Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


“PENYUSUNAN PROGRAM SMK3”

Di susun Oleh :
Hanifah Dwi Lestari 2440018010

Dosen Pengampu :
Friska Ayu, S.KM., M.KKK

PROGRAM STUDI D-IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kemajuan di dunia idustri di era industri 4.0 saat ini sudah
cukup pesat. Dengan pesatnya kemajuan membuat banyaknya dibutuhkan
tenaga kerja. Dalam sebuah industri tidak akan pernah lepas dari potensi
bahaya. Bahaya di sebuah perusahaan tidak akan pernah bisa dihilangkan
melainkan dapat di cegah dengan konsep dan implementasi yang dibuat
organisasi terkait.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih sering
diabaikan. Hal ini dibuktikan masih sering terdengar dengan masih banyak
kasus kecelakaan kerja yang masih cukup banyak. Penyebab utama dari sering
terjadinya kecelakaan kerja adalah kurangnya kesadaran akan penerapan
sistem K3 di kalangan industri. Walaupun kecelakaan tersebut tidak
menimbulkan kecelakaan yang parah dan sampai kehilangan nyawa
seseorang.
Dengan adanya kecelakaan kerja maka aktivitas produksi di suatu
perusahaan akan terhambat dan terganggu. Padahal dengan penerapan K3
yang baik dan benar dapat mencegah sehingga pekerja merasa aman dalam
melakukan pekerjaannya.
Untuk meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, perlu dilakukan upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terstruktur dan terintegrasi melalui sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terencana. SMK3 sendiri
diatur dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3 adalah
bagian sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
SMK3 wajib dilaksanakan di perusahaan di semua sektor jika terdapat
paling sedikir 100 pekerja dan/ atau memiliki potensi bahaya tinggi. SMK3
memiliki 5 model prinsip yakni : 1. Komitmen dan kebijakan; 2. Perencanaan
SMKE; 3. Penerapan SMK3; 4. Pengukuran dan evaluasi; 5. Peninjauan ulang
dan peningkatan oleh manajemen.
Elemen-elemen yang terkandung di dalam SMK3 mencakup tanggung
jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, proses, prosedur dan sumber daya.
Elemen ini digunakan untuk penetapan kebijakan K3 dengan menggunakan
pendekatan PDCA (Plan , DO, Check dan Action).
Ruang lingkup SMK3 berlaku untuk seluruh lingkungan dan wilayah
perusahaan termasuk sub-sub operasionalnya dan pihak pihak lain yang
berhubungan. Dasar hukum penyusunan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja; Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamata dan Kesehatan Kerja (P2K3).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang
diperoleh adalah bagaimana menyusun kebijakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di suatu perusahaan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 .

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk membuat suatu program
kebijakan, memonitoring serta mengevaluasi suatu program yang dibuat untuk
dapat menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) dengan baik dan benar.

1.4 Manfaat
Manfaat yang di dapatkan dari tugas mata kuliah Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah :
1.4.1 Bagi Institusi
a. Menambah bahan kepustakaan dan keilmuan bagi civitas akademik
terutama mengenai Sistem Manajemen K3 (SMK3).
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuat kebijakan
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).
b. Meningkatkan dan melatih kemampuan mahasiswa dalam penulisan
laporan.
BAB II
PENERAPAN SMK3

2.1 Jenis Usaha


PT. X merupakan salah satu industri pengelasan, khususnya pengelasan
MAG (Metal Active Gas) dengan CO2. Perusahaan ini berada di daerah
Kabupaten Pasuruan. PT X memiliki pekerja sejumlah 30 orang karyawan.
Perusahaan ini memiliki potensi bahaya yang cukup besar karena
menggunakan gas CO2 sebagai alat bantunya.
Dengan adanya potensi bahaya yang cuku besar, maka perusahaan ini
diharuskan untuk membuat suatu kebijakan yang tertuang di dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagaimana tertuang
di dalam regulasi yakni pada PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Dalam regulasi tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
paling sedikit 100 pekerja atau memiliki potensi bahaya tinggi wajib
menerapkan SMK3.
Adapun proses kerja dalam proses pengelasan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Proses Pengelasan
3. Finishing

