Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

1. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu
dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pengertian K3 Menurut OHSAS
18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/paling sering
digunakan di antara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
lainnya. Sebagaimana diketahui, tahun 2017 merupakan tahun ke-3 bagi bangsa Indonesia
yang secara terus menerus berusaha mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia
berbudaya K3 tahun 2020. Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif
Dhakiri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan
jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja
atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.
Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi juga
untuk mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat
digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di laksanakan
dan di terapkan melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal 83 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Untuk itu, tema peringatan bulan
K3 Nasional tahun ini dimaksudkan untuk mendorong semua pihak berpartisipasi aktif
membudayakan K3 yang diharapkan menjadi bagian integral dalam pembangunan nasional
untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.

1
Tujuan keselamatan kerja terdiri dari tiga, yaitu:
1. Melindungi keselamatan karyawan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara sumber produksi dan mengatur penggunaannya secara aman dan efisien.
Sementara tujuan kesehatan kerja terdiri dari empat, antara lain:
1. Menjaga serta meningkatkan kesehatan masyarakat pekerja di segala jenis lapangan
pekerjaan setinggi mungkin, baik dalam hal fisik maupun mental, serta kesejahteraan
sosial.
2. Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja akibat keadaan
atau kondisi di lingkungan kerjanya, misalnya kecelakaan akibat kerja.
3. Memberikan perlindungan kepada para pekerja ketika melaksanakan pekerjaan dan
kemungkinan terjadinya bahaya karena faktor yang membahayakan kesehatan di
tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan berdasarkan kemampuan fisik
dan psikis pekerjaannya serta keterampilannya.
Penerapan K3 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 10 tahun 2021 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan
konstruksi dilakukan melalui Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK2).
Penerapan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektivitas kegiatan perlindungan K3, secara terstruktur, terencana,
dan terintegrasi.
2. Mengurangi dan menghindarkan risiko kecelakaan dan penyakit sehubungan dengan
aktivitas pekerjaan, dengan melibatkan seluruh unsur di tempat kerja.
3. Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja, mewujudkan efisiensi,
serta meningkatkan produktivitas.

Manfaat K3 bagi Pekerja

Di lingkungan internal perusahaan, karyawan dapat memahami bahaya dan risiko


pekerjaannya, mencegah terjadinya kecelakaan kerja, bertindak dalam situasi darurat, serta
melaksanakan hak dan kewajibannya berkaitan dengan peraturan K3.
Tentunya, penerapan tersebut juga akan bermanfaat secara personal. Mereka dapat
tetap memiliki penghasilan dan berkontribusi terhadap ekonomi keluarga. Selain itu,

2
penerapan K3 juga dapat menghindarkan dirinya dari penyakit yang mungkin terbawa dari
lingkungan kerja.
Manfaat K3 bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, penerapan K3 memungkinkan produktivitas tetap optimal dalam


berbagai keadaan. Secara finansial, K3 membantu mengurangi pengeluaran, terutama untuk
biaya kesehatan dan asuransi karyawan.
Di samping itu, perusahaan juga akan mendapatkan citra positif dari masyarakat. Dari
pemerintah, karena penerapan K3 merupakan kewajiban yang telah diregulasi secara
khusus. Atau dari masyarakat umum yang akan memberikan kepercayaan lebih, bahkan
penghargaan bagi perusahaan yang menerapkan SMK2 dengan baik.

Manfaat K3 bagi Masyarakat dan Negara

SMK2 juga bermanfaat luas bagi masyarakat dan negara. Perusahaan menjaga
aktivitasnya, sehingga turut memberikan keamanan dan kenyamanan bagi lingkungan
sekitarnya. Para karyawan pun dapat terus berkontribusi dengan baik di masyarakat.
Perekonomian keluarga tetap terjaga, wawasan tentang K3 pun dapat diterapkan di
masyarakat.
Kesehatan dan keamanan lingkungan berdampak positif keberlangsungan hidup
masyarakat suatu negara. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan SMK2 dengan baik
dapat berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional. Tentu itu akan berdampak
besar bagi kemajuan, serta citra positif negara di mata internasional.
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di perusahaan bisa
berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki banyak fungsi, baik bagi
perusahaan maupun karyawan, yaitu:
• Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
• Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
• Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja di
lingkungan kerja.
• Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan, dan pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;

3
• Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan tindakan
darurat lainnya.
Dalam implementasinya, K3 dilaksanakan melalui prosedur tertentu yang harus diikuti
oleh perusahaan dan karyawan. Prosedur ini berlaku secara umum oleh semua jenis
perusahaan, baik kantor, pabrik, tambang, maupun lainnya.
Prosedur K3 adalah proses kegiatan yang wajib diikuti atau ditaati setiap pekerja demi
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan hingga
selesai. Untuk memastikan prosedur K3 dijalankan dengan baik, perusahaan menunjuk
seseorang sebagai pengawas.

Tujuan ditetapkannya prosedur K3 yaitu:

• Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan K3 untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan;
• Menjamin pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan tertib;
• Menginformasikan secara cepat kepada pihak lain yang terkait jika terjadi masalah
saat bekerja;
• Melaporkan kejadian langsung yang mencurigakan di lokasi kerja;
• Memastikan setiap pekerja memahami pentingnya K3 dan mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
• Menjamin setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung diri/APD) dapat
digunakan dengan baik dan efektif;

Prosedur K3 yang diterapkan pada kegiatan Rencana Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( RP2KPKPK )
Kabupaten Sampang

1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.


2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD) dan
penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.

