2
b. Aman/Selamat ialah bebas dari malapetaka (bebas dari bahaya)
c. Tindakan berbahaya ialah perbuatan yang menyimpang dari tata cara
atau prosedur yang aman.
d. Kondisi berbahaya ialah keadaan lingkungan kerja yang memberikan
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
3
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang, maupun jasa.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan
mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.
Visi K3 Nasional:
Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia
Misi K3 Nasional:
1. Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil (stakeholders)
bidang K3
2. Meningkatkan kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3
3. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang K3
Kebijakan:
1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.
2. Pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu
menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkelanjutan.
Strategi:
1. Meningkatkan komitmen pengusaha dan tenaga kerja di bidang K3.
2. Meningkatkan peran dan fungsi semua sektor dalam pelaksanaan K3.
3. Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan kesehatan kerja dari pengusaha dan tenaga kerja.
4. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen risiko dan
manajemen perilaku yang berisiko.
4
5. Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja (Audit
SMK3) di dunia usaha.
6. Mendampingi dan menguatkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
dalam menerapkan dan meningkatkan budaya K3.
7. Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi.
8. Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sejak
usia dini hingga pendidikan tinggi.
9. Meningkatkan peran organisasi profesi, perguruan tinggi, praktisi dan
komponen masyarakat lainnya dalam peningkatan pemahaman, kemampuan,
sikap, perilaku budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua bidang
disiplin ilmu.
5
Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi Pemerintah di tingkat Pusat
terdapat dalam bentuk Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja.
Fungsi-fungsi direktorat tersebut antara lain:
1. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang mekanik.
2. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang listrik.
3. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang uap.
4. melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam
penetapan norma keselamatan kerja dibidang pencegahan kebakaran.
Subdirektorat-subdirektorat yang ada sangkut-pautnya dengan keselamatan
dan kesehatan kerja dibawah Direktorat tersebut membidangi keselamatan kerja
mekanik, keselamatan kerja lstrik, keselamatan kerja uap dan pencegahan
kebakaran. Seksi-seksi dibawah keselamatan kerja mekanik adalah seksi mesin
produksi, seksi pesawat tekanan, seksi pesawat transportasi dan angkut. Di dalam
sub direktorat keselamatan kerja mekanik terdapat seksi pembangkit listrik, seksi
distribusi listrik, seksi instalasi listrik dan seksi pesawat listrik. Subdirektorat
keselamatan kerja uap membawahi seksi ketel uap, seksi bejana uap, seksi
pengujian air ketel dan seksi pengujian logam. Adapun subdirektorat pencegahan
kebakaran terdiri dari seksi pencegahan bidang listrik, seksi pencegahan bidang
kimia, seksi pencegahan bidang minyak dan seksi pencegahan peledakan.
Pada tingkat daerah di Koantor Wilayah Drektorat Jenderal Perlindungan
dan Perawatan Tenaga Kerja terdapat pengawas-pengawas keselamatan kerja
yang memeriksa perusahaan-perusahaan tenatng dipatuhinya ketentuan-ketentuan
persyaratan keselamatan kerja. Selain tu, juga memeriksa tentang kecelakaan
akibat kerja.
Organisasi di tingkat perusahaan ada dua jenis:
1. Organisasi sebagai bagian struktur organisasi perusahaan dan disebut
bidang keselamatan kerja. Tugasnya kontinu, pelaksanaanya menetap
dan anggarannya tersendiri.
6
2. Panitia Keselamatan kerja, yaitu terdiri dari wakil pimpinan
perusahaan, wakil buruh,teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan
dan lain-lain.
Tujuan keselamatan pada tingkat perusahaan sbb:
1. Pencegahan terjadinya kecelakaan
2. Pencegahan terjadinya penyakit-penyakit akibat kerja
3. Pencegahan dan penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya
kematian akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan
4. Pencegahan dan penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya cacat
akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan
5. Pengamanan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-
mesin, dan instalasi.
6. Peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja
yang tinggi
7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber
produksi lainya sewaktu bekerja.
8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman
9. Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi
dan pembagunan.
