ABSTRAK
Dalam mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
pemerintah mewajibkan setiap perusahaan konstruksi menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Menanggapi hal tersebut, dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja PT. Cakra Buana Megah pada peningkatan fasilitas PT.
Trakindo Utama Balikpapan.
Penelitian ini menggunakan metode survai melalui lembar kuesioner yang dibagikan kepada
18 orang anggota Safety Healthy Executive (SHE) Committee di PT. Cakra Buana Megah
lalu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa perusahaan telah membangun komitmen dan kebijakan
K3 berdasarkan pada identifikasi bahaya penilaian resiko, telah melakukan perencanaan
SMK3, pengukuran, evaluasi dan tinjauan ulang serta melakukan penerapan SMK3 dengan
baik. Untuk meningkatkan pelaksanaan SMK3 agar memberikan hasil maksimal perlu
sosialisasi berbagai informasi tentang SMK3 pada seluruh tenaga kerja dan dilakukan
pengawasan oleh pihak manajemen atas pelaksanaan SMK3 di perusahaan.
Kata kunci: kecelakaan kerja, SMK3, SHE Committee
318
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
319
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
320
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan kayu, batu atau serpih besi yang
Kerja (Inspeksi K3) rutin dan teliti beterbangan di tiup angin. Pekerjaan
dilaksanakan di lokasi proyek. yang mutlak membutuhkan perlindu-
Inspeksi yang dimaksud adalah suatu ngan mata adalah mengelas.
aktivitas untuk menemukan masalah- 3. Pelindung Telinga (Ear Plug/ Ear
masalah atau potensi bahaya dan menilai Muff). Berfungsi sebagai pelindung
resikonya sebelum kerugian atau telinga pada saat bekerja di tempat yang
kecelakaan dan penyakit akibat kerja bising. Alat ini digunakan untuk
benar-benar terjadi. Inspeksi Keselamat- melindungi telinga dari bunyi–bunyi
an dan Kesehatan Kerja dapat dibedakan yang keras dan bising.
menjadi 2, yaitu : 4. Pelindung Wajah (Face Shield)
a. Inspeksi Informal Pelindung wajah memberikan perlin-
Inspeksi Informal merupakan ins- dungan menyeluruh pada wajah dari
peksi yang tidak direncanakan sebelum- bahaya percikan bahan kimia, obyek
nya dan sifatnya cukup sederhana yang yang beterbangan atau cairan besi.
dilakukan atas kesadaran orang-orang Banyak dari pelindung wajah ini dapat
yang menemukan atau melihat masalah digunakan bersamaan dengan peng-
K3 di dalam pekerjaannya sehari-hari. gunaan helm, seperti helm pengelas.
Inspeksi ini cukup efektif karena Helm pengelas memberikan perlin-
masalah-masalah yang muncul langsung dungan baik pada wajah dan juga mata.
dapat dideteksi, dilaporkan dan segera Helm ini menggunakan lensa penahan
dapat dilakukan tindakan korektif. khusus yang menyaring intesitas cahaya
b. Inspeksi Rutin/Umum serta energi panas yang dihasilkan dari
Inspeksi Rutin/Umum biasanya kegiatan pengelasan.
dilakukan dengan cara walk-trough 5. Pelindung Hidung dan Mulut (Masker).
survey ke seluruh area kerja dan bersifat Pelindung bagi pernafasan sangat
komprehensif. diperlukan untuk pekerja konstruksi.
Berfungsi sebagai penyaring udara yang
Perlengkapan dan Peralatan Standar K3
Berdasarkan instruksi Menteri Tenaga dihirup saat bekerja di tempat dengan
Kerja No. 2/ M/ BW/ BK/ 1984, tentang kualitas udara buruk (misal berdebu,
pengesahan alat pelindung diri, semua beracun, dsb).
kontraktor berkewajiban menyediakan 6. Pelindung Tangan/Jari (Hands)
semua keperluan peralatan/ perlengkapan Sarung Tangan berfungsi sebagai alat
pelindung diri atau Personal Protective pelindung tangan pada saat bekerja di
Equipment (PPE) untuk semua karyawan tempat atau situasi yang dapat
yang bekerja sesuai dengan bahaya dan mengakibatkan cedera tangan. Bahan
risiko kerja guna untuk menjaga dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di dengan fungsi masing-masing
sekelilingnya. Adapun alat-alat pelindung pekerjaan.