4
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat yang akan
digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan atau
memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3 dan
pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan dalam
bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme kerja
untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
Selain pekerja, pengawas K3 pun harus mengikuti prosedur yang ditetapkan untuknya
setelah para pekerja memulai pekerjaannya, yaitu;
1. Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah pekerja melakukan pekerjaan
sesuai prosedur K3 atau tidak;
2. Melakukan patroli keamanan untuk memastikan keamanan pekerja dan melakukan
penertiban sesuai peraturan perusahaan;
3. Melakukan pendataan kejadian di lapangan, termasuk mencatat apakah ada
kecelakaan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung atau tidak
Perlu diketahui beberapa istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja
• HAZARD (berkaitan dengan sumber bahaya) adalah suatu keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, penyakit, dan kerusakan, atau menghambat pekerja
dalam menjalankan pekerjaannya.
• DANGER (berkaitan dengan tingkat bahaya) adalah peluang bahaya yang sudah terlihat

atau kondisi bahaya sudah ada, tetapi masih dapat dicegah dengan berbagai tindakan.
• RISK adalah perkiraan tingkat keparahan yang akan timbul jika terjadi bahaya dalam

siklus tertentu.
• INCIDENT adalah munculnya kejadian bahaya atau kejadian yang tidak diinginkan.
• ACCIDENT adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban atau kerugian (manusia

ataupun benda).

2. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PENGGUNA DAN PENYEDIA

Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) “Pengertian keselamatan dan kesehatan


kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang
menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek

5
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan
hukuman-hukuman lain.” “Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. (Forum, 2008, edisi no.11)” “Keselamatan kerja merupakan
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan
kerja.
Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah
salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992)” “Keselamatan
kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan tenang dalam
bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen. (Suma’mur, 1992)”
“Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja
/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.” “Konsep dasar mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kondisi lingkungan yang tidak aman”. (http://ohsas-18001-occupational-health-and-safety.
com).

Pengertian Peralatan Perlindungan Diri

“Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (Ervianto,
2005, hal 199).” “Kontrol manajemen konstruksi dapat mengurangi ataupun mengeliminasi
kondisi rawan kecelakaan. Walaupun teknik manajemen dapat menjamin keselamatan, tetapi
akan lebih aman jika digunakan Alat Perlindungan Diri (APD). Jika kecelakaan tetap terjadi
setelah kontrol manajemen konstruksi diterapkan, yang harus diperhatikan adalah mengkaji
kelengkapan keamanan dan keselamatan.
Peralatan keamanan menyediakan keamanan dalam bekerja, jika peralatan ini tidak
berfungsi dengan baik, maka resiko terjadi kecelakaan pada pekerja besar (Charles A. W,
1999, hal 401).” “Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki standar di

6
proyek konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri konstruksi. Helem pelindung dan
sepatu merupakan peralatan perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja
untuk melindungi diri dari benda keras.
Di beberapa industri, kacamata pelindung dibutuhkan. Kelengkapan peralatan
perlindungan diri membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan luka-luka, (Charles A.
W, 1999, hal 401)” “Beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja enggan menggunakan
peralatan perlindungan diri antara lain :
a. Sulit, tidak nyaman, atau mengganggu untuk digunakan.
b. Pengertian yang rendah akan pentingnya peralatan keamanan.
c. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan.

(Charles A. W, 1999, hal 403).” “Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus
diidentifikasi, kondisi dimana alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan
direncanakan secara sesuai, serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap
terjamin (http://www.ohsas-18001-occupational-health-and-safety.com/ )”. 2.3. Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : ”Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk
sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
pekerja dan untuk melindungi sumber daya manusia. ”Menurut Suma’mur (1992), tujuan
dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.” Menurut
pendapat Suma’mur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan keselamatan
dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang tepat,
pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna,
tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-
usaha terhadap kebisingan.”
”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja
yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan
bebas kecelakaan.”

7
Pengertian Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam


sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan
atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area.Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda
(http://id.wikipedia.org). Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek,
insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh
bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah
konstruksi.
Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu.
Hal ini terkait dengan metode menentukan besarnya biaya yang diperlukan, rancang-
bangun, dan efek lain yang akan terjadi seperti peralatan penunjang K3 saat pekerjaan
konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik akan menentukan suksesnya
sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, ketersediaan
peralatan perlindungan diri, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidak-nyamanan
publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen dan
tender, dan lain sebagainya. Bidang konstruksi adalah suatu bidang produksi yang
memerlukan kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang
sering ditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik. (http://www.iosh.gw.tw )

Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen K3

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem


kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen ,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegerasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
nyaman dan efisien. 2.6.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Masalah kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang
sekaligus melindungi aset perusahaan.
Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya
undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan

8
setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta
sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien , sehingga proses
kerja berjalan lancar ( Aditama, 2006 ) Standar dan prosedur keselamatan yang tinggi
adalah sasaran yang ingin dicapai dengan sepenuh tenaga seperti sasaran manajemen
lainnya.
Tujuan kebanyakan proyek pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan umum
penduduk dari Negara yang bersangkutan, dengan memelihara aspek-aspek pendukung
dalam penyelenggaraan proyek; mulai dari pekerja, alat bantu kerja sampai dengan material
konstruksi. Hal tersebut menimbulkan asumsi yang sewajarnya apabila peningkatan kinerja
dan optimalisasi prosedur K3 dapat dimulai dari penyediaan alat perlindungan diri yang tepat
bagi pekerja konstruksi, agar kesehatan dan keselamatan mereka tetap terpelihara dengan
baik.
Penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja Masalah keselamatan kerja,
merupakan masalah yang selalu menarik untuk dibicarakan. Perlu adanya kesadaran
mengenai keselamatan kerja sebab pada kenyataannya tidak sedikit pelaku konstruksi yang
belum menyadari pentingnya keselamatan kerja. Bahkan masih banyak pengusaha yang
beranggapan bahwa penyediaan alat keselamatan kerja bagi pekerja hanya sekedar
pemenuhan peraturan saja, tanpa mempertimbangkan segi ketepatan penggunaannya bagi
pekerja konstruksi di Indonesia. Selain dari faktor pelaku konstruksi, ternyata masih banyak
pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dalam kerja dengan alasan faktor
kenyamanan alat ( http://www.buletin12.co.id ).
Oleh karena itu, dengan mempelajari ketepatan produk peralatan K3 yang ada di
Indonesia dengan baik, kesesuaian antara produk tersebut dengan kondisi fisik pekerja
Indonesia dapat lebih diperhatikan. Kebijakan DEPNAKER di bidang K3 menganjurkan bahwa
pendekatan preventif dari aspek K3 dapat dimulai dari pemilihan teknologi dan prosedur
penerapan yang baik ( Aditama, 2006 ). Komitmen Manajemen Komitmen Manajemen
adalah faktor yang sangat penting untuk dapat terlaksanannya K3 di perusahaan dengan
wujud adanya ketentuan tertulis mengenai kebijakan (policy) perusahaan terhadap K3 (
Aditama, 2006 ).