7
kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental
daripada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.
8
2. Biaya pengobatan dan perawatan korban
3. Tunjangan kecelakaan
4. Hilangnya waktu kerja
5. Menurunnya jumlah maupun waktu produksi
9
1.6 Jenis kecelakaan pada beberapa bidang industri
10
Berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan
yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman sebagai berikut:
1. sembrono dan tidak hati-hati
2. tidak mematuhi peraturan
3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4. tidak memakai alat pelindung diri
5. kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang
tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan
lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan
perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas.
Faktor penyebab berbahaya yang sering ditemui:
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan
yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara
yang tidak normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan
penerangan yang kurang, bahaya pengangkutan, dan bahaya oleh peralatan.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja:
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja
basah dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan
pelatihan sistem penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.
11
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui
adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak
aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan.
Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat
mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang
tidak aman. Prinsip analisa keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencari
penyebab dari seluruh tingkat lapisan, dari lapisan umum sampai dengan pokok
penyebabnya, dicari secara tuntas, hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan
melakukan perbaikan.
12
secara otomatis atau setengah otomatis atau beroperasi dengan menggunakan
bahan kimia yang korosif.
Kecelakaan kerja yang terjadi terbagi dalam 3 golongan bahaya, yaitu:
bahaya kimia, bahaya fisik dan bahaya ergonomik.
1. Bahaya kimia: terhirup atau kontak kulit dengan cairan metal, cairan non
metal, hidrokarbon, debu, uap steam, asap, gas dan embun beracun
2. Bahaya fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dingin, radiasi non
pengion dan pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.
3. Bahaya ergonomik: bahaya karena pencahayaan yang kurang, pekerjaan
pengangkutan dan peralatan.
13
* Perilaku kerja yang tidak aman: konsekuensi dari tidak adanya budaya
keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja yang tidak mematuhi peraturan
prosedur kerja, dan sikap ketidak hati-hatian dalam bekerja.
Klasifikasi di atas dilakukan secara garis besar, dalam beberapa situasi
bisa terjadi kecelakaan secara bersamaan, berdasarkan sudut pembicaraan bisa
menghasilkan hal yang berbeda, sehingga ruang lingkupnya fleksibel.
Bagian terakhir diberikan beberapa strategi perbaikan situasi untuk meningkatkan
mutu lingkungan kerja dan menambah produktifitas.
Kasus 1 : Terjepit terlindas
Judul kasus : Kematian yang terjadi karena terlindas mesin pengangkut bahan
baku di area penampungan melanism.
14
seluruh jalur hanya ada seorang pekerja yang
bekerja sendirian.
3. Tidak ada pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja yang melakukan inspeksi.
(lingkungan yang tidak aman).
4. Tidak memberikan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja kepada pekerja, pengetahuan
pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja
masih kurang. (perilaku yang tidak aman).
5. Tidak menetapkan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja agar dapat ditaati oleh pekerja.
(perilaku yang tidak aman).
Penyebab 1. Pemilik usaha tidak menyediakan peralatan
terperinci keselamatan dan kesehatan kerja yang
memadai. (lingkungan yang tidak aman).
2. Penyediaan tenaga kerja yang kurang sehingga
tidak memungkinkan 2 orang pekerja bekerja
secara bersamaan. (lingkungan yang tidak
aman).
3. Perusahaan tidak besar (jumlah tenaga kerja
sedikit) sehingga tidak memenuhi peraturan
dibentuknya pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja serta tidak adanya pengawas di
tempat kerja. (lingkungan yang tidak aman).
4. Perusahaan mengabaikan pentingnya pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja dan tidak
menyediakan jalur informasi yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
(lingkungan yang tidak aman).
Penyebab 1. Perusahaan tidak mempunyai perencanaan
pokok alokasi tenaga kerja yang terperinci di setiap
bagian.(lingkungan yang tidak aman).
2. Pengetahuan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan tidak
mencukupi. (lingkungan dan perilaku yang
tidak aman).
15
4. Bagian keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pelatihan
dan menjalankan inspeksi prosedur kerja secara ketat.
