Anda di halaman 1dari 21

BAB I

ORGANISASI PERLINDUNGAN KESELAMATAN KERJA

1.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan atau secara filosofi adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani dan rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara keilmuan adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan
kecelakaan kerja di tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum adalah merupakan
suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dari proses
produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
Pengertian dasar keselamatan kerja yang dikenal dengan istilah K3 meliputi:
Keselamatan (Safety), Keamanan (Secutity), Kesehatan (Healthy).
a. Keamanan:
Adalah tindakan pencegahan untuk menyelamatkan barang atau benda.
b. Kesehatan:
Adalah tindakan pencegahan untuk menyelamatkan manusia
c. Keselamatan kerja:
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin-mesin, alat-alat, proses
pengolahan, lingkungan serta cara melakukan pekerjaan. Atau pemikiran/
upaya untuk menjamin keutuhan jasmani dan rohani pekerja.

Beberapa istilah yang umum dipakai dalam K3 antara lain:


a. Kecelakaan kerja ialah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang
dapat menimbulkan kerugian harta benda dan atau korban manusia
termasuk penyakit akibat kerja.

2
b. Aman/Selamat ialah bebas dari malapetaka (bebas dari bahaya)
c. Tindakan berbahaya ialah perbuatan yang menyimpang dari tata cara
atau prosedur yang aman.
d. Kondisi berbahaya ialah keadaan lingkungan kerja yang memberikan
kemungkinan terjadinya kecelakaan.

1.2 Tujuan dan Sasaran Keselamatan & Kesehatan Kerja

Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:


1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Hal-hal tersebut diatas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan dapat
dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha keselamatan dan
kesehatan kerja tidak lain adalah pencegahan dan penggulangan kecelakaan kerja
di tempat kerja.
Secara terinci sasaran keselamatan dan kesehatan kerja dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. mencegah, mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran;
2. mencegah, mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja;
3. mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan;
4. mengamankan material bangunan, mesin, pesawat bahan dan alat kerja
lainnya;
5. meningkatkan produktivitas;
6. mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal;
7. menjamin tempat kerja sehat dan aman;
8. memperlancar, meningkatkan dan mengamankan sumber dan proses
produksi.
Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.
Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti
pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dll.

3
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang, maupun jasa.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan
mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.

1.3 Visi, Misi dan Strategi K3 Nasional Tahun 2007 – 2010

Visi K3 Nasional:
Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia
Misi K3 Nasional:
1. Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil (stakeholders)
bidang K3
2. Meningkatkan kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3
3. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang K3
Kebijakan:
1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.
2. Pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu
menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkelanjutan.
Strategi:
1. Meningkatkan komitmen pengusaha dan tenaga kerja di bidang K3.
2. Meningkatkan peran dan fungsi semua sektor dalam pelaksanaan K3.
3. Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan kesehatan kerja dari pengusaha dan tenaga kerja.
4. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen risiko dan
manajemen perilaku yang berisiko.

4
5. Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja (Audit
SMK3) di dunia usaha.
6. Mendampingi dan menguatkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
dalam menerapkan dan meningkatkan budaya K3.
7. Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi.
8. Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sejak
usia dini hingga pendidikan tinggi.
9. Meningkatkan peran organisasi profesi, perguruan tinggi, praktisi dan
komponen masyarakat lainnya dalam peningkatan pemahaman, kemampuan,
sikap, perilaku budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua bidang
disiplin ilmu.

1.4 Organisasi Pemerintah dan Tingkat Perusahaan


Organisasi K3 terdiri dari:
1. Unsur Pemerintah (Depnaker)
2. Unsur Ikatan Profesi (Ikatan Profesi K3-Ikatan yang anggotanya terdiri
dari para ahli atau mereka yang bersangkutan dengan keselamatan
kerja)
3. Unsur Masyarakat (badan Konsultasi pada ahli-ahli K3).