9
3. TUGAS PENERAPAN KESELAMATAN

Umum

Pihak-pihak yang terlibat dalam rangka pelaksanaan pekerjaan konstruksi, terdiri


dari:
1. Penyelenggara Infrastruktur; dan
2. Penyelenggara Proyek.

Penyelenggara Infrastruktur merupakan pengguna jasa yang memiliki fungsi


penjaminan keselamatan konstruksi. Penjamin Keselamatan konstruksi pada Unit Organisasi
merupakan unsur pendukung pada struktur penyelenggara proyek dan tidak terlibat secara
langsung dalam pengambilan keputusan terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang
memiliki fungsi:
a. Perumusan kebijakan;
b. Pembinaan teknis; dan
c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan.
Penjamin keselamatan Konstruksi memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun standar dan pedoman teknis yang berlaku pada masing-masing unit organisasi;
b. Melakukan bimbingan teknis;
c. Melakukan pemantuan dan evaluasi serta pelaporan.
Penyelenggara Proyek merupakan pengguna jasa dan penyedia jasa yang melakukan
penjaminan dan/atau pengendalian keselamatan konstruksi, yaitu unit organisasi atau orang
yang terlibat secara langsung dalam pengambilan keputusan terkait pelaksanaan konstruksi,
yang memiliki fungsi:
a. Penanggung Jawab penyelenggaraan
b. Fasilitasi dan Koordinasi Penerapan SMKK
c. Penjaminan dan Pengendalian Penerapan SMKK di Pekerjaan Konstruksi
Penjamin mutu dalam proyek memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan Penerapan dan Pelaporan penerapan SMKK
b. Melakukan Pengendalian proses penerapan SMKK
c. Melaksanakan Pengawasan Pekerjaan
Struktur organisasi dan pembagian para pihak yang terlibat dalam penjaminan dan
pengendalian Keselamatan Konstruksi untuk penerapan SMKK dapat dilihat pada halaman
berikut.

10
Struktur Organisasi Penjaminan dan Pengendalian Keselamatan Konstruksi

a. Unit Pembina Jasa Konstruksi

Unit Pembinaan Jasa Konsruksi adalah unit organisasi yang menyelenggarakan urusan
pembinaan jasa konstruksi. Dalam lingkup Kementerian PUPR unit Pembina Jasa Konstruksi
adalah Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Unit
Pembina Jasa Konstruksi meliputi:
b. merumuskan Kebijakan tentang Keselamatan Konstruksi;
c. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Keselamatan
Konstruksi;
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara acak terhadap penerapan Keselamatan
Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi, apabila ditemukan hal-hal yang sangat
berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau meminta Penanggung jawab kegiatan
untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya tindakan
perbaikan.

11
e. melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi kepada
Menteri;
f. melakukan tugas pembinaan penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi di instansi
terkait; dan
g. memberikan rekomendasi perbaikan untuk peningkatan kinerja Keselamatan Konstruksi
kepada Menteri dan Unit Organisasi penyelenggara Teknis/Unit Organisasi Eselon I.

b. Pimpinan Unit Organisasi Penyelenggara Infrastruktur

Unit Organisasi Penyelenggara Infrastruktur adalah unit organisasi teknis yang


menyelenggarakan urusan di bidang pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan,
penyelenggaraan sistem penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik,
pengelolaan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan, penataan bangunan gedung,
dan penyelenggaraan perumahan.
Dalam lingkup Kementerian PUPR, pimpinan Unit Organisasi Penyelenggara
Infrastruktur adalah Pimpinan Tinggi Madya dan Pimpinan Tinggi Pratama pada Direktorat
Jenderal teknis.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pimpinan Tinggi Madya pada Unit Organisasi
Penyelenggara Infrastruktur meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMKK untuk Pekerjaan Konstruksi di Unit
Organisasi penyelenggara infrastruktur/Unit organisasi Eselon I yang bersangkutan;
b. menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sesuai kebutuhan penerapan SMKK di
unit organisasinya, mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku;
c. melakukan koordinasi hasil penerapan SMKK di unit organisasinya dengan Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi untuk selanjutnya diteruskan kepada Menteri; dan
d. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya
tindakan perbaikan.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pimpinan Tinggi Pratama pada Unit
Organisasi Penyelenggara Infrastruktur meliputi:
a. bertanggung jawab dalam penerapan SMKK untuk Pekerjaan Konstruksi di Unit Kerja
Eselon II yang bersangkutan;
b. mengevaluasi penerapan SMKK dan melaporkannya kepada Unit Organisasi Eselon I
serta melakukan peningkatan berkelanjutan di Unit Organisasi penyelenggara
infrastruktur/Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan; dan

12
c. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya
tindakan perbaikan.

