PENDAHULUAN
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)
1. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu
dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pengertian K3 Menurut OHSAS
18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/paling sering
digunakan di antara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
lainnya. Sebagaimana diketahui, tahun 2017 merupakan tahun ke-3 bagi bangsa Indonesia
yang secara terus menerus berusaha mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia
berbudaya K3 tahun 2020. Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif
Dhakiri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan
jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja
atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.
Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi juga
untuk mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat
digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di laksanakan
dan di terapkan melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal 83 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Untuk itu, tema peringatan bulan
K3 Nasional tahun ini dimaksudkan untuk mendorong semua pihak berpartisipasi aktif
membudayakan K3 yang diharapkan menjadi bagian integral dalam pembangunan nasional
untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.
1
Tujuan keselamatan kerja terdiri dari tiga, yaitu:
1. Melindungi keselamatan karyawan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara sumber produksi dan mengatur penggunaannya secara aman dan efisien.
Sementara tujuan kesehatan kerja terdiri dari empat, antara lain:
1. Menjaga serta meningkatkan kesehatan masyarakat pekerja di segala jenis lapangan
pekerjaan setinggi mungkin, baik dalam hal fisik maupun mental, serta kesejahteraan
sosial.
2. Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja akibat keadaan
atau kondisi di lingkungan kerjanya, misalnya kecelakaan akibat kerja.
3. Memberikan perlindungan kepada para pekerja ketika melaksanakan pekerjaan dan
kemungkinan terjadinya bahaya karena faktor yang membahayakan kesehatan di
tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan berdasarkan kemampuan fisik
dan psikis pekerjaannya serta keterampilannya.
Penerapan K3 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 10 tahun 2021 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan
konstruksi dilakukan melalui Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK2).
Penerapan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektivitas kegiatan perlindungan K3, secara terstruktur, terencana,
dan terintegrasi.
2. Mengurangi dan menghindarkan risiko kecelakaan dan penyakit sehubungan dengan
aktivitas pekerjaan, dengan melibatkan seluruh unsur di tempat kerja.
3. Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja, mewujudkan efisiensi,
serta meningkatkan produktivitas.
2
penerapan K3 juga dapat menghindarkan dirinya dari penyakit yang mungkin terbawa dari
lingkungan kerja.
Manfaat K3 bagi Perusahaan
SMK2 juga bermanfaat luas bagi masyarakat dan negara. Perusahaan menjaga
aktivitasnya, sehingga turut memberikan keamanan dan kenyamanan bagi lingkungan
sekitarnya. Para karyawan pun dapat terus berkontribusi dengan baik di masyarakat.
Perekonomian keluarga tetap terjaga, wawasan tentang K3 pun dapat diterapkan di
masyarakat.
Kesehatan dan keamanan lingkungan berdampak positif keberlangsungan hidup
masyarakat suatu negara. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan SMK2 dengan baik
dapat berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional. Tentu itu akan berdampak
besar bagi kemajuan, serta citra positif negara di mata internasional.
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di perusahaan bisa
berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki banyak fungsi, baik bagi
perusahaan maupun karyawan, yaitu:
• Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
• Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
• Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja di
lingkungan kerja.
• Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan, dan pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;
3
• Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan tindakan
darurat lainnya.
Dalam implementasinya, K3 dilaksanakan melalui prosedur tertentu yang harus diikuti
oleh perusahaan dan karyawan. Prosedur ini berlaku secara umum oleh semua jenis
perusahaan, baik kantor, pabrik, tambang, maupun lainnya.
Prosedur K3 adalah proses kegiatan yang wajib diikuti atau ditaati setiap pekerja demi
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan hingga
selesai. Untuk memastikan prosedur K3 dijalankan dengan baik, perusahaan menunjuk
seseorang sebagai pengawas.
• Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan K3 untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan;
• Menjamin pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan tertib;
• Menginformasikan secara cepat kepada pihak lain yang terkait jika terjadi masalah
saat bekerja;
• Melaporkan kejadian langsung yang mencurigakan di lokasi kerja;
• Memastikan setiap pekerja memahami pentingnya K3 dan mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
• Menjamin setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung diri/APD) dapat
digunakan dengan baik dan efektif;
4
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat yang akan
digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan atau
memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3 dan
pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan dalam
bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme kerja
untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
Selain pekerja, pengawas K3 pun harus mengikuti prosedur yang ditetapkan untuknya
setelah para pekerja memulai pekerjaannya, yaitu;
1. Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah pekerja melakukan pekerjaan
sesuai prosedur K3 atau tidak;
2. Melakukan patroli keamanan untuk memastikan keamanan pekerja dan melakukan
penertiban sesuai peraturan perusahaan;
3. Melakukan pendataan kejadian di lapangan, termasuk mencatat apakah ada
kecelakaan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung atau tidak
Perlu diketahui beberapa istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja
• HAZARD (berkaitan dengan sumber bahaya) adalah suatu keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, penyakit, dan kerusakan, atau menghambat pekerja
dalam menjalankan pekerjaannya.
• DANGER (berkaitan dengan tingkat bahaya) adalah peluang bahaya yang sudah terlihat
atau kondisi bahaya sudah ada, tetapi masih dapat dicegah dengan berbagai tindakan.
• RISK adalah perkiraan tingkat keparahan yang akan timbul jika terjadi bahaya dalam
siklus tertentu.
• INCIDENT adalah munculnya kejadian bahaya atau kejadian yang tidak diinginkan.
• ACCIDENT adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban atau kerugian (manusia
ataupun benda).
5
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan
hukuman-hukuman lain.” “Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. (Forum, 2008, edisi no.11)” “Keselamatan kerja merupakan
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan
kerja.
Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah
salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992)” “Keselamatan
kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan tenang dalam
bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen. (Suma’mur, 1992)”
“Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja
/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.” “Konsep dasar mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kondisi lingkungan yang tidak aman”. (http://ohsas-18001-occupational-health-and-safety.
com).
“Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (Ervianto,
2005, hal 199).” “Kontrol manajemen konstruksi dapat mengurangi ataupun mengeliminasi
kondisi rawan kecelakaan. Walaupun teknik manajemen dapat menjamin keselamatan, tetapi
akan lebih aman jika digunakan Alat Perlindungan Diri (APD). Jika kecelakaan tetap terjadi
setelah kontrol manajemen konstruksi diterapkan, yang harus diperhatikan adalah mengkaji
kelengkapan keamanan dan keselamatan.
Peralatan keamanan menyediakan keamanan dalam bekerja, jika peralatan ini tidak
berfungsi dengan baik, maka resiko terjadi kecelakaan pada pekerja besar (Charles A. W,
1999, hal 401).” “Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki standar di
6
proyek konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri konstruksi. Helem pelindung dan
sepatu merupakan peralatan perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja
untuk melindungi diri dari benda keras.
Di beberapa industri, kacamata pelindung dibutuhkan. Kelengkapan peralatan
perlindungan diri membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan luka-luka, (Charles A.
W, 1999, hal 401)” “Beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja enggan menggunakan
peralatan perlindungan diri antara lain :
a. Sulit, tidak nyaman, atau mengganggu untuk digunakan.
b. Pengertian yang rendah akan pentingnya peralatan keamanan.
c. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan.
(Charles A. W, 1999, hal 403).” “Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus
diidentifikasi, kondisi dimana alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan
direncanakan secara sesuai, serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap
terjamin (http://www.ohsas-18001-occupational-health-and-safety.com/ )”. 2.3. Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : ”Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk
sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
pekerja dan untuk melindungi sumber daya manusia. ”Menurut Suma’mur (1992), tujuan
dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.” Menurut
pendapat Suma’mur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan keselamatan
dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang tepat,
pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna,
tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-
usaha terhadap kebisingan.”
”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja
yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan
bebas kecelakaan.”
7
Pengertian Konstruksi
8
setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta
sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien , sehingga proses
kerja berjalan lancar ( Aditama, 2006 ) Standar dan prosedur keselamatan yang tinggi
adalah sasaran yang ingin dicapai dengan sepenuh tenaga seperti sasaran manajemen
lainnya.
