Anda di halaman 1dari 21

Buku Teks Kejuruan Bina Garmen

Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 74

4.1 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


4.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, metode yang mencakup
lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera.
4.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja
Adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah
pencemaran di sekitar tempat kerja.
4.1.3 Penjelasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Undang-Undang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, pada bagian keenam pasal 23 dikemukakan bahwa :
a) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
b) Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
c) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992


tentang Kesehatan, pasal 23.
Ayat 1
Kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
Ayat 2
Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja,
beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga
kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun
psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan, dan
proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja.
Ayat 3
Tempat kerja adalah tempat yang terbuka dan tertutup, bergerak atau tidak
bergerak, yang dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa, oleh satu
atau beberapa orang pekerja. Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan
kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai karyawan paling sedikit 10
(sepuluh) orang.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 75

Ayat 4
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin,
material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak
mengalami cedera.

4.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN
Dalam ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dikemukakan khusus mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada pasal 86, yaitu sebagai berikut :
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan, dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan Pasal 86 adalah sebagai berikut :
Ayat 2
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Pasal 87, sebagai berikut :


(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan Pasal 87 adalah sebagai berikut :
Ayat 1
Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 76

4.3 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970


TENTANG KESELAMATAN KERJA
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada dasarnya
merupakan ketentuan pokok bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-
Undang ini menegaskan ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
berikut :
1. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku di setiap tempat kerja yang
mencakup 3 (tiga) unsur pokok yaitu tenaga kerja, bahaya kerja dan usaha baik
bersifat ekonomi maupun sosial.
2. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan perlindungan :
a. Tenaga kerja
b. Alat, bahan, pesawat, mesin, dan sebagainya.
c. Lingkungan
d. Proses produksi
e. Sifat pekerjaan
f. Cara kerja
3. Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap perencanaan,
pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan seterusnya.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak,
khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.

4.4 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3)
4.4.1 Tujuan Manajemen K3
Tujuan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tinginya.
b. Sebagai upaya pencegahan dan pemberontakan penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan gizi
tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan
kegairahan serta kenikmatan kerja.
4.4.2 Ruang Lingkup dan Tujuan K3
Ruang lingkup dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, bahwa ruang lingkup K3
mencakup tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara yang berada di kawasan wilayah hukum Republik Indonesia.
Undang-Undang tersebut juga mencakup ketentuan terhadap tiga unsur yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga unsur yang
dimaksud adalah :
a. Adanya tempat di mana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja.
c. Andanya sumber bahaya kerja di tempat kerja.
Secara umum, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 dimaksudkan untuk
mengatur terciptanya perlindungan keselamatan masyarakat dan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera serta meningkatkan produktivitas dan
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 77

efisiensi. Tempat kerja selalu ada sumber bahaya yang dapat mengancam
keselamatan maupun kesehatan kerja bagi tenaga kerja yang bekerja di tempat
tersebut.
Tujuan K3 diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, antara lain :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Oleh karena itu, setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional,
dan ditujukan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di sekitar
perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari proses
industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.

4.5 MELAKSANAKAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DENGAN AMAN DAN TERTIB
Setiap usaha yang memiliki syarat-syarat dan ketentuan K3 diwajibkan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap pekerja sehingga
dalam melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi syarat tanpa
mengalami adanya gangguan-gangguan yang membahayakan. Oleh karena itu, setiap
perusahaan/pabrik memiliki prosedur yang berbeda-beda dalam hal menjamin
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
Langkah-langkah yang umum di lakukan oleh perusahaan/pabrik adalah :
a. Menetapkan standar K3.
Dalam hal menetapkan standar K3 disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan atau
kapasitas yang ada di perusahaan tersebut dan mengacu pada undang-undang dan
peraturan pemerintah secara nasional maupun internasional.
b. Menetapkan tata tertib yang harus dipatuhi.
Menetapkan tata tertib erat kaitannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku di
lingkungan perusahaan, yang dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan oleh pihak
pekerja yang ada di lingkungan tempat mereka bekerja.
c. Menetapkan peraturan-peraturan.
Tata tertib dan berbagai peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan
mempunyai maksud agar para pegawai memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab
dalam bekerja. Sikap disiplin di dalam perusahaan mencakup :
1. Disiplin terhadap waktu
2. Disiplin terhadap perencanaan atau program kerja
3. Disiplin terhadap anggaran/biaya
4. Disiplin terhadap aturan dan prosedur
5. Disiplin terhadap mekanisme kerja
6. Disiplin terhadap hierarki jabatan
7. Disiplin terhadap hasil kesepakatan.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 78

