahan bakar: Kenaikan produksi listrik
dari sumber energi berbahan bakar minyak ditahun 2014 disebabkan
untuk menggantikan produksi dari PLTU yang memasuki major
overhoul.
2. Upaya Efisiensi Pada Bangunan Kantor Kami menggunakan sebagian
energi listrik yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan administrasi
dan bangunan kantor. Pada tahun 2014, pemakaian sendiri energi listrik
untuk mendukung kebutuhan kantor sebesar 498,25 MW atau lebih
rendah dari pemakaian pada tahun 2013 sebesar 591,88 MW. [EN5]
3. Energi Terbarukan bright PLN Batam berinisiatif dalam menghadirkan
energi terbarukan berupa study kelayakan arus laut diperairan Barelang.
Selain itu kami juga merencanakan membeli listrik tenaga sampah dari
Perusahaan Daerah.
4. Konsumsi Material bright PLN Batam tidak menggunakan raw material
pada proses produksi dan distribusi yang dijalankan. Untuk menjaga
kelangsungan produksi dan operasi, Kami menggunakan material-
material kimia dalam melakukan pemeliharaan berkala terhadap

14
mesinmesin pembangkit (Associated Process Material) berupa chemical
untuk proses pembersihan peralatan dan water treatment.
5. Pendekatan Pengukuran Kami secara rutin melakukan pengukuran
terhadap emisi karbon baik langsung maupun tidak langsung yang
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
6. Penghijauan Perseroan telah melakukan penanaman sebanyak 1.600
bibit pohon ditanam di Tanjung Piayu Laut dan sejumlah instalasi
pembangkit milik bright PLN Batam. Inisiatif ini merupakan bentuk
upaya lain yang dilakukan selain implementasi dari kebijakan mitigasi
risiko kegiatan operasional dan diversifikasi energi .
7. Pengendalian Polusi dan Efek Gas Rumah Kaca. bright PLN Batam
menyadari bahwa salah satu dampak yang dihasilkan dari produksi
energi listrik adalah polusi udara dari pembangkit yang digunakan oleh
Perseroan. Keluarnya polusi sebagai produk buangan pembangkit ini,
notabene merupakan sumber terbesar yang mengakibatkan pencemaran
udara. Penghitungan polusi udara di wilayah operasi Perseroan
dilakukan dengan metode sampling pada beberapa titik unit
pembangkit. Nilai penghitungan pada titik – titik sampling tersebut
kemudian dirata – rata sebagai nilai emisi udara dari wilayah. Emisi
udara yang diukur antara lain NO2, Dust, Opacity dan Sulfur dioxide (
SO2). Selain itu juga dilakukan pengukuran udara ambient dengan
parameter S02, CO, NO2, O3, HC, Dust dan Pb. Pemanfaatan dan Daur
Ulang Air Kebutuhan air dalam proses bisnis bright PLN Batam
umumnya hanya digunakan untuk konsumsi pekerja terhadap
kebutuhan Rumah Tangga Kantor (RTK) dan pemeliharaan
pembangkit.
8. Pemenuhan kebutuhan air diperoleh melalui Perusahaan penyedia air
bersih daerah. Tidak ada sumber air yang mengalami penurunan
kuantitas akibat konsumsi ini dan tidak ada penggunaan air daur ulang.
Namun demikian, untuk memastikan bahwa limbah domestik yang
dikeluarkan aman untuk dilepaskan, Perseroan melaksanakan