Tujuan kebanyakan proyek pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan umum
penduduk dari Negara yang bersangkutan, dengan memelihara aspek-aspek pendukung
dalam penyelenggaraan proyek; mulai dari pekerja, alat bantu kerja sampai dengan material
konstruksi. Hal tersebut menimbulkan asumsi yang sewajarnya apabila peningkatan kinerja
dan optimalisasi prosedur K3 dapat dimulai dari penyediaan alat perlindungan diri yang tepat
bagi pekerja konstruksi, agar kesehatan dan keselamatan mereka tetap terpelihara dengan
baik.
Penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja Masalah keselamatan kerja,
merupakan masalah yang selalu menarik untuk dibicarakan. Perlu adanya kesadaran
mengenai keselamatan kerja sebab pada kenyataannya tidak sedikit pelaku konstruksi yang
belum menyadari pentingnya keselamatan kerja. Bahkan masih banyak pengusaha yang
beranggapan bahwa penyediaan alat keselamatan kerja bagi pekerja hanya sekedar
pemenuhan peraturan saja, tanpa mempertimbangkan segi ketepatan penggunaannya bagi
pekerja konstruksi di Indonesia. Selain dari faktor pelaku konstruksi, ternyata masih banyak
pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dalam kerja dengan alasan faktor
kenyamanan alat ( http://www.buletin12.co.id ).
Oleh karena itu, dengan mempelajari ketepatan produk peralatan K3 yang ada di
Indonesia dengan baik, kesesuaian antara produk tersebut dengan kondisi fisik pekerja
Indonesia dapat lebih diperhatikan. Kebijakan DEPNAKER di bidang K3 menganjurkan bahwa
pendekatan preventif dari aspek K3 dapat dimulai dari pemilihan teknologi dan prosedur
penerapan yang baik ( Aditama, 2006 ). Komitmen Manajemen Komitmen Manajemen
adalah faktor yang sangat penting untuk dapat terlaksanannya K3 di perusahaan dengan
wujud adanya ketentuan tertulis mengenai kebijakan (policy) perusahaan terhadap K3 (
Aditama, 2006 ).
9
3. TUGAS PENERAPAN KESELAMATAN
Umum
10
Struktur Organisasi Penjaminan dan Pengendalian Keselamatan Konstruksi
Unit Pembinaan Jasa Konsruksi adalah unit organisasi yang menyelenggarakan urusan
pembinaan jasa konstruksi. Dalam lingkup Kementerian PUPR unit Pembina Jasa Konstruksi
adalah Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Unit
Pembina Jasa Konstruksi meliputi:
b. merumuskan Kebijakan tentang Keselamatan Konstruksi;
c. menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Keselamatan
Konstruksi;
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara acak terhadap penerapan Keselamatan
Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi, apabila ditemukan hal-hal yang sangat
berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau meminta Penanggung jawab kegiatan
untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya tindakan
perbaikan.
11
e. melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi kepada
Menteri;
f. melakukan tugas pembinaan penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi di instansi
terkait; dan
g. memberikan rekomendasi perbaikan untuk peningkatan kinerja Keselamatan Konstruksi
kepada Menteri dan Unit Organisasi penyelenggara Teknis/Unit Organisasi Eselon I.
12
c. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya
tindakan perbaikan.
Unit Kerja Pelaksana Pemilihan Barang dan Jasa adalah unit kerja yang melakukan
pemilihan tender/seleksi penyedia jasa pekerjaan Jasa Konstruksi.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang UKPBJ meliputi:
a. memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan bahwa biaya
SMKK telah dialokasikan dalam daftar kuantitas dan harga sesuai kebutuhan;
b. apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMKK, maka UKPBJ mengusulkan perubahan
kepada penanggung jawab kegiatan untuk dilengkapi;
c. menyusun dokumen pemilihan Penyedia Jasa sesuai kriteria yang di dalamnya memuat:
1. manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi;
2. kualifikasi personil manajerial/tenaga ahli untuk keselamatan konstruksi; dan
3. format pakta komitmen Keselamatan Konstruksi;
d. memberikan penjelasan pada saat aanwijzing serta menuangkannya dalam berita acara
aanwijzing tentang risiko keselamatan konstruksi dari Pekerjaan Konstruksi yang akan
ditenderkan;
e. RKK sebagai bagian dari dokumen usulan teknis; dan
f. menilai pemenuhan RKK terkait dengan ketentuan dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi.