Ketentuan Umum Organisasi K3


1. Petugas K3: Tenaga Teknis dari perusahaan yang ditunujk untuk
melaksanakan K3 di perusahaan tersebut.
2. Pengawas K3: Depnaker untuk mengawasi pelaksanaan peraturan
pengawasan K3
3. Ahli K3: Tenaga Teknis berkeahlian khusus,dari luar Depnaker yang
ditugaskan oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengontrol pelaksanaan
K3 di Industri atau tempat kerja.
4. Panitia Pembina K3: Badan yang dibentuk oleh perusahaan untuk
memebantu melaksanakan usah-usaha K3 dengan anggota dari unsur
pengusaha,pekerja dan pemerintah.

5
Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi Pemerintah di tingkat Pusat
terdapat dalam bentuk Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja.
Fungsi-fungsi direktorat tersebut antara lain:
1. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang mekanik.
2. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang listrik.
3. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang uap.
4. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang pencegahan kebakaran.
Subdirektorat-subdirektorat yang ada sangkut-pautnya dengan keselamatan
dan kesehatan kerja dibawah Direktorat tersebut membidangi keselamatan kerja
mekanik, keselamatan kerja lstrik, keselamatan kerja uap dan pencegahan
kebakaran. Seksi-seksi dibawah keselamatan kerja mekanik adalah seksi mesin
produksi, seksi pesawat tekanan, seksi pesawat transportasi dan angkut. Di dalam
sub direktorat keselamatan kerja mekanik terdapat seksi pembangkit listrik, seksi
distribusi listrik, seksi instalasi listrik dan seksi pesawat listrik. Subdirektorat
keselamatan kerja uap membawahi seksi ketel uap, seksi bejana uap, seksi
pengujian air ketel dan seksi pengujian logam. Adapun subdirektorat pencegahan
kebakaran terdiri dari seksi pencegahan bidang listrik, seksi pencegahan bidang
kimia, seksi pencegahan bidang minyak dan seksi pencegahan peledakan.
Pada tingkat daerah di Koantor Wilayah Drektorat Jenderal Perlindungan
dan Perawatan Tenaga Kerja terdapat pengawas-pengawas keselamatan kerja
yang memeriksa perusahaan-perusahaan tenatng dipatuhinya ketentuan-ketentuan
persyaratan keselamatan kerja. Selain tu, juga memeriksa tentang kecelakaan
akibat kerja.
Organisasi di tingkat perusahaan ada dua jenis:
1. Organisasi sebagai bagian struktur organisasi perusahaan dan disebut
bidang keselamatan kerja. Tugasnya kontinu, pelaksanaanya menetap
dan anggarannya tersendiri.

6
2. Panitia Keselamatan kerja, yaitu terdiri dari wakil pimpinan
perusahaan, wakil buruh,teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan
dan lain-lain.
Tujuan keselamatan pada tingkat perusahaan sbb:
1. Pencegahan terjadinya kecelakaan
2. Pencegahan terjadinya penyakit-penyakit akibat kerja
3. Pencegahan dan penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya
kematian akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan
4. Pencegahan dan penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya cacat
akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan
5. Pengamanan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-
mesin, dan instalasi.
6. Peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja
yang tinggi
7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber
produksi lainya sewaktu bekerja.
8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman
9. Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi
dan pembagunan.

1.5 Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu


perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman
melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
pelbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.
Jelaslah bahwa keselamatan kerja adalah salah satu segi penting dari
perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaaan tempat

7
kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental
daripada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

1.5.1 Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas


Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja (output)
dan upaya yang dipergunakan (input).
Kecelakaan akibat kerja sering terjadi karena:
1. Kurangnya kesadaran pekerja
2. Kualitas dan keterampilan pekerja yang rendah
3. Meremehkan resiko kerja.
Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas
dasar:
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan
yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan
sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi-
kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga
faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan tidak bisa dipisah-pisahkan dari ketrampilan,
keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi
kelangsungan proses produksi.
5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi
pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan
kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha
yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.
Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan terdiri dari segi ekonomi
dan Non Ekonomi
Segi Ekonomi:
1. Kerusakan mesin,peralatan,bahan dan bangunan

8
2. Biaya pengobatan dan perawatan korban
3. Tunjangan kecelakaan
4. Hilangnya waktu kerja
5. Menurunnya jumlah maupun waktu produksi

Segi Non Ekonomi:


Penderitaan korban baik merupakan luka/cidera berat atau ringan, maupun
penderitaan keluarga bila korban meninggal atau cacat.
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial ekonomi dan kultural
yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti
kebiasaan-kebiasaaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat bersangkut
paut dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Demikian juga, keadaan ekonomi ada
sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan kerja tersebut.

