Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSA


MANAJEMEN KEAMANAN, KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA
KARYAWAN

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
KELAS EM-G

1. Felix Oswaldo B. D. P. 141180126


2. Rizs Fauzan Mangkoeto 141180185
3. Dea Betha Phaoneva Zerlinda 141180191

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegagalan (risk off failures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,dan
saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efekkerugian
(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
 Kelelahan (fatigue)
 Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
 Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebabawalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
 Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan ter-
konsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah
sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan(elevasi, temperatur,
arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain) sudah sewajarnya
bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja
pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan
kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi
fisik,maka perusahaan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang
dengan tugas khusus menangani masalah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya
mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat
laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan
Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu
untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan
selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan
kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Manajemen K3
2. Apa Tujuan dan Manfaat Manajemen K3
3. Permasalahan yang Sering Muncul
4. Penanganan K3
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen K3
Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan
saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman 
B. Tujuan dan Manfaat Manajemen K3
 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada sistem manajemen K3 meliputi berbagai
golongan. Dari beberapa golongan tersebut diharapkan dapat menjadikan
sebuahsistem manajemen K3 yang baik dalam pelaksanaannya. Sistem
manajemen K3 tersebut dapat digolongkan meliputi :
1. Alat ukur kinerja K3 dalam organisasi.
Sistem manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur
kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan
pencapaian K3organisasi dengan persyaratan tesebut, organisasi dapat
mengetahui tingkat pencapaian K3
2. Pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Sistem manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau
acuandalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk
sistemmanajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO
OHSMS Guidelines API HSE MS Guidelines Oil and Gas Producer
Forum ( OGP ) HASEMS 7 Guidelines, ISRS dari DNV dan lainnya
3. Dasar penghargaan (awards)
Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk
pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan
K3 diberikan baik olehinstansi pemerintah maupun lembaga
independent lainnya
4. Sertifikasi penerapan K3
Sistem manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi
penerapanmanajemen K3 dalam organisasi.sertifikat diberikan oleh
lembaga sertifikat yangtelah diakreditasi oleh suati badan akreditasi.
Sistem sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global Karena
dapat diacu di Seluruh dunia.
 Manfaat 
Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatankerja
bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur
sistemoperasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan,
insiden dankerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3
di perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang
K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Penerapan sistem manajemen kesehatan dan kesalamatan kerja bagi dunia
industri/usaha memiliki banyak manfaat antara lain:
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga
kerjamerasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga
membuatumur alat semakin lama.
C. Permasalahan yang Sering Muncul
Terdapat tiga penyebab kecelakaan tempat kerja yang mendasar, antara lain :
kejadian kebetulan, kondisi tidak aman, dan tindakan karyawan yang tidak aman.
Kejadian kebetulan lebih kurang berada di luar kendali manajemen.
1. Apakah yang Menyebabkan Kondisi Tidak Aman
Kondisi tidak aman (unsafe conditions) adalah penyebab pertama dari
kecelakaan. Kondisi-kondisi ini meliputi
 Perlengkapan yang tidak terlindungi dengan baik
 Perlengkapan cacat
 Prosedur berbahaya di sekitar mesin atau perlengkapan
 Penyimpanan tidak aman
 Penerangan yang tidak semestinya; cahaya yang menyilaukan
 Ventilasi yang tidak semestinya
2. Apakah Penyebab Tindakan Tidak Aman
Tindakan karyawan yang tidak aman (seperti tidak mengenakan helm
pelindung) akan membatalkan upaya anda untuk menghilangkan kondisi yang
tidak aman.
Tampak jelas memang bahwa beberapa orang memang rentan mengalami
kecelakaan, tetapi risetnya tidak jelas. Dengan inspeksi secara lebih dekat
ternyata beberapa “pengulang kecelakaan” hanyalah tidak beruntung, atau
mungkin lebih cermat dalam melaporkan kecelakaan mereka. Tetapi terdapat
beberapa bukti bahwa orang-orang dengan ciri spesifik memang rentan
mengalami kecelakaan. Sebagai contoh, orang impulsif, pencari sensasi,
sangat ekstrovert, dan kurang hati-hati (dalam hal kurang terperinci dan dapat
diandalkan) mengalami lebih banyak kecelakaan.
D. Penanganan K3
Dalam melakukan penanganan K3 ini dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa pencegahan. Pencegahan Kecelakaan adalah sama dengan: Mengurangi
kondisi tidak aman dan mengurangi tindakan tidak aman. Pada perusahaan besar
terdapat chief safety officer (sering disebut dengan “pejabat kesehatan dan
keselamatan lingkungan) yang bertanggung jawab untuk hal ini. Penanganan ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Mengurangi Kondisi Tidak Aman
Mengurangi kondisi tidak aman adalah lini pertahanan pertama pemberi
kerja dalam pencegahan kecelakaan. Teknisi keselamatan kerja harus
mendesain pekerjaan untuk menghilangkan atau mengurangi biaya fisik.
Pemberi kerja menggunakan alat terkomputerisasi untuk mendesain
perlengkapan yang lebih aman. Tahapan dalam mengurangi kondisi tidak
aman ini adalah sebagai berikut :
a) Analisis Bahaya Pekerjaan
Analisis Bahaya Pekerjaan (job hazard analysis) menggunakan
pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
bahaya sebelum pekerja membahayakan pekerjaan. Menurut OSHA,
analisis bahaya pekerjaan “berfokus pada hubungan antara pekerja,
tugas, alat, dan lingkungan kerja,” dan berakhir mengurangi potensi
risiko hingga tingkat kerja yang dapat di terima.
b) Tinjauan Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Tinjauan Pelaksanaan Keselamatan Kerja (operational safety reviews),
atau tinjauan operasi keselamatan kerja, dilakukan oleh agensi untuk
memastikan apakah unit yang berada di bawah yuridikasi mereka
mematuhi semua hukum, regulasi, perintah, dan peraturan keselamatan
kerja yang berlaku.
c) Perlengkapan Perlindungan Pribadi
Meminta karyawan untuk mengenakan perlengkapan perlindungan
pribadi (personal protective equipment--PPE) seperti helm pelindung
adalah tugas yang terkenal sulit. Keawetan adalah penting, selain
memberikan perlindungan yang reliabel, pakaian pelindung harus pas
saat dipakai dan mudah di rawat, dipelihara, dan di perbaiki.
2. Mengurangi Tindakan Tidak Aman
Meskipun mengurangi kondisi tidak aman merupakan lini pertahanan
pertama, kelakuan buruk manusia akan mengacaukan upaya keselamatan
kerja yang paling baik. Terkadang perlakuan tidak aman tersebut dilakukan
dengan sengaja tetapi sering kali juga tidak. Kita dapat memberi tahu para
pegawai untuk teteap waspada, tetapi hal itu pun masih saja tidak cukup. Hal
yang dapat dilakukan adalah pertama mengidentifikasi dan usahakan untuk
menghilangkan potensi risiko, seperti perlengkapan tidak terlindung.
Terdapat beberapa cara untuk mengurangi tindakan tidak aman antara lain :
a) Melalui Penyaringan
Di sini, tujuan pemberi kerja adalah untuk mengidentifikasi ciri-ciri
yang dapat memprediksi kecelakaan pada pekerjaan yang
bersangkutan, dan kemudian menyaring kandidat untuk menemukan
ciri-ciri tersebut.
b) Melalui Pelatihan
Di sini, memberi instruksi kepada karyawan mengenai praktik dan
prosedur yang aman, memperingatkan mereka mengenai potensi
bahaya, dan bekerja untuk mengembangkan sikap sadar keselamatan
kerja.
3. Meningkatkan Kinerja Melalui SISDM (pelatihan keselamatan daring)
Pemberi kerja juga berpaling kepada situs jejaringan untuk mendukung
program pelatihan keselamatan kerja mereka.
4. Mengurangi Tindakan Tidak Aman Melalui Poster, Insentif, dan Penguatan
Positif
Pemberi kerja juga menggunakan berbagai alat untuk memotivasi
keselamatan pekerja. Poster keselamatan kerja adalah salah satunya, tetapi
tidak dapat menggantikan program keselamatan kerja yang komprehensif.
Pemberi kerja harus mengkombinasikannya dengan teknik-teknik lainnya
(seperti penyaringan dan pelantikan) untuk mengurangi kondisi dan tindakan
yang tidak aman, dan mengubah posternya dengan sering. Poster haruslah
mudah dilihat, terbaca, diberi pencahayaan cukup.
BAB 3
KESIMPULAN