4.6 MELAKSANAKAN PROSEDUR PENCEGAHAN GANGGUAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) DI TEMPAT KERJA
Pencegahan terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja
harus dilakukan secara terpadu. Untuk melaksanakan prosedur pencegahan gangguan
maka dilakukan 2 (dua) metode prosedur pencegahan gangguan K3 sebagai berikut :
4.6.1 International Labour Office (ILO)
a. Peraturan Perundang-Undangan, melalui :
1) Adanya ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi (up to date).
2) Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
3) Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui
pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja.
b. Standarisasi
Standarisasi merupakan suatu ukuran terhadap besaran-besaran/nilai. Dengan
adanya standar K3 akan menentukan tingkat kemajuan K3 di tempat kerja
melalui pemenuhan standar K3.
c. Inspeksi
Inspeksi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan atau pengujian terhadap tempat kerja, alat dan instalasi
berdasarkan ketentuan dan persyaratan K3.
d. Riset
Riset meliputi teknis, medis, psychologis dan statistik, yang menunjang tingkat
kemajuan bidang K3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik
dan teknologi.
e. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan latihan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas
pengetahuan dan keterampilan K3 serta menanamkan kesadaran akan arti
penting K3 di tempat kerja.
f. Persuasi
Persuasi merupakan cara pendekatan K3 secara pribadi dengan tidak
menerapkan dan memaksakan melalui sanksi-sanksi.
g. Asuransi
Asuransi dapat ditetapkan dengan pembayaran premi lebih rendah terhadap
perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai tingkat kekerapan dan
keparahan kecelakaan yang kecil di perusahaan.
h. Penerapan K3 di tempat kerja
Mengaplikasikan setiap langkah di tempat kerja dalam upaya untuk
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.
4.6.2 Study Literatur
a. Pengaturan jam kerja
Pengaturan jam kerja memerlukan pengkajian khusus terhadap kaitan positif
antara jam kerja dengan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 79

Jam kerja normal 40 jam kerja seminggu tidak lagi memberikan jaminan
produktivitas tinggi akibat pengaruh kesehatan terhadap tenaga kerja.
b. Daya tahan tubuh pekerja
Daya tahan tubuh pekerja baik secara fisik maupun mental mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan serta produktivitas kerja. Untuk itu diperlukan
upaya gizi, menu makanan serta minuman penyegaran untuk menunjang
kesehatan fisik dan mental pekerja. Gerak badan dan olahraga perlu
dimasukkan sebagai persyaratan pokok untuk menjaga agar badan dan
ingatan menjadi efisien dan produktif.
c. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja merupakan syarat mutlak yang
diharus dilakukan setiap perusahaan untuk mengetahui apakah calon pegawai
atau pekerja sesuai dengan pekerjaan yang diberikan (fisik dan mental).
d. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor penyebab
gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan pada tubuh pekerja.
e. Pendidikan tentang K3
Pendidikan K3 mutlak diberikan secara kontinu agar pekerja tetap waspada
dalam menjalankan pekerjaannya.
f. Penerangan sebelum bekerja
Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja dimaksud agar
pekerja mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
g. Pakaian pelindung (Alat Pelindung Diri/APD)
Setiap perusahaan harus memperhatikan setiap bahaya yang dapat timbul
dari setiap pekerjaan para pegawainya. Pemberian pakaian pelindung berupa
masker, kacamata, sarung tangan, topi, dan lain sebagainya digunakan untuk
melindungi para pegawai dari resiko kecelakaan kerja.
h. Isolasi
Isolasi terhadap operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan
para pegawai, seyogyianya dilakukan agar tidak terjadi gangguan-gangguan.
i. Ventilasi setempat
Setiap perusahaan harus memperhatikan ventilasi (lubang udara) di tempat
kerja tertentu.
j. Ventilasi umum
Mengatur ventilasi udara yang berada di tempat kerja agar kadar dari bahan-
bahan yang berbahaya lebih rendah dari Nilai Ambang Batas (NAB).
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah kadar tertinggi dari suatu bahan yang masih
bisa diterima oleh tubuh tanpa menyebabkan penyakit atau gangguan
kesehatan dalam waktu kerja 8 jam per hari atau 48 jam per minggu.
k. Substitusi
Mengganti bahan-bahan yang dianggap berbahaya terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja dengan bahan yang aman.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 80