d. Unit Kerja Pelaksana Pemilihan Barang dan Jasa

Unit Kerja Pelaksana Pemilihan Barang dan Jasa adalah unit kerja yang melakukan
pemilihan tender/seleksi penyedia jasa pekerjaan Jasa Konstruksi.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang UKPBJ meliputi:
a. memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan bahwa biaya
SMKK telah dialokasikan dalam daftar kuantitas dan harga sesuai kebutuhan;
b. apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMKK, maka UKPBJ mengusulkan perubahan
kepada penanggung jawab kegiatan untuk dilengkapi;
c. menyusun dokumen pemilihan Penyedia Jasa sesuai kriteria yang di dalamnya memuat:
1. manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi;
2. kualifikasi personil manajerial/tenaga ahli untuk keselamatan konstruksi; dan
3. format pakta komitmen Keselamatan Konstruksi;
d. memberikan penjelasan pada saat aanwijzing serta menuangkannya dalam berita acara
aanwijzing tentang risiko keselamatan konstruksi dari Pekerjaan Konstruksi yang akan
ditenderkan;
e. RKK sebagai bagian dari dokumen usulan teknis; dan
f. menilai pemenuhan RKK terkait dengan ketentuan dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi.

e. Unit Kerja Pelaksana Kegiatan

Unit Kerja Pelaksana Kegiatan adalah unit kerja yang mengendalikan beberapa
pekerjaan konstruksi dan melaksanakan kegiatan Jasa Konstruksi sesuai rencana kerja dan
anggaran yang telah ditetapkan. Dalam lingkup Kementerian PUPR, pimpinan Unit Kerja
Pelaksana Kegiatan adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kepala Satuan Kerja/Atasan
langsung Kepala Satuan Kerja pada Direktorat Jenderal teknis.
Pimpinan Unit Kerja Pelaksana Kegiatan, memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang
meliputi:
a. melaksanakan penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis atau pengembangan
desain di unit kerja yang bersangkutan;

13
b. melaksanakan penyusunan perencanaan teknik, pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan perencanaan teknik, pelaksanaan konstruksi dan non-konstruksi di unit
kerja yang bersangkutan;
c. mengkoordinasikan penerapan Keselamatan Konstruksi kepada Unit Kerja di bawahnya;
d. melaksanakan pemantauan penerapan SMKK di tempat kerjanya;
e. melaporkan hasil penerapan SMKK di tempat kerjanya kepada Unit Organisasi
penyelenggara teknis/Unit Organisasi Eselon I melalui Unit organisasi eselon II yang
tugas fungsinya membidangi Keselamatan Konstruksi;
f. memfasilitasi pegawai di tempat kerjanya untuk menjadi ahli dan/atau petugas di bidang
Keselamatan Konstruksi;
g. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian penerapan SMKK pada
paket Pekerjaan Konstruksi yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Kegiatan/PPK;
h. melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Atasan Langsung dengan tembusan
pimpinan unit kerja dan penanggung jawab kegiatan terkait;
i. mengalokasikan biaya Penerapan SMKK untuk organisasi Pengguna Jasa, antara lain
untuk:
1. penyediaan fasilitas, sarana, prasarana, dan alat kesehatan; dan
2. program pembinaan penerapan SMKK;
j. menetapkan risiko keselamatan konstruksi besar; dan
k. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta penanggung jawab kegiatan untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.
Dalam hal pimpinan unit kerja pelaksana kegiatan sebagai pemilik poyek pekerjaan
konstruksi/KPA, maka bertanggung jawab untuk:
a. membentuk dan menetapkan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak sebelum pelaksanaan
tahapan pengukuran/pemeriksaan bersama;
b. menerima hasil pekerjaan dari Pejabat Pembuat Komitmen setelah Berita Acara Serah
Terima Akhir Pekerjaan diterbitkan; dan
c. menyerahkan hasil pekerjaan selesai kepada penyelenggara infrastruktur.

14
1. PENYEDIA JASA

Konsultansi Konstruksi Pengkajian dan/atau Perencanaan

Konsultan pengkajian dan/atau perencanaan merupakan penyedia jasa yang


melakukan konsepsi program perencanaan atau persiapan perancangan selanjutnya, melalui
analisis data dan informasi dari pengguna jasa maupun pihak lain.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
Perencanaan dan Pengkajian dalam penerapan SMKK adalah:
a. menyusun Rancangan Konseptual SMKK Pengkajian dan/atau Perencanaan dengan
mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi Keselamatan Konstruksi dalam aspek
lokasi, lingkungan, sosio-ekonomi dan lingkungan; dan
b. menyusun Program Mutu sebagai bentuk penjaminan mutu pekerjaan pengkajian
dan/atau perencanaan.

Konsultansi Konstruksi Perancangan Konsultan Perancangan merupakan


penyedia

jasa yang melakukan perancangan dalam gambar rencana, pengembangan


perancangan, garis besar spesifikasi teknis, rencana kerja, dan menyusun perkiraan biaya
konstruksi, yang akan dijadikan dasar dokumen teknis dalam dokumen pemilihan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
Perancangan Konstruksi adalah:
c. membuat Rancangan Konseptual SMKK Perancangan termasuk rancangan panduan
keselamatan operasi dan pemeliharaan; dan
d. menyusun Program Mutu.

Konsultansi Konstruksi Pengawasan dan/atau Manajemen Penyelenggaraan


Konstruksi

Konsultan Manajemen Konstruksi yang selanjutnya disingkat MK, adalah Penyedia


Jasa Konsultansi manajemen yang ditunjuk oleh pemilik proyek, dan bertugas
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.