2.2 Penetapan Kebijakan


Kebijakan K3 pada umumnya berisi tentang pernyataan tertulis tentang
komitmen yang dmiliki dalam penerapan K3. Komitmen merupakan suatu hal
yang sangat penting dan dibutuhkan dalam penerapan SMK3. Kebijakan K3
yang disusun harus berdasarkan aspek K3 di perusahaa awal yang
dikonsultasikan kepada para pekerja. Kebijakan yang akan disusun harus
secara jelas menyatakan visi dan misi perusahaan.
Adapun visi dan misi PT. X ini adalah sebagai berikut :
Visi : Terwujdnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaan berdasarkan regulasi yang ada guna menjadi perusahaan di bidang
pengelasan yang unggul dan dapat bersaing di kancah nasional.
Misi :
1. Mendukung dan meningkatkan kebijaksanaan pemerintah dalam
program K3.
2. Meningkatkan kualitas SDM di bidang K3.
3. Meningkatkan peran serta pengusaha, tenaga kerja dan
masyarakat untuk mewujudkan kemandirian dalam pelaksanaan
K3
Berdasarkan visi dan misi perusahaan ini, maka komitmen yang di
upayakan oleh PT. X adalah PT. X berkomitmen akan menerapkan K3 di
seluruh lingkungan perusahaan untuk menjaga keamanan, keselamatan dan
kesehatan pekerja, mitra kerja, semua orang yang berkepentingan di
perusahaan serta menjaga aset yang ada agar tidak menimbulkan kerugian
baik finansial maupun korban jiwa.
Komitmen yang telah dibuat akan di sosialisasikan kepada seluruh pihak
mulai dari manajemen hingga pekerja untuk menerapkan SMK3 dan akan
mempermudah tahap SMK3 selanjutnya.
Dalam melakukan penetapan kebijakan K3 yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pengusaha dalam
melakukan penyusunan K3 paling sedikit harus :
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :
- Idetifikasi bahaya serta penilaian dan pengendalian risiko
- Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain
yang lebih baik.
- Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 terus-menerus
c. Memperhatikan masukan dari buruh atau serikat buruh.
Sebelum menetapkan kebijakan, perusahaan PT. X membuat komitmen
terlebih dahulu.. PT X membuat komitmen sesuai dengan visi dan misi
perusahaannya. Salah satu

2.3 Perencanaan Program


Tahap perencanaan program K3 merupakan tahap yang cukup penting di
dalam penyusunan program SMK3. Tahap perencanaan ini harus disusun oleh
pengusaha berdasarkan data konkrit yang di dapatkan di lapangan seperti hasil
penelaahan awal, identifikasi bahay, penilaian dan juga pengendalian risiko.
Penyusunan identifaksi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas,
pengendalian risiko, dan penanggung jawab menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assessment and Determining Control atau biasa disebut
dengan HIRADC.
Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control
(HIRADC) merupakan proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi
dalam aktivitas rutin ataupun non rutin di dalam perusahaan. Hal-hal yang
harus ada di dalam Hazard Identification, Risk Assessment and Determining
Control (HIRADC) adalah yang dinilai bahaya / risiko suatu pekerjaan /
proses kerja, faktor kekerapan (probability) dan dampak dari bahaya
(Concequence) dan metode pengendalian menyeluruh.
PT. X juga menjamin kesesuaian program dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lain dalam penyusunan SMK3 secara menyeluruh.
PT. X juga menjamin bahwa peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lain yang digunakan mudah diidentifikasi, evaluasi dan diakses bagi seluruh
tenaga kerja.
Adapun HIRADC yang ada di PT X ini adalah :