15
pengolahan air limbah dan melakukan pengukuran secara berkala. Hasil
keseluruhan dari pengukuran limbah yang dilepaskan menunjukkan
tidak adanya senyawa berbahaya yang melewati ambang batas yang
telah ditentukan. Kami berinovasi memanfaatkan air buangan untuk
diolah dan digunakan kembali bagi kepentingan proses produksi,
pemanfaatan untuk kebutuhan diluar proses produksi, maupun dibuang
ke lingkungan sekitar, setelah diolah agar ramah lingkungan.
9. Pengelolaan Limbah B3 dan Tumpahan Kami berupaya melakukan
pengelolaan yang terencana terhadap limbah B3 dan tumpahan kimia
sehingga tidak akan mencemari lingkungan dan memenuhi ketentuan
yang berlaku dan persyaratan dalam izin. Untuk limbah B3 padat, Kami
melakukan pemisahan limbah berdasarkan kategori B3 dan
terkontaminasi B3. Limbah B3 padat dikumpulkan dan
ditransportasikan ke pihak ketiga untuk diolah. Untuk limbah B3 cair,
Perseroan melakukan pengelolaan awal di oil cather. Hasil pengelolaan
ini ditempatkan pada Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 cair
kemudian diangkut oleh transporter B3 yang berizin dari Kementrian
Lingkungan Hidup serta telah memiliki standar peraturan yang berlaku.
Secara periodik limbah B3 diperiksa oleh Bapedal kota Batam, dikemas
sesuai ketentuan PP 18 tahun 1999 dan ditransportasikan untuk diolah
dengan ketentuan maksimum 90 hari diangkut oleh pihak ketiga yang
telah memiliki izin pengangkutan limbah dari instansi yang berwenang.
Kinerja Perseroan dalam mengelola limbah yang dihasilkan bahwa
100% limbah tertransportasi dan terolah dengan baik. Tidak ada
tumpahan yang terjadi, dan ditransportasikan kepada pihak ketiga untuk
diolah hingga aman.
10. Pelestarian Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati Kami berupaya
untuk selalu berharmonisasi dengan habitat dan keanekaragaman hayati
yang hidup di dalamnya, terutama pada habitat, flora, dan fauna yang
dilindungi oleh pemerintah.

16
17
BAB III
HASIL

3.1 Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu : 14.00 – selesai
Tempat : Jalan Engku Putri No.3. Batam Centre
Batam
Praktikum : Pemeriksaan SMK3 B’right PLN Batam

3.2 Information Data Sheet

1. Nama Perusahaan : PT. B’right PLN Batam


2. Jenis Kegiatan Industri : Pembangkit listrik
3. Proses Produksi :-
4. Bahan Baku yg digunakan : tenaga Diesel
5. Bahan Penunjang yg digunakan :-
6. Barang Jadi atau produk yang dihasilkan : Energi listrik
7. Proses pengolahan bahan buangan : kejasama dengan pihak ke 3
8. Jumlah tenaga kerja : lebih dari 100
9. Jarak Perusahaan dengan Pemukiman :-

Wawancara Evaluasi Recomendasi


No RINCIAN YANG PERLU DIAMATI Target
/Observasi Temuan (Usul/Saran)
(OBSERVASI/WAWANCARA) Antisipasi Waktu
(E)
(A) (R) (C)