15
Konsultan Pengawas Pekerjaan adalah Penyedia Jasa Konsultansi pengawasan yang
ditunjuk oleh pemilik proyek yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan dan/atau Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi di antaranya adalah :
a. menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK sesuai kebutuhan;
b. konsultan Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi bertugas dalam pengendalian
pekerjaan konstruksi sebagaimana yang dilimpahkan oleh penanggung jawab kegiatan
dan harus mengendalikan pekerjaan konsultansi sesuai dengan kontrak Manajemen
Penyelenggaraan Konstruksi;
c. Konsultan Pengawas bertugas dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan ketentuan kontrak sebagaimana tugas pengawasan yang dilimpahkan
oleh penanggung jawab kegiatan dan harus mengendalikan harus mengendalikan
pekerjaan konsultansi sesuai dengan kontrak pengawasan;
d. membuat RKK Konsultansi Konstruksi Pengawasan/Manajemen Penyelenggaraan
Konstruksi; dan
e. dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh Penyedia
Jasa Konsultansi, maka Penyedia Jasa Konsultansi wajib menyusun Program Mutu
sebagai penjaminan mutu pekerjaan.

Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi meliputi:
1. Tahap Pemilihan
a. Berhak meminta penjelasan kepada UKPBJ tentang Risiko Keselamatan Konstruksi
termasuk kondisi dan risiko keselamatan konstruksi yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir pemasukan
penawaran;
b. Menyampaikan RKK Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
c. Apabila ditetapkan sebagai pemenang tender, maka:
1) menyampaikan RKK pelaksanaan, RMPK, RKPPL (jika dipersyaratkan), dan RMLLP
(jika dipersyaratkan) yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi /PCM;
dan
2) menugaskan Ahli/petugas keselamatan Konstruksi untuk setiap pekerjaan
berdasarkan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi.

16
d. Menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK dalam harga penawaran pada
daftar kuantitas dan harga sesuai kebutuhan.

Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai ketentuan dalam Kontrak.


b. Mengendalikan kesesuaian kualitas proses dan hasil pekerjaan.
c. Menjaga ketepatan perhitungan jumlah atau volume.
d. Menjaga ketepatan waktu penyerahan.
e. Ketepatan tempat penyerahan.
f. Berkoordinasi dengan penanggung jawab kegiatan terhadap perubahan hasil
perancangan (jika ada).
g. Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMKK sebagai bagian dari Dokumen Serah
Terima Kegiatan pada akhir kegiatan.
h. Melaporkan kepada penanggung jawab kegiatan dan Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan.
i. Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari penanggung jawab kegiatan.
j. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan konstruksi, kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja apabila tidak menerapkan SMKK sesuai dengan RKK.
k. Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja selama
kegiatan Pekerjaan Konstruksi.
l. Melakukan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi
1) tempat kerja;
2) peralatan kerja;
3) cara kerja;
4) Alat Pelindung Kerja;
5) Alat Pelindung Diri;
6) rambu-rambu; dan
7) lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RKK
Struktur organisasi di dalam penyedia jasa pelaksana pekerjaan konstruksi digambarkan
dalam fungsi sebagai berikut:

17
penjaminan dan pengendalian penerapan SMKK pada Struktur Organisasi
Penyedia Jasa Pekerjaan Kontruksi

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang masing-masing pihak dalam Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi sebagaimana dilihat pada tersebut meliputi:

b. Kepala Proyek
1. Memastikan tercapainya sasaran pekerjaan dari segi mutu, biaya, waktu,
Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.
2. Menyelesaikan masalah yang terjadi termasuk merencanakan tindakan pencegahan
terhadap masalah yang mungkin terjadi.
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan.
4. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan.
5. Merangkap sebagai pimpinan UKK untuk pekerjaan dengan risiko keselamatan
konstruksi kecil.

c. Unit Keselamatan Kesehatan


1. Menyusun dan menetapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk
terkait tanggap darurat.
2. Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur keselamatan, serta
berkoordinasi dengan pimpinan unit KK dan/atau kepala proyek.
3. Melakukan evaluasi dan audit internal kesesuaian pelaksanaan prosedur keselamatan
serta merekomendasikan tindakan perbaikan.

18
d. Unit Penjamin Mutu
1. Menetapkan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian.
2. Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur pengendalian mutu.
3. Berkoordinasi dengan Direksi Lapangan/Konsultan MK terkait dengan rencana
pemeriksaan dan pengujian serta prosedur pengendalian mutu.
4. Melakukan evaluasi dan audit internal kesesuaian pelaksanaan pekerjaan oleh tim
konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
tim pengendali mutu.
5. Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
6. Merekomendasikan tindakan perbaikan yang diperlukan.
7. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang dikaitkan dengan pengendalian waktu.
e. Unit pengelolaan lingkungan dan lalu lintas, yaitu meliputi tugas pengelola
lingkungan kerja dan sekitar proyek, yang termasuk dengan lalu lintas.
f. Unit pengendali mutu yaitu meliputi tugas dan tanggung jawab Quality
Assurance dan Quality Control dan pengendali mutu pekerjaan lainnya.

g. Unit Pengendali Biaya


1. mengendalikan biaya, pelaksanaan pekerjaan; dan
2. melakukan evaluasi biaya terkait dengan upaya percepatan pelaksanaan pekerjaan,
dan termasuk keterlambatan progress (pengendalian waktu).

h. Manajer Pelaksana
1. Merencanakan metode pelaksanaan, pemeriksaan dan pengujian terkait mutu
pekerjaan.
2. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan sasaran mutu, biaya, waktu, dan
Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.

i. Unit Administrasi
Memberikan dukungan administrasi terhadap kegiatan proyek yang meliputi:
1. penatausahaan; dan
2. pemeliharaan dokumen proyek.

19
BAB II
RENCANA KESELAMATAN KERJA

1. PROFIL KAWASAN KUMUH KABUPATEN SAMPANG

Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Sampang mengacu pada Surat Keputusan


Bupati Sampang Nomor : 188.45/242/KEP/434.012/2022 tentang perubahan atas Keputusan
Bupati Sampang Nomor : 188.45/355/KEP/434.012/2018 Tentang Penetapan Lokasi
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Sampang. Kawasan kumuh yang
dimaksud adalah kawasan perumahan dan permukiman yang membutuhkan penanganan
dan penataan terutama terkait dengan permasalahan beberapa indikator kumuh yang ada,
sehingga perlu untuk diutamakan. Berdasarkan surat keputusan tersebut, kawasan kumuh di
Kabupaten Sampang tersebar di 12 (dua belas) Kecamatan dengan luas kawasan 440,45 Ha,
dimana tingkat kekumuhan pada tahun tersebut berada pada kekumuhan ringan untuk
keseruhan kawasan. Berikut tabel kondisi kekumuhan di kabupaten Sampang.