4.7 MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN DI LINGKUNGAN


KERJA INDUSTRI BUSANA/GARMEN
Industri busana atau konveksi atau garmen merupakan perusahaan yang
menghasilkan produk pakaian jadi. Pada umumnya industri pakaian jadi menggunakan
bahan baku berupa tekstil dari berbagai jenis, sedangkan sarana dan peralatan yang
digunakan berupa pemotong bahan, mesin jahit, pemasang kancing, dan alat-alat
penunjang produksi lainnya, serta alat-alat pengepresan dan pengepakan. Bahan-
bahan yang digunakan, alat dan sarana kerja, serta suhu ruang kerja maupun sistem
dan cara kerja kemungkinan merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
gangguan terhadap tenaga kerja. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan
keselamatan, kesehatan, atau kenyamanan kerja yang dapat mengakibatkan
menurunnya produktivitas kerja.
Agar gangguan tidak dialami oleh tenaga kerja, maka faktor-faktor penyebab
perlu dicegah, dikendalikan, diperkecil, atau bahkan dihilangkan. Untuk mencegah
berbagai gangguan yang muncul, maka terlebih dahulu perlu diketahui proses produksi
dan identifikasi permasalahannya, cara pemantauan, dan standar-standar yang berlaku.
4.7.1 Faktor Lingkungan Kerja
Berdasarkan proses produksi pada industri busana/garmen, faktor lingkungan
kerja memungkinkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja,
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
No Proses Produksi Faktor Lingkungan Kerja
1 Gudang bahan Penerangan, iklim kerja, debu, uap,
formaldehyde
2 Pola dan pemotongan Penerangan, iklim kerja, debu, uap,
bahan formaldehyde
3 Menjahit Penerangan, iklim kerja, getaran, debu, uap
formaldehyde
4 Pemotong sisa benang Penerangan, iklim kerja, debu, uap,
formaldehyde
5 Pengecekan kualitas Penerangan, iklim kerja, debu, uap,
formaldehyde
6 Seterika Penerangan, iklim kerja, debu, uap,
formaldehyde
7 Finishing Penerangan, iklim kerja, debu, kapas, uap
formaldehyde
8 Pengemasan Penerangan, iklim kerja, debu karton, uap
formaldehyde

4.7.2 Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja


Hal-hal yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya
kecelakaan kerja pada industri busana/garmen adalah sebagai berikut :

No Proses Produksi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja


1 Gudang Bahaya kebakaran
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 81

2 Pola/Potong Jari tangan terpotong, tersengat arus listrik


3 Jahit Jari terkena jarum, tersengat arus listrik,
kebakaran
4 Pasang kancing Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus listrik
5 Seterika Tersengat arus listrik, kebakaran
6 Packing Tergores dan bahaya jatuhan

4.7.3 Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja dengan Tenaga Kerja


Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan oleh pihak perusahaan dan
disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi. Kesalahan yang disebabkan ketidakserasian antara peralatan dan
sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai hal tersebut di atas ditunjukkan oleh tabel di bawah ini.
No Proses Produksi Faktor Ergonomi
1 Pemotongan kain Ukuran meja kerja, kursi duduk, sikap dan
sistem kerja, cara dan sistem kerja.
2 Mesin jahit, obras, Ukuran meja kerja, ukuran kursi duduk, sikap
bordir, dan sebagainya dan sistem kerja, cara dan sistem kerja.
3 Seterika Ukuran meja kerja, ukuran kursi duduk, sikap
atau cara kerja, kesesuaian sikap atau sistem
kerja.
4 Packing Kegiatan angkat junjung, sikap dan cara kerja,
ruang gerak.

4.8 MELAKSANAKAN PROSEDUR KEADAAN DARURAT (EMERGENCY)


Untuk mencegah dan menekan terjadinya keadaan darurat di gedung-gedung
dan pabrik seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan sebagainya maka
dibutuhkan perencanaan dan pelatihan mengenai cara menanggulangi terjadinya
keadaan darurat. Tujuan perencanaan adalah mendahulukan apa yang mungkin akan
terjadi dan menyiapkan dengan tepat kegiatan yang efektif apabila keadaan darurat
benar-benar terjadi.
Sasaran perencanaan keadaan darurat adalah pegawai/karyawan/tamu di
lingkungan tempat kerja. Selain itu, perencanaan juga harus memperhatikan
keselamatan atau perlindungan pada alat dan instalasi serta perbaikan-perbaikan
sampai dapat beroperasi normal secepatnya.
Setiap personil dilibatkan untuk mengatasi keadaan darurat yang terjadi di
perusahaan atau pabrik yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan atau lingkungan
masyarakat hingga perbaikan yang harus dikerjakan sampai kegiatan perusahaan
kembali normal.
Untuk melaksanakan prosedur keadaan darurat, maka dibutuhkan beberapa
perencanaan-perencanaan sebagai berikut :
a. Pernyataan kebijaksanaan
b. Gambaran tentang bahaya besar dengan penilaian akibatnya
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 82