1.5.2 Permasalahan dan Usaha Peningkatan K3


Kondisi dan Permasalahan:
1. Taraf kehidupan bangsa sangat rendah
2. Tingkat upah dan jaminan sosial yang merupakan imbalan jasa kerja masih
relatif rendah
3. Sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan dan latihan untuk bidang-
bidang teknologi baru sangat terbatas
4. usaha untuk memperbesar lapangan kerja produktif belum sepadan dengan
pertumbuhan angkatan kerja baru.
Usaha peningkatan K3 dilakukan dengan:
• Peningkatan kesadaran dan komitmen pengusaha
• Penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan sehat
• Meningkatkan kesadaran dan keterampilan tenaga kerja dengan kemajuan
teknologi sekarang ini.
Manfaat dan peran K3
1. Program K3 akan memperbaiki kualitas pekerja melalui jaminan K3
2. Kerugian dapat dihindari melalui program K3
3. K3 menuntut pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kemampuan.

9
1.6 Jenis kecelakaan pada beberapa bidang industri

Manufaktur 1. terjepit, terlindas


(termasuk elektronik, 2. teriris, terpotong
produksi metal dan lain-lain) 3. jatuh terpeleset
4. tindakan yg tidak benar
5. tertabrak
6. berkontak dengan bahan yang berbahaya
7. terjatuh, terguling
8. kejatuhan barang dari atas
9. terkena benturan keras
10. terkena barang yang runtuh, roboh
Elektronik (manufaktur) 1.teriris, terpotong
2. terlindas, tertabrak
3. berkontak dengan bahan kimia
4. kebocoran gas
5. Menurunnya daya pendengaran/penglihatan
Produksi metal (manufaktur) 1. terjepit, terlindas
2. tertusuk, terpotong, tergores
3. jatuh terpeleset
Petrokimia (minyak dan 1. terjepit, terlindas
produksi batu bara, produksi 2. teriris, terpotong, tergores
karet, produksi karet, produksi 3. jatuh terpelest
plastik) 4. tindakan yang tidak benar
5. tertabrak
6. terkena benturan keras
Konstruksi 1. jatuh terpeleset
2. kejatuhan barang dari atas
3. terinjak
4. terkena barang yang runtuh, roboh
5. berkontak dengan suhu panas atau dingin
6. terjatuh, terguling
7. terjepit, terlindas
8. tertabrak
9. tindakan yang tidak benar
10. terkena benturan keras
Produksi alat transportasi 1. terjepit, terlindas
bidang reparasi 2. tertusuk, terpotong, tergores
3. terkena ledakan

1.6.1 Pencegahan yang efektif


Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu:
1. perilaku yang tidak aman dan
2. kondisi lingkungan yang tidak aman,

10
Berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan
yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman sebagai berikut:
1. sembrono dan tidak hati-hati
2. tidak mematuhi peraturan
3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4. tidak memakai alat pelindung diri
5. kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang
tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan
lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan
perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas.
Faktor penyebab berbahaya yang sering ditemui:
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan
yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara
yang tidak normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan
penerangan yang kurang, bahaya pengangkutan, dan bahaya oleh peralatan.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja:
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja
basah dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan
pelatihan sistem penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.

11
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui
adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak
aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan.
Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat
mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang
tidak aman. Prinsip analisa keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencari
penyebab dari seluruh tingkat lapisan, dari lapisan umum sampai dengan pokok
penyebabnya, dicari secara tuntas, hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan
melakukan perbaikan.