I. MANAGEMENT SYSTEM

1. ORGANISASI

1. K3 Struktural √

1. Posisi/Tingkat √

2. Lini Tanggung Jawab √

2. P2K3 (Non Struktural)

1. Keanggotaan

2. Program

2. KOMITMENT & KEBIJAKAN

1. Kebijakan tentang Kesehatan √

2. Kebijakan tentang Keselamatan √

3. Kebijakan tentang Lingkungan √

18
4. Kebijakan tentang B3 √

3. PERATURAN & GUIDELINES

1. Sesuai dengan U-U/Peraturan √

2. Intern/Lokal dari Perusahaan √

4. PROGRAM K3

1. Integrated/Komprehensif √

2. Terpisah sendiri √

5. PENYEDIAAN FASILITAS

1. Peralatan Monitoring Bahaya √

2. Alat Pelindung Diri (APD) √

3. Klinik Kesehatan Kerja √

4. Peralatan/Perlengkapan dalam darurat √

5. Persiapan Pelatihan √

6. Kantin Pegawai

7. Toilet (Kamar Mandi / WC) √

8. Locker/Lemari Pekerja

9. Tempat Istirahat pegawai

II. KESEHATAN KERJA dan HIGIENE


INDUSTRI

1. DATA

1. Jenis Bahaya & Risiko √

2. Injury Accident √

3. Penyakit Akibat Kerja √

4. Absenteisme

5. Claim (Cost)

6. Lain-lain

Wawancara Evaluasi Recomendasi


No RINCIAN YANG PERLU DIAMATI Target
/Observasi Temuan (Usul/Saran)
(OBSERVASI/WAWANCARA) Antisipasi Waktu
(E)
(A) (R) (C)

2. ANALISA DATA & KECENDERUNGAN

1. Pemeriksaan Kesehatan √

1. Pra Karya

19
2. Berkala √

3. Specialis √

2. Job Fitness

3. Promosi Kesehatan √

4. Rehabilitasi √

5. Counseling √

3. AKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN

1. Pengenalan & Pengukuran √

2. Monitoring & Evaluasi Bahaya √

3. Housekeeping

4. Bahan B3 (MSDS, Labeling & Handling) √

5. Hazard Communication √

4. AKTIVITAS HIGIENE INDUSTRI

5. KESIAPAN MENGHADAPI EMERGENCY

1. Pelatihan P3K & CPR/Resusitasi √

2. Penanggulangan Korban √

3. Prosedur Evakuasi √

4. Sistim Rujukan √

5. Sistem Komunikasi √

6. Sistem Transportasi √

6. DOKUMENTASI DAN SISTEM √


PELAPORAN

7. PELATIHAN √

III. KESELAMATAN KERJA

1. WARNING SYSTEM √

1. Poster, Pamplet, Leaflet √

2. Rambu-rambu dan lain-lain √

2. FIRE EXTINGUISHER √

1. APAR, dan Hydrant √

20
2. Fire Truck, dan Fire Brigade √

3. PUBLIKASI √

1. Buletin K3

2. Buletin Boards

3. Safety Boards

4. Kampanye K3 (Lomba, Award system, dll) √

4. MEETING √

1. Safety Talk √

2. Safety Meeting (Insidentil/Bln/Smt/Th) √

3. Accident Review & Follow up hasil meeting √

5. PEMELIHARAAN √

1. Alat-alat Safety √

2. Critical Equipment √

3. Preventive Maintenance √

4. Alat Pelindung Diri √

5. Safety Guarding √

6. SISTEM DAN PROSEDUR √

1. SOP, Manual Kerja, Manual Alat √

2. Work Permit (Izin Kerja) √

3. Dokumentasi √

Wawancara Evaluasi Recomendasi


No RINCIAN YANG PERLU DIAMATI Target
/Observasi Temuan (Usul/Saran)
(OBSERVASI/WAWANCARA) Antisipasi Waktu
(E)
(A) (R) (C)

7. PENYELIDIKAN KECELAKAAN √

1. Nearmisses Report (Lap.Hampir kecelakaan) -

2. Accident Report (Laporan kecelakaan) √

3. Analisa Risiko & Konsekuensi √

4. Recomendasi & Action Plan √

8. KESIAPAN MENGHADAPI EMERGENCY √

1. Emergency Drill (Latihan) √

2. Alat-alat Pemadam Kebakaran √

21
3. Team Pemadam Kebakaran

4. Sistem Komunikasi √

5. Security √

6. Evakuasi √

9. Pelatihan √

1. Introduction Training √

2. Inhouse Training √

3. Outside Training √

4. Refresing √

5. Hazard Komunikasi √

6. Defensive Driving √

7. Lain-lain

IV PANITIA PEMBINA K3 (P2K3) -

1. PROGRAM -

1. Pelaksanaan -

2. Evaluasi -

3. Action Plan -

2. MEETING -

1. Schedule -

2. Minute -

3. Review and Follow Up -

3. SISTEM PELAPORAN & EVALUASI -

4. INSPEKSI LAPANGAN -

5. TEAM WORK PERFORMANCE -

3.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) B’right


PLN Batam
B’right PLN Batam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
ketenagalistrikan di pulau Batam dan sekitarnya, menjalankan bidang
pembangkit, penyaluran, distribusi dan pelayanan. Kesehatan dan