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman. Tujuan
yang ingin dicapai pada sistem manajemen K3 meliputi berbagaigolongan. Dari
beberapa golongan tersebut diharapkan dapat menjadikan sebuahsistem manajemen
K3 yang baik dalam pelaksanaannya. Terdapat tiga penyebab kecelakaan tempat kerja
yang mendasar, antara lain : kejadian kebetulan, kondisi tidak aman, dan tindakan
karyawan yang tidak aman. Kejadian kebetulan lebih kurang berada di luar kendali
manajemen. Dalam melakukan penanganan K3 ini dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa pencegahan. Pencegahan Kecelakaan adalah sama dengan: Mengurangi
kondisi tidak aman dan mengurangi tindakan tidak aman. Pada perusahaan besar
terdapat chief safety officer (sering disebut dengan “pejabat kesehatan dan
keselamatan lingkungan) yang bertanggung jawab untuk hal ini.
CONTOH KASUS

KASUS PT. PAKABAJA

Produktivitas Perusahaan PT Pakabaja merupakan produsen korek api kayu yang


menciptakan beberapa merek korek api ternama di Surabaya, antara lain Palm Tree,
Agogo, dan Suroboyo.

ANALISA KASUS:

Dalam PT Pakabaja sendiri, manajemen sudah memperhatikan penerapan K3 yang


cukup baik, dari sisi karyawan sendiri, manajer dan karyawan sudah memiliki
pemahaman akan pentingnya K3 dalam peningkatan produktivitas kerjanya. Para
manajer dan karyawan juga merasakan dampak positif yang diperoleh apabila K3
diterapkan dengan baik dalam perusahaan. Masalah K3 yang mungkin terjadi dalam
PT Pakabaja adalah kecelakaan kerja akibat mesin atau peralatan lain, kebakaran,
serta timbulnya penyakit karena proses produksi yang berlangsung. Dalam
menghadapinya, manajemen PT Pakabaja telah menyiapkan beberapa instrument
untuk menghindari kecelakaan kerja antara lain, melakukan pengecekan mesin secara
berkala, memberikan instruksi dan prosedur penggunaan mesin yang tepat,
menyediakan alat pemadam kebakaran, mengharuskan pekerja menggunakan masker
atau alat pelindung lain agar terhindar dari penyakit akibat proses produksi, serta
memberikan tindakan perawatan dan penyembuhan apabila ada karyawan yang sakit.

Anda mungkin juga menyukai