diri atau PPE sebagai berikut: 7. Pelindung Kaki (Safety Shoes)
1. Pelindung Kepala atau Helm (Hard Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan
Hat), yang melindungi kepala karena kulit yang dilapisi metal dengan sol dari
lapisannya yang keras, tahan dan kuat karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk
terhadap benturan yang mengenai mencegah kecelakaan fatal yang
kepala, sistem suspensi yang ada menimpa kaki karena tertimpa benda
didalamnya bertindak sebagai penahan tajam atau berat, benda panas, cairan
goncangan, melindungi kulit kepala, kimia, dsb.
wajah, leher, dan bahu dari percikan, 8. Pelindung Bahaya Jatuh
tumpahan, dan tetesan, serta beberapa Pakaian Penahan Bahaya Jatuh yang
jenis dirancang tahan terhadap sengatan dilengkapi dengan tali pengaman (Body
listrik. Harness). Berfungsi sebagai pengaman
2. Pelindung Mata (Safety Glasses/ saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
Goggles). Kacamata pengaman diguna- menggunakan alat ini di ketinggian lebih
kan untuk melindungi mata dari debu dari 1,8 meter. Sistem yang dirancang
untuk menyebarkan tenaga benturan
321
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
atau goncangan pada saat jatuh melalui Metode Penelitian yang digunakan
pundak, paha dan pantat. Pakaian adalah metode deskriptif dan verikatif, yaitu
penahan bahaya jatuh ini dirancang suatu metode dalam meneliti status
dengan desain yang nyaman bagi si sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
pemakai dimana pengikat pundak, dada, kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
dan tali paha dapat disesuaikan menurut suatu kelas peristiwa pada masa yang
pemakainya. Pakaian penahan bahaya sekarang (Moh. Nazir, 2005:54). Sedangkan
jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D” pelaksanaannya menggunakan metode
(high) yang terletak di belakang dan di survai dengan participative research, yaitu
depan dimana tersambung tali pengikat, metode yang menekankan pada perolehan
tali pengaman atau alat penolong lain data dengan pertanyaan serta menganalisis
yang dapat dipasangkan. jawabannya.
Selain Alat Pelindung Diri atau PPE, Pengambilan data terbagi 2 meliputi:
dalam suatu proyek konstruksi diperlukan 1) Data Primer
pula sarana peralatan lingkungan yang Data primer diperoleh dari metode
berupa : survai dengan menggunakan kuesioner
Tangga susun (scaffolding) terstruktur yang dibuat berdasarkan
Scaffolding (perancah) adalah rangka Lampiran I PERMENAKER No.05/
kerja sementara yang dipasang khusus MEN/ 1996 tentang Pedoman Penerapan
untuk mendukung lantai kerja (work SMK3. Populasi dalam penelitian ini
platform). adalah pihak–pihak yang berwenang
Fungsi Scaffolding : dalam penerapan SMK3 di perusahaan
(1) sebagai tempat bekerja dimana yaitu Safety Health Executive (SHE)
pekerja tidak dapat mencapai suatu Committee sehingga yang menjadi
ketinggian dari lantai atau landasan sampel adalah seluruh populasi yaitu
(2) konstruksi scaffolding harus mampu seluruh anggota SHE Committee yang
menjamin keselamatan dan terdiri dari Site Manager dan Safety
kenyamanan para pekerja yang Officer yang berjumlah 18 orang.
mempergunakannya. Lembar observasi penelitian ini terdiri
Alat pemadam kebakaran berupa APAR, atas 47 pertanyaan dari 5 kategori
merupakan alat pemadam ringan atau dimana penerapan SMK3 dikategorikan
api kecil, dan waterhydrant alat untuk baik bila terdapat > 75 % pertanyaan
memadamkan api besar. yang jawabannya “ya”, dikategorikan
Pagar pengamanan / barricade sedang bila 40% - 75% dari seluruh
Peralatan P3K, yang terdiri dari alat dan pertanyaan yang jawabannya “ya”, dan
bahan yang bisa mencegah dan dikategorikan buruk bila 40% per-
mengobati luka ringan tanyaan yang dijawab “ya”.
Serta Rambu–rambu K3 yang berfungsi 2) Data Sekunder
memberikan informasi berupa tanda– Data sekunder diperoleh dari dokumen
tanda peringatan, larangan, maupun Contractor Safety Management System
petunjuk pada area yang mengandung (CSMS) PT. Cakra Buana Megah yang
risiko tinggi. Tujuan utamanya adalah meliputi profil perusahaan, jumlah
menghindari kemungkinan terjadinya tenaga kerja, struktur organisasi K3,
kecelakaan pada pekerja. proses dan hasil produksi perusahaan,
dan dokumen SMK3.