22
Keselamatan Kerja (K3) bright PLN Batam memandang bahwa perlindungan
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kewajiban dan
kebutuhan. Kebijakan mengenai K3 tertuang dalam Keputusan Direksi
nomor: 0038.K/DIR/2013 tanggal 28 Februari 2013 tentang Penerapan
Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Audit Penilaian SMK3 B’right PLN Batam
A. Management System
1. Organisasi
PT.B’right PLN Batam terdapat Struktur organisasi K3 yang
terstruktur yaitu HSE (Health Safety and Environtment).
Fungsi HSE dijalankan oleh Operation and Maintenance
Departement yang dipimpin oleh Head of Operation and
Maintenance dan bertanggung jawab langsung kepada Operation
Director berdasarkan Keputusan Direksi No.0062.K/DIR/2014
tentang perubahan keputusan Direksi bright PLN Batam
No.001.K/DIR/2014 tentang organisasi dan tata kerja PT PLN
Batam tanggal 1 Agustus 2014. Berikut struktur HSE PT PLN
Batam:

operation director

operation &
maintenance

energy
generatin & OM & performance Health, Safety and
primaryperformance
transmission administration Environtment
management

Tanggung jawab HSE antara lain: Keselamatan Kerja, Keselamatan


Instalasi, Keselamatan Umum, dan Keselamatan Lingkungan Hidup
dengan melakukan langkah langkah mulai dari; Sertifikasi peralatan
dan personil, Pelaporan kegiatan dan kinerja kepada instansi terkait,
memasukan ketentuan-ketentuan keselamatan dan lingkungan dalam
Kontrak Perjanjian Kerja dengan kontraktor.

2. Komitment dan kebijakan

23
Kebijakan mengenai K3 tertuang dalam Keputusan Direksi nomor:
0038.K/DIR/2013 tanggal 28 Februari 2013 tentang Penerapan
Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
menjadi ketentuan tertentu yang terdapat pada Perjanjian Kerja
Bersama
Kebijakan lingkungan dan K3 yang diterapkan PT PLN Batam:
1) Menerapkan SMK3 dan SML
2) Patuh perundang undangan
3) Menyediakan sumber daya yang kompeten
4) Menyediakan anggaran yang memadai
5) Melaksanakan pencegahan pencemaran
6) Mengkomunikasikan kebijakan
7) Peningkatan berkelanjutan

Komitmen PT Bright PLN Batam terhadap penerapan K3 untuk


memperhatikan keselamatan lingkungan kerja yaitu zero accident
dan “Tidak Ada Yang Lebih Penting Dari Jiwa Manusia”

Komitment K3 yang telah diterapkan oleh B’right PLN Batam yaitu:


 Penguatan organisasi K3L
 Contractor safety management system (CSMS)
 Fire protection system di PLTU Batubara
 Ada pengawasan terhadap K3 para pekerja
 Pemberian pelatihan k3

Untuk Penerapan manajemen risiko, PT B’right PLN Batam


melakukan perubahan-perubahan organisasi seperti penyesuaian
organisasi, perumusan kebijakan dan strategi baru, penyiapan
sumber daya manusia, penerapan metodologi baru terutama yang
berkaitan dengan identifikasi, pengukuran dan pemantauan risiko
yang mengacu pada penyempurnaan teknologi sistem informasi.