Unit Kerja Pelaksana Kegiatan adalah unit kerja yang mengendalikan beberapa
pekerjaan konstruksi dan melaksanakan kegiatan Jasa Konstruksi sesuai rencana kerja dan
anggaran yang telah ditetapkan. Dalam lingkup Kementerian PUPR, pimpinan Unit Kerja
Pelaksana Kegiatan adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kepala Satuan Kerja/Atasan
langsung Kepala Satuan Kerja pada Direktorat Jenderal teknis.
Pimpinan Unit Kerja Pelaksana Kegiatan, memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang
meliputi:
a. melaksanakan penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis atau pengembangan
desain di unit kerja yang bersangkutan;
13
b. melaksanakan penyusunan perencanaan teknik, pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan perencanaan teknik, pelaksanaan konstruksi dan non-konstruksi di unit
kerja yang bersangkutan;
c. mengkoordinasikan penerapan Keselamatan Konstruksi kepada Unit Kerja di bawahnya;
d. melaksanakan pemantauan penerapan SMKK di tempat kerjanya;
e. melaporkan hasil penerapan SMKK di tempat kerjanya kepada Unit Organisasi
penyelenggara teknis/Unit Organisasi Eselon I melalui Unit organisasi eselon II yang
tugas fungsinya membidangi Keselamatan Konstruksi;
f. memfasilitasi pegawai di tempat kerjanya untuk menjadi ahli dan/atau petugas di bidang
Keselamatan Konstruksi;
g. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian penerapan SMKK pada
paket Pekerjaan Konstruksi yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Kegiatan/PPK;
h. melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Atasan Langsung dengan tembusan
pimpinan unit kerja dan penanggung jawab kegiatan terkait;
i. mengalokasikan biaya Penerapan SMKK untuk organisasi Pengguna Jasa, antara lain
untuk:
1. penyediaan fasilitas, sarana, prasarana, dan alat kesehatan; dan
2. program pembinaan penerapan SMKK;
j. menetapkan risiko keselamatan konstruksi besar; dan
k. apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta penanggung jawab kegiatan untuk memberhentikan pekerjaan sementara
sampai dengan adanya tindakan perbaikan.
Dalam hal pimpinan unit kerja pelaksana kegiatan sebagai pemilik poyek pekerjaan
konstruksi/KPA, maka bertanggung jawab untuk:
a. membentuk dan menetapkan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak sebelum pelaksanaan
tahapan pengukuran/pemeriksaan bersama;
b. menerima hasil pekerjaan dari Pejabat Pembuat Komitmen setelah Berita Acara Serah
Terima Akhir Pekerjaan diterbitkan; dan
c. menyerahkan hasil pekerjaan selesai kepada penyelenggara infrastruktur.
14
1. PENYEDIA JASA
15
Konsultan Pengawas Pekerjaan adalah Penyedia Jasa Konsultansi pengawasan yang
ditunjuk oleh pemilik proyek yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan dan/atau Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi di antaranya adalah :
a. menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK sesuai kebutuhan;
b. konsultan Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi bertugas dalam pengendalian
pekerjaan konstruksi sebagaimana yang dilimpahkan oleh penanggung jawab kegiatan
dan harus mengendalikan pekerjaan konsultansi sesuai dengan kontrak Manajemen
Penyelenggaraan Konstruksi;
c. Konsultan Pengawas bertugas dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan ketentuan kontrak sebagaimana tugas pengawasan yang dilimpahkan
oleh penanggung jawab kegiatan dan harus mengendalikan harus mengendalikan
pekerjaan konsultansi sesuai dengan kontrak pengawasan;
d. membuat RKK Konsultansi Konstruksi Pengawasan/Manajemen Penyelenggaraan
Konstruksi; dan
e. dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh Penyedia
Jasa Konsultansi, maka Penyedia Jasa Konsultansi wajib menyusun Program Mutu
sebagai penjaminan mutu pekerjaan.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi meliputi:
1. Tahap Pemilihan
a. Berhak meminta penjelasan kepada UKPBJ tentang Risiko Keselamatan Konstruksi
termasuk kondisi dan risiko keselamatan konstruksi yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir pemasukan
penawaran;
b. Menyampaikan RKK Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
c. Apabila ditetapkan sebagai pemenang tender, maka:
1) menyampaikan RKK pelaksanaan, RMPK, RKPPL (jika dipersyaratkan), dan RMLLP
(jika dipersyaratkan) yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi /PCM;
dan
2) menugaskan Ahli/petugas keselamatan Konstruksi untuk setiap pekerjaan
berdasarkan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi.