c. Gambaran fasilitas
d. Organisasi keadaan darurat
e. Fasilitas keadaan darurat (pusat komando, rute pengungsian, sistem komunikasi,
sistem alarm)
f. Peralatan dan perlengkapan keadaan darurat (sirine, alarm, lampu, bendera, dan lain
sebagainya)
g. Prosedur mematikan listrik dan peralatan mesin-mesin produksi
h. Prosedur keamanan secara fisik berupa program pendidikan dan pelatihan
penanggulangan keadaan darurat
i. Prosedur evakuasi berupa petunjuk/arah evakuasi.
j. Penunjukan tim darurat (tim penanggulangan tumpahan/kebocoran, tim pemadam
kebakaran, tim P3K dan ambulan, tim evakuasi, tim komunikasi dan informasi)
Dari uraian di atas, Rencana Keadaan Darurat (Emergency Plan) adalah untuk
memperkecil korban yang jatuh atau kerugian, apabila kecelakaan terpaksa terjadi.
Tindakan berupa perencanaan yang baik dan ditunjang dengan latihan-latihan yang
terjadwal dan terencana, akan memberikan rasa aman kepada para karyawan,
pegawai, atau tamu tanpa adanya gangguan yang dapat menelan korban jiwa, sarana
prasarana, dan lain sebagainya.
4.8.1 Tanggap Darurat Kebakaran
4.8.1.1 Teori Dasar Terjadinya Api
Api terjadi karena adanya 3 (tiga) unsur, yaitu panas (kalor), Oksigen
(O2), dan bahan bakar (segitiga api) berada dalam konsentrasi seimbang
yang diikuti oleh keluarnya sinar (cahaya), panas, nyala, asap, bara, dan
uap/gas. Sehingga prinsip pemadaman api yang sebenarnya adalah
menghilangkan salah satu unsur terjadinya api.

Gambar 3.1 Prinsip Terbentuknya Api

4.8.1.2 Sumber-Sumber Terjadinya Api


a. Listrik
Sumber panas dari listrik disebabkan karena konsleting (hubungan
pendek). Pencegahan yang disebabkan oleh listrik ini dapat dilakukan
dengan :
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 83

 Membersihkan atau melaporkan peralatan listrik yang kotor.


 Mengganti atau melaporkan lampu neon yang berkedip.
 Mengganti atau melaporkan apabila menemukan peralatan listrik
yang panas.
 Mengganti atau melaporkan kabel-kabel listrik yang lecet, saklar,
dan stop kontak yang terbuka.
 Cek dan cek ulang peralatan listrik yang dipakai.
 Waspada dan menggunakan energi listrik secara efisien.
b. Mekanik
Sumber panas yang disebabkan oleh mekanik adalah adanya gesekan
antara 2 (dua) buah logam. Pencegahan yang disebabkan oleh adanya
gesekan mekanik ini dapat dilakukan dengan :
 Membersihkan atau melaporkan mesin-mesin yang kotor.
 Memperbaiki atau melaporkan apabila menemukan mesin yang
rusak atau panas atau bersuara aneh.
 Memperbaiki dan menyempurnakan sistem maintenance.
 Melakukan schedule maintenance sesuai dengan jadwal.
 Menggunakan spare part yang sesuai standar.
 Meningkatkan kerjasama yang sinergi antar departemen atau
bagian dalam penanganan mesin.
4.8.1.3 Macam-Macam Alat Pemadam Api
a. Air (Box Hydran)
Air merupakan alat pemadam api yang paling efektif menyerap panas.
b. Apar (Alat Pemadam Api Ringan)
Apar terdiri atas beberapa macam, yaitu :
1) Hallon BCF
Jenis ini digunakan untuk pemadam kebakaran dari bahan seperti
kain kapas, benang, kayu, bensin, solar, minyak tanah, thiner, cat,
dan kebakaran dengan listrik masih dalam keadaan menyala.
2) Powder (tepung) ABC
Jenis ini digunakan untuk memadamkan kebakaran bahan cair,
seperti bensin, solar, thinner, cat, dan lain sebagainya.
3) CO2
Jenis ini cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan
listrik masih dalam keadaan menyala.
4) AF 11
Jenis ini merupakan APAR pengganti hallon BCF yang digunakan
untuk memadamkan kebakaran dari bahan seperti kain, kapas,
benang, kayu, bensin, solar, minyak tanah, thinner, cat, dan
kebakaran dengan listrik masih dalam keadaan menyala.
Penempatan Apar harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dilarang
untuk digunakan kecuali untuk melakukan pemadam kebakaran.
4.8.2 Cara Menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Berikut ini adalah langkah-langkah menggunakan APAR dengan aman :
a. Gunakan masker.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 84

b. Ambil APAR dari tempatnya atau gantungannya.