Data hasil kuesioner yang telah
METODOLOGI PENELITIAN dikumpulkan, diolah dan dianalisa lalu
disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Data sekunder perusahaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Cakra
yang mengacu pada OHSAS 18001:
Buana Megah pada proyek pembangunan
2007 disajikan secara narasi berdasarkan
PT. Trakindo Utama Balikpapan Facility
ketentuan yang berlaku sehingga
Upgrade 2012, yang berlokasi di Stalkuda
mendapatkan hasil pembahasan, kesim-
Balikpapan Kalimantan Timur.
pulan dan saran yang tepat.
322
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
323
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
Perusahaan memiliki sistem untuk khususnya dan seluruh tenaga kerja pada
mengukur, memantau dan mengevaluasi umumnya.
kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dan hasilnya Tabel 2 Distribusi Responden Berdasakan
dianalisa guna menentukan keberhasilan Pelaksanaan Perencanaan SMK3 PT.CBM tahun
atau untuk melakukan identifikasi tindakan 2012
perbaikan. Pengukuran dan evaluasi yang Kategori Jumlah
Pelaksanaan
dimaksud seperti: Persentase
Perencanaan Frekuensi
1) Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan SMK3 (%)
Kerja Baik 15 83.33
2) Audit Sistem Manajemen Keselamatan Sedang 3 16.67
dan Kesehatan Kerja Buruk 0 0
3) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Jumlah 18 100
Tinjauan Ulang Sumber : hasil kuesioner 2012
Dalam peninjauan ulang PT. Cakra
Buana Megah melakukan evaluasi bidang Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja secara 15 orang (83.33%) responden menyatakan
berkala. bahwa perencanaan SMK3 yang dilakukan
Gambaran Hasil Penelitian dengan perusahaan dikategorikan baik, sedangkan
Kuesioner di PT. Cakra Buana Megah ada 3 orang responden (16.67 %) yang
Penilaian Pelaksanaan Sistem Manaje- hanya mengkategorikan sedang.
men Kesehatan dan keselamatan kerja Hal ini terjadi karena ketiga responden
(SMK3) PT. CBM didasarkan pada 5 tersebut banyak yang tidak mengetahui
Prinsip Utama SMK3, karena itu kuesioner secara rinci tentang perencanaan K3. Rata–
yang diberikan kepada responden ditinjau rata mereka menjawab tidak tahu karena
dan dibahas secara khusus untuk setiap masalah perencanaan dan penetapan sistem
kategorinya seperti berikut: pertanggung jawaban sesuai dengan tingkat
manajemen yang ada di perusahaan.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Pelaksanaan Komitmen dan Kebijakan K3 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
PT.CBM tahun 2012 Pelaksanaan Implementasi/ Penerapan SMK3
Kategori Jumlah PT.CBM tahun 2012
Pelaksanaan Kategori Jumlah
Komitmen dan Persentase Pelaksanaan
Frekuensi Persentase
Kebijakan K3 (%) Implementasi Frekuensi
SMK3 (%)
Baik 17 94.44
Sedang 1 5.56 Baik 16 88.89
Buruk 0 0 Sedang 2 11.11
18 100 Buruk 0 0
Jumlah
Jumlah 18 100
Sumber : hasil kuesioner 2012
Sumber : hasil kuesioner 2012
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa 17
orang (94.45 %) responden menyatakan Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa
bahwa pelaksanaan komitmen dan kebijakan 16 orang (88.89%) responden menyatakan
K3 berada pada kategori baik, sedangkan 1 bahwa pelaksanaan implementasi/ pene-
orang (5.55 %) menyatakan berada pada rapan SMK3 berada pada kategori baik,
kategori sedang. sedangkan 2 orang (11.11 %) menyatakan
Berdasarkan hasil kuesioner, masih ada pelaksanaan implementasi/ penerapan
responden yang menjawab tidak tahu SMK3 berada pada kategori sedang.