No Area/ Uraian Penilaian Risiko Tingkat Skala Pengendalian PJ Biaya


Variabel pekerjaan Identifikasi Probability Concequence risiko prioritas
bahaya
1. Persiapan Meyiapkan - Tersetrum 1 1 1 Rendah - Menjauhkan Personil Rp 200.000
mesin las kabel dari K3
MIG tempat yang
basah
- Maintenance
secara berkala
Menyiapkan - Kebocoran 2 5 10 Tinggi - Maintenance HSE Rp 1.500.000
gas CO2 dan gas secara berkala
regulator (3 bulan
sekali)
- Selalu
memeriksa
sebelum
menggunakan
- Kebakaran 2 4 8 Tinggi - Menyediakan Personil Rp. 5.000.000
APAR Dry K3
Chemical
Powder
- Memasang
alarm
kebakaran
dengan sensor
Memasang - Tersetrum 1 1 1 Rendah - Menjauhkan HSE Rp 200.000
stang las pada kabel dari
wire feeder tempat yang
basah
- Maintenance
secara berkala
- Tersandung 1 1 1 Rendah - Merapikan Personil Rp 350.000
kabel yang K3
berserakan
- Penerapan 5R
- Terjatuh 2 1 2 Rendah - Merapikan Personil Rp 350.000
kabel yang K3
berserakan
- Penerapan 5R
2. Pengelasan Menyambung - Kebisingan 4 2 8 Sedang - Menggunakan Personil Rp. 800.000
besi / benda ear muff/ ear K3
lain dengan plug
pengelasan
dengan stang
las
- Fume 5 5 25 Ekstrem - Memakai HSE Rp. 3.500.000
masker full
face
- Pemeriksaan /
pengujian
kadar fume 6
bulan sekali
- Percikan 3 2 6 Sedang - Memakai Personil Rp. 500.000
bunga api googles yang K3
sesuai

- Kebakaran 3 5 15 Tinggi - Pemasangan HSE Rp. 5.000.000


APAR Dry
Chemical
Powder
- Radiasi 5 3 15 Tinggi - Memakai Personil Rp 500.000
googles K3
3. Finishing Merapikan - Kebisingan 5 2 10 Tinggi - Menggunakan Personil Rp 800.000
pinggiran besi ear muff / ear K3
/ benda plug
- Jari 3 3 9 Sedang - Memakai Personil Rp 500.000
terpotong sarung tangan K3
kain
- Fume 5 5 25 Ekstrem - Memakai HSE Rp 3.500.000
googles
- Pemeriksaan /
pengujian
secara berkala

Keterangan :

HSE = Health Safety Environment


Berdasarkan tabel HIRADC, dapat disimpulkan bahwa pengelasan MAG
dengan CO2 memiliki potensi bahaya yang cukup besar. Oleh karena itu, PT X
menyusun program SMK3 antara lain :
1. Penyuluhan
2. Pelatihan
3. Medical Check Up
Dalam menyusun rencana K3 harus dengan mempertimbangkan hasil
penelaan awal termasuk identifikasi potensi bahaya, penilaian serta
pengendalian bahaya.
Dalam menyusun rencana program K3, pihak perusahaan ahli K3, Panitia
pembina, perwakilan buruh, dan pihak terkait. Rencana K3 paling sedikit
harus memuat :
1. Tujuan dan sasaran
2. Skala prioritas
3. Upaya pengendalian bahaya
4. Penetapan sumber daya
5. Upaya pengendalian
Berdasarkan komitmen yang telah disepakati, maka perencanaan program
yang dibuat adalah :
1. Melakukan sosialisasi selama 2 minggu sekali secara rutin dan teratur.
2. Melakukan training kepada 10-15% dari total pekerja secara rutin dan
bergantian setiap 6 bulan sekali.
3. Melakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali
4. Menyediakan peralatan safety yang sesuai dengan regulasi untuk
mendukung penerapann K3.

2.4 Penerapan / Pelaksanaan Program K3


Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
diimplemetasikan di PT X adalah program penyuluhan, pelatihan dan medical
check up. Dengan program penyuluhan diharapkan para pekerja lebih
mengenal, memahami potensi bahaya atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Program penyuluhan dilakukan dengan melakukan sosialisasi selama 2
minggu sekali secara rutin
dan teratur mulai pihak pekerja hingga top manajemen. Sosialisasi untuk
memotivasi agar pekerja senantiasa selalu menerapkan budaya K3 (Safety
Culture) dalam melakukan pekerjaannya. Pekerja senantiasa berhati-hati dan
tidak menyepelekan faktor bahaya sekecil apapun. Selain itu, penyuluhan juga
dapat dilakukan dengan bantuan media cetak atau elektronik seperti poster-
poster yang berhubungan dengan pekerjaan yang di desain semenarik mungkin
dan di letakkan di setiap sudut yang mudah terlihat dan dibaca.
Dalam penerapannya, penerapan rencana K3 harus didukung oleh sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi yang bersertifikasi dan memiliki
wewenang di bidang K3 terkait. Selain sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang terdiri dari organisasi yang bertanggung jawab di bidang K3.
Penerapan program K3 dilakukan sesuai rencana yang telah dibuat
sebelumnya dilakukan dengan konsep PDCA (Plan – Do – Check – Action).
Adapun pengertian PDCA adalah sebagai berikut :
1. Plan = langkah awal yang digunakan dalam menentukan SMK3 yang
akan diterapkan pada perusahaan. Menentukan proses serta kebijakan
yang akan digunakan untuk mencapai zero accident dalam suatu
perusahaan.
2. Do = setelah melakukan perencanaan, maka tahapan selanjutnya
adalah mengimplementasikan dari rencana yang telah ditentukan.
3. Check = memantau dan memilah proses berdasarkan kebijakan K3,
tujuan, proses standar dan mendokumentasikan serta melaporkannya.
4. Action = mengambil tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya
setelah mengetahui hasil dari pemeriksaan terkait dengan program
yang ada / sudah berjalan. Jika belum tercapai sesuai harapan maka
dilakukan perbaikan. Pemeriksaan terkait K3 yang sudah diterapkan
disebut dengan audit.