20
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022

Tabel Sebaran Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang Berdasarkan SK Bupati

Lingkup Administrastif Luas Klasifikasi Pertimbangan Lain Legalitas Prio-


No
RT/RT/Dusun Kelurahan/Desa Kecamatan (Ha) Nilai Kategori Nilai Tingk. Tanah ritas
1 Pesisir Barat Dharma Camplong Camplong 7,47 26 Ringan 15 Tinggi Legal A1/1
2 Pesisir Timur Dharma Camplong Camplong 7,35 29 Ringan 9 Sedang Legal A3/4
Pesisir Desa
3 Tambaan Camplong 13,74 28 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
Tambaan
4 Pandiyan Dharma Tanjung Camplong 4,50 32 Ringan 11 Tinggi Legal A1/1
5 Majeng Dharma Tanjung Camplong 2,09 29 Ringan 11 Tinggi Legal A1/1
6 Manceng Dharma Tanjung Camplong 1,44 28 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
7 Gruggak Sejati Camplong 11,53 28 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
8 Taddan Tengah Taddan Camplong 4,50 28 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
9 Raba Jateh Taddan Camplong 6,25 19 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
10 Labuhan Timur Labuhan Sreseh 6,19 35 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
11 Labuhan Tengah Labuhan Sreseh 2,66 26 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
12 Labuhan Barat Labuhan Sreseh 5,28 37 Sedang 13 Tinggi Legal B1/2
13 Morpao Noreh Sreseh 5,81 33 Ringan 3 Sedang Legal C3/6
14 Noreh Noreh Sreseh 11,36 33 Ringan 3 Sedang Legal C3/6
15 Panaroan Noreh Sreseh 12,99 31 Ringan 3 Sedang Legal C3/6
16 Macanan Taman Sreseh 4,42 33 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
17 Taman Timur Taman Sreseh 3,99 29 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
18 Trebung Taman Sreseh 5,00 24 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
19 Karang Barat Banyuates Banyuates 12,84 23 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
20 Karang Timur Banyuates Banyuates 11,78 27 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
21 Mademan Daya Banyuates Banyuates 8,52 25 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
22 Mademan Laok Banyuates Banyuates 6,42 22 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
23 Sembung Jatrah Timur Banyuates 17,83 22 Ringan 7 Sedang Legal C3/6
24 Munjungan Jatrah Timur Banyuates 8,19 22 Ringan 7 Sedang Legal C3/6

21
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022

Lingkup Administrastif Luas Klasifikasi Pertimbangan Lain Legalitas Prio-


No
RT/RT/Dusun Kelurahan/Desa Kecamatan (Ha) Nilai Kategori Nilai Tingk. Tanah ritas
25 Lebak Ketapang Barat Ketapang 10,37 24 Ringan 9 Sedang Legal B3/5
26 Bulanjang Ketapang Timur Ketapang 2,62 23 Ringan 9 Sedang Legal B3/5
27 Sembung Daya Rabiyan Ketapang 3,77 22 Ringan 9 Sedang Legal B3/5
28 Karang Tengah Rabiyan Ketapang 2,37 27 Ringan 9 Sedang Legal B3/5
29 Sokobanah Sokobanah Daya Sokobanah 15,08 28 Ringan 5 Rendah Legal B5/8
30 Pongkerep Sokobanah Daya Sokobanah 17,05 27 Ringan 3 Rendah Legal B5/8
31 Cangak Tamberu Barat Sokobanah 8,01 32 Ringan 3 Rendah Legal B5/8
32 Peneneran Tamberu Barat Sokobanah 18,67 25 Ringan 7 Sedang Legal C3/6
33 Bandaran Timur Tamberu Timur Sokobanah 5,61 26 Ringan 3 Rendah Legal C5/9
34 Laok Embong Kalangan Prao Jrengik 9,04 30 Ringan 13 Rendah Legal B5/6
35 Dempol Kotah Jrengik 9,76 26 Ringan 11 Tinggi Legal B1/2
36 Tengah Kotah Jrengik 6,99 31 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
37 Maguk Kotah Jrengik 11,79 28 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
38 Jiken Taman Jrengik 12,04 26 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
39 Mungging Robatal Robatal 8,20 43 Sedang 7 Sedang Legal B3/5
40 Sumber Jaya Robatal Robatal 8,79 30 Ringan 7 Sedang Legal B3/5
41 Junglorong Komis Kedungdung 13,58 21 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
42 Bunut Moktesareh Kedungdung 5,66 30 Sedang 13 Tinggi Legal C1/3
Karang Penang Karang
43 Ja'ah Sittong 4,26 22 Ringan 7 Sedang Legal C3/6
Oloh Penang
Karang Penang Karang
44 Sesan 3,64 33 Ringan 7 Sedang Legal C3/6
Oloh Penang
45 Krampon Timur Krampon Torjun 8,90 28 Ringan 3 Rendah Legal C5/9
46 Keddeng Torjun Torjun 12,88 32 Sedang 3 Rendah Legal C5/9
47 Cangkareman Apaan Pangarengan 7,97 26 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
48 Kolo Apaan Pangarengan 4,31 33 Ringan 13 Tinggi Legal B1/2
49 Galiba Pangarengan Pangarengan 9,32 28 Ringan 3 Rendah Legal C5/9

