Anda di halaman 1dari 11

Pedoman Teknis

Safety Accountability Program (SAP)

Revisi 00 - Agustus 2018


1. LATAR BELAKANG

1.1 Pengawas belum mengemban tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan
pekerja di tempat kerja dengan optimal.
1.2 Pelaporan kondisi atau tindakan tidak aman kepada pengawas belum berjalan
dengan baik.
1.3 SAP merupakan salah satu persyaratan Standar Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Adaro (SMK3 Adaro) yang wajib dipenuhi.

2. TUJUAN

2.1 Menyediakan panduan dalam penguatan fungsi pengawasan K3 di lapangan


sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2.2 Membantu perusahaan dalam menilai efektifitas fungsi pengawasan secara
terukur melalui penerapan SAP.

3. DEFINISI

ISTILAH DEFINISI

Bahaya Sumber (bahan, energi, organisme), situasi atau tindakan


yang dapat menimbulkan cidera dan/atau penyakit.

Identifikasi Bahaya Proses untuk mengenali adanya suatu bahaya.

Job Safety Analysis Urutan langkah melaksanakan pekerjaan serta potensi


(JSA) bahaya dan pengendalian risiko.

LTI (Lost Time Injury) Kejadian yang menyebabkan pekerja tidak dapat
melakukan pekerjaan secara normal dalam waktu lebih
dari 1x24 jam.

Pencemaran Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,


Lingkungan Hidup dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Penyakit Akibat Kerja Penyakit yang diakibatkan oleh paparan sumber bahaya
(PAK) kesehatan spesifik yang hanya berasal dari kegiatan
pekerjaan di tempat kerja.

Risiko Ketidakpastian terjadinya penyimpangan dari apa yang


diharapkan.

Tindakan Perbaikan Upaya untuk menghilangkan akar masalah ketidak-


sesuaian sehingga dapat mencegah keberulangan.

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 3


4. PERATURAN DAN REFERENSI TERKAIT

4.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja.
4.2 PERMEN ESDM No 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara.
4.3 KEPMEN ESDM No 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan yang baik.
4.4 Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.5 ISO 45001:2018, Occupational Health and Safety Management System.
4.6 International Safety Management (ISM) Code 2014.
4.7 Lima Pilar Model Pengelolaan MK3LH Adaro.
4.8 Standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Adaro.

5. KOMPETENSI
Semua personel yang terlibat dalam kegiatan Safety Accountability Program (SAP)
telah mengikuti pelatihan Job Safety Analysis, Safety Talk, Rapat K3, Inspeksi K3 dan
Hazard Report.

6. PELAKSANAAN
6.1 Fungsi dan Peranan Pengawas
Fungsi pengawas adalah sebagai penghubung antara manajemen dengan
pekerja di lapangan. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka
pengawas harus dapat menggerakkan para pekerja guna mencapai tujuan
keselamatan perusahaan serta mampu memotivasi mereka agar dapat bekerja
dengan selamat. Berikut adalah butir-butir peranan K3 Pengawas:

 Memprioritaskan K3 (Safety Oriented) dalam menjalankan pekerjaannya

 Berorientasi pada keselamatan pekerja (Employee Oriented)

 Berperan sebagai Penasehat dan Instruktur K3 (Advisor and Instructor)

6.2 Safety Accountability Program (SAP)


6.2.1 Job Safety Analysis (JSA)
Pengawas berkewajiban menyusun JSA untuk bahaya K3 yang masuk
dalam kriteria risiko LTI dan fatality serta Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Format JSA dapat dilihat di lampiran A. Berikut kaidah yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan JSA:

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 4


 Urutan pekerjaan perlu dijabarkan ke dalam tiga macam tahapan
pekerjaan yaitu tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan
tahapan selesai pekerjaan.

 Risiko ditetapkan dengan mengindentifikasi kondisi terburuk yang


dapat terjadi.

