Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,dan saat kecelakaan
kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efekkerugian (loss).Secara umum
penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
o Kelelahan ( fatigue)
o Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
o Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebabawalnya
(preause) adalah kurangnya training
o Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya danterkonsentrasi
di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah
menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, aruslistrik, mengangkut benda-benda
berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan
masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek
keselamatan dankesehatan kerja dalam penyelengga raan proyek, terutama pada
implementasi fisik,maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau
bidangdengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanyamulai
dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuatlaporan
penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program KesehatanKerja yang efektif
dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktuuntuk mendukung proses
perencanaan serta menentukan langkah kebijakanselanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi sertamembuat
laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para pekerja
kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatandan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas
(AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota termasuk Indonesia. Beberapa komitmenglobal baik yang berskala
bilateral maupun multilateral telah mengikat bangsaIndonesia untuk memenuhi standar.
Standart acuan terhadap berbagai hal terhadapindustri seperti kualitas, manajemen
kualitas, manajemen lingkungan, sertakeselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini
industri pengekspor telahdituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-
9000) sertaManajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin
tuntutanterhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga
menjadituntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah
yangdiwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkansebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor :
PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 ditempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah danmengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerjayang aman, efisien, dan produktif.
Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling berhubungan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaandengan menggunakan
manusia dan sumber daya yang ada ( Sucofindo, 1999).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebutSMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputistruktur organisasi
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur prosesdan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajiandan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempatkerja yang aman (Permenaker No : PER.
05/MEN/1996).
Jadi, sistem manajemen K3 merupakan rangkaian kegiatan yang teraturdan saling
berhubungan secara keseluruhan yang berguna dalam pengendalianresiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasanatempat kerja yang aman.
Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapandalam
kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut disebut “Plan-Do-Check-Action”,
yang meliputi:
a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamikomitmen terhadap
penerapan SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektifdengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
d. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dankesehatan kerja
serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dankesehatan
kerja
Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi
yang sesuaidengan kemampuan dan Policy Managementnya dalam
penerapan SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yaitu :
a. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui“Unsafe
Condition Minimalizers ” yang artinya adalah Bagaimana kita dituntut untuk
memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan olehkondisi tempat kerja
seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-mesin),lingkungan kerja dan sistem
kerja.
b. Raditional Sistem dalam penyelamatan pekerjaan melalui “Unsafe Act
Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untukmemperkecil
atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak nyaman.
2. Refleksi