3. Peraturan dan guidelines

24
Bright PLN Batam berusaha mematuhi semua peraturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, baik peraturan dari
pemerintah maupun dari keputusan dewan direksi perusaan itu
sendiri. Peraturan K3 yang berlaku dalam Bright PLN Batam yaitu :
1) ISO 14000 Tahun 2015
2) ISO 45000 Tahun 2018
3) Penerapan manajemen risiko di B’right PLN Batam berdasarkan
keputusan direksi B’right PLN Batam No 0004.K/DIR/2011
4) SK Direksi No.046 tanggal 26 April 2011 tentang penerapan
audit berbasis risiko di lingkungan B’right PLN Batam
5) SK direksi No.0094 tanggal 12 Oktober 2011 tentang Road Map
manajemen risiko

6) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
7) UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
8) UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
9) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
10) PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
11) PP No. 50 Tahun 2002 tentang Penerapan SMK3
12) Edaran Direksi PT. PLN Batam No. 0001.E/ DIR / 2013
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di
Lingkungan PT PLN Batam
13) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0042.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Kerja Di Lingkungan PT PLN
Batam
14) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0043.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Instalasi Di Lingkungan PT PLN
Batam
15) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0044.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Umum Di Lingkungan PT PLN
Batam

25
16) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0060.K/DIR/2014
tentang Standar Implementasi SMK3
17) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0003.K/DIR/2016
tentang Penerapan Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
18) KPI Kepatuhan K3LH

4. Program K3
Program K3 yang diterapkan dalam Bright PLN Batam yaitu:
1) Program K3 integrated/ komprehensif
Program K3 yang dterapkan secara terintegrasi yaitu :
 Pengukuran radiasi medan listrik dan magnet yang
dilakukan sepanjang jalur trasnsmisi SUTT 15O KV
 Pelatihan P3K
 Pelaksanaan pembinaan/penyuluhan/penelitian
 Pelaksanaan evaluasi kerja, proses dan lingkungan kerja
 Pelaksanaan analisis kecelakaan kerja/ PAK
 Kegiatan pelayanan kesehatan kerja

 Identifikasi Aspek Dampak Lingkungan dan identifikasi


Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian
 Identifikasi Peraturan Lingkungan dan K3
 Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3
 Penanganan BBM dan Bahan Kimia
 Penanganan Ceceran, Tumpahan dan Kebocoran
 Kesiagaan dan Tanggap Darurat
 Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
 Pemantauan dan Pengukuran Lingkungan dan K3
 Pelaporan dan Penyelidikan Insiden
 Briefing K3
 Pemeliharaan Kesehatan Karyawan
 Pengendalian Operasional K3

26
 Inspeksi K3
 Pengadaan Pemakaian APD dan Sarana P3K
 Penetapan dan Pengendalian Area dan Aktifitas
Berbahaya

2) Sosialisasi kepada masyarakat, sekolah-sekolah


3) Workshop pengelolaan lingkungan
5. Penyediaan fasilitas
Fasilitas-fasilitas pendukung yang terdapat pada B’right PLN Batam:
a. Peralatan monitoring bahaya.
Untuk memonitoring bahaya, PT Bright PLN Batam
menerapkan suatu sistem peringatan dini untuk mengontrol
kebocoran gas dan kebocoran pipa distribusi. Untuk
memonitoring bahaya kebakaran, PT PLN Batam telah
menerapkan sistem peringatan asap kebakaran.
b. Alat Pelindung Diri (APD)
Karena b’right PLN batam lebih mengutamakan keselamatan
kerja, pemakaian APD itu sangat penting. APD yang disediakan
pada PT B’right PLN Batam yaitu baju kerja, helmet, safety
shoes, masker, safety harness, safety glasses dan sarung tangan
safety. Dimana pemakaian APD disesuaikan dengan
karakteristik risiko kerja.
c. Toilet (kamar mandi dan WC)
PT bright PLN Batam terdapat toilet terpisah untuk wanita dan
laki-laki.
d. Klinik Kesehatan Kerja
Perusahaan menyediakan klinik kesehatan kerja dan dokter
nominator untuk memeriksa pekerjanya. Namun, pada saat
melakukan kunjungan, perusahaan tidak memperlihatkan bukti
pemeriksaan pekerjanya.
e. Peralatan/ perlengkapan dalam darurat