1.6.2 Pencegahan kecelakaan kerja


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, sebelumnya harus dimulai
dari pengenalan bahaya di tempat kerja, estimasi, tiga langkah pengendalian,
dalam pengenalan bahaya perlu adanya konfirmasi keberadaan bahaya di tempat
kerja,memutuskan pengaruh bahaya; dalam mengestimasi bahaya perlu diketahui
adanya tenaga kerja di bawah ancaman bahaya pajanan atau kemungkinan
pajanan, konfirmasi apakah kadar pajanan sesuai dengan peraturan, memahami
pengendalian perlengkapan atau apakah langkah manajemen sesuai persyaratan;
dalam pengendalian bahaya perlu dilakukan pengendalian sumber bahaya, dari
pengendalian jalur bahaya, dari pengendalian tambahan terhadap tenaga kerja
pajanan, menetapkan prosedur pengamanan.
Tindakan penanganan setelah terjadi kecelakaaan kerja Berdasarkan UU
Perlindungan Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja, pemilik usaha pada saat mulai
memakai tenaga kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar
keikutsertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin keselamatan tenga kerja.
Selain itu, setelah terjadi kecelakaan kerja, pemilik usaha wajib memberikan
subsidi kecelakaan kerja, apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan tenaga
kerjanya ikut serta asuransi tenaga kerja sesuai dengan UU Standar
Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan dikenakan denda.

1.6.3 Analisa Kasus


Karakteristik industri elektronik adalah mengoperasikan mesin atau
peralatan dengan tenaga besar, mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasi

12
secara otomatis atau setengah otomatis atau beroperasi dengan menggunakan
bahan kimia yang korosif.
Kecelakaan kerja yang terjadi terbagi dalam 3 golongan bahaya, yaitu:
bahaya kimia, bahaya fisik dan bahaya ergonomik.
1. Bahaya kimia: terhirup atau kontak kulit dengan cairan metal, cairan non
metal, hidrokarbon, debu, uap steam, asap, gas dan embun beracun
2. Bahaya fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dingin, radiasi non
pengion dan pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.
3. Bahaya ergonomik: bahaya karena pencahayaan yang kurang, pekerjaan
pengangkutan dan peralatan.

1.6.4 Analisa kasus kecelakaan kerja pada industri elektronika

Peralatan industri eleltronik sebagian besar menggunakan listrik tegangan


tinggi, tingkat kecelakaan yang ditimbulkan berbeda. Dari contoh kasus yang
ipilih di bawah ini, kecelakaan yang banyak mengakibatkan kematian adalah
erjepit dan terlindas. Jenis kecelakaan lain juga bisa menimbulkan kecelakaan
yang serius. Dengan contoh kasus seperti diuraikan di bawah ini diharapkan dapat
membuat pemilik usaha dan pekerja mengerti akan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Tiga tahapan penyebab kecelakaan yang akan dianalisa:
1. Penyebab umum: penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya
kecelakaan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Penyebab terperinci: penyebab yang mengakibatkan terjadinya penyebab
umum.
3. Penyebab pokok: penyebab paling dasar yang mengakibatkan kecelakaan.
Selanjutnya, diberikan penjelasan tambahan mengenai kondisi lingkungan
yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman.
* Lingkungan yang tidak aman: pemilik usaha tidak menyediakan
peralatandan prosedur yang aman bagi lingkungan kerja, jadwal kerja
yang tidak tepat, dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang
tidak efisien, dan lain sebagainya .

13
* Perilaku kerja yang tidak aman: konsekuensi dari tidak adanya budaya
keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja yang tidak mematuhi peraturan
prosedur kerja, dan sikap ketidak hati-hatian dalam bekerja.
Klasifikasi di atas dilakukan secara garis besar, dalam beberapa situasi
bisa terjadi kecelakaan secara bersamaan, berdasarkan sudut pembicaraan bisa
menghasilkan hal yang berbeda, sehingga ruang lingkupnya fleksibel.
Bagian terakhir diberikan beberapa strategi perbaikan situasi untuk meningkatkan
mutu lingkungan kerja dan menambah produktifitas.
Kasus 1 : Terjepit terlindas
Judul kasus : Kematian yang terjadi karena terlindas mesin pengangkut bahan
baku di area penampungan melanism.