 Fungsi kendali ditetapkan untuk mencegah terjadinya risiko yang


dapat terjadi. Di dalam JSA dapat dilampirkan juga gambar atau
contoh cara bekerja yang benar untuk menghindari terjadinya insiden
K3.

 JSA disetujui oleh pihak yang berwenang dan disosialisasikan oleh


pengawas kepada pekerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
Peserta sosialisasi membubuhkan tanda tangan sebagai bukti
sosialisasi.

 Pekerjaan baru atau pekerjaan yang mengalami perubahan setelah


dilakukan penilaian memiliki risiko LTI, fatality dan PAK wajib
dibuatkan JSA sebelum pekerjaan tersebut dilakukan.

6.2.2 P5M (Pembicaraan Lima Menit) dan Safety Talk


Pertemuan kelompok untuk membahas masalah K3LH sangat penting
guna mendukung keberhasilan program K3LH di tempat kerja.
Pertemuan kelompok terdiri dari:
6.2.2.1 P5M merupakan briefing K3 harian selama 5 menit sebelum
bekerja. P5M setidaknya harus membahas, yaitu:

 Potensi bahaya apa yang terkait pekerjaan yang akan


dilakukan.

 Alat pelindung diri apa yang harus digunakan terkait


pekerjaan yang akan dilakukan.

 Kecelakaan kerja atau near-miss apa yang sering atau


pernah terjadi terkait pekerjaan yang akan dilakukan.
6.2.2.2 Safety Talk merupakan meeting mingguan K3LH dalam lingkup
satu bagian tertentu (seksi/departemen). Safety talk setidaknya
membahas hal-hal sebagai berikut:

 Pedoman kerja yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan


dilakukan

 Isu atau informasi terbaru K3LH, seperti peraturan


perundang-undangan yang baru di bidang K3LH.
Notulen P5M dan safety talk wajib dibuat, mencantumkan daftar hadir dan
didistribusikan ke pihak terkait.

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 5


6.2.3 Inspeksi K3LH
Merupakan pengamatan atau pemeriksaan terhadap praktek K3LH dengan
tujuan untuk melihat apakah terdapat kondisi atau tindakan tidak aman.
Standar inspeksi K3LH minimum adalah:

 Setiap pengawas disyaratkan melakukan inspeksi K3LH secara


berkala di area kerjanya.

 Pengawas melakukan inspeksi dengan menggunakan formulir


inspeksi K3LH seperti yang dapat dilihat pada lampiran B

 Apabila terdapat tindakan dan kondisi tidak aman (yang berpotensi


mengakibatkan LTI, fatality dan PAK) dan pencemaran lingkungan
hidup, maka pengawas wajib menghentikan pekerjaan dan
melakukan pembinaan terhadap pekerja serta melakukan
pencatatan.

 Melakukan monitoring tindakan perbaikan terhadap hasil inspeksi.

6.2.4 Hazard Report


Tujuan dari hazard reporting adalah memastikan semua bahaya yang
teridentifikasi baik K3 maupun lingkungan hidup ditindaklanjuti dan
diselesaikan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan insiden
K3LH. Format hazard report dapat dilihat pada lampiran C.
Proses hazard reporting dimulai dari pekerja saat mengidentifikasi adanya
potensi bahaya dan menuliskannya dalam form hazard report. Informasi ini
wajib diserahkan kepada pengawas dan selanjutnya pengawas memeriksa
dan memverifikasi laporan kondisi bahaya tersebut. Pengawas dapat
menghentikan aktivitas terkait jika dirasa mempunyai potensi bahaya yang
serius (LTI, fatality dan PAK serta pencemaran lingkungan hidup). Aktivitas
dapat kembali dilanjutkan jika tindakan perbaikan yang diambil dapat
menghilangkan risiko yang ada. Laporan hazard report disimpan dan
dibuat ringkasan sambil memantau jalannya tindakan perbaikan.

