Anda di halaman 1dari 3

NOTULENSI KASUS

Penjelasan Expert
Revisi:
- Status harus dicantumkan di identifikasi

Pertanyaan JawabanPemapar
Alzena : Pemberian obat pada bayi dan Terapi yang aman untuk bayi sulfur presipitatum 2-3
dewasa sama atau tidak? Jika tidak, hari karena tidak adekuat untuk stadium telur.
obat apa yang baik?
- Riwayat pengobatan  tidak usah lagi karena sudah di anamnesis
- Foto harus kedua tangan
- Pemeriksaan kerokan tambahan dengan pembesaran berapa
- Diagnosa banding erupsi obat makulopapular kurang tepat, lebih tepat dermatitis atopi
- Salep 2-4 resep dan cara pakai harus ingat

Tugas:
1. Salep 2-4 komposisi asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 2-5%. Cara pemakaian
dioleskan ke seluruh tubuh dari leher sampai ujung kaki, setiap habis mandi selama 3-
4 hari berturut-turut. Obat ini hanya dapat membunuh stadium tungau dan nimfa,
tetapi tidak dapat membunuh pada stadium telur. Telur menetas menjadi nimfa
membutuhkan waktu 2-3 hari. Obat ini amna untuk bayi dan ibu hamil, namun dapat
mengotori pakaian dan berbau tidak enak. Resep salep:
R/ Asam salisilat 2%
Sulfur praec. 4%
Vaselin album 20 gr
Mf unguentum Sue

Sumber:
Djuanda A. Skabies. Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: FK UI; 2007. p. 122-5.
Stone PS, Goldfrab NJ, Bacelieri ER. Scabies, Other mites, and Pediculosis : Wolff
K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventin Edition. United States:
Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 2029-32.

2. Pruritus nokturnal merupakan salah satu dari 4 tanda kardinal skabies. Gatal pada
malam hari disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih
lembab dan panas. Dalam suatu penelitian di NewZealand aktivitas Sarcoptes scabiei
dipengaruhi oleh stimulus berupa suhu tubuh. Pada suhu tubuh 32 derajat selsius
aktivitas tungau dikatakan meningkat.
Sumber:
Djuanda A. Skabies. Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: FK UI; 2007. p. 122-5.
Stone PS, Goldfrab NJ, Bacelieri ER. Scabies, Other mites, and Pediculosis : Wolff
K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventin Edition. United States:
Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 2029-32.

3. Kriteria Hanifin Rajka pada penegakan diagnosis dermatitis atopi guna


menyingkirkan diagnosis banding.
Jawab:
Diagnosis banding dermatitis atopik yaitu dermatitis seboroik, dermatitis kontak
(alergi dan iritan), skabies, psoriasis, iktiosis vulgaris, dermatofitosis, dermatitis
asteatotik (dermatitis yang terjadi karena kekurangan produksi kelenjar sebasea
menjadikan kulit kering), liken simplek kronikus, dan dermatitis numularis.
Penegakkan diagnosis dermatitis atopik dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berdasarkan kriteria Hannifin dan
Rajka. Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan jika didapatkan minimal tiga kriteria
mayor ditambah tiga kriteria minor.

Tabel 1. Kriteria dermatitis atopik berdasarkan kriteria Hanifin Rajka2


Kriteria mayor Kriteria minor
1. Pruritus 1. Xerosis
2. Distribusidan morfologi yang khas: 2. Ichthyosis/hiperlinear plantaris/keratosis
 Dewasa & anak-anak: likenifikasi daerah linear
fleksor 3. IgE reaktif
 Bayi: daerah wajah dan ekstensor. 4. Peningkatan serum IgE
3. Dermatitis relaps dan kronik 5. Awitan pada usia dini
4. Riwayat pasien atau keluarga yang memiliki 6. Infeksi kutaneus
penyakit atopik (asma, rhinitis alergika, DA) 7. Dermatitis non spesifik pada kaki/tangan
8. Dermatitis pada papilla mamae
9. Cheilitis
10. Konjungtivitis rekurens
11. Lipatan infraorbital Dennie-Morgan
12. Keratokonus
13. Katarak subkapsular anterior
14. Orbital darkening
15. Eritema wajah
16. Pityriasis alba
17. Lipatan leher anterior
18. Gatal ketika berkeringat
19. Intoleransi terhadap wool dan pelarut lipid
20. Aksentuasi perifolikular
21. Hipersensitivitas terhadap makanan
22. Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan
atau faktor emosional
23. White dermatographism atau delayed blanch

Sumber:
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical
Dermatology.12th Eds; 2016. Philadelphia: Elsevier. 1083p.
Bieber T, Bussmann C. Atopic Dermatitis. Dalam Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer
JV, editors.Dermatology. 3rd Ed. 2012. Beijing: Elsevier. p. 233-47.

Anda mungkin juga menyukai