27
PT B’right PLN Batam menyediakan peralatan yang dapat
digunakan dalam kondisi darurat seperti botol Hydogen untuk
memadamkan api. Perusahaan juga telah membuat jalur
evakuasi dan “titik kumpul” sehingga memudahkan evakuasi
saat kondisi darurat
f. Persiapan pelatihan
Perusahaan PLN Batam melakukan pelatihan-pelatihan untuk
pekerjanya seperti pelatihan P3K, pelatihan PMK
g. Kantin pegawai, locker pegawai dan tempat istirahat pegawai
Pada saat melakukan kunjungan, kami tidak mengunjungi
adanya kantin pegawai, locker, dan tempat istirahat pegawai.

B. Kesehatan Kerja dan Hygiene Industri


1. Data
Setiap data Jenis bahaya dan risiko, cedera karena kecelakaan, PAK,
ketidakhadiran dan cost selalu dilaporkan, dan dituangkan dalam
laporan tahunan dan laporan berkelanjutan PT Bright PLN Batam.
Pada saat melakukan kunjungan, perusahaan juga menjelaskan jenis
bahaya dan risiko serta pencegahannya seeprti tersengat listrik, jatuh
dan kebakaran. Perusahaan juga menjelaskan jumlah kecelakaan
kerja yang pernah terjadi dimana kecelakaan kerja pada tahun 2017
sejumlah 1 kasus.

2. Analisa data dan Kecendrungan


Pemeriksaan kesehatan di PT Bright PLN Batam dilakukan secara
berkala sekali setahun untuk semua pekerja. Sedangkan pemeriksaan
kesehatan spesialis pada pekerja ditempat-tempat khusus seperti
tenaga operator dan tenaga pemeliharaan dan semua pekerja diatas
umur produktif (40 tahun).

28
Untuk pekerja yang mengalami kecelakaan yang termasuk
kecelakaan kerja, perusahaan memberikan kompensasi, waktu untuk
rehabilitasi dan counseling sampai pekerja dinyatakan sembuh.
3. Aktifitas pelayanan kesehatan
a. Pada bright PLN Batam dilakukan pengukuran emisi carbon
secara rutin sehingga saat emisi carbon berada diatas ambang
batas yang telah ditetapkan maka pengendalian segera
dilakukan.
b. Monitoring dan Evaluasi Bahaya
Monitoring bahaya dilakukan oleh perusahaan bright PLN
Batam dimulai dari penyebab bahaya sampai pengendaliannya.
Monitoring kesehatan dilakukan sekali setahun pada semua
pekerja. Penanganan medis saat terjadinya kecelakaan dilakukan
oleh dokter nominator yang terdapat di bright PLN Batam.
c. Bahan B3
Bright PLN Batam memiliki prosedur tersendiri dalam
mengelola limbah B3. Untuk limbah B3 padat, Perusahaan
melakukan pemisahan limbah berdasarkan kategori B3 dan
terkontaminasi B3, yang selanjutnya limbah tersebut
dikumpulkan dan ditransportasikan ke pihak ketiga untuk
diolah. Untuk limbah B3 cair, Perusahaan melakukan
pengelolaan awal di oil cather, yang kemudian hasil pengelolaan
tersebut ditempatkan pada Tempat Penyimpanan Sementara
Limbah B3
d. Housekeeping
Saat melakukan kunjungan kami tidak melakukan pengamatan
housekeeping di dikarenakan kami tidak berkesempatan
melakukan pengamatan lapangan bright PLN Batam.
4. Aktivitas hygiene industri
Pada saat melakukan kunjungan perusahaan tidak memeprlihatan
tata kelola hyginenya. Namun untuk pengelolaan limbah B3