22
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022

Lingkup Administrastif Luas Klasifikasi Pertimbangan Lain Legalitas Prio-


No
RT/RT/Dusun Kelurahan/Desa Kecamatan (Ha) Nilai Kategori Nilai Tingk. Tanah ritas
50 Gunungan Pangarengan Pangarengan 6,17 28 Ringan 3 Rendah Legal C5/9
51 RT001-RW003 Banyuanyar Sampang 0,61 23 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
52 RT003-RW003 Banyuanyar Sampang 1,32 20 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
53 RT001-RW001 Banyuanyar Sampang 0,91 24 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
54 RT002-RW002 Banyuanyar Sampang 1,48 19 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
55 RT003-RW001 Banyuanyar Sampang 1,86 23 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
56 RT004-RW001 Banyuanyar Sampang 2,38 21 Ringan 13 Tinggi Legal A1/1
57 RT002-RW001 Dalpenang Sampang 2,38 24 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
58 RT003-RW001 Dalpenang Sampang 1,17 24 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
59 RT003-RW007 Gunung Sekar Sampang 1,97 22 Ringan 5 Rendah Legal C5/9
60 RT004-RW006 Rongtengah Sampang 1,77 26 Ringan 9 Sedang Legal C3/6
61 RT004-RW006 Gunung Sekar Sampang 5,10 20 Ringan 5 Rendah Legal C5/9
62 RT003-RW005 Gunung Sekar Sampang 2,18 22 Ringan 5 Rendah Legal C5/9
63 RT001-RW005 Gunung Sekar Sampang 2,16 20 Ringan 5 Rendah Legal C5/9
64 RT002-RW001 Polagan Sampang 2,72 24 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
65 RT003-RW002 Polagan Sampang 1,75 19 Ringan 13 Tinggi Legal C1/3
66 RT001-RW001 Rongtengah Sampang 1,65 16 Ringan 9 Rendah Legal C5/9
Total 440,45
Sumber : Bupati Sampang Nomor : 188.45/242/KEP/434.012/2022

Berdasarkan data SK kumuh terbaru didapatkan bahwa dari 66 lokasi kumuh Kabupaten Sampang, 4 lokasi memiliki tingkat kekumuhan Sedang
dan 62 lokasi dengan tingkat kekumuhan

23
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi

Berdasarkan hasil verifikasi pada bulan Oktober - Nopember 2022, terdapat perubahan luas kawasan kumuh di Kabupaten Sampnag
dari 440,45 hektar menjadi 442,01 hektar. Jumlah dusun dan RT sebelum verifikasi adalah 66 dusun dan RT dan setelah dilakukan verifikasi
menjadi 67 dusun dan RT. Jumlah Kawasan dengan RT kumuh dapat dilihat Tabel 3.2

Tabel 3. 1 Ringkasan Perubahan Luas Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi Juli - Agustus 2022 (Per Kawasan)

SK Bupati Sampang Hasil Verifikasi Selisih Kumuh


188.45/242/KEP/434.012/2022 Oktober - Nopember 2022
No Kawasan
Jumlah Jumlah Jumlah
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
RT/Dusun RT/Dusun RT/Dusun
1 Kawasan Dharmacamplong-Tambaan 3 28,56 3 28,56 0 0
2 Kawasan Tanjung Sejati 4 19,57 4 19,57 0 0
3 Kawasan Desa Taddan 2 10,75 2 10,75 0 0
4 Kawasan Pesisir Labuhan 3 14,13 3 14,13 0 0
5 Kawasan Pesisir Noreh 3 30,15 3 30,15 0 0
6 Kawasan Pesisir Taman 3 13,41 3 13,41 0 0
7 Kawasan Pesisir Banyuates 6 65,59 6 65,59 0 0
8 Kawasan Ketapang Barat 1 10,37 1 10,37 0 0
9 Kawasan Ketapang Timur 1 2,62 1 2,62 0 0
10 Kawasan Desa Rabiyan 2 6,14 2 6,14 0 0
11 Kawasan Pesisir Sokobanah Daya 2 32,14 2 32,14 0 0
12 Kawasan Pesisir Tamberu Barat 1 8,01 1 8,01 0 0
13 Kawasan Pesisir Tamberu 2 24,28 2 24,28 0 0
14 Kawasan Klanganprao 1 9,04 1 9,04 0 0
15 Kawasan Kotah 3 28,54 3 28,54 0 0
16 Kawasan Dusun Jiken 1 12,04 1 12,04 0 0
17 Kawasan Robatal-Dusun Mungging 1 8,20 1 8,20 0 0
18 Kawasan Robatal 1 8,79 1 8,79 0 0

24
19 Kawasan Desa Komis 1 13,58 1 13,58 0 0
20 Kawasan Desa Moktesareh 1 5,66 1 5,66 0 0
21 Kawasan Karang Penang Oloh 2 1 4,26 1 4,26 0 0
22 Kawasan Karang Penang Oloh 1 1 3,64 1 3,64 0 0
23 Kawasan Krampon-Torjun 2 21,78 2 21,78 0 0
24 Kawasan Pesisir Apaan 1 7,97 1 7,97 0 0
25 Kawasan Pesisir Pangarengan 3 19,81 3 19,81 0 0
26 Kawasan Banyuanyar 7 8,57 7 10,13 1 1,56
27 Kawasan Bantaran Sungai Kemuning 4 7,29 4 7,29 0 0
28 Kawasan Gunung Sekar Utara 1 5,10 1 5,10 0 0
29 Kawasan Gunung Sekar 2 4,34 2 4,34 0 0
30 Kawasan Pesisir Polagan 2 4,46 2 4,46 0 0
31 Kawasan Desa Rongtengah 1 1,65 1 1,65 0 0
Total 66 440,45 67 442,01 1 1,56
Sumber : Tim Penyusun (2022)

25
26
27
Adapun Konsultan pelaksana sebegai berikut :
1. PT. Adhi Hutama Konsulindo : Konsultan Penyusun Dokumen RP2KPKPK

