Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

ANALISIS MASALAH

Pasien datang dengan keluhan utama BAB cair disertai dengan muntah.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada pasien didapatkan keadaan
pasien haus, somnolen, turgor kulit berkurang, mata cekung serta mulut kering.
Berdasarkan temuan tersebut skor Maurice King pasien adalah 4 yang
menunjukkan dehidrasi sedang (3-6).

Diare bisa saja disebabkan akibat infeksi virus/bakteri, Diare pada kasus ini
tidak didapatkan lendir, sehingga kemungkinan terjadinya IBS dapat disingkirkan.
Pada kasus ini diare yang didapatkan memiliki bau anyir, sehingga kemungkinan
diare disebabkan oleh infeksi. Selain itu. Pada kasus ini didapatkan konsistensi
BAB yang cair (Watery stool), maka dapat disingkirkan penyebab diare karena
shigella, salmonella, dan ETEC karena konsistensi feses pada penyebab ini adalah
lembek. Warna BAB cair pada kasus adalah kuning, hal ini dapar menyingkirkan
diare yang disebabkan oleh salmonella , dimana warna kehijauan pada BAB khas
pada diare karena salmonella. Penyebab kolera juga dapat disingkirkan karena
BAB seperti cucian beras merupakan khas kolera. Bau anyir pada BAB kasus ini
khas pada rotavirus.
Selain itu, diare juga disertai dengan muntah. Muntah disini dapat
merupakan manifestasi dari diare itu sendiri, ataupun cerebral palsy. Pada cerebral
palsy muntah seringkali diakibatkan oleh GERD. Pada kasus ini muntah tidak

72
73

terjadi langsung setelah makan. Oleh karena itu, kemungkinan muntah disebabkan
oleh akibat lain. Muntah terjadi sekitar beberapa hari sebelum diare. Dilihat dari
gejalanya, hal ini biasa berhubungan dengan infeksi rotavirus.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kondisi anak gizi Pada anak juga
didapatkan gangguan perkembangan, dimana anak belum bisa melakukan aktifitas
seusianya. Pada usia 8 tahun anak seharusnya sudah bisa melakukan aktifitas
sehari-hari. Namun, pada anak ini masih belum bisa tengkurap, duduk , berdiri,
dan bermain bersama teman sebaya. Hal ini merupakan manifestasi dari cerebral
palsy, dimana anak mengalami gangguan system saraf motoric pusat, yang
membuat anak tidak dapat melakukan hal tersebut.
Untuk terapi diare dehidrasi ringan sedang sesuai dengan panduan Tata
Laksana pengobatan Diare dari IDAI yang merujuk pada WHO.

Menurut WHO ada 4 dasar terapi diare: (1) pemberian cairan: untuk
mengobati atau mencegah dehidrasi, (2) Diet: meneruskan ASI dan makanan
lainnya, (3) obat-obatan: tidak memakai antibiotika, terkecuali pada kasus kolera
dan disentri, WHO telah merekomendasikan pemakaian zinc dan (4) penyuluhan.
74

Secara umum penanganan diare ditujukan untuk : (1) mencegah / menangulangi


dehidrasi dan kemungkinan terjadinya intoleransi, (2) mengobati kausa dari diare,
(3) mencegah / menanggulangi gangguan gizi, dan (4) menanggulangi penyakit
penyerta.
Terapi cairan pada kasus diare akut dehidrasi ringan sedang diberikan oralit
75 ml/KgBB, yang menurut WHO diberikan dalam 3 jam dan FK UNSRI dalam 4
jam. Jumlah terapi cairan selama 24 jam pada dehidrasi ringan sedang adalah 200
ml/kgBB/24 jam atau 150-200 ml/kgBB/24 jam, dengan rincian sebagai berikut:
(1) PWL (previous water loss): 75 ml/kg ditambah (2) CWL (on going water
losses = concomitant water loss) : 10-20 ml/kg/BAB, 5-10 ml/kg/muntah dengan
rerata perhari 125 ml/kg/hari, dan ditambah (3) IWL (inssible water loss): 25
ml/kg/hari.

Jenis cairan peroral yang dapat diberikan pada yang tanpa dehidrasi, yakni
cairan rumah tangga, pedialite, oralit dengan disertai minum air putih dengan
jumlah yang sama. Pada dehidrasi ringan sedang diberikan oralit atau renalit.
Pada kasus BB anak 10 Kg, jumlah oralit yang diberikan dalam 4 jam
pertama yaitu 75 ml x Berat badan anak. Pada anak ini seharusnya diberikan 75 x
10 Kg = 750 ml oralit. Oralit diberikan sedikit demi sedikit. Setelah 3-4 jam,
keadaan anak dinilai kembali , bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana terapi A,
bila menunjukkan tanda dehidrasi ringan sedang , ulangi rencana terapi B. Bila
terdapat tanda dehidrasi berat, ganti ke rencana terapi C.
Pemilihan Ringer laktat karena EBM memberikan hasil yang baik pada
pemberian RL pada pasien dengan dehidrasi, bahkan yang dalam keadaan syok
tanpa memperburuk asidosis. Pemakaian RL secara cepat dapat mengatasi
asidosis dengan cara peningkatkan perfusi ginjal yang mengakibatkan
peningkatan eksresi ion hidrogen.
75

Pasien ini tetap diberikan oralit 100-200 ml tiap BAB cair atau muntah.
Karena pada prinsipnya, oralit juga diberikan setelah selesai rehidrasi, yakni pada
tahap rumatan. Pemberian cairan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan
yang sedang berlangsung karena diare, yakni sebanyak 10-20 ml/kgBB untuk
setiap diare berair yang terjadi (dan 5-10 ml/kgBB setiap muntah) atau 100 ml
setiap kgBB pada anak dengan BB 10 kg ke bawah dan 200 ml/kgBB untuk BB
di atas 20 kg.
Pasien juga diberikan terapi Zinc sirup selama 10 hari berturut-turut.
Penelitian suplementasi zinc pada diare menunjukkan penurunan insidens diare
akut dan persisten antara 14-65%. Pemberian zinc pada penderita diare terbukti
memperpendek durasi dan mengurangi proporsi diare yang menjadi kronik.
Dosisnya adalah untuk bayi 6 bulan ke bawah diberikan 10 mg, untuk yang di atas
6 bulan diberikan 20 mg, diberikan selama 10 hari.
Setelah pemberian terapi, pasien harus dipantau keadaannya melalui
monitoring :
Observasi tanda vital setiap 6 jam.
Observasi tanda dehidrasi Tanda dehidrasi hilang, rehidrasi
dihentikan
Pantau peningkatan BB setiap hari
Pemantauan klinis lebih ditekankan dalam menilai hasil rehidrasi. Respon
klinis yang dipantau, meliputi: turgor kulit, nadi dan tekanan darah, frekuensi
nafas, BB, intake output, dan lain-lain.
Asuhan Nutrisi Pediatri
Setelah keadaan pasien stabil, pemberian nutrisi disesuaikan dengan
kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien : RDA x BB ideal= 50-60 x 25 = 1250 1500
kcal/hari.
76

Age (year) RDA (kcal/kg Wt)


0-1 100-120
1-3 100
4-6 90
7-9 80
10-12 M : 60-70
F : 50-60
12-18 M : 50-60
F : 40-50

Anda mungkin juga menyukai