c. Putuskan segel.
d. Cabut pin.
e. Pegang ujung selang, arahkan ke api kebakaran dengan jarak 2 hingga 3 meter
lalu semprotkan APAR tersebut dengan cara menekan handle (pegangan).
4.8.3 Pemadam Kebakaran dengan Alat Pemadam Tradisional
Kebakaran dapat dipadamkan dengan cara-cara tradisional, yaitu dengan
menggunakan sarana kain/karung, pasir, pelepah daun pisang, tumbuh-
tumbuhan dan lain sebagainya. Adapun tahapan pemadaman dengan karung
adalah :
a. Sebelum dipakai, masukkan karung/kain ke dalam air.
b. Pegang dua sudut karung/kain yang melebar dengan tangan kanan dan kiri
dan ibu jari berada di depan.
c. Tekuk karung/kain dengan menggunakan ibu jari ke belakang, lalu masukkan
siku tangan kanan ke kiri dan siku tangan kiri ke kanan hingga semua tangan
dan muka tidak kelihatan.
d. Ikuti arah angin dan tutup permukaan drum atau kompor yang terbakar
perlahan-lahan dengan karung/kain hingga semua permukaan benda yang
terbakar dapat tertutup semua.
e. Karung/kain dapat digunakan untuk pemadam bahan cair dalam bejana dan
kompor terbakar.
f. Sikap yang harus diperhatikan sewaktu memadamkan kebakaran yaitu :
 Tenang
 Cepat
 Tepat

4.9 MENERAPKAN KONSEP LINGKUNGAN HIDUP


Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup dan
mengubah gaya hidup manusia. Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat
bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan dampak yang besar dan luas, yaitu
dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam
media lingkungan hidup akan dapat mengancam stabilitas ekosistem yang ada di
lingkungan sekitarnya. Ancaman yang lain adalah ancaman kesehatan, dan
kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Oleh karena itu, menuntut untuk dikembangkannya sistem pembuangan yang
aman dengan resiko yang kecil bagi lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan
hidup manusia. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
mengatasi masalah ancaman lingkungan hidup ini adalah mengembangkan upaya
pengendalian secara dini melalui program AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan). AMDAL adalah salah satu perangkat preventif pengelolaan lingkungan
hidup yang terus diperkuat melalui peningkatan akuntabilitas dalam pelaksanaan
penyusunan AMDAL dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai AMDAL dan
diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen AMDAL, serta dengan memperjelas
sanksi hukum bagi pelanggar di bidang AMDAL. AMDAL juga menjadi salah satu
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 85

persyaratan utama saat ini dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki
sebelum memperoleh izin usaha.
Upaya preventif juga perlu dilaksanakan dalam rangka pengendalian dampak
lingkungan hidup dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan
dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi,
perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan
konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh
guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan
sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang yang mendayagunakan berbagai ketentuan
hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum pidana dalam
Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4.9.1 Pengertian Lingkungan Hidup dan Istilah Lainnya
4.9.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain.
4.9.1.2 Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
4.9.1.3 Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup
Adalah masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi, dan /atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
4.9.1.4 Pengertian Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk
dapat melestarikan fungsinya.
4.9.1.5 Pengertian Limbah dan B3
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lain.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 86

4.9.1.6 Pengertian Pengelolaan Limbah B3


Pengelolaan limbah adalah kegiatan/usaha yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan atau penimbunan limbah.
4.9.2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas
sebagai berikut :
a. Tanggung jawab Negara
Yang dimaksud dengan tanggung jawab negara adalah :
1) Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat,
baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.
2) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
3) Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
b. Kelestarian dan Keberlanjutan
Asas ini mempunyai maksud bahwa setiap orang memikul kewajiban dan
tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya
dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
c. Keserasian dan Keseimbangan
Asas ini mempunyai maksud bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus
memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya,
dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
d. Keterpaduan
Asas ini mempunyai maksud bahwa segala usaha dan/atau kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya
alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
e. Manfaat
Asas ini mempunyai maksud bahwa segala usaha dan/atau kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya
alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
f. Kehati-hatian
Asas ini mempunyai maksud bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu
usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah
meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
g. Keadilan
Asas ini mempunyai maksud bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 87

h. Ekoregion
Asas ini mempunyai maksud bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem,
kondisi geografik, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
i. Keanekaragaman Hayati
Asas ini mempunyai maksud bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan
keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang
terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan
membentuk ekosistem.
j. Pencemar Membayar
Adalah bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
k. Partisipatif
Adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
l. Kearifan Lokal
Adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
m. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh
prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
n. Otonomi Daerah
Adalah bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah.
4.9.3 Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk :
a. Melindungi dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
b. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
c. Menjamin kelangsungan kehidupan mahkluk hidup dan kelestarian ekosistem.
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup.
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan.
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 88