tentang penilaian kinerja dan tindak lanjut Menurut PERMENAKER No. 05/
pelaksanaa K3. Untuk itu perusahaan perlu MEN/ 1996 Lampiran I disebutkan bahwa
menjelaskan tentang penilaian kinerja dan dalam mencapai penerapan SMK3 yang
tindak lanjut K3 kepada seluruh Safety baik, perusahaan harus menunjuk personil
Health Executive (SHE) Committee yang mempunyai kualifikasi yang sesuai
dengan sistem yang diterapkan. PT. Cakra
324
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
Buana Megah telah menempatkan personel Ketujuh orang yang menyatakan bahwa
yang mempunyai kualifikasi yang dibutuh- pelaksanaan tinjauan ulang SMK3
kan seperti Ahli K3 dan Operator–operator dikategorikan sedang dikarenakan ketidak-
mesin yang bersertifikat. Perusahaan juga tahuan mereka tentang proses pelaksanaan
telah memiliki prosedur pendokumentasian tinjauan ulang SMK3. Juga karena
dan pengendalian dokumen. Perusahaan umumnya tinjauan ulang itu dilakukan oleh
hanya perlu memantau pelaksanaannya di mereka yang ahli seperti Coordinator Safety
lapangan sehingga benar–benar memberikan ataupun Panitia Pengawas K3 sehingga para
hasil yang diharapkan. pekerja lainnya tidak paham tentang tindak
lanjut yang telah dilakukan.
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Sedangkan ditinjau secara menyeluruh,
Pelaksanaan Pengukuran dan Evaluasi SMK3 berdasarkan 47 butir pertanyaan kuesioner
PT.CBM tahun 2012 yang dibagikan kepada 18 responden yang
Kategori Jumlah ada, 16 orang (88.89 % responden)
Pelaksanaan
Persentase memberikan jawaban “Ya” pada 36 butir
Pengukuran dan Frekuensi
Evaluasi SMK3 (%) atau lebih pertanyaan yang ada, sehingga
Baik 17 94.44 presentase jawaban “Ya” yang dihasilkan
Sedang 1 5.56 adalah lebih dari 75% yang berarti
Buruk 0 0 pelaksanaan SMK3 PT.CBM pada proyek
Jumlah 18 100 Trakindo Balikpapan Facility Upgrade
berada pada kategori baik, sedangkan 2
Sumber : hasil kuesioner 2012
orang lainnya (11.11 % responden)
menyatakan pelaksanaan SMK3 berada pada
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan
kategori sedang karena keduanya kurang
17 orang (94.45 %) responden menyatakan
memberikan jawaban “Ya”.
bahwa pelaksanaan pengukuran dan evaluasi
Melalui hasil kuesioner tersebut dapat
SMK3 berada pada kategori baik, sedangkan
dinyatakan bahwa PT. Cakra Buana Megah
1 orang (5.55 %) menyatakan berada pada
telah memperlihatkan kerja samanya yang
kategori sedang.
baik.
Pelaksanaan inspeksi K3 di perusahaan
berjalan dengan baik, seminggu atau dua
minggu sekali dilakukan inspeksi untuk
proses kerja atau sarana kerja yang memiliki PENUTUP
potensi bahaya dan sebulan sekali dilakukan
inspeksi secara keseluruhan. Kesimpulan
Secara keseluruhan berdasarkan hasil
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan penelitian langsung di lapangan, hasil
Pelaksanaan Tinjauan Ulang SMK3 PT.CBM wawancara kepada pihak Safety Healty
tahun 2012 Executive (SHE) Committee perusahaan dan
Kategori Jumlah berdasarkan hasil kuesioner dari para
Pelaksanaan
Tinjauan Ulang Persentase responden dinyatakan bahwa PT. Cakra
Frekuensi
SMK3 (%) Buana Megah telah menerapkan Sistem
Baik 11 61.11 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Sedang 7 38.89 Kerja (SMK3) pada peningkatan fasilitas
Buruk 0 0 PT. Trakindo Uama Balikpapan dengan
Jumlah 18 100 baik.
Sumber : hasil kusioner 2012 Secara khusus penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dapat disimpulkan sebagai berikut:
11 orang (61.11%) responden menyatakan 1. Tahun 2012 PT. Cakra Buana Megah
bahwa pelaksanaan tinjauan ulang SMK3 sudah mulai membangun komitmen K3
berada pada kategori baik, sedangkan 7 dengan melibatkan seluruh karyawan,
orang (38.89 %) menyatakan pelaksanaan staf serta pihak manajemen, serta
tinjauan ulang SMK3 berada pada kategori komitmen dan kebijakan ini
sedang. dikomunikasikan kepada seluruh
325
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
DAFTAR PUSTAKA
326
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (318-327) ISSN: 2337-6732
Nazir Moh. 2005. Desain Penelitian, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ridley John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Simanjuntak Payaman J. 2011. Manajemen Hubungan Industrial. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta.
Tarore dan Mandagi. 2006. Sistem Manajemen Proyek dan Konstruksi (SIMPROKON).
Penerbit JTS FT Unsrat, Manado.
327