2.5 Pengukuran dan Evaluasi Program


PT. X telah menetapkan program perencanaan SMK3, maka perlu
dilakukan prosedur untuk melakukan pengukuran dan memantauan dari
kinerja
sistem K3. Dalam penerapannya, PT. X harus mempertimbangkan persyaratan
hukum serta persyaratan lainnya.
Pengukuran dan evaluasi kinerja dilakuakan oleh sumber daya manusia
yang berkompeten atau juga bisa melalui pihak lain. hasil dari pengukuran
akan dilaporkan kepada perusahaan guna membuat tindakan perbaikan.
Pengukuran dan pemantuan harus dilaksanakan secara rutin oleh personil
yang sudah ditunjuk sebagai penaggung jawab. Beberapa hal yang harus
dilakukan agar prosedur berjalan efektif adalah :
1. Menunjuk personil yang memiliki kompetensi terkait bidang K3
2. Melakukan dokumentasi dan pencatatan kegiatan pengukuran.
3. Menetapkan standar penilaian.
4. Melakukan evaluasi
Evaluasi kesesuaian program harus sesuai dengan perundangan yang
sudah ada. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan kegiatan rutin P2K3.

2.6 Peninjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Manajemen


Peninjauan ulang wajib dilakukan perusahaan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Hasil peninjauan akan
digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja menjadi lebih
baik lagi.
Kegiatan peninjauan ulang dilakukan oleh direktur dengan melakukan
tinjauan ulang secara berkala untuk memastikan dan menjamin kesesuaian
yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau
SMK3 adalah bagian sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif. SMK3 wajib dilaksanakan di perusahaan di semua sektor jika
terdapat paling sedikir 100 pekerja dan/ atau memiliki potensi bahaya tinggi.
SMK3 memiliki 5 model prinsip yakni : 1. Komitmen dan kebijakan; 2.
Perencanaan SMK3; 3. Penerapan SMK3; 4. Pengukuran dan evaluasi; 5.
Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen.
Salah satu program penyusunan SMK3 di PT X ini adalah Penyuluhan,
Pelatihan , Medical Check Up

3.2 Saran
Saran yang diberikan untuk tugas mata kuliah sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mahasiswa dapat meninjau ulang
tentang penerapan SMK3 agar bisa menerapkan di suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Airlangga, Ananda. 2016. Analisis dan Proses Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Tugas Akhir. Surabaya : ITS
Allison, Chellsy.dkk. 2017. Analisis Penerapan SMK3 PT Indonesia UBP Mrica
Banjarnegara. Semarang : Universitas Diponegoro
Egar, Zuardian Desrifan. 2017. Rencana Penerapan Sistem Manajemen K3
(SMK3) Pada Pekerjaan Erection Girder Proyek Tol Surabaya-
Mojokert Seksi IB dengan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan
Pengendalian Risiko Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) dan Fault Tree Analysis. Tugas
Akhir. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November
Jurnal K3LH. 2017. Perbedaan JSA dengan HIRADC. Diakses dari https://jurnal-
k3lh.web.id/2017/03/18/perbedaan-jsa-dengan-hiradc/ pada 13
November 2020
Khaerunisa, Anisa. 2015. Komitmen Team Manajemen Dalam Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2
Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015. SKRISPI.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Marthinus, Adrian. Dkk. 2019. Model Penerapan Sstem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Infrstruktur Jalan Tol Manado-
Bitung. Jurnal Sipil Statik. Vol. 7 Nomor 4
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamata dan
Kesehatan Kerja (P2K3)
PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

Anda mungkin juga menyukai