Petugas operator Wanita, 25 tahun, pengalaman kerja 1,5 tahun


Tugas kerja Menambahkan cairan obat di bak penampungan melanism
Waktu Bulan Mei tahun X sekitar jam 5 sore
Tempat kejadian Jalur produksi
Peralatan/benda Mesin pengangkut bahan baku, tiang penopang mesin
yg menyebabkan Pengangkut.
terjadi kecelakaan
Urutan kejadian Pada suatu hari sekitar jam 4:30-5:00 sore, seorang manajer
bagian produksi sebuah perusahaan elektronik sedang
melakukan inspeksi keliling di jalur produksi melanism,
semuanya berjalan normal. Pada malam hari jam 9:20, saat dia
melakukan inspeksi lagi, melalui pintu depan terlihat pekerja
jalur produksi bak penampungan melanism telah terjepit di
antara dasar mesin pengantar bahan baku dan tiang, wajahnya
mengarah ke bak cairan obat, melalui pengoperasian tombol
mesin, akhirnya dia dapat dipindahkan dan dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan pertolongan, 1 jam kemudian korban
meninggal dunia.
Jalur produksi melanism panjangnya 11 meter, lebarnya 2,1
meter. Peralatan yang dipakai merupakan mesin yang bekerja
secara otomatis, jalur itu terdiri dari bak pencucian air, bak
pencucian asam, bak penampungan melanism dan bak lainnya.
Sepanjang sisi kanan dan kiri bak terdapat tiang 10 x 10 cm
setiap jarak 2 meter. Jalur berjalan dibuat menempel pada tiang
dengan jarak 1,8 meter dari lantai dan mesin pengantar bahan
baku beroperasi di jalur berjalan tersebut (gambar 2.1).
Tahapan Keterangan
Analisa
penyebab
Penyebab 1. Jalur produksi tidak memiliki peralatan isolasi
umum pengamanan (gambar 2.2).
2. Tidak membantu atau mengawasi pekerja, di

14
seluruh jalur hanya ada seorang pekerja yang
bekerja sendirian.
3. Tidak ada pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja yang melakukan inspeksi.
(lingkungan yang tidak aman).
4. Tidak memberikan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja kepada pekerja, pengetahuan
pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja
masih kurang. (perilaku yang tidak aman).
5. Tidak menetapkan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja agar dapat ditaati oleh pekerja.
(perilaku yang tidak aman).
Penyebab 1. Pemilik usaha tidak menyediakan peralatan
terperinci keselamatan dan kesehatan kerja yang
memadai. (lingkungan yang tidak aman).
2. Penyediaan tenaga kerja yang kurang sehingga
tidak memungkinkan 2 orang pekerja bekerja
secara bersamaan. (lingkungan yang tidak
aman).
3. Perusahaan tidak besar (jumlah tenaga kerja
sedikit) sehingga tidak memenuhi peraturan
dibentuknya pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja serta tidak adanya pengawas di
tempat kerja. (lingkungan yang tidak aman).
4. Perusahaan mengabaikan pentingnya pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja dan tidak
menyediakan jalur informasi yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
(lingkungan yang tidak aman).
Penyebab 1. Perusahaan tidak mempunyai perencanaan
pokok alokasi tenaga kerja yang terperinci di setiap
bagian.(lingkungan yang tidak aman).
2. Pengetahuan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan tidak
mencukupi. (lingkungan dan perilaku yang
tidak aman).

Strategi 1. Membentuk petugas bagian keselamatan dan kesehatan kerja


pengendalian dan melakukan pengecekan peralatan dan pengoperasiannya
secara rutin.
2. Pekerja diharuskan mengikuti pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja dan memasukan contoh kasus ini sebagai
materi pelajaran, meningkatkan pengetahuan pekerja akan
keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terulangnya
kecelakaan yang sama.
3. Menetapkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang
sesuai dan lolos sensor kelayakan oleh instansi terkait,
kemudian diumumkan dan dilaksanakan secara wajib.

