Anda di halaman 1dari 10

E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1

Copyright © Maret 2022

BAB 2
DASAR-DASAR KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pendahuluan
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering
(ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi
penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja, lingkungan kerja
dan layout kantor yang manusiawi.
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, Pemerintah dalam
memajukan sektor industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi di tanah
air, yang ditandai adanya antara lain dengan mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi.
Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-
instalasi modern serta penggunaan bahan-bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut
disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam
sumber bahaya di tempat kerja. Disamping itu akan terjadi lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan intensitas kerja
operasional tenaga kerja. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriuasan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan.
Guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja, diharapkan kepada semua pihak yang
terlibat dalam usaha berproduksi, khususnya para pengusaha dan pekerja diharapkan dapat
mengerti dan memahami dan menerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
masing-masing..
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2022

Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk


menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK
yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.Secara
teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi
beberapa hal sebagai berikut :
1. HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat
menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan
pekerja yang ada
2. DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya
sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.
3. RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu
4. INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang
melebihi ambang batas badan/struktur
5. ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian
(manusia/benda
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :

1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja


2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Sasaran dari K3 adalah :

1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain


2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. menjamin proses produksi aman dan lancar

B. Dasar Hukum
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ;pengertian secara etimologis yaitu
memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien. Sedangkan secara filosofi memiliki pengertian suatu konsep
berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2022

umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera.
Berdasarkan secara keilmuan K3 merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan
yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
Payung hukum dari kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berasal dari berbagai
bentuk peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat Nasional maupun
Internasional. Dasar hukum Sistem Hukum Undang- Undang Keselamatan Kerja adalah UU
No.1 Tahun 1970. Dasar hukumnya K3 telah tertuang pada:
1. UUD 1945 pasal 27 ayat 2, yang berbunyi:
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian.
2. Undang- undang No.14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan
a. Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusian.
b. Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
c. Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindnungan tenaga kerja yang meliputi norma
keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti kerugian,
perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
d. Pasal 86
1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
 Keselamatan dan kesehatan kerja
 Moral dan kesusilaan
 Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
2) Untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewuhujdkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada point (1) dan (2).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2022

e. Pasal 87
Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
Undang-undang khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan dan kegiatan K3 di
Indonesia sebagai payung hukumnya adalah:
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD)
dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun
1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja
dan syarat kesehatan kerja.
c. Undang-undang No. 14 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak
maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2022

d. Beberapa PP yang Terkait dengan K3


e. Keppres yang Terkait dengan K3
f. Peraturan/Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmiigrasi
g. Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan dari ILO
C. Tujuan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.
2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja
3. Menjamin peningkatan produktivitas kerja
4. Menjamin keselamatan modal produksi dari proses pekerjaan
5. Menjamin kepuasan hubungan antara pekerja, peralatan kerja

D. Hubungan K3 dengan Kesehatan Masyarakat


Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Undang Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Dalam rangka upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, maka erat kaitannya
peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bukan saja menjaga keselamatan dan kesehatan
bagi tenaga kerja itu sendiri, akan tetapi juga penting menjaga keselamatan dan kesehatan
masyarakat yang berada di lingkungan dimana tempat tenaga kerja itu melakukan proses
pekerjaannya. Di sisi lain kebersihan lingkungan sangat diutama bagi kehidupan masyarakat
yang berada di luar tempat kerja. Oleh karena itu, limbah dari hasil proses pekerjaan, sangat
mempengaruhi terhadap kesehatan bagi masyarakat di lingkungannya. Hal inilah yang harus
diperhatikan dan diutamakan dalam pengelolaan limbah industri agar tidak berdampak negatif
terhadap lingkungannya. Baik untuk kesehatan masyarakat sekitarnya maupun untuk alam
sekitarnya. Itulah sebabnya, pentingnya penerapan K3 pada setiap perusahan. K3 harus dikelola
dengan baik dan benar secara terstruktur dan terprogram, yang didukung oleh sumber daya -
sumber daya yang memadai. Baik dari segi manusianya, organisasinya, keuangannya dan
methodologinya serta pengendalian dan pengawasannya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2022

E. Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Perkantoran

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita
perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka
menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.Dalam
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak
terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko
bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan
sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505


tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal
(16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang
punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18
Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara
pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual,
kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di


Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala
Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%,
hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering
43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal


23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,
untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2022

F. Hal-Hal Yang Berhubungan Pelaksanaan K3 Perkantoran

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan


dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2
(dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :

1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap


bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
2. Jaringan elektrik dan komunikasi.
3. Kualitas udara
4. Kualitas pencahayaan.
5. Kebisingan.
6. Display unit (tata ruang dan alat).
7. Hygiene dan sanitasi.
8. Psikososial.
9. Pemeliharaan.
10. penggunaan Komputer.

G. Permasalahan K3 Perkantoran Dan Rekomendasi


1. Konstruksi gedung

a. Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan).


b. Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan
seperti asbes dll.
c. Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan
warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting
seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll.
(peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis
misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door).
2. Kualitas Udara
a. Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer
ruangan.
b. Kontrol terhadap polusi
c. Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap kelembaban udara).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2022

d. Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.


e. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara
berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta
distribusi udara untuk pencegahan penyakit “Legionairre Diseases “.
f. Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
g. Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang
menimbulkan debu, bau dll.
h. Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan dan keselamatan, dll.
i. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
j. Pemasangan fan di dalam lift.
3. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :
a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
(secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
c. Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna
yang digunakan.
f. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
4. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
a. Internal
 Over voltage
 Hubungan pendek
 Induksi
 Arus berlebih
 Korosif kabel
 Kebocoran instalasi
 Campuran gas eksplosif
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2022

b. Eksternal
 Faktor mekanik
 Faktor fisik dan kimia.
 Angin dan pencahayaan (cuaca)
 Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
hubungan pendek.
 Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP
 Bencana alam atau buatan manusia.
c. Rekomendasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran
 Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
 Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek
dan kelebihan beban.
 Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
 Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
d. Kontrol terhadap kebisingan :
 Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
 Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada rapat “.
 Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
 Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi
gedung dan tata ruang.
e. Display unit (tata ruang dan letak) :
 Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk
perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
 Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m).
 Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
 Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang
elektromagnetik.
 Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
 Tempat untuk istirahat dan shalat.
 Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2022

 Ruang tempat penampungan arsip sementara.


f. Workshop station (bengkel kerja).
 Hygiene dan Sanitasi Ruang kerja
 Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang
kerja.
 Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade
h. Toilet/Kamar mandi
 Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
 Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll.
 Penyediaan bak sampah yang tertutup.
 Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
i. Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)
 Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :
Hal-hal yang harus diperhatikan :

 Memanfaatkan kesepuluh jari.


 Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
 Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja
 Lakukan peregangan.
 Sudut lampu 45 derajat.
 Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
 Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm.
 Kursi ergonomis (adjusted chair).
 Jarak meja dengan paha 20 cm
 Senam waktu istirahat.
Rekomendasi untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran
 Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan
komputer disetiap unit kerja.
 Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat
poster/leaflet.
 Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).

Anda mungkin juga menyukai