16
d. Menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK dalam harga penawaran pada
daftar kuantitas dan harga sesuai kebutuhan.
Tahap Pelaksanaan
17
penjaminan dan pengendalian penerapan SMKK pada Struktur Organisasi
Penyedia Jasa Pekerjaan Kontruksi
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang masing-masing pihak dalam Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi sebagaimana dilihat pada tersebut meliputi:
b. Kepala Proyek
1. Memastikan tercapainya sasaran pekerjaan dari segi mutu, biaya, waktu,
Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.
2. Menyelesaikan masalah yang terjadi termasuk merencanakan tindakan pencegahan
terhadap masalah yang mungkin terjadi.
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan.
4. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan.
5. Merangkap sebagai pimpinan UKK untuk pekerjaan dengan risiko keselamatan
konstruksi kecil.
18
d. Unit Penjamin Mutu
1. Menetapkan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian.
2. Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur pengendalian mutu.
3. Berkoordinasi dengan Direksi Lapangan/Konsultan MK terkait dengan rencana
pemeriksaan dan pengujian serta prosedur pengendalian mutu.
4. Melakukan evaluasi dan audit internal kesesuaian pelaksanaan pekerjaan oleh tim
konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
tim pengendali mutu.
5. Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
6. Merekomendasikan tindakan perbaikan yang diperlukan.
7. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang dikaitkan dengan pengendalian waktu.
e. Unit pengelolaan lingkungan dan lalu lintas, yaitu meliputi tugas pengelola
lingkungan kerja dan sekitar proyek, yang termasuk dengan lalu lintas.
f. Unit pengendali mutu yaitu meliputi tugas dan tanggung jawab Quality
Assurance dan Quality Control dan pengendali mutu pekerjaan lainnya.
h. Manajer Pelaksana
1. Merencanakan metode pelaksanaan, pemeriksaan dan pengujian terkait mutu
pekerjaan.
2. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan sasaran mutu, biaya, waktu, dan
Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.
i. Unit Administrasi
Memberikan dukungan administrasi terhadap kegiatan proyek yang meliputi:
1. penatausahaan; dan
2. pemeliharaan dokumen proyek.
19
BAB II
RENCANA KESELAMATAN KERJA
20
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022
21
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022
22
Penyusunan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ( Tahun
RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang 2022
Berdasarkan data SK kumuh terbaru didapatkan bahwa dari 66 lokasi kumuh Kabupaten Sampang, 4 lokasi memiliki tingkat kekumuhan Sedang
dan 62 lokasi dengan tingkat kekumuhan
23
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi
Berdasarkan hasil verifikasi pada bulan Oktober - Nopember 2022, terdapat perubahan luas kawasan kumuh di Kabupaten Sampnag
dari 440,45 hektar menjadi 442,01 hektar. Jumlah dusun dan RT sebelum verifikasi adalah 66 dusun dan RT dan setelah dilakukan verifikasi
menjadi 67 dusun dan RT. Jumlah Kawasan dengan RT kumuh dapat dilihat Tabel 3.2
Tabel 3. 1 Ringkasan Perubahan Luas Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi Juli - Agustus 2022 (Per Kawasan)
24
19 Kawasan Desa Komis 1 13,58 1 13,58 0 0
20 Kawasan Desa Moktesareh 1 5,66 1 5,66 0 0
21 Kawasan Karang Penang Oloh 2 1 4,26 1 4,26 0 0
22 Kawasan Karang Penang Oloh 1 1 3,64 1 3,64 0 0
23 Kawasan Krampon-Torjun 2 21,78 2 21,78 0 0
24 Kawasan Pesisir Apaan 1 7,97 1 7,97 0 0
25 Kawasan Pesisir Pangarengan 3 19,81 3 19,81 0 0
26 Kawasan Banyuanyar 7 8,57 7 10,13 1 1,56
27 Kawasan Bantaran Sungai Kemuning 4 7,29 4 7,29 0 0
28 Kawasan Gunung Sekar Utara 1 5,10 1 5,10 0 0
29 Kawasan Gunung Sekar 2 4,34 2 4,34 0 0
30 Kawasan Pesisir Polagan 2 4,46 2 4,46 0 0
31 Kawasan Desa Rongtengah 1 1,65 1 1,65 0 0
Total 66 440,45 67 442,01 1 1,56
Sumber : Tim Penyusun (2022)
25
26
27