2. GAMBARAN UMUM PROYEK

Nama Pekerjaan : Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh ( RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang
Lokasi Kegiatan : Kabupaten Sampang
Pengguna Jasa : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kab.
: Sampang
PPK : ABD. ROKIB, ST, MT
Nilai Kontrak : Rp. 299.977.500,00,- (termasuk PPN 10 %)
Nomor Kontrak : 03.2.02.02/A.01/Kontrak/434.208/IX/2022
Tanggal Kontrak : 01 September 2022
No. SPMK : 03.2.02.02/A.01/SPMK/434.208/IX/2022
Tanggal SPMK : 02 September 2022
Sistem kontrak : Harga Satuan
Sumber Dana : APBD
Tahun Anggaran : Tahun 2022
Masa Pelaksanaan : 90 (Sembilan Puluh)Hari Kalender
Nama Perusahaan : PT. Adhi Hutama Konsulindo
Nama Direktur

3. RENCANA KESELAMATAN KERJA

KOMITMEN RENCANA AKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI

PT. Adhi Hutama Konsulindo sebagai Badan Usaha Jasa Penyusunan Dokumen
Perencanaan berkomitmen melaksanakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan penyusunan
dokumen RP2KPKPK berkeselamatan pada pelaksanaan Paket Pekerjaan Penyusunan
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh ( RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang demi terciptanya Zero Accident,
dengan memastikan:
a. Pemenuhan ketentuan Keselamatan telah sesuai dengan Dokumen RKK;
b. Pengawasan mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK);

28
c. Pengawasan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian standar dan desain;
d. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP);
e. Menggunakan tenaga kerja yang berkompeten dan bersertifikat.

Sampang, 2022

Konsultan

Team Penyusun

29
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

• Penyedia Jasa harus secara berkesinambungan melakukan konsultasi dengan pekerja


dan/atau perwakilan/serikat pekerja, diantaranya:
1. Konsultasi mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja dan
tindakan perbaikan SMKK.
2. Konsultasi dilakukan dengan:
a. menyediakan mekanisme, waktu, dan sumber daya yang diperlukan untuk
konsultasi;
b. menyediakan informasi SMKK yang valid dan dapat diakses setiap saat;
c. menghilangkan dan/atau meminimalkan hal-hal yang menghambat pekerja
untuk berpartisipasi; dan
d. melakukan konsultasi dengan pekerja lain yang berkepentingan terkait dengan:
1. kebijakan, kebutuhan, program dan kegiatan SMKK;
2. susunan, peran, tanggung jawab dan wewenang organisasi;
3. pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya;
4. tujuan keselamatan konstruksi dan perencanaan pencapaian;
5. pengendalian terhadap alihdaya dan pengadaan barang dan jasa;
6. pemantauan dan evaluasi;
7. program audit; dan
8. perbaikan berkelanjutan.
• Seluruh pekerjaan harus memiliki informasi terkait dengan pengendalian pekerjaan baik
berupa prosedur, petunjuk kerja, petunjuk teknis operasi, dan lain-lain yang
terdokumentasi.
• Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja pengendalian dokumen atas semua dokumen
yang dimiliki dan ditandatangani oleh Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi.
• Melakukan kegiatan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya atas risiko pekerjaan
melalui cara:

a. Mutu Peralatan

30
1) Prosedur/petunjuk kerja penggunaan peralatan Memuat prosedur/petunjuk
kerja penggunaan pesawat angkat dan angkut (alat berat) dan peralatan
konstruksi lainnya yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Peralatan dan
Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi. Seluruh alat berat dan perkakas yang
akan digunakan di area Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi harus lolos tahapan
inspeksi yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Keselamatan Konstruksi dan
memiliki stiker “Laik Operasi”.
b. Prosedur dan/atau petunjuk kerja sistem keamanan bekerja
1) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja sistem keamanan bekerja
berdasarkan program kerja yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab
Keselamatan Konstruksi.
2) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Keselamatan Konstruksi.
• Melakukan kegiatan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi
tenaga kerja konstruksi dan masyarakat di sekitar lokasi penyelenggaraan jasa
konstruksi dengan melakukan pencegahan gangguan kesehatan dan penyakit akibat
melalui cara:
a. Pemeriksaan Kesehatan
1) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja pengelolaan kesehatan kerja
mencakup: pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus,
pencegahan penyakit menular dan penyakit akibat kerja yang ditandatangani
oleh Ahli terkait dan Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi/Wakil Manajemen.
2) Prosedur dan/atau petunjuk kerja pengelolaan kesehatan kerja sekurang-
kurangnya mencakup:
a. pemeriksaan kesehatan bagi seluruh pekerja dilakukan sebelum atau
beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali dan secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
b. terdapat klinik yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana kesehatan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi yang memiliki risiko besar dan akses
terbatas menuju fasilitas kesehatan.
c. data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan
untuk referensi.
d. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K):
➢ terdapat peralatan P3K dengan jumlah 1 kotak P3K untuk setiap 25
pekerja dan ditempatkan di area yang mudah dilihat dan dijangkau.

31
➢ isi kotak P3K sekurang-kurangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
➢ isi kotak P3K harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya
tetap berisi (tidak boleh kosong).
e. Pemberantasan penyakit menular dan berbahaya Dilakukan identifikasi
bahaya kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan di antaranya:
➢ demam berdarah dengan melakukan kegiatan Fogging yang
berkoordinasi dengan puskesmas terdekat;
➢ HIV/AIDS dengan melakukan tindakan pencegahan melalui sosialisasi
sesuai peraturan yang ada; dan
➢ penyakit epidemik lainnya.
f. Peningkatan kesegaran jasmani untuk menjamin kebugaran pekerja.
g. Perlindungan sosial tenaga kerja Seluruh pekerja memiliki BPJS
Ketenagakerjaan dan Kesehatan.

32

Anda mungkin juga menyukai