6.3 Evaluasi Safety Accountability Program (SAP)


6.3.1 Penetapan Target SAP
Untuk memonitor efektifitas dari akuntabilitas pengawas, manajemen
puncak menetapkan target SAP untuk setiap level pengawas. Penetapan
target ini dilakukan pada akhir tahun untuk target tahun selanjutnya.
Contoh format penetapat target dapat dilihat pada lampiran D.

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 6


6.3.2 Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Tiap departemen memonitor pelaksanaan SAP di masing-masing
seksinya. Monitoring dilakukan setiap bulan. Apabila target tidak tercapai,
maka harus segera ditindaklanjuti secara efektif.

6.3.3 Ringkasan Hasil Pelaksanaan SAP


Ringkasan hasil pelaksanaan SAP disimpan oleh tiap fungsi.

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 7


LAMPIRAN A
Contoh Job Safety Analysis (JSA)

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)

Nama
Pekerjaan
Jabatan Tanda
Dibuat Oleh No JSA :
Pelaksana tangan
Jabatan Direview Tanda
Tanggal :
Superior Oleh tangan

Departemen Disetujui Tanda No. Revisi : 00


Oleh tangan
Alat Pelindung Diri Yang Harus Dipakai : Lokasi Kerja :

Urutan Dasar Langkah Risiko yang terkait Tindakan atau Prosedur Pencegahan
Kerja yang direkomendasikan
Identifikasi Risiko yang
berhubungan dengan tiap-tiap Tentukan tindakan apa yang perlu diambil untuk
Uraikan pekerjaan tersebut menjadi langkah kerja tersebut menghilangkan atau memperkecil risiko yang dapat
beberapa langkah kerja dasar terhadap kemungkinan menimbulkan cidera atau penyakit akibat kerja
terjadinya kecelakaan
A PERSIAPAN
1
2
3

B PELAKSANAAN

1
2
3

C AKHIR PEKERJAAN

1
2
3

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 8


LAMPIRAN B
Contoh Formulir Inspeksi K3LH

Tanggal Inspeksi : Area / Lokasi :

Tim Inspeksi :
No Photo Sebelum Penyimpangan Tindakan Perbaikan Priority PIC Batas Waktu

Keterangan :
AA = Stop dan Segera diperbaiki
A = Perbaiki Segera Dalam Waktu Satu Shift
B = Perbaiki Sebelum Inspeksi berikutnya
C = Perbaiki dengan Waktu Tertentu

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 9


LAMPIRAN C
Contoh Formulir Hazard Report
Halaman Depan
RINCIAN DARI BAHAYA DITEMUI RINCIAN TINDAKAN PERBAIKAN SEGERA

(Tulis waktu, tempat & bahaya yang Anda


temui) (Tulis tindakan terhadap bahaya yang ditemui)
(Diisi oleh observer / penemu bahaya)
LAPORAN BAHAYA

Nama Observer : Department / Section : Tanggal :


Jabatan : Tanda-Tangan :

Halaman Belakang
NO. REGISTER : (Tulis : Dept/Bulan/Tahun/xxx)
HASIL
PENYEBAB RINCIAN TINDAK-LANJUT VERIFIKASI
(Tulis : OK / BELUM
sesuai tindak-lanjut)
LAPORAN TINDAK- LANJUT
(Diisi oleh Supervisor / Kabag)

Nama (Spv / Section Head) :

Tanda-Tangan :

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 10


LAMPIRAN D
Contoh Formulir Objective & Target Safety Accountability Program (SAP)

Objective & Target Safety Accountability Program


(SAP)
PT XXX
JSA P5M Inspeksi Hazard Report
Foreman/GL/Staff
Supervisor
Sect.Head
Manager
PM/DPM

PEDOMAN TEKNIS SAFETY ACCOUNTABILITY PROGRAM 11

Anda mungkin juga menyukai