Adapun Konsultan pelaksana sebegai berikut :
1. PT. Adhi Hutama Konsulindo : Konsultan Penyusun Dokumen RP2KPKPK
PT. Adhi Hutama Konsulindo sebagai Badan Usaha Jasa Penyusunan Dokumen
Perencanaan berkomitmen melaksanakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan penyusunan
dokumen RP2KPKPK berkeselamatan pada pelaksanaan Paket Pekerjaan Penyusunan
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh ( RP2KPKPK ) Kabupaten Sampang demi terciptanya Zero Accident,
dengan memastikan:
a. Pemenuhan ketentuan Keselamatan telah sesuai dengan Dokumen RKK;
b. Pengawasan mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK);
28
c. Pengawasan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian standar dan desain;
d. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP);
e. Menggunakan tenaga kerja yang berkompeten dan bersertifikat.
Sampang, 2022
Konsultan
Team Penyusun
29
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Mutu Peralatan
30
1) Prosedur/petunjuk kerja penggunaan peralatan Memuat prosedur/petunjuk
kerja penggunaan pesawat angkat dan angkut (alat berat) dan peralatan
konstruksi lainnya yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Peralatan dan
Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi. Seluruh alat berat dan perkakas yang
akan digunakan di area Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi harus lolos tahapan
inspeksi yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Keselamatan Konstruksi dan
memiliki stiker “Laik Operasi”.
b. Prosedur dan/atau petunjuk kerja sistem keamanan bekerja
1) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja sistem keamanan bekerja
berdasarkan program kerja yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab
Keselamatan Konstruksi.
2) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Keselamatan Konstruksi.
• Melakukan kegiatan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi
tenaga kerja konstruksi dan masyarakat di sekitar lokasi penyelenggaraan jasa
konstruksi dengan melakukan pencegahan gangguan kesehatan dan penyakit akibat
melalui cara:
a. Pemeriksaan Kesehatan
1) Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja pengelolaan kesehatan kerja
mencakup: pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus,
pencegahan penyakit menular dan penyakit akibat kerja yang ditandatangani
oleh Ahli terkait dan Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi/Wakil Manajemen.
2) Prosedur dan/atau petunjuk kerja pengelolaan kesehatan kerja sekurang-
kurangnya mencakup:
a. pemeriksaan kesehatan bagi seluruh pekerja dilakukan sebelum atau
beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali dan secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
b. terdapat klinik yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana kesehatan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi yang memiliki risiko besar dan akses
terbatas menuju fasilitas kesehatan.
c. data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan
untuk referensi.
d. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K):
➢ terdapat peralatan P3K dengan jumlah 1 kotak P3K untuk setiap 25
pekerja dan ditempatkan di area yang mudah dilihat dan dijangkau.
31
➢ isi kotak P3K sekurang-kurangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
➢ isi kotak P3K harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya
tetap berisi (tidak boleh kosong).
e. Pemberantasan penyakit menular dan berbahaya Dilakukan identifikasi
bahaya kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan di antaranya:
➢ demam berdarah dengan melakukan kegiatan Fogging yang
berkoordinasi dengan puskesmas terdekat;
➢ HIV/AIDS dengan melakukan tindakan pencegahan melalui sosialisasi
sesuai peraturan yang ada; dan
➢ penyakit epidemik lainnya.
f. Peningkatan kesegaran jasmani untuk menjamin kebugaran pekerja.
g. Perlindungan sosial tenaga kerja Seluruh pekerja memiliki BPJS
Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
32