5. Membuat perencanaan alokasi tenaga kerja.
6. Membuat peralatan isolasi pengamanan dan peralatan
penghenti otomastis dalam keadaan darurat, dan lain-lain, agar
pekerja mempunyai peralatan pelindung diri.
Tiang penopang
jalur berjalan
Gambar 1.1 Korban terjepit di antara dasar mesin dan tiang penopang jalur bejalan
Jalur berjalan
Peralatan isolasi
pengaman
16
Kasus 2 : Tertabrak
Judul kasus : Kematian dikarenakan tertabrak alat penggantung otomatis ketika
melapisi PCB dengan nikel
Petugas operator Laki – laki, 25 tahun
Tugas kerja Melakukan inspeksi keliling di jalur produksi BGA PCB
Waktu Bulan April tahun X sekitar jam 8 pagi
Tempat kejadian Area otomatis di jalur produks
Peralatan/benda Sebuah mesin penggantung otomatis (gambar 2.4)
yang menyebabkan
kecelakaan
Urutan kejadian Pada suatu hari sekitar jam 8 pagi, pengawas A dan pekerja
B bersama-sama melakukan inspeksi keliling di jalur
produksi pelapisan BGA PCB dengan nikel. Pekerja B
mendapatkan panggilan telepon sehingga pergi ke kantor di
depan area pemasukan bahan baku untuk menerima
telepon.Sekitar 2 menit kemudian, dia kembali ke area di
jalur produksi tadi dan melihat pengawas A telah terbaring
telungkup di lantai dekat area bak pencucian air, kepalanya
mengeluarkan darah, kepala menghadap ke bawah dan
kakinya berada di lantai sebelah jaring pengaman, punggung
tertutup jaring pengaman. Setelah itu dia segera dikirim ke
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, tetapi tidak
dapat diselamatkan dan meninggal dunia.
Tahapan Keterangan
Analisa
penyebab
Penyebab 1. Memasuki area operasi otomatis tanpa mematikan mesin
umum terlebih dahulu, ini adalah perilaku yang tidak aman,
dapat dilihat konsep keselamatan dan kesehatan kerja
yang tidak cukup memadai (perilaku tidak aman).
2. Jalur produksi tidak mempunyai pengawas lainnya dan
tidak dilengkapi dengan peralatan perekam. (lingkungan
yang tidak aman).
Penyebab 1. Pekerja kurang memiliki konsep keselamatan dan
terperinci kesehatan kerja yang cukup sehingga membawa dirinya
sendiri dalam area berbahaya (gambar 2.5). (perilaku
yang tidak aman).
2. Perusahaan tidak memasang alarm peringatan keadaan
abnormal, demi mencegah orang yang tidak
berkepentingan memasuki area operasi. (lingkungan
yang tidak aman).
Penyebab 2. Perusahaan tidak memaksa pekerja mentaati prosedur
pokok standar kerja. (perilaku yang tidak aman).
3. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dan pelatihan yang
mencukupi. (lingkungan dan perilaku tidak aman).
17
Strategi 1. Pekerja diharuskan mengikuti pelatihan keselamatan dan
pengendalian kesehatan kerja dan memasukan contoh kasus ini sebagai
materi pelajaran, meningkatkan pengetahuan pekerja akan K3
demi mencegah terulangnya kecelakaan yang sama.
2. Menetapkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang
sesuai dan lolos sensor kelayakan oleh instansi terkait,
kemudian diumumkan dan dilaksanakan secara wajib.
3. Bagian keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pelatihan
dan menjalankan inspeksi prosedur kerja secara ketat.
Mesin
Penggantung
Otomatis
Tidak
memasang
peralatan
isolasi
pengaman
18
yang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari atas atau
barang roboh.
1. Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan yang
ditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya adalah:
pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki kepercayaan dirinya
berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpa mengenakan
alat pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada
sabuk pengaman atau jaring pengaman bisa mengakibatkan kematian. Selain
kurangnya pemahaman pekerja tentang keamanan, perlindungan tenaga kerja
yang dilakukan pemilik usaha sering tidak mencukupi, sebagai contoh bila
bekerja di kerangka yang tinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping
untuk menjaga kestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang kuat
bagi tenaga kerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu lapisan
pengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha tidak
seharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk mengejar
keuntungan.
2. Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja;
seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin penggali lubang
atau mesin pendorong, semestinya ada pagar pembatas di sekelilingnya, guna
mencegah masuknya pekerja, apabila tetap diperlukan pekerja lain untuk
memberikan bantuan operasional, maka di sampingnya perlu ada seorang
mandor yang memberikan komando dan pengawasan; selain pagar pembatas
pekerja di area tersebut harus memakai secara benar perlengkapan pelindung
seperti helm, sarung tangan dan sepatu pengaman dan lain-lain. Selain itu
pada saat memindahkan barang berat, sebaiknya menggunakan kekuatan
mesin sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari terjadinya
kecelakaan pada saat pemindahan.
3. Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya pagar
pembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanya terjadi
dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu. Benturan atau
tabrakan biasanya terjadi dikarenakan kecerobohan pekerja, mesin penggerak
dan kendaraan yang digunakan berukuran sangat besar, pandangan petugas
19
operator tidak mudah mencapai luasnya batas area kerjanya sehingga terjadi
benturan. Pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan pagar
pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar area tersebut; selain
itu jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu mengawasi
pengoperasian mesin bermotor atau kendaraan.
Tabel 1-1 Benda penyebab kecelakaan dan jenis kecelakaan yang sering terjadi
Persentase jumlah
Benda bekerja yang meninggal
Jenis Kecelakaan
di semua jenis industri
Jumlah Persentase (%)
Jatuh Rak, tangga 4 5,79
Tergencet, kejatuhan Mesin bermotor umum, 15,94
11
benda dari atas atau roboh bahan material
Tertabrak atau Mesin bermotor umum, alat 4,34
3
terbentur angkutan
Jatuh terpeleset Peralatan konstruksi dan
bangunan, alat angkutan yang 15,94
11
memindahkan mesin, mesin
pemindah bermotor
Teriris, terpotong, Mesin bermotor umum,
8,69
luka tergores bahan material, mesin 6
manual dan peralatan
20
Jenis Kasus : Tabrakan
Judul kasus : Kasus kematian pekerja karena ditabrak kendaraan
Korban Seorang pekerja
Tugas kerja Membantu mengarahkan kendaraan pengaduk beton
Waktu Bulan Maret tahun X, sekitar jam 12.15 AM
21
Perusahaan kendaraan pengaduk beton telah mengirim sisten
Penyebab untuk menolong, asisten tugasnya mengarahkan pengemudi
pokok dan mengontrol situasi area, ketika ada seseorang mendekati
area berbahaya, asisten seharusnya segera mengeluarkan
orang tersebut meninggalkan area.
Strategi 1.Karena sudut penglihatan pengemudi kendaraan besar relatif lebih
pengendal luas, hendaknya di bagian depan dan belakang masing-masing
ian ditempatkan seorang asisten. Apabila area tersebut terlalu bising,
hendaknya dilengkapi dengan alat elektronik yang membantu
mengarahkan kendaraan, aba–aba tangan cenderung membingung-kan.
Selain itu, asisten hendaknya membantu pengemudi untuk menjaga
keamanan area sekitar, dan mengeluarkan siapapun yang berada di
area berbahaya tersebut.
2.Pekerja hendaknya memakai dan menggunakan helm dengan benar.
Organisasi/lembaga sosial sebaiknya menekankan pentingnya
pemakaian helm yang benar. Contoh memasang poster, membagikan
iklan untuk menambah konsep keselamatan kepada pekerja, bahkan
kepada masyarakat umum. Apabila suatu ketika ada pekerja angkuh
hingga tidak memakai dan menggunakan helm dengan benar, maka
pihak perusahaan hendaknya memberitahukan akibat ang akan
ditimbulkan bila tidak memakai dan menggunakan helm dengan benar.
\
Gambar 1.5 Sekeliling kendaraan pengaduk beton perlu dipasang pagar pembatas
22