4.9.4 Merencanakan Konsep Lingkungan Hidup


Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup, yang meliputi pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan. Salah satu instrumen pencegahan pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup adalah baku mutu lingkungan hidup dan kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
4.9.4.1 Baku Mutu Lingkungan Hidup
Baku mutu lingkungan hidup meliputi :
a. Baku mutu air
Adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada, dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air.
b. Baku mutu air limbah
Adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk
dimasukkan ke media air.
c. Baku mutu air laut
Adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air laut.
d. Baku mutu udara ambien
Adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam udara ambien.
e. Baku mutu emisi
Adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk
dimasukkan ke media udara.
f. Baku mutu gangguan
Adalah ukuran batas unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya yang meliputi unsur getaran, kebisingan, dan
kebauan.
Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media
lingkungan hidup dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Memenuhi baku mutu lingkungan hidup.
b. Mendapat izin dari pihak yang bersangkutan sesuai dengan
kewenangannya.
4.9.4.2 Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Kriteria ini ditetapkan untuk menentukan terjadinya kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi :
a. Kriteria Baku Kerusakan Ekosistem, meliputi :
1. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa
Adalah ukuran batas perubahan sifat dasar tanah yang dapat
ditenggang berkaitan dengan kegiatan produksi biomassa.
Kerusakan lingkungan hidup mencakup lahan pertanian atau lahan
budi daya dan hutan.
2. Kriteria baku kerusakan terumbu karang
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 89

3. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan


kebakaran hutan dan/atau lahan
4. Kriteria baku kerusakan mangrove
5. Kriteria baku kerusakan padang lamun
6. Kriteria baku kerusakan gambut
7. Kriteria baku kerusakan karts
8. Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya.
b. Kriteria Baku Kerusakan Akibat Perubahan Iklim, meliputi :
1. Temperatur
2. Kenaikan muka air laut
3. Badai
4. Kekeringan
4.9.5 Konsep AMDAL
AMDAL wajib dimiliki oleh setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup. Dampak penting AMDAL ditentukan oleh
kriteria sebagai berikut :
a) Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
b) Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbaharukan maupun yang tidak
terbarukan.
c) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya.
d) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
e) Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.
f) Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara.
g) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
Setiap permohonan AMDAL yang dilakukan oleh usaha/kegiatan yang
berdampak terhadap lingkungan hidup wajib memiliki dokumen-dokumen
sebagai berikut :
a) Pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan atau kegiatan.
b) Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
c) Saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan.
d) Prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan.
e) Evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
f) Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
4.9.6 Undang-Undang Yang Mengatur Tentang Lingkungan Hidup
Undang-Undang yang mengatur tentang lingkungan hidup diatur dalam UU No
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 90

4.10 MENERAPKAN KETENTUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


4.10.1 Jenis-Jenis Bahaya di Tempat Kerja
Safety First merupakan semboyan terhadap pentingnya pencegahan
kecelakaan kerja yang merupakan unsur penting untuk keberhasilan produksi.
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap resiko kerja yang
membahayakan baik bagi perusahaan itu sendiri, para pekerja maupun
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, suatu keharusan untuk melindungi
tenaga kerja dari bahaya yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
Sebelum mulai melakukan usaha pencegahan kecelakaan, rangkaian
kejadian dan faktor penyebab kejadian kecelakaan harus dapat diindetifikasi,
karena suatu kejadian atau peristiwa kecelakaan kerja.
4.10.1.1 Sebab Dasar
Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum
terhadap kejadian kecelakaan, yaitu :
a) Partisipasi pihak manajemen/pimpinan perusahaan dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja kurang memperhatikan atau kurang
adanya kesadaran dan pengetahuan terhadap peran penting K3.
b) Faktor manusia atau pekerja.
c) Faktor kondisi dan lingkungan kerja.
4.10.1.2 Sebab Utama dan Gejala
Sebab utama merupakan faktor dan persyataran yang belum
dilaksanakan. Sebab-sebab utama tersebut adalah :
a) Kondisi berbahaya, meliputi :
 Keadaan mesin, alat dan instalasi, bahan-bahan
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja
 Proses produksi
b) Perbuatan berbahaya yang terkait dengan cara kerja dan sifat
pekerjaan disebabkan oleh :
 Pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan
pekerjaannya.
 Keadaan fisik dan mental yang belum siap untuk tugas-tugasnya.
 Tingkah laku dan kebiasaan yang diakibatkan oleh kelalaian
pekerja, tanpa mengindahkan petunjuk, instruksi, dan lain
sebagainya.
 Kurangnya perhatian dan pengawasan manajemen.
c) Kelemahan sistem manajemen
 Sifat manajemen yang tidak memperhatikan K3 di tempat kerja.
 Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung
jawab dan pelimpahan wewenang bidang K3 secara jelas.
 Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak
tegas.
 Tidak adanya standar atau kode K3 yang dapat diandalkan.
 Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang
kurang baik.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 91