15
4. Bagian keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pelatihan
dan menjalankan inspeksi prosedur kerja secara ketat.
5. Membuat perencanaan alokasi tenaga kerja.
6. Membuat peralatan isolasi pengamanan dan peralatan
penghenti otomastis dalam keadaan darurat, dan lain-lain, agar
pekerja mempunyai peralatan pelindung diri.

Tiang penopang
jalur berjalan

Gambar 1.1 Korban terjepit di antara dasar mesin dan tiang penopang jalur bejalan

Jalur berjalan

Jalur berjalan Dasar Mesin

Gambar 1.2 Tiang penopang jalur berjalan

Peralatan isolasi
pengaman

Gambar 1.3 Isolasi pengamanan dapat mengamankan pekerja

16
Kasus 2 : Tertabrak
Judul kasus : Kematian dikarenakan tertabrak alat penggantung otomatis ketika
melapisi PCB dengan nikel
Petugas operator Laki – laki, 25 tahun
Tugas kerja Melakukan inspeksi keliling di jalur produksi BGA PCB
Waktu Bulan April tahun X sekitar jam 8 pagi
Tempat kejadian Area otomatis di jalur produks
Peralatan/benda Sebuah mesin penggantung otomatis (gambar 2.4)
yang menyebabkan
kecelakaan
Urutan kejadian Pada suatu hari sekitar jam 8 pagi, pengawas A dan pekerja
B bersama-sama melakukan inspeksi keliling di jalur
produksi pelapisan BGA PCB dengan nikel. Pekerja B
mendapatkan panggilan telepon sehingga pergi ke kantor di
depan area pemasukan bahan baku untuk menerima
telepon.Sekitar 2 menit kemudian, dia kembali ke area di
jalur produksi tadi dan melihat pengawas A telah terbaring
telungkup di lantai dekat area bak pencucian air, kepalanya
mengeluarkan darah, kepala menghadap ke bawah dan
kakinya berada di lantai sebelah jaring pengaman, punggung
tertutup jaring pengaman. Setelah itu dia segera dikirim ke
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, tetapi tidak
dapat diselamatkan dan meninggal dunia.
Tahapan Keterangan
Analisa
penyebab
Penyebab 1. Memasuki area operasi otomatis tanpa mematikan mesin
umum terlebih dahulu, ini adalah perilaku yang tidak aman,
dapat dilihat konsep keselamatan dan kesehatan kerja
yang tidak cukup memadai (perilaku tidak aman).
2. Jalur produksi tidak mempunyai pengawas lainnya dan
tidak dilengkapi dengan peralatan perekam. (lingkungan
yang tidak aman).
Penyebab 1. Pekerja kurang memiliki konsep keselamatan dan
terperinci kesehatan kerja yang cukup sehingga membawa dirinya
sendiri dalam area berbahaya (gambar 2.5). (perilaku
yang tidak aman).
2. Perusahaan tidak memasang alarm peringatan keadaan
abnormal, demi mencegah orang yang tidak
berkepentingan memasuki area operasi. (lingkungan
yang tidak aman).
Penyebab 2. Perusahaan tidak memaksa pekerja mentaati prosedur
pokok standar kerja. (perilaku yang tidak aman).
3. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dan pelatihan yang
mencukupi. (lingkungan dan perilaku tidak aman).

17
Strategi 1. Pekerja diharuskan mengikuti pelatihan keselamatan dan
pengendalian kesehatan kerja dan memasukan contoh kasus ini sebagai
materi pelajaran, meningkatkan pengetahuan pekerja akan K3
demi mencegah terulangnya kecelakaan yang sama.
2. Menetapkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang
sesuai dan lolos sensor kelayakan oleh instansi terkait,
kemudian diumumkan dan dilaksanakan secara wajib.
3. Bagian keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pelatihan
dan menjalankan inspeksi prosedur kerja secara ketat.
Mesin
Penggantung
Otomatis
Tidak
memasang
peralatan
isolasi
pengaman