29
perusahaan bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga limbah B3
dikirim kepada pihak ketiga tersebut.
5. Kesiapan menghadapi emergency
Untuk meningkatkan kompetensi pegawai di bright PLN Batam
maka telah dilakukan pelatihan P3K dan CPR, sosialisasi penyakit
TB, sosialisasi bahaya AIDS/HIV dan penatalaksanaan penyakit
degeneratif (Jantiung dan Hipertensi)
Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan khusus untuk rujukan
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan serta perusahaan
menyediakan sarana transportasi khusus korban kecelakaan kerja
6. Dokumentasi dan sistem pelaporan
Perusahaan PLN Batam melakukan pelaporan satu kali setiap 3
bulan. Dimana laporan tersebut berisi tentang kegiatan pekerjaan di
perusahaan, juumlah kecelakaan kerja, aktivasi listrik ke masyarakat
dan proses kegiatan di perusahaan itu sendiri. Namun, pada saat
melakukan kunjungan perusahaan tidak memperlihatkan bentuk
dokumen tersebut.
7. Pelatihan
Salah satu upaya untuk mewujudkan kinerja K3 maka telah
dilakukan pelatihan-pelatihan, diantaranya:
 Pelatihan P3K
 Peatihan CPR
 Sosialisasi penyakit TB dan bahaya AIDS/HIV

C. Keselamatan kerja
1. Warning system
Berdasarkan hasil kunjungan, banyak ditemukan rambu-rambu
petunjuk dan rambu-rambu bahaya seperti bahaya listrik bertegangan
tinggi dan bahaya radiasi
2. Fire extinguisher
Perusahaan bright PLN Batam menyediakan alat-alat untuk
pencegahan kebakaran seperti apart, hydrant dan fire truck

30
3. Publikasi
Perusahaan bright PLN Batam memiliki program khusus sosialiasi
kemasyarakatan dimana perusahaan melakukan penyuluhan,
sosialisasi, dan lomba-lomba yang memang diadakan sendiri oleh
perusahaan seperti lomba safety
4. Meeting
Perusahaan bright PLN Batam melakukan meeting yang membahas
tentang pengawasan, penerapan K3 sehingga apabila terjadi insiden
kecelakaan perusahaan mudah mencari penyebab kecelakaan hingga
melakukan pencegahan kecelakaan dan pengendalian bahaya
kecelakaan. Perusahaan juga melakukan meeting untuk membahas
evaluasi kinerja perusahaan.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat-alat safety di perusaan bright PLN Batam
dilakukan di tempat khusus sehingga memudahkaan dalam
pengawasan alat-alat safety apakah alat tersebut masih aman
digunakan oleh pekerjanya.
6. Sistem dan prosedur
Perusahaan bright PLN Batam berusaha menjalankan segala
peratauran baik peraturan dari pemerintah maupun keputusan direksi
perusahaan itu sendiri dan SOP yang berlaku di lingkungan PLN
Batam.

a) Edaran Direksi PT. PLN Batam No. 0001.E/ DIR / 2013


Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di
Lingkungan PT PLN Batam
b) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0042.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Kerja Di Lingkungan PT PLN
Batam
c) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0043.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Instalasi Di Lingkungan PT
PLN Batam

31
d) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0044.K/DIR/2013
tentang Pedoman Keselamatan Umum Di Lingkungan PT
PLN Batam
e) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0060.K/DIR/2014
tentang Standar Implementasi SMK3
f) Keputusan Direksi PT PLN Batam No. 0003.K/DIR/2016
tentang Penerapan Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
g) KPI Kepatuhan K3LH

7. Penyelidikan kecelakaan
Untuk penyelidikan kecelakaan pada karyawan bright PLN Batam
maka dibentuklah tim direksi yang terdiri dari HSE, penanggung
jawab unit, saksi kejadian dan serikat pekerja untuk menganalisa
apakah kejadian tersebut termasuk kedalam suatu kecelakaan. Setelah
hasil analisa penyebab kecelakaan dikeluarkan maka tahap
selanjutnya pihak management merekomendasikan tindakan
selanjutnya.
8. Pelatihan
Untuk meningkatkan keselamatan saat kerja maka pt Bright PLN
Batam melakukan pelatihan-pelatihan yaitu :
 Firefighter training
 Sosialisasi K3 ke unit bisnis, mita kerja, masyarakat umum
disekitar instalasi

