Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pembangunan infra struktur yang sangat pesat di Indonesia saat ini dirasa
masih semakin meningkat. Dalam pelaksanaan pembangunan sektor fisik
tentunya banyak memerlukan pengguna jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan
pekerjaan yang sering muncul dan terjadi masalah adalah : kecelakaan kerja,
ganguan kesehatan. Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian jenis
kegiatan yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja, peralatan
teknik, dan bahan konstruksi. Proses pengadaan bahan konstruksi dalam skala
besar maupun skala kecil, dapat menimbulkan sumber terjadinya kecelakaan
dan gangguan kesehatan. Kegiatan pekerjaan konstruksi pada umumnya
dilakukan dan dikerjakan di lapangan terbuka (open space). Pada genangan air
dan lumpur di bawah permukaan tanah asli maupun timbunan, dan dalam
kondisi cuaca yang silih berganti. Hal ini tidak bisa dihindari, maka dapat
menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan; akibat yang fatal akan
kehilangan sumber daya tenaga kerja. Upaya menghindari dan mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja di bidang
konstruksi, maka perlu diutamakan penerapan peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Armanda, 2006). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan
pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja. (Ramli, 2010). Dalam hal ini K3 amat berkaitan
dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan memiliki
jangkuan berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan sejahtera, serta efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) bertujuan : Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan
dalam berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan, menciptakan masyarakat
dan lingkungan kerja yag aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, dan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan nasional dengan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.

2.1.1 Keselamatan Kerja


Menurut Zumafur (1981), keselamatan kerja yaitu :
a. Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaannya.
b. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta
orang lain, dan juga masyarakat pada umumnya.
c. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang utama
bagi keamanan tenaga kerja.
d. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang, maupun jasa.
e. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju
dan mutakhir.
Menurut Sumamur (2001) keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Keselamatan kerja
adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmaniah maupun rohaniah), beserta hasil
karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. Usaha- usaha tersebut harus
dilaksanakan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja, yaitu pekerja
itu sendiri, pengawas/kepala kelompok kerja, perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik dari semua unsur
tersebut tujuan keselamatan kerja tidak mungkin dapat dicapai secara maksimal.

2.1.2 Kesehatan Kerja


Spesialisasi dalam kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umumnya. Hakikat dari
kesehatan kerja :
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setingginya
baik; buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja bebas, dengan
demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada
meningginya efisiensi dan daya dukung produktifitas faktor manusia dalam
produksi.
Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah pencegahan dan pemberantasan
penyakit-penyakit dan kecelakaan- kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi
efisiensi dan daya daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kecelakaan
kerja dan melipat gandakan kegairahan serta kenikmatan kerja, perlindungan
masyarakat luas demi bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk
industri. Disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2.2 Peraturan Mengatur K3
UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 2 ayat 2
menyatakan bahwa syarat keselamatan kerja diberlakukan di tempat kerja yang
dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan. Dalam UU No. 1 tahun 1970 ini juga, pada
pasal 9 angka 1 kewajiban pengurus K3 untuk menunjukan dan menjelaskan
kepada tiap tenaga kerja baru tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang
dapat timbul di tempat kerja.
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur
melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-
01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan- ketentuan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian
konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan,
sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum
tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan
ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,
pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai Pedoman K3 Konstruksi ini
merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi
di Indonesia.

2.3 Program Keselamatan dan Kesehatn Kerja


Suatu progam keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi yang
efektif mempunyai banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby (1972),
secara garis besar telah mengkategorisasikan hal ini sebagai berikut :
a. Faktor kepribadian atau perilaku

- Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar belakang


pendidikan dan kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
- Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para
pengusaha serta manajer, pengawas, penyedia serta kawan sekerja
pada proyek.
b. Faktor fisik

- Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat


tidak terpisahkan dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan,
maupun oleh bahaya terhadap kesehatan kerja yang ditimbulkan
oleh metode dan material serta lokasi dari pekerjaan itu.
- Penyikiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas,
peralatan serta prosedur untuk melindungi pekerjaan secara fisik
terhadap daerah atau situasi yang berbahaya.
- Perlindungan : pemakaian dari variabel sedemikianseperti helm
(topi pelindung proyek), kaca mata pengaman, penyumbat telinga,
tali sabuk tempat duduk serta perangkat lainnya untuk melindungi
kesehatan dan keamanan kerja dari individu. Semua faktor ini
penting untuk menyusun suatu progam keselamatan kerja
seutuhnya.

2.3 Upaya Alat Pelindung Diri


Untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat berlangsung
dengan baik perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang mendukung
kegiatan dapat berjalan dengan aman. Alat Perlindungan Diri (APD) standar
seperti helm proyek, sepatu pelindung, pelindung mata, masker dan pelindung
telinga. Selain pakaian pelindung tersebut, pemasangan papan-papan peringatan,
rambu lalu lintas, ketentuan atau peraturan pengunaan peralatan yang sesuai
dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang membuat lokasi kegiatan aman
dan di dukung oleh personil yang menangani setiap kegiatan menguasai
operasional akan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung
baik. Fasilitas pendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang
pokok selain perencanaan, pelatihan, dan pengawasan. Fasilitas yang dimaksud
disini meliputi fasilitas yang berada di sekitar proyek dan yang melekat pada diri
pekerjan. Alat-alat pelindung diri yang standar pada proyek konstruksi ada
berbagai macam, antara lain:
1. Helm proyek, helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala,
2. Masker, berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil
yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu dapat
mengganggu pernafasan maka dari itu perlu digunakan masker
3. Pakaian kerja, digunakan untuk melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan
4. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi tangan dari benda- benda
keras dan tajam selama menjalankan kegiatan
5. Sepatu, setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang
tebal supaya bisa bisa bebas berjalan kemana-mana tanpa terluka oleh benda
tajam

Anda mungkin juga menyukai