Gambar 1.4 Area proses otomatis tidak memasang peralatan isolasi


pengamanan Mesin penggantung otomatis

Kesimpulan dari kasus-kasus diatas adalah : kasus-kasus kecelakaan kerja


di atas, mungkin disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman atau perilaku yang
tidak aman. Baik pemilik usaha dan pekerja bekerja sama mengaktualisasikan
keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja setiap saat melaporkan penyebab tidak
aman di lingkungan kerja kepada pemilik usaha, pemilik usaha juga bertanggung
jawab melakukan perbaikan lingkungan, mengoreksi perilaku pekerja yang tidak
aman. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam jangka waktu panjang, hingga terbentuk budaya
keselamatan dan kesehatan kerja, memperbaiki kondisi kerja secara tuntas,
menjadi figur perusahaan yang baik, sehingga dapat membuat pekerja saling
membantu, menjamin kelancaran produksi, mencapai tujuan nol kecelakaan kerja.

1.6.5 Analisa kasus kecelakaan kerja pada bidang konstruksi

1.6.5.1 Karakteristik bidang konstruksi


Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukan
kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering
ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan terbentur

18
yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari atas atau
barang roboh.
1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan yang
ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya adalah:
pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki kepercayaan dirinya
berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpa mengenakan
alat pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada
sabuk pengaman atau jaring pengaman bisa mengakibatkan kematian. Selain
kurangnya pemahaman pekerja tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja
yang dilakukan pemilik usaha sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila
bekerja di kerangka yang tinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping
untuk menjaga kestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang kuat
bagi tenaga kerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu lapisan
pengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha tidak
seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk mengejar
keuntungan.
2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja;
seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin penggali lubang
atau mesin pendorong, semestinya ada pagar pembatas di sekelilingnya, guna
mencegah masuknya pekerja, apabila tetap diperlukan pekerja lain untuk
memberikan bantuan operasional, maka di sampingnya perlu ada seorang
mandor yang memberikan komando dan pengawasan; selain pagar pembatas
pekerja di area tersebut harus memakai secara benar perlengkapan pelindung
seperti helm, sarung tangan dan sepatu pengaman dan lain-lain. Selain itu
pada saat memindahkan barang berat, sebaiknya menggunakan kekuatan
mesin sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari terjadinya
kecelakaan pada saat pemindahan.
3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya pagar
pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanya terjadi
dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu. Benturan atau
tabrakan biasanya terjadi dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin penggerak
dan kendaraan yang digunakan berukuran sangat besar, pandangan petugas

19
operator tidak mudah mencapai luasnya batas area kerjanya sehingga terjadi
benturan. Pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan pagar
pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar area tersebut; selain
itu jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu mengawasi
pengoperasian mesin bermotor atau kendaraan.

Tabel 1-1 Benda penyebab kecelakaan dan jenis kecelakaan yang sering terjadi
Persentase jumlah
Benda bekerja yang meninggal
Jenis Kecelakaan
di semua jenis industri
Jumlah Persentase (%)
Jatuh Rak, tangga 4 5,79
Tergencet, kejatuhan Mesin bermotor umum, 15,94
11
benda dari atas atau roboh bahan material
Tertabrak atau Mesin bermotor umum, alat 4,34
3
terbentur angkutan
Jatuh terpeleset Peralatan konstruksi dan
bangunan, alat angkutan yang 15,94
11
memindahkan mesin, mesin
pemindah bermotor
Teriris, terpotong, Mesin bermotor umum,
8,69
luka tergores bahan material, mesin 6
manual dan peralatan

1.6.5.2 Analisa kasus


Industri konstruksi paling banyak menggunakan mesin bertenaga besar,
biasanya luka yang ditimbulkannya parah; selain itu terjatuh dari ketinggian juga
merupakan jenis kecelakaan yang sering terjadi, luka yang ditimbulkannya juga
sangat parah. Kasus tabrakan sebagai contoh merupakan jenis kecelakaan yang
sering ditemui dan mengakibatkan luka yang sangat serius bahkan meninggal.
Diharapkan dari contoh ini dapat memberikan pemahaman bagi pemilik usaha dan
pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

20
Jenis Kasus : Tabrakan
Judul kasus : Kasus kematian pekerja karena ditabrak kendaraan
Korban Seorang pekerja
Tugas kerja Membantu mengarahkan kendaraan pengaduk beton
Waktu Bulan Maret tahun X, sekitar jam 12.15 AM