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan

Berdasarkan hasil kunjungan di PT B’right PLN Batam, perusahaan


umumnya sudah memenuhi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
(SMK3). Namun masih ada beberapa kekurangan yang masih harus dievaluasi
oleh pihak perusahaan. Seperti untuk kasus kecelakan pada tahun 2017.
Kecelakaan kerja pada tahun 2017 seperti yang telah disampaikan disebabkan
oleh pekerjanya yang mencuri start dimana menurut system, kegiatan tersebut
belum saatnya untuk dilakukan. Namun pekerja tersebut tetap melakukan kegiatan
tersebut. Hal tersebut dapat menjadi tambahan evaluasi bahwa kurangnya
pengawasan lebih dari perusahan dan kurangnya kesadaran pekerja dapat
menimbulkan risiko kecelakaan. Dimana sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2012 tentang penerapan SMK3, pengawasan dilakukan untuk menjamin
setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk
kerja yang telah ditentukan. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat
kemampuan dan tingkat risiko tugas.

sesuai dengan Permenaker No 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), suatu sistem manjemen K3 di tempat
kerja harus melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
PAK (Penyakit Akibat Kerja) serta terciptanya tempat kerja yang mana, efisien
dan produktif

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 pelaporan dan


dokumentasi K3 berupa kegiatan inspeksi dan dokumentasi kegiatan K3 di suatu
perusahaan. Dari kunjungan praktikum yang telah kami lakukan, perusahaan tidak
melihatkan bagaimana aktifitas hygiene sanitasi dan housekeeping yang
dilakukan di perusahaan tersebut, sehingga tidak ada bukti aktifitas hygiene
sanitasi dan housekeeping yang telah dilakukan.

33
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Struktur organisasi sistem manajemen yang ada di perusahaan PT.Bright
PLN Batam merupakan struktur organisasi K3 yang terstruktural yaitu
HSE (Health Safety and Environtment). Dimana tanggung jawab HSE
meliputi Keselamatan Kerja, Keselamatan Instalasi, Keselamatan Umum,
dan Keselamatan Lingkungan Hidup dengan melakukan langkah langkah
mulai dari; Sertifikasi peralatan dan personil, Pelaporan kegiatan dan
kinerja kepada instansi terkait, memasukan ketentuan-ketentuan
keselamatan dan lingkungan dalam Kontrak Perjanjian Kerja dengan
kontraktor.
2. Kesehatan kerja di perusahaan PT Bright PLN Batam sudah berjalan
dengan baik. Perusahaan telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala bagi semua pekerja yang ada di perusahaan tersebut. Namun
untuk hygiene sanitasi industri dan housekeeping perusahaan tidak
memperlihatkan bagaimana aktifitas hygiene sanitasi dan housekeeping
di perusahaan tersebut.
3. Keselamatan kerja yanga ada diperusahaanbright PLN Batam sudah
memenuhi syarat. Perusahaan menjelaskan bahwa pada tahun 2018
sampai pada saat melakukan kunjungan tidak terdapat kecelakaan kerja.
Namun, pada tahun 2017 terdapat 1 kasus kecelakaan kerja. Pekerja
harus memakai APD yang sesuai dengan tingkat risiko kecelakaan dan
para pekerja harus bekerja sesuai prosedur dan SOP yang berlaku untuk
meminimalisir kecelakaan kerja.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada perusahaan untuk meningkatkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)
2. Diharapkan kepada perusahaan untuk meningkatkan pengawasan kepada
para pekerjanya
3. Diharapkan kepada tenaga kerja untuk lebih patuh dalam bekerja yang
sesuai dengan prosedur dan SOP yang berlaku

34

Anda mungkin juga menyukai