Ayat 4
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin,
material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak
mengalami cedera.
4.4 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3)
4.4.1 Tujuan Manajemen K3
Tujuan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tinginya.
b. Sebagai upaya pencegahan dan pemberontakan penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan gizi
tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan
kegairahan serta kenikmatan kerja.
4.4.2 Ruang Lingkup dan Tujuan K3
Ruang lingkup dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, bahwa ruang lingkup K3
mencakup tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara yang berada di kawasan wilayah hukum Republik Indonesia.
Undang-Undang tersebut juga mencakup ketentuan terhadap tiga unsur yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga unsur yang
dimaksud adalah :
a. Adanya tempat di mana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja.
c. Andanya sumber bahaya kerja di tempat kerja.
Secara umum, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 dimaksudkan untuk
mengatur terciptanya perlindungan keselamatan masyarakat dan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera serta meningkatkan produktivitas dan
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 77
efisiensi. Tempat kerja selalu ada sumber bahaya yang dapat mengancam
keselamatan maupun kesehatan kerja bagi tenaga kerja yang bekerja di tempat
tersebut.
Tujuan K3 diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, antara lain :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Oleh karena itu, setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional,
dan ditujukan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di sekitar
perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari proses
industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.
Jam kerja normal 40 jam kerja seminggu tidak lagi memberikan jaminan
produktivitas tinggi akibat pengaruh kesehatan terhadap tenaga kerja.
b. Daya tahan tubuh pekerja
Daya tahan tubuh pekerja baik secara fisik maupun mental mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan serta produktivitas kerja. Untuk itu diperlukan
upaya gizi, menu makanan serta minuman penyegaran untuk menunjang
kesehatan fisik dan mental pekerja. Gerak badan dan olahraga perlu
dimasukkan sebagai persyaratan pokok untuk menjaga agar badan dan
ingatan menjadi efisien dan produktif.
c. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja merupakan syarat mutlak yang
diharus dilakukan setiap perusahaan untuk mengetahui apakah calon pegawai
atau pekerja sesuai dengan pekerjaan yang diberikan (fisik dan mental).
d. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor penyebab
gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan pada tubuh pekerja.
e. Pendidikan tentang K3
Pendidikan K3 mutlak diberikan secara kontinu agar pekerja tetap waspada
dalam menjalankan pekerjaannya.
f. Penerangan sebelum bekerja
Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja dimaksud agar
pekerja mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
g. Pakaian pelindung (Alat Pelindung Diri/APD)
Setiap perusahaan harus memperhatikan setiap bahaya yang dapat timbul
dari setiap pekerjaan para pegawainya. Pemberian pakaian pelindung berupa
masker, kacamata, sarung tangan, topi, dan lain sebagainya digunakan untuk
melindungi para pegawai dari resiko kecelakaan kerja.
h. Isolasi
Isolasi terhadap operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan
para pegawai, seyogyianya dilakukan agar tidak terjadi gangguan-gangguan.
i. Ventilasi setempat
Setiap perusahaan harus memperhatikan ventilasi (lubang udara) di tempat
kerja tertentu.
j. Ventilasi umum
Mengatur ventilasi udara yang berada di tempat kerja agar kadar dari bahan-
bahan yang berbahaya lebih rendah dari Nilai Ambang Batas (NAB).
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah kadar tertinggi dari suatu bahan yang masih
bisa diterima oleh tubuh tanpa menyebabkan penyakit atau gangguan
kesehatan dalam waktu kerja 8 jam per hari atau 48 jam per minggu.
k. Substitusi
Mengganti bahan-bahan yang dianggap berbahaya terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja dengan bahan yang aman.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 80
c. Gambaran fasilitas
d. Organisasi keadaan darurat
e. Fasilitas keadaan darurat (pusat komando, rute pengungsian, sistem komunikasi,
sistem alarm)
f. Peralatan dan perlengkapan keadaan darurat (sirine, alarm, lampu, bendera, dan lain
sebagainya)
g. Prosedur mematikan listrik dan peralatan mesin-mesin produksi
h. Prosedur keamanan secara fisik berupa program pendidikan dan pelatihan
penanggulangan keadaan darurat
i. Prosedur evakuasi berupa petunjuk/arah evakuasi.
j. Penunjukan tim darurat (tim penanggulangan tumpahan/kebocoran, tim pemadam
kebakaran, tim P3K dan ambulan, tim evakuasi, tim komunikasi dan informasi)
Dari uraian di atas, Rencana Keadaan Darurat (Emergency Plan) adalah untuk
memperkecil korban yang jatuh atau kerugian, apabila kecelakaan terpaksa terjadi.
Tindakan berupa perencanaan yang baik dan ditunjang dengan latihan-latihan yang
terjadwal dan terencana, akan memberikan rasa aman kepada para karyawan,
pegawai, atau tamu tanpa adanya gangguan yang dapat menelan korban jiwa, sarana
prasarana, dan lain sebagainya.
4.8.1 Tanggap Darurat Kebakaran
4.8.1.1 Teori Dasar Terjadinya Api
Api terjadi karena adanya 3 (tiga) unsur, yaitu panas (kalor), Oksigen
(O2), dan bahan bakar (segitiga api) berada dalam konsentrasi seimbang
yang diikuti oleh keluarnya sinar (cahaya), panas, nyala, asap, bara, dan
uap/gas. Sehingga prinsip pemadaman api yang sebenarnya adalah
menghilangkan salah satu unsur terjadinya api.
persyaratan utama saat ini dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki
sebelum memperoleh izin usaha.
Upaya preventif juga perlu dilaksanakan dalam rangka pengendalian dampak
lingkungan hidup dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan
dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi,
perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan
konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh
guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan
sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang yang mendayagunakan berbagai ketentuan
hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum pidana dalam
Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4.9.1 Pengertian Lingkungan Hidup dan Istilah Lainnya
4.9.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain.
4.9.1.2 Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
4.9.1.3 Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup
Adalah masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi, dan /atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
4.9.1.4 Pengertian Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk
dapat melestarikan fungsinya.
4.9.1.5 Pengertian Limbah dan B3
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lain.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 86
h. Ekoregion
Asas ini mempunyai maksud bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem,
kondisi geografik, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
i. Keanekaragaman Hayati
Asas ini mempunyai maksud bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan
keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang
terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan
membentuk ekosistem.
j. Pencemar Membayar
Adalah bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
k. Partisipatif
Adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
l. Kearifan Lokal
Adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
m. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh
prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
n. Otonomi Daerah
Adalah bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah.
4.9.3 Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk :
a. Melindungi dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
b. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
c. Menjamin kelangsungan kehidupan mahkluk hidup dan kelestarian ekosistem.
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup.
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan.
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Buku Teks Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 88