Kelemahan sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar


sebagai penyebab kecelakaan, karena sistem manajemenlah yang mengatur
aktivitas perusahaan dan proses produksi.
4.10.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962, klasifikasi kecelakaan
akibat kerja terdiri atas :
a) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan, antara lain tersengat arus listrik, kontak
dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi, suhu tinggi, dan lain sebagainya.
b) Klasifikasi menurut penyebab, antara lain mesin, alat pengangkut, bahan-
bahan kimia (zat-zat radiasi), lingkungan kerja, dan lain sebagainya.
c) Klasifikasi menurut sifat, antara lain patah tulang, disloksi/keseleo, regang
otot/urat, memar, luka dalam, amputsi, luka bakar, dan lain sebagainya.
d) Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh, yaitu kepadal, leher,
badan, kelainan umum, dan lain sebagainya.
4.10.3 Identifikasi Situasi yang Dapat Menimbulkan Bahaya
Perkembangan di sektor industri telah menyebabkan perusahaan yang memiliki
pabrik-pabrik cenderung untuk menggunakan peralatan yang terus berkembang,
baik dari jumlah maupun jenisnya. Perkembangan tersebut, di satu pihak
memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja, tetapi dilain pihak akan menimbulkan resiko bahaya kerja
yang lebih besar apabila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas tenaga
kerjanya dan penggunaan peratalan yang layak untuk dioperasikan. Pada
umumnya yang menjadi faktor penyebab terjadinya suatu kecelakaan kerja dan
cara menanggulanginya adalah sebagai berikut :
a) Keadaan lingkungan kerja, meliputi :
1. Layout planning (pengaturan tata letak).
2. Pemeliharaan rumah tangga (house keeping).
3. Ventilasi dan penerangan.
b) Keadaan mesin dan safety devices, meliputi :
1. Mesin harus memenuhi persyaratan letak.
2. Safety devices dan alat-alat kerja yang memenuhi syarat.
3. Memasang tanda peringatan atau rambu-rambu.
c) Keadaan tenaga kerja (human factor)
1. Bekerja dengan sikap yang benar.
2. Pekerja harus memiliki knowledge, skill, attitude dan behaviour.
3. Sehat fisik dan sehat mental.
4. Mentaati prosedur kerja.
5. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
4.10.4 Prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Setiap kecelakaan yang dapat mengakibatkan penyakit kerja, maka hendaknya
memerlukan pertolongan awal untuk menghadapi kecelakaan tersebut, yaitu
dengan penerapan prinsip dasar P3K (First Aid).
4.10.4.1 Pengertian P3K
P3K adalah suatu perawatan yang segera (immediate) dan sementara
untuk menolong penderita yang mengalami cedera yang mendadak
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 92

(emergency), penyakit yang tiba-tiba (sudden illness) sebelum penderita


dibawa ke rumah sakit.
4.10.4.2 Tujuan P3K
a. Melakukan pencegahan terhadap suatu cedera agar tidak menjadi
lebih parah.
b. Menolong korban dari rasa sakit dan menghindari dari resiko
kematian.
4.10.4.3 Peraturan Umum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Peraturan ini merupakan prosedur yang umum dilakukan apabila terjadi
kecelakaan kerja, yaitu sebagai berikut :
a) Memindahkan korban dari tempat bahaya.
b) Mengusahakan pertolongan yang terpenting lebih dahulu, misalnya
kesulitan pernapasan, pendarahan yang berat, shock, dan
sebagainya.
c) Korban yang tidak sadar dimiringkan tidurnya atau memiringkan
kepala penderita ke samping.
d) Korban yang tidak sadar tidak boleh diberikan sesuatu melalui
mulutnya.
e) Tidak boleh memberikan perangsang yang mengandung alkohol
yang dapat berakibat kurang baik terhadap pusat-pusat vital.
f) Menenangkan korban dengan baik.
g) Pihak yang tidak mengetahui tindakan P3K memberikan andil
dengan menelepon rumah sakit.
h) Memperlakukan korban sebaik mungkin.
i) Berpikir cepat untuk menolong korban dengan segera agar
mendapatkan pemeriksaan dan pertolongan dari dokter.
4.10.5 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja di Industri Garmen
4.10.5.1 Tangan Tertusuk Jarum
Pekerja yang menjahit dengan tidak hati-hati dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja berupa tusukan jarum mesin. Tusukan jarum mesin
lebih berbahaya, karena dioperasikan dengan dinamo listrik. Prosedur
pertolongan yang diberikan untuk korban yang terkena tusukan jarum
adalah dengan cara sebagai berikut :
a) Mematikan sumber aliran listrik yang terhubung ke mesin jahit.
b) Membuka jarum mesin dari mesin jahit.
c) Mencabut jarum mesin dari jari/tangan yang tertusuk.
d) Melakukan penekanan pada bekas tusukan jarum, dan biarkan darah
keluar beberapa menit untuk membersihkan bekas tusukan dari
penyebab infeksi.
e) Membersihkan darah bekas tusukan jarum dengan bahan yang
bersih.
f) Apabila masih berdarah, maka balut bekas tusukan dengan
menggunakan kain kasa.
g) Apabila korban mengeluh kesakitan dan darah masih banyak keluar,
maka segera meminta pertolongan dokter.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 93