Tempat kejadian Di area pembangunan ; korban berada di belakang kendaraan


pengaduk beton
Peralatan/benda Kendaraan pengaduk beton
penyebab kecelakaan
Urutan kejadian Urutan kejadian Pekerja A di lokasi perencanaan jalan sedang
membantu mengarahkan kendaraan pengaduk beton (gambar
2.7) untuk mundur, seharusnya berdiri di depan jalan masuk
ruang bawah tanah untuk mengatur mengendalikan kendaraan
yang keluar masuk ke ruang awah tanah, tetapi malah lari ke
belakang kendaraan pengaduk beton, perusahaan kendaraan
pengaduk beton telah menggunakan seorang asisten pengatur
kendaraan tersebut, pekerja C pada saat kecelakaan itu keluar
dari jalan masuk ruang bawah tanah dan menyaksikan korban
setelah tertabrak dan jatuh, helm yang dipakainya (gambar
2.8) terlepas dan jatuh ke tanah, setelah itu merangkak bangun
menjauhi bagian belakang kendaraan pengaduk beton, dan
segera lari ke bagian samping kendaraan memakai aba-aba
tangan agar pengemudi berhenti memundurkan kendaraan.
Mungkin komunikasi pengemudi akan aba-aba tangan itu
tidak berjalan baik, sehingga kendaraan mundur sekali lagi,
ban bagian dalam sebelah kanan kendaraan melindas kepala
korban, mengakibatkan dia tewas di tempat.
Tahapan Keterangan
Analisa
penyebab
Komunikasi melalui aba-aba tangan antara pengemudi dan
Penyebab
asisten tidak berjalan dengan baik, pengemudi mengambil
umum
langkah yang salah akibatnya terjadi tabrakan dan
menyebabkan kematian.
1. Pada saat kendaraan besar mundur, karena sudut
penglihatan pengemudi relatif lebih luas, sebaiknya tidak
berdiri di belakang kendaraan atau di jalur mundur (area yang
Penyebab tidak aman).
terperinci 2. Pekerja A tidak mengenakan helm dengan tepat, tidak
benar-benar mengencangkan kaitan, sehingga pada saat
tertabrak kendaraan, helm itu langsung jatuh terlepas,
sehingga tidak memiliki fungsi perlindungan.

21
Perusahaan kendaraan pengaduk beton telah mengirim sisten
Penyebab untuk menolong, asisten tugasnya mengarahkan pengemudi
pokok dan mengontrol situasi area, ketika ada seseorang mendekati
area berbahaya, asisten seharusnya segera mengeluarkan
orang tersebut meninggalkan area.
Strategi 1.Karena sudut penglihatan pengemudi kendaraan besar relatif lebih
pengendal luas, hendaknya di bagian depan dan belakang masing-masing
ian ditempatkan seorang asisten. Apabila area tersebut terlalu bising,
hendaknya dilengkapi dengan alat elektronik yang membantu
mengarahkan kendaraan, aba–aba tangan cenderung membingung-kan.
Selain itu, asisten hendaknya membantu pengemudi untuk menjaga
keamanan area sekitar, dan mengeluarkan siapapun yang berada di
area berbahaya tersebut.
2.Pekerja hendaknya memakai dan menggunakan helm dengan benar.
Organisasi/lembaga sosial sebaiknya menekankan pentingnya
pemakaian helm yang benar. Contoh memasang poster, membagikan
iklan untuk menambah konsep keselamatan kepada pekerja, bahkan
kepada masyarakat umum. Apabila suatu ketika ada pekerja angkuh
hingga tidak memakai dan menggunakan helm dengan benar, maka
pihak perusahaan hendaknya memberitahukan akibat ang akan
ditimbulkan bila tidak memakai dan menggunakan helm dengan benar.

\
Gambar 1.5 Sekeliling kendaraan pengaduk beton perlu dipasang pagar pembatas

Gambar 1.6 Helm hendaknya dikencangkan dengan benar.

22

Anda mungkin juga menyukai