4.10.5.2 Luka Terkena Gunting


Pekerja yang tidak berhati-hati dalam menggunakan gunting maka
kemungkinan gunting tersebut akan dapat melukai pekerja. Prosedur
pertolongan yang diberikan untuk korban yang terkena gunting adalah
dengan cara sebagai berikut :
a) Memastikan terlebih dahulu lukanya kecil atau besar.
b) Membiarkan luka kecil atau besar berdarah bebas beberapa menit
untuk membersihkannya dari penyebab infeksi.
c) Bersihkan luka dengan bahan yang bersih.
d) Apabila lukanya kecil, tempelkan kasa steril anti septik dan balut
dengan kain kasa.
e) Apabila lukanya besar atau dalam, maka segera minta pertolongan
dokter.
4.10.5.3 Kecelakaan Listrik
Kecelakaan listrik dapat disebabkan oleh kelalaian pekerja yang dapat
mengakibatkan resiko terbakar, jatuh dan kejutan listrik. Hal terpenting
yang harus diperhatikan pada kecelakaan sengatan listrik ialah apakah
korban masih bernafas dan jantungnya masih berdenyut atau keduanya
berhenti (tidak bernafas dan jantung tidak berdenyut) ataupun bekerja
secara lemah. Prosedur pertolongan yang diberikan untuk korban yang
tersengat listrik adalah sebagai berikut :
a) Mematikan sumber aliran listrik yang mengarah ke alat yang rusak,
atau bila tidak mungkin hindarkan korban dari aliran listrik.
b) Lakukan pertolongan pertama kecelakaan berdasarkan gejala si
korban.
c) Segera setelah melihat seseorang terkena kejutan listrik, maka
perhatikan keadaan umum. Tetapkan cara terbaik untuk
membebaskan dari hubungan listrik, tanpa menyebabkan tambahan
cidera.
d) Apabila dimungkinkan, matikan aliran listrik yang bersangkutan.
Pada arus listrik bertegangan rendah, lakukan pemeriksaan pada
korban dengan cara menyentuhnya cepat-cepat dengan punggung
telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah korban
masih bermuatan listrik atau tidak.
e) Apabila merasakan kejutan kecil, ini menunjukkan masih terdapat
arus listrik, oleh karena itu dorong atau tarik dan berusaha
melepaskan korban dari hubungan listrik.
f) Memindahkan korban apabila dalam keadaan berbahaya (kebakaran,
listrik, atau sumber bahaya lainnya). Pindahkan dengan meminta
bantuan tiga atau empat orang.
g) Jaga korban sengatan listrik agar posisi tubuh tetap lurus, dan
pastikan agar tidak bengkok atau membungkuk.
h) Topang anggota badan yang terluka.
i) Kemungkinan besar penyadaran akan berhasil apabila dimulai dari
semenit sesudah korban berhenti bernafas.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 94

j) Apabila korban bernafas dan jantungnya berdenyut, maka korban


tidak memerlukan penyadaran. Apabila korban pingsan, maka
lakukan prosedur pertolongan untuk korban pingsan.
4.10.5.4 Cidera Mata
Prosedur pertolongan untuk korban cidera mata adalah sebagai berikut
a) Melarang korban untuk menggosok mata yang di dalamnya terdapat
benda asing.
b) Menyuruh korban menahan matanya dengan tenang agar matanya
jangan sampai bergerak.
c) Jangan menyentuh permukaan mata dengan benda apapun.
d) Atur pertolongan pengobatan.
e) Balut kedua mata korban longgar-longgar.
f) Bimbing korban ke tempat pos pengobatan.
4.10.5.5 Lecet/Luka Kecil dan Memar
Prosedur pertolongan untuk korban lecet atau luka kecil dan memar
adalah sebagai berikut :
a) Obati semua luka tanpa kecuali, walaupun lukanya sangat kecil,
karena setiap luka dapat terkena infeksi dan meradang jika tidak
segera diobati.
b) Biarkan luka sedang atau kecil berdarah bebas beberapa menit
untuk membersihkannya dari penyebab infeksi.
c) Dilarang menutup luka dengan kain tua, saputangan atau jari kotor.
d) Membersihkan luka dengan bahan bersih.
e) Menempelkan kasa steril anti septik kemudian balut, plester luka
tersebut.
f) Mintalah pertolongan dokter untuk semua luka yang dalam.
4.10.5.6 Kejutan (Shock)
Hampir setiap kecelakaan atau luka diikuti oleh kejutan. Korban bisa
saja pucat, kulit mengkerut, denyut nadi lemah dan cepat, dan dapat
mengakibatkan pingsan. Prosedur pertolongan untuk korban akibat
kejutan adalah sebagai berikut :
a) Istirahatkan korban di tempat yang aman.
b) Menjaga korban dengan tenang dan beri korban kehangatan.
c) Longgarkan pakaian yang ketat.
d) Menjaga agar penderita tetap tenang dan meyakinkan pertolongan
akan segera datang.

Anda mungkin juga menyukai